SEMINAR KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.S DENGAN
THALASEMIA DI RUANG THALASEMIA RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
TAHUN 2023
DISUSUN OLEH:
VERA SYAHRINISYA, S.Kep 2214901116
VINALITA DE FERFA, S.Kep 2214901117
VIRNA YANA, S.Kep 2214901118
WAHYU WULANDARI, S.Kep 2214901119
WANDA AKHLAKUL QORIMAH,S.Kep 221490112
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ‘Seminar Kasus Asuhan Keperawatan Pada An. S dengan
Thalasemia di Ruang Thalasemia di RSUD Arifin Achmad ’ dengan tepat waktu.
Terimakasih kami ucapkan kepada Ns Putri Eka Sudiarti, M.Kep selaku
pembimbing akademik. Dan terimakasih kami ucapkan kepada Ns Ade Suryani,
S.Kep selaku pembimbing lapangan yng telah membantu dalam penulisan
makalah ini hingga menjadi seperti ini. Penulis menyadari segala kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, baik materi maupun bahasa. Namun demikian,
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik khususnya dari Dosen
pembimbing mata kuliah serta pembaca demi kemajuan makalah ini kedepannya.
Semoga Tuhan senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Aamiin.
11 Februari 2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
D. Manfaat.........................................................................................................5
BAB IV PENUTUP...............................................................................................31
A. Kesimpulan.................................................................................................31
B. Saran............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Thalasemia adalah penyakit keturunan (kelainan genetik)
akibat kelainan sel darah merah yang dapat menyebabkan penderita harus
melakukan transfusi darah sepanjang usianya. Penyakit tersebut bisa
dicegah melalui deteksi dini. Thalasemia adalah penyakit keturunan dg
gejala utama pucat, lemah, lesu, perut tampak tidak normal akibat
pembengkakan (limpa dan hati, dan apabila tidak diobati dengan baik akan
terjadi Perubahan bentuk tulang muka dan warna pulit menghitam
(Pratiwi, 2016).
Thalassemia adalah penyakit anemia hemolitik herediter yang
merupakan kelainan genetik. Ditandai dengan defisiensi jumlah produksi
dalam rantai hemoglobin (Kresnowidjojo, 2014). Thalasemia merupakan
salah satu penyakit kelainan darah genetik yang cukup banyak diderita
oleh masyarakat di dunia. Indonesia termasuk salah satu negara dalam
sabuk talasemia dunia, artinya negara dengan frekuensi gen (angka
pembawa sifat) thalasemia yang tinggi. Thalassemia merupakan kelainan
genetik terbanyak di dunia. Kelainan ini diturunkan secara resesif menurut
hukum Mendel. Penyakit yang semula ditemukan di sekitar Laut Tengah
ini ternyata tersebar luas sepanjang garis khatulistiwa, termasuk Indonesia.
Tidak kurang dari 300.000 bayi dengan kelainan berat penyakit ini
dilahirkan setiap tahun di dunia, sedangkan jumlah penderita thalassemia
heterozigotnya tidak kurang dari 250 juta orang.
Menurut World Health Organization (WHO) thalassemia terjadi
akibat berkurangnya sintesis rantai globin β hemoglobin atau tidak
diproduksi sama sekali (Nassar, 2015). Dari seluruh populasi didunia
sekitar 5% ialah carier thalassemia. Setiap tahun terdapat lebih dari
332.000.00 kasus kehamilan yang mempunyai kelainan hemoglobin,
1
2
eksternal meliputi infeksi atau penyakit lain, akitivitas yang terlalu berat,
lingkungan tempat tinggal, cuaca, musim, polusi, jumlah saudara,
kepadatan penduduk, pendidikan orang tua, status sosial ekonomi
keluarga. Kondisi interpersonal meliputi hubungan sosial dalam keluarga
(orang tua, saudara kandung, saudara lain serumah), hubungan dengan
teman sebaya. Kondisi personal meliputi genetik, ras, jenis kelamin, status
gizi, derajat penyakit dan onset penyakit (Bulan, 2009).
