Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH THALASEMIA

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Keperawatan Anak
Yang dibina oleh Ibu Dr. Erlina Suci Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh
Kelompok 15 :
1. Windri Shinta Dewi Sugainti (P17211191010)
2. Aisiyah Nur Luchmaniar (P17211193041)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS
OKTOBER 2020

0
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan ucapan terima kasih kami panjatkan kepada
kehadirat Tuhan yang maha Esa,karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa
kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak khususnya
dosen pembimbing yaitu Ibu Dr. Erlina Suci Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku
dosen pengajar mata kuliah keperawatan anak yang telah membimbing kami.baik
secara moral maupun materi.tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih juga
kepada teman-teman atas dukungan dan patisipasinya dalam pembuatan makalah
ini
Kami berharap semoga makalah yang berjudul "Asuhan keperawatan
dengan ganguan Thalasemia" ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca.Terlepas dari itu,kami memahami bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna,sehingga kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Malang,14 Oktober 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................1

DAFTAR ISI........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4

1.3 Tujuan ...............................................................................................................4

1.4 Manfaat..............................................................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsep penyakit...............................................................................................6

2.1.1 Definisi Thalasemia.................................................................................6

2.1.2 Etiologi.....................................................................................................6

2.1.3 Patogenesis...............................................................................................7

2.1.4 Klasifikasi Thalasemia...........................................................................8

2.1.5 Gejala Thalasemia...................................................................................9

2.1.6 Pathway Thalasemia...............................................................................11

2.1.7 Diagnosis Thalasemia.............................................................................11

2.1.8 Terapi Thalasemia...................................................................................12

2.1.9 Manifestasi Klinis....................................................................................12

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan............................................................................13

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum...............................................................................................15

2
BAB IV PEMBAHASAN

4.2 Pengkajian.........................................................................................................16

4.3 Analisis Data ....................................................................................................16

4.4 Daftar Diagnosis Keperawatan..........................................................................26

4.5 Perencanaan Keperawatan.............................................................................28

4.6 Implementasi Keperawatan ..........................................................................33

4.7 Evaluasi Keperawatan...................................................................................35

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan...................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................42

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Thalasemia merupakan salah satu penyakit yang ditimbulkan karena
sindrom genetik yang terjadi penurunan sintesis salah satu rantai dalam
hemoglobin utama (Hb A) yang sering terdapat di dunia. Penyakit ini
disebabkan oleh terjadinya kelainan pada gen autosom resesif pada gen
kromosom 16 pada alfa thalasemia dan kromosom 11 beta thalasemia
berdasarkan hukum mendel dari orang tua yang diturunkan pada anaknya
(Muncie & Campbell, 2009)
Pada saat ini penyakit ini merupakan penyakit yang ditimbulkan karena
keturunan yang paling banyak di dunia. Terdapat beberapa daerah yang
menunjukkan adanya penderita thalasemia terutama pada wilayah daerah
perbatasan Laut Mediterania, sebagian besar Afrika, timur tengah, sub benua
India, dan Asia Tenggara. Mulai 3 % sampai 8 % orang Aerika keturunan
Itali atau Yunani dan 0,5% dari kulit hitam Amerika membawa gen untuk
thalasemia β. Beberapa daerah Asia Tenggara meliputi Indonesia memiliki
sebanyak 40% dari populasi mempunyai satu atau lebih gen thalasemia
(Kliegman, 2012)
Thalasemia merupakan penyakit genetik yang diderita seumur hidup akan
membawa banyak masalah bagi penderitanya. Beberapa anak yang
mengalaminya akan memiliki vitamin dan mineral yang berkurang dan
menurunnya nafsu makan. Penderita thalasemia sangat bergantung pada
orang tuanya karena kondisi fisik yang lemah sangat. Terutama pemantauan
dalam menjalankan transfusi darah 2 secara rutin,dan pemantauan asupan
nutrisi cukup dibutuhkan agar tidak terjadi keterlambatan tumbuh kembang
anak. Karena anak thalasemia sebagian besar mengalami penurunan pada
nafsu makan yang dapat menghambat tumbuh kembang bagi penderitanya
terutama pada anak (Indriati, 2011).

4
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan Masalah Thalasemia
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum:
Dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan Masalah
Thalasemia secara baik dan tepat agar teratasi.
1.3.2 Khusus:
1. Mengkaji pada pasien dengan masalah Thalasemia
2. Mengidentifikasi diagnosa pasien dengan masalah Thalasemia
3. Menentukan perencanaan pada pasien dengan Thalasemia
4. Menentukan tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah
Thalasemia
5. Menentukan evaluasi pada pasien Thalasemia
1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga
kesehatan atau tenaga medis dapat memahami dan mudah
mengaplikasikannya dilapangan khususnya mengenai Asuhan keperawatan
dengan masalah thalasemia. Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir
kesalahan dalam tindakan praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak
pahaman sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien maupun
tenaga kesehatan

