Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN THALASSEMIA

Disusun Oleh Kelompok 8 Kelas 2A :


1. Detria Sholina Putri P05120321009
2. Rizki Putriani P05120321039
3. Shandya Bella Amanda P05120321041
4. Tamara Dwi Puspita P05120321044

Dosen Pengampu :
Pauzan Efendi, SST, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................5

C. Tujuan ..............................................................................................................................5

D. Manfaat ............................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Thalassemia ................................................................................................6

1. Definisi Thalasemia ......................................................................................................6

2. Etiologi .........................................................................................................................7

3. Manifestasi Klinis .........................................................................................................8

4. Patofisiologi ..................................................................................................................9

5. WOC .......................................................................................................................... 10

6. Pemeriksaan Diagnostik .............................................................................................. 12

7. Penatalaksaan.............................................................................................................. 12

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan Thalassemia................................................ 14

1. Pengkajian .................................................................................................................. 14

2. Diagnosa ..................................................................................................................... 16

3. Perencanaan ................................................................................................................ 16

BAB III .................................................................................................................................... 29

PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 29

A. Kasus ............................................................................................................................. 29

B. Analisa Data ................................................................................................................... 30


C. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................... 31

D. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi (SOAP) .......................................................... 33

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 42

B. Saran .............................................................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Thalasemia merupakan penyakit hemolitik kronik karena kelainan genetik yang
diturunkan secara autosomal resesif. Thalasemia memiliki karakteristik berupa penurunan
atau pengurangan produksi rantai globin, sehingga menyebabkan eritrosit yang mudah
rapuh dan mengakibatkan anemia dengan berbagai macam derajatnya (Ganie, 2018).
Angka penderita penyakit Talasemia di Indonesia masih terbilang tinggi. Menurut
data sebanyak 10.531 pasien terdeteksi menderita Talasemia Mayor. Sementara sebanyak
2.500 bayi baru lahir diprediksi membawa sifat talasemia setiap tahunnya (Kemenkes,
2019).
Penderita thalasemia banyak ditemukan pada anak-anak. Jenis thalasemia yang
paling sering ditemui adalah thalasemia beta. Secara klinis thalasemia terbagi menjadi
tiga, yaitu thalasemia minor, intermedia, dan mayor. Thalasemia minor merupakan
kelainan darah yang diakibatkan karena kurangnya protein beta akan tetapi
kekurangannya tidak terlalu signifikan sehingga tubuh tetap dapat berfungsi secara
normal. Thalasemia intermedia adalah dimana kedua gen alpha dan beta mengalami
mutasi, tetapi masih bisa memproduksi sedikit rantai beta globin. Sedangkan pada
thalasemia mayor tubuh sangat sedikit memproduksi protein beta sehingga hemoglobin
yang terbentuk akan cacat dan membutuhkan transfusi darah rutin (McPhee & Ganong,
2019).
Pengobatan penyakit talasemia hingga saat ini belum sampai pada tahap
penyembuhan. Transplantasi sumsum tulang hanya membuat seorang penderita talasemia
mayor tidak lagi membutuhkan transfusi darah, tapi masih dapat membawa gen talasemia
untuk keturunannya. Di seluruh dunia protokol tata laksana talasemia memiliki sifat
simptomatik berupa transfusi darah seumur hidup. Keperluan 1 orang pasien talasemia
mayor dengan berat badan 20 kilogram untuk transfusi darah dan kelasi besi yang
adekuat dapat membutuhkan biaya sekitar 300 juta rupiah per tahun. Jumlah ini tidak
termasuk biaya laboratorium dan pemantauan, dan tata laksana komplikasi yang dapat
saja muncul (Kemenkes, 2018).
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi thalasemia
2. Untuk mengetahui etiologi thalasemia
3. Untuk mengetahui manifestasi thalasemia
4. Untuk mengetahui patofisiologi thalasemia
5. Untuk mengetahui woc thalasemia
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik thalasemia
7. Untuk mengetahui penatalaksaan thalasemia
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan thalasemia secara teori

C. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan dalam mempelajari tentang penyakit
thalassemia. Memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada klien penyakit
thalassemia.

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkann pengetahuan dan sebagai media
pembelajaran bagi peneliti mengenai penyakit thalasemia dalam pengaplikasian ilmu
kesehatan masyarakat. Menambah ilmu keluasaan ilmu terapan bidang keperawatan
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan penyakit thalasemia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Thalassemia