Terdapat gejala pada penderita thalassemia seperti badan lemah,
kulit kekuningan (jaundice), urin gelap, cepat lelah, denyut jantung
meningkat, tulang wajah abnormal dan pertumbuhan terhambat serta
permukaan perut yang membuncit dengan pembesaran hati dan limpa.
Pasien thalassemia mayor umumnya menunjukkan gejala-gejala fisik
berupa hambatan pertumbuhan, anak menjadi kurus, perut membuncit
akibat hepatosplenomegali dengan wajah yang khas, frontal bossing, mulut
tongos (rodent like mouth), bibir agak tertarik, dan maloklusi gigi.
Kemudian komplikasi yang akan terjadi pada penderita thalassemia yaitu
kerusakan jantung, nyeri persendian dan tulang , osteoporosis, kelainan
bentuk tulang, risiko patah tulang meningkat jika kepadatan tulang
menjadi rendah, pembesaran Limpa (Splenomegali) dan terjadi kerusakan
pada hati. Hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat
menyembuhkan penyakit tersebut. Pengobatan utama penyakit ini ialah
pemberian transfusi darah dengan mempertahankan kadar hemoglobin di
atas 10 g/dl tetapi ironisnya jumlah zat besi yang tertimbun dalam organ-
organ tubuhnya akibat transfusi darah menjadi salah satu penyebab
kematian.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengangkat judul
asuhan keperawatan pada anak dengan thalassemia di ruang Thalasemia
RSUD Arifin Achmad
C. Tujuan
1. Tujuan umum
5
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Penulis dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan teoritis dan
aplikasi dalam melakukan asuhan keperawatan anak dengan
thalassemia di RSUD Arifin Achmad.
2. Bagi perawat
Asuhan keperawatan anak dapat dijadikan sebagai bahan masukan,
informasi, dan sarana dalam memberikan pelayanan yang optimal
kepada pasien dengan thalasemia untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan.
3. Bagi RSUD Arifin Achmad
Laporan kasus asuhan keperawatan anak sebagai bahan masukan,
informasi,dan sarana dalam memberikan mutu pelayanan kesehatan
tentang thalasemia pada anak.
4. Bagi pasien dan keluarga
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi Thalassemia
Thalasemia merupakan suatu sindrom kelainan darah yang
diwariskan (inherited) dan merupakan kelompok penyakit hemoglobinopati,
yaitu kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat
mutasi di dalam atau dekat gen globin. Kelainan hemoglobin pada penderita
thalasemia akan menyebabkan eritrosit mudah mengalami destruksi,
sehingga usia sel-sel darah merah menjadi lebih pendek dari normal yaitu
berusia 120 hari (Marnis, Indriati, & Nauli, 2018).
Thalassemia adalah penyakit anemia hemolitik herediter yang
merupakan kelainan genetik. Ditandai dengan defisiensi jumlah produksi
dalam rantai hemoglobin (Kresnowidjojo, 2014). Thalasemia adalah suatu
gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi produk rantai
globulin pada hemoglobin (Suriadi, 2010).
Penyakit thalasemia merupakan salah satu penyakit genetik
tersering di dunia. Penyakit genetik ini diakibatkan oleh ketidakmampuan
sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi
hemoglobin (Potts & Mandleco, 2007). Hemoglobin merupakan protein
kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh bagian tubuh (McPhee &
Ganong, 2010).
2. Etiologi
Thalassemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang
diturunkan secara resesif. ditandai oleh defisiensi produksi globin pada
hemoglobin. Dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh
darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari).
kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal
8
3. Klasifikasi
Hockenberry & Wilson (2009) mengklasifikasikan Thalasemia menjadi :
1. Thalasemia Minor
Thalasemia minor merupakan keadaan yang terjadi pada seseorang
yang sehat namun orang tersebut dapat mewariskan gen Thalasemia
pada anak-anaknya. Thalasemia trait sudah ada sejak lahir dan tetap
akan ada sepanjang hidup penderita. Penderita tidak memerlukan
transfusi darah dalam hidupnya.