5
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Konsep penyakit


2.1.1 Definisi Thalasemia
Istilah talasemia berasal dari kata “thalassa” yang berarti laut dan
“Haema” yang berarti darah. Talasemia merupakan kelainan darah yang
berhubungan dengan gangguan sintesis dari rantai globin α atau β pada
hemoglobin A (Hb A), diturunkan secara patologis pada satu atau lebih gen
dari rantai globin yang terletak pada kromosom 11 (β) dan 16 (α). Pada
talasemia didapatkan terjadi lebih dari 200 delesi atau mutasi pada kegagalan
transkripsi, proses atau translasi dari mRNA α atau β globin (Rani dkk.,
2013). Penurunan rantai β globin dikenal sebagai talasemia β, sedangkan
penurunan rantai α globin dikenal sebagai talasemia α. Talasemia β
merupakan kelompok kelainan darah yang diturunkan dengan karakteristik
adanya penurunan atau tidak adanya sintesis rantai globin sehingga
mengakibatkan penurunan dari kadar hemoglobin pada sel darah merah,
penurunan produksi dari sel darah merah dan anemia. Talasemia biasanya
diturunkan secara resesif (Galanello dan Origa, 2010).
Berdasarkan tingkat keparahan klinis yang berimplikasi terhadap diagnosis
dan tatalaksana, talasemia dibagi menjadi 3 yaitu (Permono dan Ugrasena,
2006):
1. Talasemia mayor sangat tergantung pada transfusi.
2. Talasemia intermedia lebih ringan, onset lebih lambat, tidak atau hanya
membutuhkan sedikit transfusi.
3. Talasemia minor/karier biasanya tidak memberikan gejala.
2.1.2 Etiologi
Faktor genetik.
Thalasemia bersifat primer dan sekunder:

6
o   Primer: Berkurangnya sintesis Hb A dan Eritropoesis yang tidak efektif
disertai penghancuran sel-sel eritrosit intra medular.
o    Skunder: Defisiensi asam solat, bertambahnya volume plasma intra
vaskular yang mengakibatkan hemodilusi dan destruksi eritrosit oleh
sistem retikulo endotellal.
2.1.3 Patogenesis
Berkurangnya sitensis Hb dan eritropoesis yang telah efektif disertai
penghancuran sel-sel eritrosit intra medular. Juga bisa disebabkan karena
defisiensi asam folat, bertambahnya volume plasma intravaskuler yang
mengakibatkan hemodilusi dan distruksi eritrosit oleh sistem
retikuloendotelial dalam limpa hati.Penelitian biomolekuler menunjukkan
adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa/beta hemoglobin
berkurang.
Terjadinya hemosidrosis merupakan hasil kombinasi antara transufi
berulang peningkatan absorbsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak
efektif, anemiakronis, serta proses hemolisis. (Mansjoer:2000:497)Akibat
penurunan pembentukan hemoglobin sel darah merah menjadi mikrosistik
dan hipokronik.
Pada keadaan normal disintesis hemoglobin A yang terdiri dari 2 rantai
alfa dan 2 rantai beta. Kadarnya mencapai lebih kurang 95% dari seluruh
hemoglobin. Sisanya terdiri dari hemoglobin A2 yang mempunyai 2 rantai
alfa dan 2 rantai sedangkan kadarnya tidak lebih dari 2% pada keadaan
normal. Hemoglobin F setelah lahirnya feotus senantiasa menurun dan pada
usia 6 bulan mencapai kadar seperti orang dewasa yaitu tidak lebih dari 4%.
Pada keadaan normal, hemoglobin F terdiri dari 2 ranti alfa dan 2 rantai
gama.
   Pada Thalasemia satu atau lebih dari satu rantai globin kurang diproduksi
sehingga terdapat pembentukan hemoglobin normal orang dewasa (Hb A).
Kelebihan rantai globin yang tidak terpakai akan mengendap pada dinding
eritrosit. Keadaan ini menyebabkan eritropoesis tidak efektif dan eritrosit
memberikan gambaran anemia hipokrok mikrosfer.

7
   Pada Thalasemia beta produksi rantai beta terganggu, mengakibatkan kadar
Hb menurun sedangkan Hb A2 atau Hb F tidak terganggu karena tidak
mengandung rantai beta dan berproduksi lebih banyak dari keadaan normal,
mungkin sebagai kompensasi.
   Eritropoesis sangat giat, baik didalam sumsum tulang maupun
ekstramedular hati dan limpa. Destruksi eritrosit dan prekursornya dalam
sumsum tulang adalah luas (eritropoesis tidak efektif) dan masa hidup
eritrosit mendadak serta didapat pula tanda-tanda anemia hemolitik ringan.
Walaupun eritropoesis sangat giat. Hal ini tidak mampu mendewasakan
eritrosit secara efektif mungkin karena adanya presipitasi didalam eritrosit.
   Defek gen-gen yang bersangkutan dalam produksi rantai globin berbeda-
beda dan kombinasi defek juga munkin.Maka dari itu ada fariasi yang luas
penyakit heterogen ini dan penggolongannya tidak semudah konsep
homozigot atau heterozigot. (Soeparman: 1999)

2.1.4 Klasifikasi Thalasemia


Thalasemia diklasifikasikan berdasarkan molekuler menjadi dua yaitu
thalasemia alfa dan thalasemia beta.
1. Thalasemia Alfa
Thalasemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau seluruh globin
rantai alfa yang ada. Thalasemia alfa terdiri dari :
a. Silent Carrier State
Gangguan pada 1 rantai globin alfa. Keadaan ini tidak timbul gejala
sama sekali atau sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak
lebih pucat.
b. Alfa Thalasemia Trait
Gangguan pada 2 rantai globin alpha. Penderita mengalami anemia
ringan dengan sel darah merah hipokrom dan mikrositer, dapat
menjadi carrier. 9
c. Hb H Disease

8
Gangguan pada 3 rantai globin alfa. Penderita dapat bervariasi mulai
tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai
dengan perbesaran limpa.