1. Definisi Thalasemia
Thalasemia berasal dari kata Yunani, yaitu thalassa yang berarti laut. Yang
dimaksud laut tersebut adalah Laut Tengah, karena penyakit ini mula-mula ditemukan di
sekitar Laut Tengah. Thalasemia merupakan kelainan genetik yang ditandai oleh
penurunan atau tidak adanya sintesis atau beberapa rantai polipeptida globin (Soegijanto
S, 2017). Thalasemia merupakan kelainan genetic autosom resesif yang mengakibatkan
kurangnya produksi hemoglobin defisiensi besi mengganggu sintesis heme, talasemia
menggangu sintesis globin.
Thalassemia adalah sekelompok penyakit yang melibatkan produksi hemoglobin
normal yang tidak memadai, dan karena itu penurunan eritrosit. Produksi rocyte.
Thalassemia disebabkan oleh protein globulin yang tidak ada atau berkurang. Rantai a-
Globin tidak ada atau berkurang pada a-thalassemia, dan rantai B-globin tidak ada atau
berkurang pada B-thalassemia. Hemolisis juga terjadi pada talasemia, tetapi insuf.
produksi hemoglobin normal yang cukup adalah masalah utama. Thalassemia umumnya
ditemukan pada anggota kelompok etnis yang asal-usulnya dekat Laut Mediterania dan
daerah khatulistiwa atau dekat khatulistiwa di Asia, Timur Tengah, dan Afrika.
Thalasemia adalah sekelompok penyakit atau keadaan herediter dimana produksi
satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu. Secara gam besar yndrom
thalasemia dibagi dalam dua golongan besar yaitu jems alfa dan beta sesuai kelainan
berikutnya produksi rantai polipeptida. Thalasemia berbeda dengan abnormal, Pads
thalasemia letak salah satu asam amino rantal polipeptida berbeda urutannya atau ditukar
dengan jenis asam amino Lainnya. Gabungan antara thalasemia dengan Hb abnormal
mungkin berupa Hb 5, Hb C. Hb D dan Hb E yang terakhir ini sering terdapat di
Indonesta.
Deskripsi klinis dibuat untuk membagi sindrom ini dalam beberapa tingkatan
menurut beratnya penyakit atau gejala klinis dan prognosis: Thalasemia mayor,
thalasemia minor, intermedia, minimal, dan sebagainya. Pada waktu itu belum diketahun
dengan jelas penyebabnya. Perkembangan ilmu biologi molekuler dan analisis restriction
endonuclease dapat mengungkapkan patofisiologi sindrom thalasemia dengan defek
genetic molecular.
Thalasemia adalah kelainan kongenital, anomali pada eritropoeisis yang
diturunkan dimana hemoglobin dalam eritrosit sangat kurang, oleh karenanya akan
terbentuk eritrosit yang relatif mempunyai fungsi yang sedikit berkurang. Thalasemia
merupakan kelompok kelainan genetik heterogen yang timbul akibat berkurangnya
kecepatan sintesis rantai alpha atau beta (Hoffbrand A, dkk, 2017).
Penderita thalasemia tidak mampu memproduksi salah satu dari protein tersebut
dalam jumlah yang cukup, sehingga sel darah merahnya tidak terbentuk dengan
sempurna. Akibatnya hemoglobin tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yang
cukup. Hal ini mengakibatkan anemia yang dimulai sejak usia anak-anak hingga
sepanjang hidup penderitanya. Thalasemia diturunkan oleh orang tua yang carrier kepada
anaknya. Sebagai contoh, jika Ayah dan Ibu memiliki gen pembawa sifat thalasemia
adalah sebesar 50%, kemungkinan menjadi penderita thalasemia mayor 25% dan
kemungkinan menjadi anak normal yang bebas thalasemia hanya 25% (Mambo, 20017).

2. Etiologi
Thalasemia alfa disebabkan oleh delesi gen (terhapus karena kecelakaan genetik)
yang mengatur produksi tetramer globin, sedangkan pada thalasemia beta karena adanya
mutasi gen tersebut. Individu normal yang mempunyai 2 gen alfa yaitu alfa thal 2 dan
alfa thal 1 terletak pada tiap bagian pendek kromosom 16 (aa/aa). Hilangnya 1 gen (silent
carrier) tidak memberikan gejala klinis sedangkan hilangnya 2 gen hanya memberikan
manifestasi ringan atau tidak memberikan gejala klinis yang jelas. Hilangnya 3 gen
(penyakit Hb H memberikan anemia moderat dan gambaran klinis, thalasemia alfa
intermedia. Afinitas Hb H terhadap oksigen sangat terganggu dan destruksi eritrosit lebih
cepat. Delesi ke 4 gen alfa (homosigot alfa thal 1, Hb Barts hydrops fetails) adalah tidak
kompatibel dengan kehidupan akhir intra-uterin atau neonatal, tanpa transfusi darah.
Gen yang mengatur produksi rantai beta terletak di sisi pendek kromosom 11.
pada thalasemia beta, mutasi gen disertai berkurangnya produksi mRNA dan
berkurangnya sintesis globin dengan struktur normal. Dibedakan 2 golongan besar
thalasemia bata:
1. Ada produksi sedikit rantai beta (tipe beta plus)
2. Tidak ada produksi rantai beta (tipe beta nol)
Defisit sintesis globin beta hampir paralel dengan defisit globin beta mRNA yang
berfungsi sebagai template untuk sintesis protein.
Talasemia banyak ditemukan pada orang Mediterania, Afrika, dan Asia Tenggara.
Individu yang mewariskan gen alfa mengalami talasemia alfa, jenis talasemia yang paling
umum; alfa bawaan (heterozigot) asimtomatis pada 30% Afrika-Amerika. Mereka yang
mewarisi hanya satu gen beta (heterozigot) mengalami talasemia minor, juga disebut
talasemia bawaan, kondisi karier untuk talasemia mayor. Individu yang menurunkan
kedua gen beta (homozigot) mengalami talasemia mayor, yang menyebabkan anemia
berat dan mengancam jiwa.

3. Manifestasi Klinis
Pada Thalasemia mayor gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur
kurang dari 1 tahun. Gejala yang nampak anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak
sesuat dengan umur ; berat badan kurang. Pada anak yang besar sering dijumpai adanya
gizi buruk, perut membuncit karena adanya pembesaran timpa dan hati yang muda diraba
adanya pembesaran limpa dan hati tersebut mempengaruhi gerak si pasien karena
kemampuannya terbatas. Limpa yang membesar ini akan mudah ruptur hanya karena
trauma ringan saja.
Gejala lain (khas) ialah bentuk muka yang megoloid, hidung pesek mata lebar dan
tulang dahi membesar disebabkan karena gangguan perkembangan tulang muka dan
tengkorak. (Gambaran radiologist tulang memperlihatkan medulla yang lebar, korteks
tipis dan trabekula kasar).
Keadaan kulit pucat kekuning kuningan. Jika pasien telah sering mendapatkan
transfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam
jaringan kulit. Penimbunan best (hemosiderosis) dalam jaringan tubuh seperti pada hepar,
limpa, jantung akan mengakibatkan gangguan fungsi faal alat-alat tersebut (Ngastiyah,
20018).
Individu dengan talasemia alfa mungkin akan mengalaini anemia ringan dan
tampak asimtomatis. Individu dengan talasemia minor memiliki gejala klinis anemia
ringan dan sedang. Kelainan ini mungkin tidak diketahui selama beberapa tahun. Individu
dengan talasemia mayor didiagnosis sejak awal kehidupan karena kurangnya Hb
langsung terlihat. Bayi talasemia tampak normal karena Hb janin tidak mengandung beta
globin; namun pada h awal pertumbuhan, sintesis Hb berubah menjadi bentuk dewasa
dan gejala klinis anemia akan muncul. Anak akan merasakan nyeri, gagal berkembang,
sering terinfeksi, diare, splenomegali, hepatomegali, kuning karena hemolisis eritrosit,
dan hiperplasia sumsum tulang.
Diagnosis janin untuk jenis talasemia dapat dilakukan melalui amniosentesis. Uji
diagnosis molekuler dapat dilakukan untuk mengetahui adanya mutasi setelah 8 minggu
kehamilan.

