Disusun Oleh:
TINGKAT 2A
JURUSAN KEPERAWATAN
TP. 2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN THALASEMIA . Laporan pendahuluan ini disusun guna memenuhi tugas dari
Pembimbing. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ns. Asria Sari selaku clinical
instruktur. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis menyadari laporan pendahuluan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................................................................
2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………………………...3
1. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………………………………4
3. Etilogi…………………………………………………………………………………………………………………………………6
4. Patofisiologi .............................................................................................................................6
5. Patoflowdiagram……………… …………………………………………………………………………………………….7
6. Manifestasi Klinis……………………………………………………………………………………………………………..8
7. Komplikasi………………………………………………………………………………………………………………………..9
8. Pemeriksanaan diagnostik……………………………………………………………………………………………….9
9. Penatalaksanaan…………………………………………………………………………………………………………….10
B. Konsep Asuhan Keperawatan …………………………………………………………………………………………..11
1. pengkajian..……………………………………………………………………………………………………………………………11
2. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………………………………………………..…..13
3. Intervensi Keperawatan…………………………………………………………………………………………………….….13
4. Evaluasi……………………………………………………………………………………………………………………………….…13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………………….17
3
Latar Belakang
4
A. Konsep Medik
1. Definisi
a. Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin merupakan pigmen yang mengandung zat besi terdapat dalam sel
darah merah dan berfungsi terutama dalam pengangkutan oksigen dari paru- paru ke semua
sel jaringan tubuh. (Pearce, 2009).
b. Tahap Pembentukan Hb
5
3. Etiologi
4. Patofisiologi
Hemoglobin pasca kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alfa dan beta
polipeptide. Dalam beta thalsemia, ada penurunan sebagian atau keseluruhan dalam
proses sintesis molekul/hemoglobin rantai beta. Konsekuensi adanya peningkatan
compensatory dalam proses pensintesisan rantai alfa dan produksi rantai gamma tetap
aktif, dan menyebabkan ketidaksempurnaan formasi hemoglobin. Polipeptida yang tidak
seimbang ini sangat tidak stabil, mudah terpisah dan merusak sel menanggulangi proses
hemolitik, sel darah merah dibentuk dalam jumlah yang banyak, atau setidaknya sumsum
tulang ditekan dengan proses transfusi. Kelebihan Fe dari pertambahan RBCs d;am
transfusi serta kerusakan yang cepat dari sel defectif disimpan dalam berbagai organ.
Hemoglobin paska kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alpa dan beta
polipeptide. Dalam beta thalasemia ada penurunan sebagian atau keseluruhan dalam
proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta. Konsekuensinya adanya peningkatan
compensatori dalam proses pensintesisan rantai alpa dan produksi rantai gamma tetap
aktif, dan mengakibatkan ketidaksempurnaan deretan hemoglobin.
6
5. Patoflowdiagram
6. Manifestasi Klinik
Talasemia-β dibagi tiga sindrom klinik ditambah satu sindrom yang baru ditentukan, yakni
7
1) Talasemia-β minor/heterozigot: anemia hemolitik mikrositik hipokrom.
2) Talasemia-β mayor/homozigot: anemia berat yang bergantung pada transfusi darah.
3) Talasemia-β intermedia: gejala di antara Talasemia β mayor dan minor.
4) Talasemia-β pembawa sifat tersembunyi (silent carrier) (Atmakusuma, 2009).
Empat sindrom klinik Talasemia-α terjadi pada Talasemia-α, bergantung pada nomor
gen dan pasangan cis atau trans dan jumlah rantai-α yang diproduksi. Keempat sindrom
tersebut adalah pembawa sifat tersembunyi Talasemia-α (silent carrier), Talasemia-α trait
(Talasemia-α minor), HbH diseases dan Talasemia-α homozigot (hydrops fetalis)
(Atmakusuma, 2009).
a. Thalasemia Mayor:
1) Pucat,
2) lemah,
3) anoreksia,
4) sesak napas,
5) peka rangsang
6) Tebalnya tulang kranial
7) Pembesaran hati dan limpa / hepatospenomegali
8) Menipisnya tulang kartilago, nyeri tulang
9) Disritmia
10) Epistaksis
11) Sel darah merah mikrositik dan hipokromik
12) Kadar Hb kurang dari 5 gram / 100 ml
13) Kadar besi serum tinggi
14) Ikterik
15) Peningkatan pertumbuhan fasial mandibular, mata sipit, dasar hidung lebar dan datar.
b. Thalasemia Minor:
1) Pucat
2) Hitung sel darah merah normal
3) Kadar konsentrasi hemoglobin menurun 2 sampai 3 gram / 100 ml di bawah kadar normal
sel darah merah mikrositik dan hipokromik sedang
8
7. Komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi darah
yang berulang ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat
tinggi, sehingga di timbun dalam berbagai jarigan tubuh seperti hepar, limpa, kulit,
jantung dan lain lain. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi alat tersebut
(hemokromatosis). Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma ringan. Kadang kadang
thalasemia disertai tanda hiperspleenisme seperti leukopenia dan trompositopenia.
Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung (Hassan dan Alatas, 2002)
Hepatitis pasca transfusi biasa dijumpai, apalagi bila darah transfusi telah
diperiksa terlebih dahulu terhadap HBsAg. Hemosiderosis mengakibatkan sirosis hepatis,
diabetes melitus dan jantung. Pigmentasi kulit meningkat apabila ada hemosiderosis,
karena peningkatan deposisi melanin (Herdata, 2008)
8. Pemerikasaan diagnostik
Penatalaksaan Medis Thalasemia antara lain: (Rudolph, 2002; Hassan dan Alatas,
2002; Herdata, 2008)
1. Medikamentosa
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum
sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali
transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui
pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai
transfusi darah.
9
Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek
kelasi besi.
Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.
Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel
darah merah
2. Bedah
limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan
tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya rupture
hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan
suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.
Transplantasi sumsum tulang telah memberi harapan baru bagi penderita thalasemia
dengan lebih dari seribu penderita thalasemia mayor berhasil tersembuhkan dengan tanpa
ditemukannya akumulasi besi dan hepatosplenomegali. Keberhasilannya lebih berarti pada
anak usia dibawah 15 tahun. Seluruh anak anak yang memiliki HLA-spesifik dan cocok
dengan saudara kandungnya di anjurkan untuk melakukan transplantasi ini.
3. Suportif
Tranfusi Darah
Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini akan
memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi,
dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah
dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
9. Penatalaksanaan Medis
a) Transfusi sel darah merah (SDM) hingga kadar Hb sekitar 11 g/dl. Pemberian sel darah
merah sebaiknya 10 – 20 ml/kg berat badan.
b) Pemberian chelating agents (Desferal) secara intravena atau subkutan. Desferiprone
merupakan sediaan dalam bentuk peroral. Namun keuntungannya lebih rendah dari
desferal dan memperlihatkan ancaman fibrosis hati.
c) Tindakan splenektomi perlu dipertimbangkan terutama kalau ada tanda – tanda
hipersplenisme atau kebutuhan transfusi meningkat atau lantaran sangat besarnya limpa.
d) Transplantasi sumsum tulang biasa dilakukan pada thalasemia beta mayor.
10
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Asal keturunan/kewarganegaraan
2. Umur
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah terlihat
sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada thalasemia minor yang
gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang berobat pada umur sekitar 4 – 6 tahun.
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas infeksi lainnya.
Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.
5. Pola makan
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan, sehingga berat
badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
6. Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak tidur /
istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa lelah
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah orang tua yang
menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita thalassemia, maka anaknya
berisiko menderita thalassemia mayor. Oleh karena itu, konseling pranikah sebenarnya
11
perlu dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin
disebabkan karena keturunan.
Selama Masa Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor
risiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya sehat. Apabila diduga faktor
resiko, maka ibu perlu diberitahukan mengenai risiko yang mungkin dialami oleh
anaknya nanti setelah lahir. Untuk memestikan diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke
dokter.
9. Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering didapatkan diantaranya adalah:
a. Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah aanak
seusianya yang normal.
e. Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya
pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik.
f. Perut
Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa dan hati
( hepatosplemagali).
g. Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB nya kurang dari
normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya.
12
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak adanya pertumbuhan
rambut pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tahap
adolesense karena adanya anemia kronik.
i. Kulit
Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering mendapat transfusi
darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat adanya penimbunan zat besi
dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Kriteria Hasil :
2) Intervensi
Observasi
13
d) Auskultasi bunyi Nafas
Terapeutik
Kriteria Hasil :
c) Tenaga Meningkat
2) Intervensi :
Observasi
Terapeutik
c) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpidah atau
berjalan
14
Edukasi
Kriteria hasil :
c) Akral membaik
2) Intervensi :
Observasi
atau gelisah
Terapeutik
Edukasi
15
a) Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit
terbakar
16
Daftar Pustaka
https://www.coursehero.com/file/63703976/LP-TALASEMIA-FIXdocx/
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-
thalasemia.html#.YFoVka9Kg2w
https://www.academia.edu/18075400/LAPORAN_PENDAHULUAN_THALASEMIA
17