2. Thalasemia Intermedia
Thalasemia intermedia merupakan kondisi antara thalasemia mayor
dan minor. Penderita Thalasemia ini mungkin memerlukan transfusi
darah secara berkala, dan penderita Thalasemia jenis ini dapat bertahan
hidup sampai dewasa.
3. Thalasemia Mayor
Thalasemia jenis ini sering disebut Cooley Anemia dan terjadi apabila
kedua orangtua mempunyai sifat pembawa thalasemia (Carrier).
9
4. Manifestasi Klinis
Pada beberapa kasus Thalassemia dapat ditemukan gejala-gejala
seperti badan lemah, kulit kekuningan (jaundice), urin gelap, cepat lelah,
denyut jantung meningkat, tulang wajah abnormal dan pertumbuhan
terhambat serta permukaan perut yang membuncit dengan pembesaran hati
dan limpa. Pasien thalassemia mayor umumnya menunjukkan gejala-gejala
fisik berupa hambatan pertumbuhan, anak menjadi kurus, perut membuncit
akibat hepatosplenomegali dengan wajah yang khas, frontal bossing, mulut
tongos (rodent like mouth), bibir agak tertarik, dan maloklusi gigi.
Perubahan ini terjadi akibat sumsum tulang yang terlalu aktif bekerja
untuk menghasilkan sel darah merah. Pada thalassemia bisa menyebabkan
penebalan dan pembesaran tulang terutama tulang kepala dan wajah, selain
itu anak akan mengalami pertumbuhan yang terhambat. Akibat dari anemia
kronis dan transfusi berulang, pasien akan mengalami kelebihan zat besi
yang kemudian akan tertimbun di setiap organ, terutama otot jantung, hati,
kelenjar pankreas, dan kelenjar pembentuk hormon lainnya, yang
dikemudian hari akan menimbulkan komplikasi. Perubahan tulang yang
paling sering terlihat terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah. Kepala
pasien thalassemia mayor menjadi besar dengan penonjolan pada tulang
10
5. Patofisiologi
6. Pathway
7. Komplikasi
Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
thalassemia.
a. Kerusakan jantung
b. Nyeri persendian dan tulang
c. Osteoporosis
d. Kelainan bentuk tulang
e. Risiko patah tulang meningkat jika kepadatan tulang menjadi rendah.
f. Pembesaran Limpa (Splenomegali)
12
g. Kerusakan hati
h. Terganggu tumbuh kembang
i. Gangguan jantung
j. Masalah kelenjar hormon
8. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis untuk thalassemia terdapat dua yaitu secara screening test
dan definitive test. Di daerah endemik, anemia hipokrom mikrositik perlu
diragui sebagai gangguan Thalassemia (Wiwanitkit, 2007).
1)Screening test
a. Interpretasi apusan darah
Dengan apusan darah anemia mikrositik sering dapat dideteksi pada
kebanyakkan thalassemia kecuali thalassemia α silent carrier.
Pemeriksaan apusan darah rutin dapat membawa kepada diagnosis
thalassemia tetapi kurang berguna untuk skrining.
b. Pemeriksaan osmotic fragility (OF)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan fragiliti eritrosit. Secara
dasarnya resistan eritrosit untuk lisis bila konsentrasi natrium klorida
dikurangkan dikira. Studi yang dilakukan menemui probabilitas
formasi pori-pori pada membran yang regang bervariasi mengikut
order ini: Thalassemia < kontrol < spherositosis (Wiwanitkit, 2007).