4. Patofisiologi
Pada talasemia alfa, terdapat mutasi pada gen alfa-globin. Pada talasemia minor,
gen beta-globin mengalami mutasi, mengakibatkan sedikit kerusakan pada sintesis beta-
globin. Pada talasemia mayor, mutasi terjadi pada kedua gen globin, mengakibatkan
gangguan nyata pada sintesis beta-globin, ditandai dengan menurunnya produksi
hemoglobin dan anemia berat. Hemolisis merupakan akibat dari ketidakseimbangan
rantai alfa dan beta globin yang biasanya berpasangan. Banyaknya agregat rantai alfa dan
beta globin yang tidak berpasangan dan membentuk presipitat yang merusak sel darah
merah, mengakibatkan hemolisis intravaskular.
Penyebab anemia pada pasien Thalasemia bersifat primer atau sekunder. Primer
adalah berkurangnya sintesis HbA dan eritropoesis yang tidak efektif disertai
penghancuran sel- sel eritrosit intramedular. Sedangkan yang sekunder adalah karena
defisiensi asam polat, bertambahnya volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan
hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh sistem retikuloendotelial dalam limpa dan hati.
Penelitian biomolekuler menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga
produksi
rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang. Terjadinya hemosiderosis merupakan
eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis, serta proses hemolisis.
Pada pasien dengan Thalasemia terjadi penurunan sintesis rantai globin (alfa dan
beta) sehingga anemia karena hemoglobinisasi eritrosit yang tidak efektif. Eritrosit yang
normal dapat hidup sampai dengan 120 hari menjadi muda rusak dan umur sel darah
merah menjadi pendek kurang dari 100 hari. Pasien dengan Thalasemia alfa disebabkan
karena penurunan globin a, maka tidak menyebabkan perubahan pada persentase
distribusi hemoglobin A, A2 dan F Thalasemia beta terjadi akibat penurunan atau tidak
adanya rantai globin b, hal ini disebabkan karena adanya mutasi. Mutasi ini disebabkan
prematuritas rantai atau gangguan dalam transkrip RNA dan dapat menyebabkan defek
yang menyebabkan ekspresi rantai globin disebut B. Sedangkan yang dapat menyebabkan
penurunan sintesis di sebut B penurunan rantai beta, menyebabkan rantai alfa tidak stabil
sehingga berakibatkan pada membrans eritrosit. Eritrosit mudah rusak sebelum waktunya
sehingga dapat menyebabkan anemia berat. Di sisi lain pemecahan hemoglobin akan
menghasilkan zat besi yang kemudian akan terjadi penimbunan pada hati, kulit dan limpa
dan pada jangka waktu yang lama menimbulkan komplikasi yaitu kegagalan fungsi organ
seperti hati.

5. WOC

Kelainan genetik

Hb F tidak mengalami Delesigen Mutasi Gen


penurunan

Hilangnya gen α dalam


Berkuranganya produk
rantai globin
mRNA

Sintesa Hb dengan struktur abnormal/hemoglobil defensif Produk rantai α sedikit/tidak


ada

Thalasemia
Hb abnormal mengedap Globin intra eritrositik yang Afnitas Hb terhadap
didinding eritrosit mengalami defek meresak sampul oksigen tidak adekuat
eritrosik
Proses eritropoesis
terganggu Pemecahan/destruksi elitrosik Transport oksigen kejaringan
lebeih cepat dari normal terganggu

Anemia mikrositik hipokrom


Anemia hemolitik Perfusi dijaringan menurun

Aktiftas sistem RRS meningkat MK:Ggn perfusi jar


Kopensansi tubuh

Sumsum tl.merah lien hepar jantung paruh

MK.nyeri
Pertumbuhan Kontraksi otot hiperventi
b.d pd tl hepatomegali jantung me↑ lasi
Splemomegali
frontal,zigomati
kum&maksila

Ggn
metabolism/pemben
kardiiomegali takipnea
Menekan tukan energi
Fraktur spontan lambung

MK:P
↑COP
Menekan diagfragma MK:pola
anoreksia nafas tdk
efektif
keletihan
Sesak nafas
MK:pola nafas
tidak efektif