d. Alfa Thalassemia Mayor


Gangguan pada 4 rantai globin alpha. Thalasemia tipe ini merupakan
kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia tipe alfa. Kondisi ini
tidak terdapat rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA
atau HbF yang diproduksi. Janin yang menderita alpha thalassemia
mayor pada awal kehamilan akan mengalami anemia, membengkak
karena kelebihan cairan, perbesaran hati dan limpa. Janin ini biasanya
mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan.
2. Thalasemia Beta
Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai
globin beta yang ada. Thalasemia beta terdiri dari :
a. Beta Thalasemia Trait.
Thalasemia jenis ini memiliki satu gen normal dan satu gen yang
bermutasi. Penderita mengalami anemia ringan yang ditandai dengan
sel darah merah yang mengecil (mikrositer).
b. Thalasemia Intermedia.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa produksi
sedikit rantai beta globin. Penderita mengalami anemia yang
derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi. 10
c. Thalasemia Mayor.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat
memproduksi rantai beta globin. Gejala muncul pada bayi ketika
berumur 3 bulan berupa anemia yang berat. Penderita thalasemia
mayor tidak dapat membentuk hemoglobin yang cukup sehingga
hampir tidak ada oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang
lama kelamaan akan menyebabkan kekurangan O2, gagal jantung
kongestif, maupun kematian. Penderita thalasemia mayor memerlukan

9
transfusi darah yang rutin dan perawatan medis demi kelangsungan
hidupnya (Dewi.S 2009 dan Yuki 2008).
2.1.5 Gejala Thalasemia
Penderita thalasemia memiliki gejala yang bervariasi tergantung jenis
rantai asam amino yang hilang dan jumlah kehilangannya. Penderita sebagian
besar mengalami anemia yang ringan khususnya anemia hemolitik
(Tamam.M. 2009).
Keadaan yang berat pada beta-thalasemia mayor akan mengalami anemia
karena kegagalan pembentukan sel darah, penderita tampak pucat karena
kekurangan hemoglobin. Perut terlihat buncit karena hepatomegali dan
splenomegali sebagai akibat terjadinya penumpukan Fe, kulit kehitaman
akibat dari meningkatnya produksi Fe, juga terjadi ikterus karena produksi
bilirubin meningkat. Gagal jantung disebabkan penumpukan Fe di otot
jantung, deformitas tulang muka, retrakdasi pertumbuhan, penuaan dini
(Herdata.N.H. 2008 dan Tamam. M. 2009)

10
2.1.6 Pathway Thalasemia

2.1.7 Diagnosis Thalasemia

11
Penderita pertama datang dengan keluhan anemia/pucat, tidak nafsu
makan dan perut membesar. Keluhan umumnya muncul pada usia 6 bulan,
kemudian dilakukan pemeriksaan fisis yang meliputi bentuk muka mongoloid
(facies Cooley), ikterus, gangguan pertumbuhan, splenomegali dan
hepatomegali.
Pemeriksaan penunjang laboratorium yang dilakukan meliputi : Hb bisa
sampai 2-3 g%, gambaran morfologi eritrosit ditemukan mikrositik
hipokromik, sel target, anisositosis berat dengan makroovalositosis,
mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-Jolly,
poikilositosis dan sel target. Pemeriksaan khusus juga diperlukan untuk
menegakkan diagnosis meliputi : Hb F meningkat 20%-90%, elektroforesis
Hb (Dewi.S. 2009 dan Herdata.H.N. 2009).
2.1.8 Terapi Thalasemia
Penderita thalasemia sampai saat ini belum ada obat yang dapat
menyembuhkan secara total. Pengobatan yang dilakukan meliputi pengobatan
terhadap penyakit dan komplikasinya. Pengobatan terhadap penyakit dengan
cara tranfusi darah, splenektomi, induksi sintesa rantai globin, transplantasi
sumsum tulang dan terapi gen. Pengobatan komplikasi meliputi mencegah
kelebihan dan penimbunan besi, pemberian kalsium, asam folat, imunisasi.
Pemberian vitamin C 100-250 mg/hari untuk meningkatkan ekskresi besi dan
hanya diberikan pada saat kelasi besi saja. Vitamin E 200-400 IU/hari untuk
12 memperpanjang umur sel darah merah. Transfusi harus dilakukan seumur
hidup secara rutin setiap bulannya (Herdata.H.N.2008 dan Tamam.M. 2009).
2.1.9 Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir dengan thalasemia beta mayor tidak anemis. Gejala awal
pucat mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama
kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi beberapa minggu pada setelah
lahir. Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik, tumbuh kembang masa
kehidupan anak akan terhambat. Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan
lemak tubuh dan dapat disertai demam berulang akibat infeksi. Anemia berat
dan lama biasanya menyebabkan pembesaran jantung.

12
Terdapat hepatosplenomegali. Ikterus ringan mungkin ada. Terjadi
perubahan pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka
mongoloid akibat system eritropoesis yang hiperaktif. Adanya penipisan
korteks tulang panjang, tangan dan kaki dapat menimbulkan fraktur patologis.
Penyimpangan pertumbuhan akibat anemia dan kekurangan gizi
menyebabkan perawakan pendek. Kadang-kadang ditemukan epistaksis,
pigmentasi kulit, koreng pada tungkai, dan batu empedu. Pasien menjadi peka
terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat sebelum usia 5 tahun
dan mudah mengalami septisemia yang dapat mengakibatkan kematian.
Dapat timbul pensitopenia akibat hipersplenisme.
Hemosiderosis terjadi pada kelenjar endokrin (keterlambatan dan
gangguan perkembangan sifat seks sekunder), pancreas (diabetes), hati
(sirosis), otot jantung (aritmia, gangguan hantaran, gagal jantung), dan
pericardium (perikerditis).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien
di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari
atas lima tahap 17 yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi. Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan
ketergantungan satu sama lain (Budiono, 2015).
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar,
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental sosial dan lingkungan. Pada tahap
pengkajian, kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data, seperti
riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekunder
lainnya (catatan, hasil pemeriksaan diagnostik, dan literatur) (Hutahaen,
2010). Setelah didapatkan, maka tahap selanjutnya adalah diagnosis.
Diagnose keperawatan adalah terminology yang digunakan oleh
perawat professional untuk menjelaskan masalah kesehatan, tingkat