Studi OF berkaitan kegunaan sebagai alat diagnostik telah dilakukan
dan berdasarkan satu penelitian di Thailand, sensitivitinya adalah
91.47%, spesifikasi 81.60, false positive rate 18.40% dan false
negative rate 8.53% (Wiwanitkit, 2007).
c. Indeks eritrosit
Dengan bantuan alat indeks sel darah merah dapat dicari tetapi hanya
dapat mendeteksi mikrositik dan hipokrom serta kurang memberi nilai
diagnostik. Maka metode matematika dibangunkan (Wiwanitkit,
2007).
d. Model matematika
13
b. Kromatografi hemoglobin
Pada elektroforesis hemoglobin, HB A2 tidak terpisah baik dengan Hb
C. Pemeriksaan menggunakan high performance liquid
chromatography (HPLC) pula membolehkan penghitungan aktual Hb
A2 meskipun terdapat kehadiran Hb C atau Hb E. Metode ini berguna
untuk diagnosa thalassemia β karena ia bisa mengidentifikasi
14
Tes fungsi hati adalah tes darah yang digunakan untuk menilai kondisi
kesehatan organ hati dan ginjal yang bisa dilakukan. Tes ini dilakukan dengan
9. Penatalaksanaan Medis
1. Transfusi darah
Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi
ini merupakan terapi utama bagi orang-orang yang menderita
thalasemia sedang atau berat. Transfusi darah dilakukan melalui
pembuluh vena dan memberikan sel darah merah dengan hemoglobin
normal. Untuk mempertahankan keadaan tersebut, transfusi darah harus
15
dilakukan secara rutin karena dalam waktu 120 hari sel darah merah
akan mati. Khusus untuk penderita beta thalasemia intermedia, transfusi
darah hanya dilakukan sesekali saja, tidak secara rutin. Sedangkan
untuk beta thalasemia mayor (Cooleys Anemia) harus dilakukan secara
teratur (Children's Hospital & Research Center Oakland, 2005). Terapi
diberikan secara teratur untuk mempertahankan kadar Hb di atas 10 g/dl
(Arnis, 2016).
Rumus kebutuhan darah yaitu :
WB 6 x HB normal 6 × (HB NORMAL – HB PASIEN ) × BB 6 × (10-
7) × BB 6 x 3 x BB = 18 BBml
3. Perencanaan Keperawatan
Dengan
kriteria hasil:
1.
Kemampuan
mencari
informasi
tentang factor
resiko
1/2/3/4/5
2.
Ketidakmamp
uan
mengidentifik
asi faktor
resiko
1/2/3/4/5
3.
Kemampuan
mengenali
perubahan
status
kesehatan
1/2/3/4/5
4. Jumlah
leukosit batas
normal
1/2/3/4/5
22
5. Pemantauan
perubahan
status
kesehatan
1/2/3/4/5
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : An. S
Umur : 9 tahun
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Awal masuk pasien mengeluh demam dan pucat
Riwayat Kesehatan Dahulu
23
24
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Penampilan Umum : Klien tampak lemah
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : verbal 5, psikomotor 6, mata 4
TB : 125 cm
BB : 31 kg
TTV TD : 90/60 mmHg
N : 120 x/mnt
P : 26 x/mnt
S : 36,8 oC
b. Kepala
I : Turgor kulit baik, warna kulit kemerahan, keadaan kulit baik,
kulit kepala tampak bersih, Warna rambut klien tampak hitam ,
penyebaran rambut tidak merata.
P : Temperatur kulit hangat, tekstur rambut baik dan bersih, tidak ada
lesi pada kulit kepala, tidak ada oedema
c. Mata
I : Mata kanan dan kiri tampak simetris, pergerakan bola mata, dapat
digerakkan ke atas ke bawah, ke kiri dan ke kanan, kelopak mata
normal, fungsi penglihatan baik, reaksi terhadap cahaya baik.
d. Hidung
I : kedua lubang hidung simetris, warna mukosa hidung merah
muda, tidak ada secret, fungsi penciuman baik.