MK:kerusakan
mobilitas
fisik,restiinfeksi
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Darah pasien dengan Hbf diinkubasi selama 30 menit
pada suhu kamar dengan beitian Aresil biru 13, presptasi terjadi di dalam eritrosit yang
dapat di observasi bawah mikroskop Pada penyakit Hb H, Kadar Hb H Dervariasi,
beberapa persen hingga 40% Resistenst osmotik menurun dan waktu paruh eritrosit
memendek 12-24 hari, sedangkan eritropoest dalam sum sum tulang tetap efektif.
Gambaran darah tepi pada penyakit Hb H adalah anemia hipokrom, mikrositer
menyerupai thalasemia beta minor, tetapi kelainan morfologi eritrosit lebih nyata dan
kadang-kadang anemianya lebih berat terutama bila ada infeksi, jumlah
retikulositmeninggi. Bila ada infeksi, jumlah retikulosit meninggi. Nilai eritosit rata-rata
dapat digunakan untuk menyaring carrier, misalnya dengan menggunakan alat
penghitung sel automatis.
Pada thalasemia alfa Hb F tidak meninggi, HD AZ lebih rendah dari kadar pada
orang normal dan pada kelahiran di dapat Hb Bart pada darah tali pusat. Umumnya Hb H
dapat terjadi pada pasien yang berusia tua dengan kelainan mieloproliferatif tertentu yang
biasanya berakhir dengan leokomia Gambaran darah tepi adalah dimotif hipokrom dan
normokrom Pada umumnya defek sintesis rantai alfa lebih berat dari pada tipe kongenital
yang mempengaruhi gambaran benda inklusi. Walaupun hampir tidak terjadi sintesis
rantai globin alfa, tidak didapatkan delegasi gen alfa.
Pemeriksaan elektroforesis hemoglobin dengan cellulose acetate pada pH alkalin
adalah mudah, cepat dan rentan. Pada umumnya cukup memuaskan untuk deteksi besar
varian hemoglobin.
7. Penatalaksaan
Pengobatan pada penderita thalasemia dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu (Permono, B, 2018):
a. Medikamentosa
1) Pemberian iron chelating agent (desferoxamine) diberikan setelah kadar ferritin
serum sudah mencapai 1000 mg/1 atau saturasi transferin lebih 50% atau sekitar
10-20 kali transfusi darah. Desferosamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/har
intra vena melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5
hari berturut setiap selesai transfusi darah.
2) Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian khelasi best, untuk meningkatkan
efek khelasi besi.
3) Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. 4) Vitamin
E 200-400 IU setiap hari sebagai anti oksidan dapat memperpanjang umur sel
darah merah.
b. Splenektomi
Splenektomi perlu dilakukan untuk mengurangi kebutuhan darah. Splenektomi
harus ditunda sampai pasien berusia > 6 tahun karena tingginya resiko infeksi pasca
splenektomi. Splenektomi dilakukan dengan indikasi:
1) Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan
peningkatan tekanan intra abdominal dan bahaya terjadi rupture.
2) Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau
kebutuhan suspensi eritrosit melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.
c. Sufortif
Pengobatan paling umum pada penderita thalasemia adalah transfusi komponen
sel darah merah. Transfusi bertujuan untuk mensuplai sel darah merah sehat untuk
sementara waktu bagi penderita. Transfusi darah yang teratur perlu dilakukan untuk
mempertahankan hemoglobin penderita di atas 10 g/dl setiap saat. Hal ini biasanya
membutuhkan 2-3 unit tiap 4-6 minggu. Dengan keadaan ini akan memberikan
supresi sum-sum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat
mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam
bentuk packed red cell (PRC), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan hemoglobin 1 g/dl.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan Thalassemia
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, No
RM, diagnose medis, nama penanggungjawab, dan alamat penanggungjawab.
b. Umur
Pada thalassemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah terlihat sejak
anak berumur kurang dari satu tahun, sedangkan pada thalassemia minor yang
gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang berobat pada umur sekitar 4-6
tahun
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Anoreksia, lemah, diare, demam, anemia, ikterus ringan, BB menurun, perut
membuncit, hepatomegali dan splenomegali.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas atau infeksi
lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya HB yang berfungsi sebagai alat
transport.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah kedua orangtua menderita thalassemia dikarenakan thalasemia merupakan
penyakit keturunan.
f. Riwayat Ibu Saat Hamil
Selama masa kehamilan hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor
thalasemia.
g. Pola Makan
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan, sehingga BB anak
sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
h. Pola Aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya, anak lebih banyak tidur atau
istirahat karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa lelah.
i. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah, dan kurang bergairah serta tidak selincah anak
seusianya yang normal.
b) Kepala dan bentuk muka
Anak yang belum atau tidak mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk khas,
yaitu kepala membesar, dan bentuk mukanya adalah Mongoloid, yaitu hidung
pesek tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata lebar, dan tulang dahi
terlihat lebar.
c) Mata
Konjungtiva terlihat pucat atau anemis dan sklera ikterik.
d) Mulut
Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman atau sianosis.
e) Leher
Tidak ada pembesaran KGB.
f) Thorax/dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya
pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik. Pada pemeriksaan paru
terlihat napas pendek, takipnea, ortopnea dan dispnea. Pada pemeriksaan jantung
terdengar bunyi jantung mur-mur sistolik.
g) Abdomen
Perut terlihat membuncit dan ketika dipalpasi terdapat pembesaran limpa dan hati
(hepatosplemegali) dan disertai nyeri.
h) Ekstremitas
Terdapat perubahan pada tulang : penipisan korteks tulang punggung.
i) Kulit
Warna kulit kekuning – kuningan. Jika anak telah sering mendapat transfusi
darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat adanya penimbunan
zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
j) Genetalia
Perubahan seks sekunder dengan adanya keterlambatan kematangan seksual untuk
anak pada usia pubertas.
k) Pertumbuhan dan perkembangan
Biasanya terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang lambat, pertumbuhan
fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB kurang dari normal.

2. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul pada anak dengan thalassemia, yaitu:
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin.
b. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oskigen.
c. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis.
d. Ansietas b.d kurang terpapar informasi.
e. Gangguan tumbuh kembang b.d efek ketidakmampuan fisik.
f. Risiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder

3. Perencanaan
No Diagnosa Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan SIKI: Perawatan Sirkulasi
efektif b.d tindakan keperawatan
penurunan selama 3x24 jam Observasi
konsentrasi diharapkan: 1. Periksa sirkulasi
hemoglobin SLKI: Perfusi Perifer perifer (mis: nadi,
(D.0009) Ekspektasi: Meningkat, perifer, edema,
dengan kriteria hasil : pengisian kapiler,
1. Kulit pucat menurun warna, suhu, ankle-
2. Edema perifer brachial index)
menurun 2. Identifikasi faktor
3. Kelemahan otot risiko gangguan
membaik sirkulasi
4. Pengisian kapiler 3. Monitor panas,
membaik kemerahan, nyeri,
5. Kekuatan nadi perifer atau bengkak pada
meningkat ekstermitas
6. Akral membaik Terapeutik
7. Turgor kulit membaik 1. Hindari pemasangan
infus, atau
pengambilam darah di
area keterbatasan
perfusi
2. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan
dan pemasangan
tourniquet pada area
yang cedera
4. Lakukan pencegahan
infeksi
5. Lakukan perawatan
kaki dan kuku
6. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan olahraga
rutin
2. Anjurkan mengecek
air mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
3. Anjurkan perawatan
kulit yang tepat
4. Anjurkan program
diet untuk
memperbaiki sirkulasi
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan SIKI: Manajemen Energi
b.d tindakan keperawatan
ketidakseimbangan selama 3x24 jam Observasi
antara suplai dan diharapkan: 1. Identifikasi gangguan
kebutuhan oskigen. SLKI: Toleransi Aktivitas fungsi tubuh yang
(D.0056) Ekspetasi: Meningkat, mengakibatkan
dengan kriteria hasil: kelelahan
1. Keluhan lelah 2. Monitor kelelahan
menurun fisik dan emosional
2. Dispnea saat aktivitas 3. Monitor pola dan jam
menurun tidur
3. Dispnea setelah 4. Monitor lokasi dan
aktivitas menurun ketidaknyamanan
4. Frekuensi nadi selama melakukan
membaik aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis: cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan atau aktif
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan
menghubungi
perawat, jika tanda
dan gejala tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

3. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan SIKI: Manajemen Nutrisi


faktor psikologis. tindakan keperawatan
(D.0019) selama 3x24 jam Observasi
diharapkan: 1. Identifikasi status
SLKI: Status Nutrisi nutrisi
Ekspektasi: Meningkat 2. Identifikasi alergi dan
dengan kriteria hasil: intoleransi makanan
1. Porsi makan yang 3. Identifikasi kebutuhan
dihabiskan meningkat kalori dan jenis
2. Berat badan membaik nutrient
3. IMT membaik 4. Identifikasi makanan
yang disukai
5. Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastric
6. Monitor asupan
makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis:
piramida makanan)
3. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan diet Tinggi
Kalori Tinggi Protein
(TKTP) dalam porsi
kecil tapi sering
5. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi,
kecuali makanan yang
banyak mengandung
Fe seperti sayuran
hijau tua
6. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian
makan melalui
nasograstik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Ajarkan posisi duduk,
jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis: pereda
nyeri), jika perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

4. Ansietas b.d kurang Setelah dilakukan SIKI: Reduksi Ansietas


terpapar informasi. tindakan keperawatan
(D.0080) selama 2x24 jam Observasi
diharapkan: 1. Identifikasi saat
SLKI: Tingkat Ansietas tingkat ansietas
Ekspektasi: Menurun, berubah (mis: kondisi,
dengan kriteria hasil: wkatu, stressor)
1. Verbalisasi 2. Identifikasi
kebingungan menurun kemampuan
2. Verbalisasi khawatir mengambil keputusan
akibat kondisi yang 3. Monitor tanda-tanda
dihadapi menurun ansietas (verbal dan
3. Perilaku gelisah non verbal)
menurun
4. Perilaku tegang
menurun Terapeutik
5. Konsentrasi membaik 1. Ciptakan suasana
6. Pola tidur membaik terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
6. Tempat barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
7. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
8. Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa
yang akan datang

Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara
faktual; mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat anti ansietas, jika
perlu
5. Gangguan tumbuh Setelah dilakukan SIKI: Perawatan Perkembangan
kembang b.d efek tindakan keperawatan
ketidakmampuan selama 3x24 jam Observasi
fisik. (D.0106) diharapkan: 1. Identifikasi
SLKI: Status pencapaian tugas
Perkembangan perkembangan anak
Ekspektasi; Membaik, 2. Identifikasi isyarat
dengan kriteria hasil: perilaku dan fisiologis
1. Keterampilan/perilaku yang ditunjukkan bayi
sesuai usia meningkat (mis: lapar, tidak
2. Kemampuan nyaman)
melakukan perawatan Terapeutik
diri meningkat 1. Pertahankan sentuhan
seminimal mungkin
pada bayi premature
2. Berikan sentuhan
yang bersifat gentle
dan tidak ragu – ragu
3. Minimalkan nyeri
4. Minimalkan
kebisingan ruangan
5. Pertahankan
lingkungan yang
mendukung
perkembangan
optimal
6. Motivasi anak
berinteraksi dengan
anak yang lain
7. Sediakan aktivitas
yang memotivasi
anak berinteraksi
dengan anak lainnya
8. Fasilitasi anak
berbagi dan
bergantian/bergilir
9. Dukung anak
mengekspresikan diri
melalui penghargaan
positif atau umpan
balik atas usahanya
10. Pertahankan
kenyamanan anak
11. Fasilitasi anak
melatih keterampilan
pemenuhan
kebutuhan secara
mandiri (mis: makan,
sikat gigi, cuci
tangan, memakai
baju)
12. Bernyanyi bersama
anak lagu-lagu yang
disukai
13. Bacakan cerita atau
dongeng
14. Dukung partisipasi
anak di sekolah,
ekstrakulikuler dan
aktivitas komunitas
Edukasi
1. Jelaskan orang tua
dan/atau pengasuh
tentang milestone
perkembangan anak
dan perilaku anak
2. Anjurkan orang tua
menyentuh dan
menggendong
bayinya
3. Anjurkan orang tua
berinteraksi dengan
anaknya
4. Ajarkan anak
keterampilan
berinteraksi
5. Ajarkan anak teknik
asertif