13
kesehatan, respon klien terhadap penyakit atau kondisi klien
(actual/potensial) sebagai akibat dari penyakit yang diderita. Kegiatan
yang dilakukan pada tahap ini ada memvalidasi data, mengoreksi dan
mengelompokkan data, menginterpretasikan data, mengidentifikasi
masalah dari kelompok data, dan merumuskan diagnosis
keperawatan(Hutahaen, 2010). Tahap perencanaan dilakukan setelah
diagnosis dirumuskan.Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
adalah menyusun prioritas masalah, merumuskan tujuan dan kriteria hasil,
memilih strategi asuhan keperawatan, melakukan konsultasi dengan tenaga
kesehatan lain, dan menuliskan atau mendokumentasikan rencana asuhan
keperawatan (Hutahaen, 2010). 18 Implementasi merupakan tahap
keempat dari proses keperawatan.
Tahap implementasi adalah tahap melakukan rencana yang telah
dibuat pada klien.Adapun kegiatan yang ada dalam tahap implementasi
meliputi pengkajian ulang, memperbaharui data dasar, meninjau dan
merevisi rencana asuhan yang telah dibuat, dan melaksanakan intervensi
keperawatan yang telah direncanakan (Hutahaen, 2010). Tahap akhir dari
proses keperawatan adalah evaluasi. [ada tahap ini, kegiatan yang
dilakukan adalah mengkaji respon klien setelah dilakukan intervensi
keperawatan, membandingkan respon klien dengan kriteria hasil,
memodifikasi asuhan keperawatan sesuai dengan hasil evaluasi, dan
mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Hutahaen,
2010).

14
BAB III
KASUS

3.1 Gambaran Umum

Seorang anak bernama Nn. Dn umur 4 tahun beragama katolik,bertempat


tinggal di Jalan Pandeglang No.16, Penanggungan, Kecamatan Klojen, Kota
Malang. Sumber informasi keluarga pasien, pasien, dan rekam medik. Pasien
masuk RS. Persada pada tanggal 8 Februari 2020. Saat dilakukan pengkajian
pasien tampak lemas dan pucat dan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
Leukosit : 14.000 sel/mm, Hemoglobin : 7,1 g/dl, Hematokrit : 26,7 % ,
Trombosit: 312.000/mm. Selain itu pasien nampak kulitnya kuning, akral dingin,
kapiler refil >3 detik dan perutnya kelihatan  membesar selama satu minggu
disertai pucat pada mukanya, dan mudah lelah. Nn. Dn pernah dirawat di RKZ
Sawahan pada akhir tahun 2019.

15
BAB IV
PEMBAHASAN
3.2 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR

Tanggal MRS : 8 Februari 2020 Jam Masuk : 8.30 WIB


Tanggal Pengkajian : 8 Februari 2020 No. RM : 162XXXX
Jam Pengkajian : 09.00 WIB Diagnosa Masuk: Thalasemia
Hari rawat ke :1
I.
II. IDENTITAS
1. Nama Pasien : Nn. Dn
2. Umur : 4 tahun
3. Suku/ Bangsa : Indonesia
4. Agama : Katolik
5. Pendidikan : -
6. Pekerjaan :-
7. Alamat : di Jalan Pandeglang No.16, Penanggungan, Kecamatan Klojen,
Kota Malang
8. Sumber Biaya : Keluarga

III.KELUHAN UTAMA
Keluarga pasien Nn. Dn mengeluhkan tidak nafsu makan dan mual.

IV. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Nn. Dn usia 4 tahun dibawa Ibunya ke rumah sakit Persada dengan keluhan
nampak kulitnya kuning dan perutnya kelihatan  membesar selama satu minggu
disertai pucat pada mukanya.
V. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah dirawat : ya tidak kapan : akhir 2019
diagnosa : thalasemia
2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak
Riwayat kontrol : -
Riwayat penggunaan obat : -
3. Riwayat alergi:
- Obat : ya tidak jenis……………………
- Makanan : ya tidak jenis udang
- Lain-lain : ya tidak jenis……………………

4. Riwayat operasi : ya tidak


- Kapan :
- Jenis operasi :

5. Lain-lain: tidak ada

16
VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ada penyakit keturunan dalam keluarga : Ya tidak
- Jenis : Keluarga yang sudah meninggal
- Genogram: Garis hubungan keluarga
yang serumah

: Pria

:wanita
:
meninggal

:thalasemia
:klien

VII. PEMERIKSAAN FISIK DAN TANDA – TANDA VITAL

S : 36,4 ˚C N : 80 x/menit T : 120/90 mmHg


RR: 23x/menit

Kesadaran : Compos Mentis Apatis Somnolen


Sopor Koma
b
Masalah Keperawatan :
Tidak terdapat masalah keperawatan

1. Sistem Pernafasan

a. RR: 19 x/menit

b. Keluhan: sesak nyeri waktu nafas

Batuk : ada tidak ada

17
Keterangan : ...........................
Secret : ada tidak ada
Keterangan : ……………….
Penggunaan otot bantu nafas: ada tidak ada

c. Irama nafas :teratur tidak teratur

d. Pola nafas :Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot

e. Suara nafas: Cracles Ronki Wheezing

f. Alat bantu napas : ya tidak

Jenis : tidak ada

Masalah Keperawatan :
Tidak terdapat masalah keperawatan

2. Sistem Kardio vaskuler


a. Keluhan nyeri dada: ya tidak
P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
T :...................................................................
b. Irama jantung: reguler ireguler
c. Suara jantung: normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain.....
d. Ictus Cordis: teraba pada ICS 5
e. CRT : <2 detik

f. Akral: hangat kering merah basah pucat


panas dingin

g. Sikulasi perifer: normal menurun

Masalah Keperawatan :
Tidak terdapat masalah keperawatan

3. Sistem Endokrin
a. Pembesaran tyroid : ya tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening: ya tidak
c. Hipoglikemia : ya tidak
d. Hiperglikemia : ya tidak
e. Masalah DM : ya tidak

18
Masalah Keperawatan :
Tidak terdapat masalah keperawatan

PEMERIKSAAN POLA KESEHATAN


POLA PERSEPSI – PENGELOLAAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan :

- Alkohol ya ☐ tidak ☐keterangan……….....................