26
P : tidak ada oedema, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat masa
atau benjolan.
e. Telinga
I : Telinga kanan dan kiri tampak simetris, daun telinga normal,
tidak tampak adanya serumen, fungsi pendengaran baik, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran
g. Kulit
I : Kulit klien tampak kering, warna kulit kekuningan, Warna kuku
transparan, tidak terdapat lesi disekitar kuku.
h. Leher
I : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, bisa digerakkan ke segala
arah.
i. Thorax
I : bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada masa,
menggunakan otot bantu pernafasan, adanya retraksi dinding
dada.
P : suara resonan
j. Abdomen
I : simetris, tidak ada oedema, tidak ada massa, tidak ada lesi.
P : timpani
k. Genetalia
Klien tidak terpasang Kateter tidak ada kelainan padadaerah genitalia.
Masalah Keperawatan : tidak ada
l. Ekstermitas
Ekstrimitas atas : Kedua tangan kanan dan kiri dapat digerakkan ke
segala arah, tidak terdapat fraktur. Kekuatan otot
tangan kanan dan kiri 5
3. Kebutuhan dasar
a. Oksigenasi
I : simetris, tidak ada rabas, warna mukosa rongga hidung normal
P : kelembapan normal, tidak ada lendir, hembusan nafas takipnoe,
fungsi penciuman normal
Masalah Keperawatan : Gangguan Pola napas
b. Dada
I : bentuk dada normal, simetris, gerakan dada normal, pyudara
nornal.
c. Paru paru
I : pernafasan agak cepat, kedalaman nafas normal
P : vremitus kanan dan kiri sama, tidak nyeri tekan,
P : kanan sonor, kiri sonor
A : suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing atau bunyi tambahan
d. Pola makan – minum
BB : 31 Kg
TB : 125 cm
Intake : 2 kali sehari (pagi dan sore)
Porsi : ½ porsi tidak habis
Intake cairan : ± 1 L/ hari
Masalah Keperawatan : tidak ada
e. Mulut dan tenggorokan
I : bibir normal, gigi normal, tidak ada gangguan pada lidah, palatum
normal, uvula normal, faring normal
f. Abdomen
I: dinding abdomen simetris, bentuk datar, mobilisasi tulang belakang
normal
B. Analisa Data
No Data Etiologi
1 Ds : Penurunan konsentrasi hemoglobin
- Ibu An.S mengatakan An.S merasa
lemah
- An.S mengatakan lemas
Do :
- An.S tampak pucat
- TD: 110/70 mmHg, N: 80,
RR:15x/mnt, S:36,8C
- HB:5,8 gr/dl
30
- sklera ikretik
- Akral Dingin
- kapiler >3 detik
- kulit kelabu/pucat
- kebutuhan darah : 750 cc
2. DS: Ketidak seimbangan suplai oksigen
- Ibu mengatakan An.S lemas
- An.S mengatakan saat beraktivitas
badan terasa Lelah
DO:
-An.S tampak Pucat
- An.S tampak Lelah
- An.S hanya berbaring ditempat
tidur
TD :115/70 mmHg
RR : 15 x/m
HR : 80x/m
S : 36.8 oC
C. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d Penurunan konsentrasi hemoglobin
b. Pola Napas tidak efektif b.d Ketidak seimbangan suplai oksigen.
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Luaran keperawatan Rencana Tindakan
No keperawatan
SLKI SIKI
SDKI
Hindari pemasangan
infus, atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet
pada area yang cidera
Lakukan pencegahan
infeksi
Lakukan perawatan kaki
dan kuku
Lakukan hidrasi
Edukasi
Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis: melembabkan
kulit kering pada kaki)
Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis: rasa
sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa).
Beritahu tentang risiko
infeksi
Kolaborasi
Kolaborasi pemeriksaan
lab
Kolaborasi pemberian
transfusi darah III
kantong dengan jumlah
keseluruhan 752 cc
1. Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw thrust jika
curiga trauma fraktur
servikal)
2. Posisikan semi-fowler atau
fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
33
E. Implementasi Keperawatan
No. Tgl / Jam Diagnosa Catatan tindakan (respon subjektif,objektif, dan Ttd
hasil)
06/02/2023 Perfusi -Mengobservasi sirkulasi perifer
perifer - kaji TTV
tidak TD : 90/60 mmHg
efektif RR : 26x/m
N : 120x/m
S : 36,8
- Memonitor hasil laboratorium
- Mengkolaborasi pemberian transfusi
-Tranfusi labu I jumlah 249 cc darah PRC.