Kolaborasi
1. Rujuk untuk
konseling, jika perlu
6. Risiko infeksi d.d Setelah dilakukan SIKI: Pencegahan Infeksi
ketidakadekuatan tindakan keperawatan
pertahanan tubuh selama 3x24 jam Observasi:
sekunder. (D.0124) diharapkan: 1. Monitor tanda dan
SLKI: Tingkat Infeksi gejala infeksi lokal
Ekspektasi: Menurun, dan sistemik
dengan kriteria hasil: Terapeutik
1. Demam menurn 1. Batasi jumlah
2. Kemerahan menurn pengunjung
3. Nyeri menurun 2. Berikan perawatan
4. Bengkak menurn kulit pada area edema
5. Kadar sel darah putih 3. Cuci tangan sebelum
membaik dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
5. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kasus
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dengan inisial An. A dan nomor register
00-00-35-2X-XX masuk rumah sakit melalui IGD Rumkital Dr.Ramelan Surabaya pada
tanggal 13 April 2021 pukul 14.05 WIB diantar oleh keluarganya. Pasien datang ke IGD
dengan keluhan jatuh dari sepeda angin, dan badan pasien terasa lemas kemudian pasien
di rawat di ruangan IGD untuk mendapatkan tindakan medis terhadap luka pasien, setelah
pasien mendapatkan tindakan rawat luka dari IGD, pasien di rujuk di ruangan D2 pada
tanggal 13 April 2021 pukul 15.30 WIB untuk mendapatkan tindakan tranfusi rutin tiap
perbulan, pasien menderita thalasemia semenjak umur 7 tahun, Pengkajian dilakukan
pada tanggal 14 April 2021 pukul 09.30 WIB di dapatkan hasil pengkajian pasien
mengatakan bahwa dagu dan tangannya terasa nyeri karena efek jatuh dari sepeda angin,
tangan pasien juga terdapat luka kecil sehingga di perlukan pemberikan obat salep untuk
luka pasien, pasien merasakan lemas karena pasien memiliki riwayat thalasemia dan rutin
tiap bulan untuk melakukan transfusi darah. Hasil TTV Nadi : 70x/menit, RR :
22x/menit, S : 36,2oC, TD : 110/60 mmHg, SpO2 : 97%.

Pemeriksaan Penunjang
Parameter Result Unit Ref Ranges
HEMATOLOGI
WBC 11.2 10^3/μL 4.0-10.0
Neu# 6.65 10^3/μL 2.0-7.0
Neu% 59.3 % 50.0-70.0
Lym# 3.7 10^3/μL 0.8-.4.0
Lym% 33.1 % 20.0-40.0
Mon# 0.51 10^3/μL 0.12-1.2
Mon% 4.5 % 3.0-12.0
Eos# 0.29 10^3/μL 0.02-0.5
Eos% 2. % 0.5-5.0
Bas# 0.05 10^3/μL 0.0-0.1
Bas% 0.5 % 0.0-1.0
RBC 3.6 10^6/μL 3.5-5.5
HGB 7.2 g/dL 13.2-17.3
HCT 21.6 % 37.0-54.0
MCV 56.7 fL 80.0-100.0
MCH 19.0 pg 27.0-34.0
MCHC 33.6 g/dL 32.0-36.0
RDW_CV 36.2 % 11.0-16.0
RDW_SD 70.8 fL 35.0-56.0
PLT 500 10^3/μL 150.0-450.0
MPV 9.0 fL 6.5-12.0
PDW 12.6 15.0-17.0
PCT 0.452 % 0.108-0.5
IMG# 1.17 10^3/μL 0.0-999.99
IMG% 10.4 % 0.0-100.0

B. Analisa Data

NO Data (Sympotom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)


1. Ds : Pasien mengatakan Penurunan Perfusi Perifer Tidak
bahwa setiap bulan rutin Konsentrasi Efektif SDKI, 2016 (D.
transfusi darah untuk Hemoglobin SDKI, 0009)
meningkatkan sel darah 2016 (D. 0009)
merahnya
Do : - HB : 7.2 g/dL -
Konjungtiva anemis - N :
70x/menit
2. Ds : Pasien mengatakan bahwa Agen Cidera Fisik Nyeri Akut SDKI, 2016
dagu dan tangannya terasa SDKI, 2016 (D. 0077) (D. 0077)
sakit akibat jatuh dari sepeda
karena kelelahan
P : Saat di buat mengunyah
dan bergerak
Q : Seperti tersayat
R : Dagu, Tangan kan kiri
S : Skala 4
T : Hilang timbul
Do: - TD : 110/60 mmHg
-Pasien tampak menahan nyeri
saat di buat makan
- Pasien gelisah terhadap nyeri
3. Ds : Pasien mengatakan Ketidakseimbangan Intoleransi Aktivitas
gampang lelah saat Antara Suplai dan SDKI, 2016 (D. 0056)
beraktivitas berlebihan Kebutuhan Oksigen
Do : - TD : 110/60 mmHg SDKI, 2016 (D. 0056)
- Pasien tampak kelelahan
- RR : 22x/menit
- Anemia

C. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Nama Perawat
Ditemukan Teratasi
1. Perfusi Perifer Tidak 14 April 2021 16 April 2021 Nofia Irawati,
Efektif b/d Penurunan S.Kep
Konsentrasi Hemoglobin
2. Nyeri Akut b/d Agen 14 April 2021 16 April 2021 Nofia Irawati,
Cidera Fisik S.Kep
3. Intoleransi Aktivitas b/d 14 April 2021 16 April 2021 Nofia Irawati,
Ketidakseimbangan Antara S.Kep
Suplai dan Kebutuhan
Oksigen
D. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi (SOAP)
No Tgl/Jam Tindakan TT Tgl/Jam Catatan TT
Perawat Perkembangan Perawat