- Merokok ya ☐ tidak ☒
keterangan……………………...........................
- Obat ya ☐ tidak ☐ keterangan
- Olah raga ya ☐ tidak ☒
keterangan…..............................................
2. Pengetahuan tentang sakitnya : tahu ☒ tidak ☐
Keterangan :
3. Kebersihan diri : bersih ☐ kurang ☐ tidak
Masalah Keperawatan :
tidak terdapat masalah keperawatan

POLA AKTIVITAS LATIHAN


1. Kemampuan perawatan diri :

Dibantu Dibant Dibantu alat


Aktivitas Mandiri bantuan total
orang u Alat dan orang
Makan minum v
Mandi v
Berpakaian/dandan v
Toileting v
Mobilitas ditempat
tidur v
Berpindah v
Berjalan v
Naik Tangga v
Berbelanja v
Memasak v
Pemeliharaan rumah v

2. Keluahan kesulitan bergerak pada ekstremitas : Ya ☐ tidak ☐


3. Keluhan lelah saat aktivitas : Ya ☐ tidak ☐

4. Kekuatan otot: 4 4

19
4 4

5. Kelainan ekstremitas : ya tidak


6. Kelainan tulang belakang: ya tidak
7. Keluhan nyeri: ya tidak
a. P :
b. Q :
c. R :
d. S :
e. T :

8. Sirkulasi perifer: ikterik ☐ sianosis ☐ kemerahan ☐


hiperpigmentasi ☐
9. Turgor : baik ☐ kurang ☐ jelek ☐
10. Luka : ada ☐ tidak ☐
11. ROM : menurun
Masalah Keperawatan :
Intoleransi aktifitas
Perfusi jaringan tidak efektif

POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1. Diet: padat ☐ lunak ☐ cair ☐
Diet Khusus : tidak melakukan diet
2. Frekeunsi: 3x/hari
3. Jumlah Porsi makan: habis tidak
4. Diet/makanan pantangan :Ya ☐ Tidak ☐ Macam : …….
5. Nafsu makan: normal bertambah berkurang
6. Keluhan saat makan : Mual Muntah Stomatitis
Sakit menelan Kesulitan menelan
7. TB : 80 cm BB : 8 kg
8. Fluktuasi berat badan 6 bulan terakhir : normal ☐ bertambah ☐
berkurang ☐ 4 kg
9. Kesukaran menelan : ya ☐ tidak ☐
10. Gigi Palsu : ya ☐ Tidak ☐ bagian atas ☐ bagian bawah ☐

11. Gigi Ompong : ya ☐ Tidak ☐ bagian atas ☐ bagian bawah ☐

sebagian besar ☐
12. Jumlah cairan/minum : < 1 ltr/hari ☐ 1- 2 ltr/hari ☐ > 2 ltr/hari ☐
13. Suplemen cairan : tidak ada
14. Peristaltik : 20 x/menit

Masalah
POLA Keperawatan :
ELIMINASI
Defisit nutrisi

20
1. BAB : 1x/hari ☐ Terakhir tanggal: 7 Februari 2020
2. Konsistensi : keras ☐ lunak ☐ cair ☐ lendir/darah ☐
3. Keluhan saat BAB : nyeri ☐ keluar darah ☐ lainnya : tidak ada
keluhan
4. Warna feces : kecoklatan
5. Colostomy : ya ☐ tidak ☐ keterangan : tidak ada
6. Kebiasaan BAK : 5x/hari jumlah : 250 cc/hari
7. Keluhan BAK : tidak ada
8. Warna Urin : kuning bening
9. Alat Bantu : folley kateter ☐ kondom keteter ☐ tidak ada ☐
10. Kondisi Generali :
a. Kebersihan genitalia : bersih ☐ kotor ☐
b. Sekret : ada ☐ tidak ada ☐
c. Utkus : ada ☐ tidak ada ☐

11. Balance Cairan

Masuk Keluar
   
Minum : 1200 cc BAK : 1250 cc
   
Makanan Cair : 50 cc BAB : 50 cc
   
Infus : 100 cc Muntah : 35 cc
   
Lainnya : tidak ada IWL : 31,25 cc
   
  Lainnya : tidak ada
   
   
Jumlah : 1350 Jumlah : 1366,25

Kelebihan/Kekurangan : 16, 25 cc

Masalah Keperawatan :
Tidak terdapat masalah keperawatan

POLA ISTIRAHAT TIDUR

21
1. Kebiasaan tidur : 6 Jam/malam hari, 2 Jam/tidur siang
a. Masalah tidur : tidak ada ☐ terbangun malam hari ☐ sulit
tidur/insomnia ☐ mimpi buruk ☐ nyeri/tidak ☐
nyaman/sesak nafas ☐ kecemasan ☐ lainnya☐
2. Penggunaan Obat tidur : tidak ada ☐ ada ☐ dosis :...............
3. Keinginan terhadap kebutuhan tidur : tidak ada
Masalah Keperawatan :
Tidak terdapat masalah keperawatan