Jumlah darah yang masuk 249 cc.
-Tidak ada tanda alergi
06/02/2023 Pola -Memonitor pola napas (frekuensi,
Napas kedalaman, usaha napas)
tidak -Memonitor bunyi napas tambahan
Efektif (misalnya: gurgling, mengi, wheezing,
ronchi kering)
-Mempertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust
jika curiga trauma fraktur servikal)
-Memposisikan semi-fowler
F. Evaluasi
Tgl / Jam Diagnosa SOAP TTD
06/02/2023 Perfusi S : - pasien mengatakan badannya merasa lebih baik
perifer O : konjungtiva tidak anemis
tidak
efektif A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
( dengan pemberian tranfusi darah berjumlah 260 cc
darah PRC).
P: intervensi dilanjutkan
35
P : Intervensi dilanjutkan
( dengan memberikan tranfusi darah jumlah 243 cc
darah PRC)
P: intervensi dilanjutkan
08/02/2023 Perfusi S : - Ibu pasien mengatakan an S lebih aktif
perifer -pasien mengatakan tidak lagi mudah capek
tidak
efektif O : konjungtiva tidak anemis
-akral hangat
-CRT ,3 detik
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
08/02/2023 Pola S: pasien mengatakan tidak terlalu Lelah saat
napas beraktivitas
tidak
efektif O: - pasien tampak lebih tenang
-pasien lebih ceria
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Studi kasus yang dilakukan pada An. S dengan Thalasemia yang telah
penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan menggunakan metode wawancara,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan
pengkajian yang telah dilakukan, keluhan yang dialami klien dengan
thalassemia adalah lemas dan pucat.
2. Diagnosa keperawatan
Prioritas diagnosa sesuai dengan hasil pengkajian dan tujuan
intervensi penulis maka diagnosa yang diangkat adalah perfusi perifer
tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin dan resiko infeksi
b/d ketidakadekuatan pertahanan sekunder (penurunan konsentrasi
hemoglobin)
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan pada pasienAn.S telah direncanakan
sesuai tindakan yang telah ditegakkan yang merujuk pada buku SDKI,
SLKI, dan SIKI.
4. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan semua intervensi yang telah disusun, semua tindakan
dilakukan implementasi pada pasien. Implementasi dilakukan selama 1
hari, dikarenakan pasien akan pulang kerumah setelah 2x24 jam
perawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang di dapatkan dengan metode S-O-A-P yang
didapatkan berhasil tercapai sesuai level yang ingin dicapai.
37
B. Saran
Diharapkan perawat dan tenaga kesehatan lainnya mampu
memahami dan mendalami kasus thalassemia serta mampu meminimalkan
faktor resiko dari thalassemia.
38
DAFTAR PUSTAKA
Dona, Marnis, Ganis Indriati, dan Fathara Anis Nauli . (2018). Hubungan Tingkat
Pengetahuan dengan Kualitas Hidup Anak Thalasemia. Jurnal
Keperawatan
Sriwijaya.
Ganong WK, ”Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Edisi 14, Cetakan I, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St. Louis
Missoury: Mosby
thalasemia.
Putri DM. 2015. Gambaran Status Gizi Anak Thalassemia β Mayor di RSUP
M.Djamil. Skripi. Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang.
Potts & Mandleco. 2012. Pediatric Nursing; Caring for Children and Their
Families. 3rd ed. Clifton Park. New York
Suriadi, Rita Yuliani., 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta :
Sagung setia.
Yazdani, B. O., Yaghoubi, N. M., & Giri, E. S., (2011). Factors affecting the
Empowerment of Employees. European Journal of Social Sciences, 20 (2),
267-274.