1.2 14 April Memonitor lokasi 14 April Dx S : Pasien N.I


2021 dan skala nyeri, 2021 1 mengatakan bahwa
09.30 Tanda-tanda vital 15.00 badannya sedikit
sebelum, selama merasa enak setelah
dan setelah di transfusi
transfusi O : - Konjungtiva
P : Saat di buat masih terlihat anemis
mengunyah dan N.I - HB : 7,2 g/dL (Hari
bergerak berikutnya cek HB) -
Q : Seperti N : 80x/menit
tersayat A : Masalah belum
R : Dagu, Tangan teratasi
kan kiri P : Intrvensi
S : Skala 4 dilanjutkan
T : Hilang timbul mengontrol Hb pada
Tensi : 110/70 pasien
mmHg Suhu/nadi
1 10.00 : 80 x/menit, N.I
S : 36,2 oC 15.00 N.I
RR : 23x/menit Dx
B/BB : 110 Cm / 2
51 Kg

10.20 N.I
Memonitor reaksi S : Pasien
transfusi Pasien mengatakan masih
diberikan sedikit nyeri pada
transfusi PRC 1 dagu dan tangannya
11.30 Bag ke 1, tidak N.I P : Saat di
berekasi alergi buat
atau mengunyah
menimbulkan dan bergerak
11.35 reaksi lainnya N.I Q : Seperti
saat transfusi tersayat
dilakukan R : Dagu,
11.40 N.I Tangan kan
Memonitor kiri
11.50 kelelahan fisik N.I S : Skala 4
dan emosional T : Hilang
Pasien timbul
12.00 mengatakan N.I O:
sangat lelah - TD : 110/70 mmHg
ketika melakukan - Pasien tampak
aktivitas yang menahan nyeri saat di
berlebihan buat makan
- Pasien sedikit
12.30 Mengatur N.I 15.00 gelisah terhadap N.I
kecepatan aliran nyeri
transfusi sesuai Dx A : Masalah belum
12.50 produk darah 10- 3 teratasi
15 ml/kg BB N.I P : Intervensi
dalam 2-4 jam dilanjutkan
13.00 N.I mengontrol nyeri
Menjelaskan pada pasien
tujuan dan
14.00 prosedur transfusi N.I
Memfasilitasi
istirahat dan tidur

Menjelaskan
penyebab,
periode, dari S : Pasien
pemicu nyeri mengatakan sudah
tidak mudah lelah
Mengajarkann saat beraktivitas
teknik non berlebihan setelah
farmakologi ditransfusi
untuk O : - TD : 110/70
mengurangi nyeri mmHg - Pasien tidak
Tarik nafas dalam mudah kelelahan -
dan rileks dapat RR : 23x/menit
mengurangi nyeri A : Masalah sebagian
pada pasien teratasi
P : intervensi
Mengajarkan dilanjutkan
strategi koping melakukan aktivitas
untuk secara bertahap
mengurangi
kelelahan

Menganjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap

Melakukan
latihan rentang
gerak pasif
dan/aktif Rom
Pasif

Memberikan hasil
kolaborasi
pemberian
analgetik
Pemberian salep
gentamicin 3x
sehari oleskan
pada luka pasien
secara tipis

2 15 April Memonitor lokasi P.R `15 Dx S : Pasien N.I


2021 dan skala nyeri, April 1 mengatakan bahwa
08.30 Tanda-tanda vital 2021 badannya merasa
sebelum, selama 14.00 enak setelah di
dan setelah transfusi
transfusi O : - Konjungtiva
P : Saat di buat tidak terlihat anemis -
mengunyah dan HB : 10 g/dL (Hari
bergerak berikutnya cek HB) -
Q : Seperti N : 80x/menit
tersayat A : Masalah teratasi
R : Dagu, Tangan sebagian
kan kiri P : Intrvensi
S : Skala 3 dihentikan (Cek HB
T : Hilang timbul bila HB tetap 10 PRC
Tensi : 110/70 1 bag lagi)
09.00 mmHg Suhu/nadi P.R
: 80 x/menit,
S : 36 oC
RR : 22x/menit
TB/BB : 110 Cm
/ 51 Kg
10.00 P.R N.I
Memonitor reaksi 14.00 Dx
transfusi Pasien 2
diberikan
transfusi PRC 1
Bag ke 2, tidak S : Pasien
10.30 berekasi alergi P.R mengatakan masih
atau sedikit nyeri pada
menimbulkan dagu dan tangannya
reaksi lainnya P : Saat di
10.40 saat transfusi P.R buat
dilakukan mengunyah
11.00 M.T dan bergerak
Memonitor Q : Seperti
kelelahan fisik tersayat
dan emosional R : Dagu,
Pasien Tangan kan
mengatakan tidak kiri
mudah lelah S : Skala 3
11.50 ketika melakukan M.T T : Hilang
aktivitas yang timbul
berlebihan O:
12.00 M.T - TD : 110/70 mmHg
Mengatur - Pasien sudah tidak N.I
kecepatan aliran 14.00 tampak menahan
13.00 transfusi sesuai M.T Dx nyeri saat di buat
produk darah 10- 3 makan
15 ml/kg BB - Pasien tidak
dalam 2-4 jam gelisah terhadap
nyeri
Memfasilitasi A : Masalah teratasi
istirahat dan tidur sebagian
P :Intervensi
Mengajarkan dilanjutkan
teknik non mengontrol nyeri
farmakologi pada pasien
untuk
mengurangi nyeri
Tarik nafas dalam S : Pasien
dan rileks dapat mengatakan sudah
mengurangi nyeri tidak mudah lelah
pada pasien saat beraktivitas
berlebihan setelah
Menganjurkan ditransfusi
melakukan O:
aktivitas secara - TD : 110/70 mmHg
bertahap - Pasien tidak mudah
kelelahan - RR :
Melakukan 22x/menit
latihan rentang A : Masalah sebagian
gerak pasif teratasi
dan/aktif P :intervensi
dilanjutkan
Memberikan hasil melakukan aktivitas
kolaborasi secara bertahap
pemberian
analgetik
Pemberian salep
gentamicin 3x
sehari oleskan
pada luka pasien
secara tipis
3 16 April Memonitor lokasi N.I 16 April Dx S : Pasien N.I
2021 dan skala nyeri, 2021 1 mengatakan bahwa
Tanda-tanda vital 14.00 badannya merasa
i enak setelah di
P : Saat di buat transfusi
mengunyah dan O:
bergerak - Konjungtiva tidak
Q : Seperti terlihat anemis
tersayat - HB : 11,7 g/Dl
R : Dagu, Tangan - N : 80x/menit
kan kiri A : Masalah teratasi
S : Skala 2 P : Intrvensi
T : Hilang timbul 14.00 dihentikan pasien N.I
Tensi : 110/70 Dx KRS
mmHg Suhu/nadi N.I 2
: 80 x/menit, S : Pasien
S : 36 oC mengatakan masih
RR : 23x/menit sedikit nyeri pada
TB/BB : 110 Cm dagu dan tangannya
/ 51 Kg P : Saat di
N.I buat
Memonitor mengunyah
kelelahan fisik N.I dan bergerak
dan emosional Q : Seperti
Pasien tersayat
mengatakan tidak R : Dagu,
mudah lelah Tangan kan
ketika melakukan kiri
aktivitas yang S : Skala 2
berlebihan N.I T : Hilang
timbul
Memfasilitasi O:
istirahat dan tidur N.I - TD : 110/70 mmHg
- Pasien sudah tidak
Mengajarkan 14.00 tampak menahan N.I
teknik non nyeri saat di buat
farmakologi N.I Dx makan
untuk 3 - Pasien tidak gelisah
mengurangi nyeri terhadap nyeri
Tarik nafas dalam A : Masalah teratasi
dan rileks dapat P : Intervensi
mengurangi nyeri dihentikan pasien
pada pasien KRS