POLA KOGNITIF-PERSEPTUAL
1. Keadaan mental : stabil ☐ afasis ☐ sukar bercerita ☐ disorientasi
☐ kacau mental ☐ menyerang/agresif ☐
tidak ada respon ☐
2. Berbicara : normal ☐ bicara tidak jelas ☐ berbicara inkoheren ☐
tidak dapat berkomunikas ☐

3. Bahasa yang dikuasai : indonesia ☐ lain-lain :..................


4. Kemampuan memahami : baik ☐ tidak ☐
5. Ansietas : ringan ☐ sedang ☐ berat ☐ panik ☐
6. Ketakutan : tidak ☐ ya ☐
7. Pendengaran : DBN ☐ terganggu ( ☐ ka ☐ ki) Tuli( ☐ ka
☐ ki)
Alat Bantu dengar ☐ tinitus
8. Penglihatan ; DBN ☐ kacamata ☐ lensa kontak ☐ mata kabur ( ☐ ka
☐ ki)
9. Nyeri : ya ☐ tidak ☐ akut ☐ kronis ☐
10. Nyeri berkurang dengan cara : tidak ada
11. Gangguan persyarafan : tidak ada

Masalah Keperawatan :
Tidak terdapat masalah keperawatan

POLA TOLERANSI KOPING STRES/PERSEPI SIRI/KONSEP DIRI

22
1. Adanya ancaman perubahan penampilan : ya ☐ tidak ☐
2. Adanya penurunan harga diri : ya ☐ tidak ☐
3. Adakah takut akan kematian karena sakitnya : ya ☐ tidak ☐
4. Adakah hambatan terhadap kesembuhan penyakut : ya ☐ tidak ☐
sebutkan :....................................
5. Adakah masalah biaya perawatan di Rs : ya ☐ tidak ☐
6. Pola koping individual : tidak efektif ☐ Konstruktif/efektif ☐
7. Masalah psikologis lain : Kekhawatiran terhadap orang sekitar meligat
kondisi klien saat ini
8. Persepsi klien terhadap penyakitnya (tidak nyaman) :
Nn. D mengatakan bahwa klien tidak nyaman dengan kondisinya saat ini, karena
selai tidak dapat melaukan sesuatu dengan mandiri, klien juga merasa malu dan
menolak menilai positif dirinya sendiri

9. Ekspresi klien terhadap penyakitnya : gelisah ☐ murung/diam ☐


marah/menangis

10. Reaksi saat intereaksi : kooperatif ☐ tidak kooperatif ☐


curiga

Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI

1. Periode menstruasi terakhir (PMT) : tidak ada hr, teratur/todal teratur


2. Masalah menstruasi/hormonal : ya ☐ tidak ☐ sebutkan:.......................
3. Kebutuhan seksual saat sakit : terpenuhi/tidak terpenuhi/puas /tidak puas
4. Keluhan seksual yang dirasakan(aktiivitas/hubungan/perean/fungsi/nyeri/waktu :
tidak ada
5. Jumlah anak :-
6. Masalah reproduksi lain : tidak ada

Masalah Keperawatan :
Tidak terdapat masalah keperawatan

POLA PERAN HUBUNGAN


1. Peran saat ini dijalankan (pekerjaan dan keluarga) : anak
2. Kebutuhan peran saat sakit : tidak ada masalah ☐ ada masalah ☐
Sebutkan :
3. Sistem pendukung : ☐ pasangan(istri) ☐ saudara/famili ☐Orang
tua/wali

23
☐ teman dekat ☐ tetangga
4. Interaksi dengan orang lain : ☐ baik ☐ ada masalah
5. Menutup diri : ☐ tidak ☐ iya
6. Mengisolasi diri dari orang lain: ☐ tidak ☐ iya

Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

PENGKAJIAN SPIRITUAL
1. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit: sering kadang- kadang tidak pernah
- Selama sakit : sering kadang- kadang tidak pernah

2. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah: tidak


ada dikarenakan pasien masih belum dapat melaksanakan ibadah.
3.Masalah
Pantangan Agama : ☐: tidak
Keperawatan ☐ ya(sebutkan)...........
Tidak terdapat masalah keperawatan

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, Radiologi, EKG, USG, dll)


Jenis pemeriksaan Laboratorium
08/02/2020 (MRS)
1. Leukosit : 14.000 sel/mm
2. Hemoglobin : 7,1 g/dl
3. Hematokrit : 26,7 % 4. Trombosit : 312.000/mm3

09/02/2019
1. Leukosit : 17.000 sel/mm
2. Hemoglobin : 10,6 g/dl
3. Hematokrit : 36,2 %
4. Trombosit : 266.000/mm3

TERAPI
Infus pump PRC 90 cc

24
Malang, 8 Februari 2020

(Windri Shinta Dewi Sugianti)

4.3 ANALISIS DATA

25
Nama pasien : Nn. D
No RM : 162XXXX
Hari/
DATA PENYEBAB MASALAH
Tgl/ Jam
Rabu/8 DS: kekurangan Perfisi perifer tidak
Februari - Ibu pasien pembentukan Hb efektif
2020/10.0 mengatakan
0 bahwa pasien
pucat dan lemah
Eritrosit mudah rusak
DO:
- Penurunan Hb
- Akral dingin
- Pengisian kapiler Ketidakmampuan
>3 detik untuk membawa
oksigen yang
secukupnya

Perfusi perifer tidak


efektif

Intoleransi aktivitas
DS: Hb menstimulus bone
Rabu/ 8 - Ibu mengatakan marrow memproduksi
Februari pasien tampak lemah RBC yang lebih
2020/10.1 - Ibu mengatakan
0
pasien mudah sekali
lelah saat
beraktivitas
- Ibu mengatakan Eristrosit yang rusak
pasien tampak pucat meninggalkan Fe