Menganjurkan S : Pasien
melakukan mengatakan sudah
aktivitas secara tidak mudah lelah
bertahap saat beraktivitas
berlebihan setelah
Melakukan ditransfusi
latihan rentang O:
gerak pasif - TD : 110/70 mmHg
dan/aktif Rom - Pasien tidak mudah
Pasif kelelahan - RR :
23x/menit
Memberikan hasil A : Masalah teratasi
kolaborasi P : intervensi
pemberian dihentikan pasien
analgetik KRS
Pemberian salep
gentamicin 3x
sehari oleskan
pada luka pasien
secara tipis
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada saat pengkajian didapatkan data pasien mengalami penurunan hemoglobin
didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium 7.2 g/dL (13.2-17.3) yang
mengakibatkan keadaan pasien menjadi lemas dan mengalami anemia.
2. Pada pasien muncul diagnosa keperawatan Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d
Penurunan Konsentrasi Hemoglobin, Nyeri Akut b/d Agen Cidera Fisik,
Intoleransi Aktivitas b/d Kelemahan
3. Perencanaan disesuaikan dengan diagnosa keperawatan dengan tujuan
Hemoglobin kembali dalam batas normal dan pasien tidak merasa cemas dengan
apa yang dialami. Rencana tindakan keperawatan sudah disesuaikan dengan teori
dan kondisi pasien dengan menetapkan penyusunan rencana keperawatan.
Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Thalasemia harus melihat
kondisi pasien secara keseluruhan dan target waktu penyelesaiannya juga
disesuaikan dengan kemampuan pasien.
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan meliputi : 1)Monitor Tanda-tanda vital
sebelum, selama dan setelah transfusi, 2)Monitor reaksi transfusi, 3)Atur
kecepatan aliran transfusi sesuai produk darah 10-15 ml/kg BB dalam 2-4 jam, 4)
Jelaskan tujuan dan prosedur transfusi 5. Hasil evaluasi pada tanggal 16 April
2021, Pasien KRS karena pasien di rawat inap hanya meningkatkan hemoglobin
mencapai batas normal dengan cara transfusi darah

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan di perlukan hubungan yang
baik dan keterlibatan klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai sikap,
pengetahuan dan ketrampilan yang mendukung sehingga mampu bekerja secara
professional.
3. Pendidikan dan pengetahuan perawat perlu ditingkatkan baik formal maupun non
formal guna tercapainya proses pelayanan yang professional.
DAFTAR PUSTAKA

Bucher, L. D. (2014). Study Guide for Medical-Surgical Nursing: Assessment and Management
of Clinical Problems. Elsevier Inc.

DR. Nursalam, M. (. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Irawati, N. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS


THALASEMIA DI RUANG D2 RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA. Surabaya:
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH.

Joyce M.Black, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan. Singapore: Elsevier.

Ns. Andra Saferi Wijaya, S. N. (2013). Keperawatan Medikal Bedal. Yogyakarta: Nuha Medika.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Wahidiyat, I. (2016). Thalassemia dan permasalahannya di Indonesia. Sari Pediatri, 5(1), 2-3.

Adyanti, H. E., Ulfa, A. F., & Kurniawati, K. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN THALASEMIA DI PAVILIUN SERUNI RSUD JOMBANG. Jurnal
EDUNursing, 4(1), 17-23.

Dahnil, F., Mardhiyah, A., & Widianti, E. (2017). Assessment of supportive care needs in
parents of children with thalassemia. NurseLine Journal, 2(1), 1-10.
LAMPIRAN

Sumber Buku Fisik


Dokumentasi Pengerjaan

Anda mungkin juga menyukai