DO :
- HB 7,1 g/dl
- Pasien tampak lemah Penumpukan Fe di
- Nadi 80x/menit organ tubuh
- Pasien hanya
berbaring di tempat

26
Hari/
DATA PENYEBAB MASALAH
Tgl/ Jam
tidur

Peningkatan Fe dalam
darah

Kerja limpa meningkat

DS : mual dan muntah saat Defisit nutrisi


Rabu/ 8 - Ibu mengatakan makan
Februari pasien kurang
2020/10.1 nafsu makan
5 - Ibu mengatakan
pasien saat makan
mengalami mual nafsu makan kurang
dan muntah
- Ibu mengatakan
pasien hanya ingin
minum susu
asupan nutrisi kurang
DO :
- Pasien tampak
kurus
- Pasien hanya mau
minum susu saja
- frekuensi 3x
sehari, setiap
makan tidak habis
hanya 2-3 sendok
- berat badan turun
4 kg dalam 6
bulan terakhir.

4.4 DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

27
Nama pasien : Nn. D
No RM : 162XXXX
NO. DX DIANGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANGGAL
DITEMUKAN TERATASI
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan 8 Februari 2020
D.0009 dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin dibuktikan dengan pasien
pucat dan lemah, penurunan Hb, akral
dingin, dan pengisian kapiler >3 detik.

Defisit nutrisi berhubungan dengan 8 Februari 2020


D.0019 kurangnya asupan makanan, dibuktikan
D.0056
dengan pasien kurang nafsu makan,
mual dan muntah saat makan, hanya
ingin minum susu, tampak kurus, dan
frekuensi 3x sehari, setiap makan habis
2-3 sendok, dan berat badan turun 4 kg
dalam 6 bulan terakhir.

Intoleransi aktivitas dibuktikan dengan 8 Februari 2020


kelemahan dibuktikan dengan pasien
tampak lemah, mudah sekali lelah saat
beraktivitas, pasien tampak pucat, HB
7,1 g/dl, pasien tampak lemah, nadi
80x/menit, dan pasien hanya berbaring
di tempat tidur.

28
4.5 RENCANA KEPERAWATAN

29
Hari/ Tgl/ DIAGNOSA SLKI SIKI
No.
Jam KEPERAWATAN (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
1. Kamis, 9 Perfusi perifer Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, maka Observasi
Februari tidak efektif Keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal, - Periksa sirkulasi perifer
2020 / 09.00 berhubungan dengan kriteria hasil : - Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak
WIB dengan a. Denyut nadi perifer 5 pada ekstremitas
penurunan b. Warna kulit pucat 5
konsentrasi c. Parastesia 5 Terapeutik
hemoglobin d. Akral 5 - Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah
dibuktikan di daerah keterbatasan perfusi
dengan pasien Edukasi
pucat dan lemah, - Anjurkan transfuse
penurunan Hb,
akral dingin, dan
pengisian kapiler
>3 detik.

2. Kamis, 13 Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, maka Observasi
Februari berhubungan keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
2020 / 09.05 dengan kebutuhan metsbolisme membaik, dengan kriteria - Monitor berat badan
WIB kurangnya hasil:
asupan makanan, a. Porsi makan dihabiskan 5 Terapeutik
dibuktikan b. Sikap terhadap makakanan/minuman sesuai - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
dengan pasien dengan tujuan kesehatan5 konstipasi
kurang nafsu c. Nafsu makan 5 Edukasi
makan, mual dan d. Fekuensi makan 5 - Anjurkan diet yang di programkan
muntah saat Kolaborasi
makan, hanya - Kolaborasi dengan ahli gizi utnuk menentukan
ingin minum jumlah kalori dan jenis diet nutrisi.
susu, tampak
kurus, dan 30
frekuensi 3x
sehari, setiap
makan habis 2-3
4.6 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama pasien : Nn. D


No RM : 162XXX
TANGGA JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD
L PERAWAT
Kamis, 14 08.00 Membina hubungan saling percaya
Februari dengan keluarga dan klien, dengan
2020 cara menyapa klien dan
memperkenalkan diri serta
menjelaskan maksud dan tujuan,
mendengarkan keluhan yang
dirasakan klien
08.30 Mengukur tanda tanda vital:
S : 36,4 ˚C
N : 80 x/menit
T : 120/90 mmHg
RR: 23x/menit

Memeriksa sirkulasi perifer:


Akral dingin, kulit pucat, kapiler
refil >3 detik
08.45 Memonitor panas, kemerahan,
nyeri, bengkak pada ekstremitas.

09.30 Menghindari pemasangan infus


atau megambil darah di daerah
keterbatasan perfusi
12.00 Menganjurkan transfuse:

Infus pump PRC 90 cc habis


dalam waktu 2 jam

31
Kamis, 14
Mengidentifikasi alergi dan
Februari 14.00
intoleransi makanan:
2020 Ibu mengatakan pasien tidak ada
alergi makanan

14.10 Memonitor berat badan:


BB: 8 kg

Memberikan makanan tinggi serat


untuk mencegah konstipasi

14.15 Menganjurkan diet yang di


programkan:

Makan sering namun sedikit demi


sedikit

14.20 Berkolaborasi dengan ahli gizi


utnuk menentukan jumlah kalori
dan jenis diet nutrisi.

Jumat, 15 08.00 Membina hubungan saling percaya


dan menyampaikan tujuan dan
Februari
prosedur kegiatan yang akan
2020 dilakukan.

Mengidentifikasi ganggguan
fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan:
Hb rendah

Memonitor kelelahan fisik dan


emosional
Ibu mengatakan pasien tidak nafsu
makan

32
08.10 Meyediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah stimulus:
Matikan lampu jika terlalu terang
dan mengurangi jumlah
pengunjung

Melakukan aktivitas aktif dan


pasif:
Aktif=berjalan jalan kecil
Pasif=membaca buku dan melihat
Tv

08.15 Menganjurkan melakukan aktivitas


secara bertahap:
Munlai dari menggerakkkan jari
kaki lalau berjalan jalan kecil

08.20 Berkolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan asupan
makanan:
makan buah dan sayur, sesering
mungkin minum air putih

4.7 Evaluasi Keperawatan


1. Evaluasi formatif
NO HARI, DIAGNOSA EVALUASI TTD
TANGGAL, KEPERAWATAN
JAM
1 Sabtu, 15 Perfusi perifer tidak S : Ibu mengatakan pasien
masih tampak pucat dan lemah
Februari efektif
O : warna kulit pucat
2020, 08.00 berhubungan
Pasien ampak lemah
WIB dengan penurunan
N: 82 x/menit
konsentrasi
CRT >3detik
hemoglobin
A : belum teratasi
dibuktikan dengan
P : melanjutkan intervensi
pasien pucat dan
Memonitor panas, kemerahan,
lemah, penurunan
nyeri, bengkak pada

33
Hb, akral dingin, ekstremitas.
dan pengisian Menghindari pemasangan
kapiler >3 detik. infus atau megambil darah di
daerah keterbatasan perfusi

Menganjurkan transfusi

2 Sabtu, 15 Defisit nutrisi S : Ibu mengatakan pasien


Februari berhubungan ,masih tidak nafsu makan dan
2020, 09.00 dengan kurangnya hanya mau minum susu saja
WIB asupan makanan, O : Pasien tampak kurus
dibuktikan dengan Pasien hanya makan 2-3
pasien kurang nafsu sendok makan saja
makan, mual dan Pasien hanya mau minum
muntah saat makan, susu saja
hanya ingin minum BB 8kg
susu, tampak kurus, A : Masalah belum teratasi
dan frekuensi 3x P: dilanjutkan intervensi
Mengidentifikasi alergi dan
sehari, setiap
intoleransi makanan
makan habis 2-3
Memonitor berat badan
sendok, dan berat
badan turun 4 kg Memberikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
dalam 6 bulan
konstipasi
terakhir.
Menganjurkan diet yang di
programkan

Berkolaborasi dengan ahli gizi


utnuk menentukan jumlah
kalori dan jenis diet nutrisi.

3 Sabtu, 15 Intoleransi aktivitas S: ibu mengatakan pasien


Februari dibuktikan dengan masih tampak lemah dan
2020, 10.00 kelemahan banyak berbaring di tempat
WIB dibuktikan dengan tidur

34
pasien tampak O: pasien tampak lemah
lemah, mudah -pasien hanya berbaring di
sekali lelah saat tempat tidur
beraktivitas, pasien pasien lebih banyak tidur
tampak pucat, HB -Hb 7,1 g/dl
7,1 g/dl, pasien A: Masalah belum teratasi
tampak lemah, nadi P: Dilanjutkan intervensi
80x/menit, dan Mengidentifikasi ganggguan
fungsi tubuh yang
pasien hanya
mengakibatkan kelelahan
berbaring di tempat
Meyediakan lingkungan yang
tidur.
nyaman dan rendah stimuls

Melakukan aktivitas aktif dan


pasif
Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap

Berkolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan
asupan makanan
4 Minggu, 16 Perfusi perifer tidak S: Ibu pasien mengatakan
Februari efektif anaknya sudah tidak terlalu
2020, 08.00 berhubungan lemas dan tidak terlalu pucat
WIB dengan penurunan O: warna kulit tidak terlalu
konsentrasi pucat
hemoglobin Pasien tampak tidak lemah
dibuktikan dengan N: 85 x/menit
pasien pucat dan CRT <3detik
lemah, penurunan A: masalah teratasi sebagian
Hb, akral dingin, P: intervensi masih dilanjutkan
dan pengisian
kapiler >3 detik.

5 Minggu, 16 Defisit nutrisi S : Ibu mengatakan pasien


Februari berhubungan mau makan sedikit-sedikit
2020, 09.00 dengan kurangnya O : -Pasien tampak kurus
WIB asupan makanan, Pasien sudah mau makan

35
dibuktikan dengan sedikit-sedikit dan sering
pasien kurang nafsu BB 8,1kg
makan, mual dan A: masalah teratasi sebagian
muntah saat makan, P: intervensi dilankutkan
hanya ingin minum
susu, tampak kurus,
dan frekuensi 3x
sehari, setiap
makan habis 2-3
sendok, dan berat
badan turun 4 kg
dalam 6 bulan
terakhir.

6 Minggu, 16 Intoleransi aktivitas S: Ibu mengatakan pasien


Februari dibuktikan dengan sudah bisa duduk di tempat
2020, 10.00 kelemahan tidur dan bermain
WIB dibuktikan dengan O: pasien dapat beraktivitas
pasien tampak dan bermain di tempat tidur
lemah, mudah pasien masih tampak pucat
sekali lelah saat A: Masalah teratasi Sebagian
beraktivitas, pasien P: intervensi dilanjutkan
tampak pucat, HB
7,1 g/dl, pasien
tampak lemah, nadi
80x/menit, dan
pasien hanya
berbaring di tempat
tidur.

7 Senin, 17 Perfusi perifer tidak S : - Ibu mengatakan pasien


Februari efektif sudah tidak pucat dan sudah
2020, 08.00 berhubungan kembali sehat
WIB dengan penurunan O : - Pasien tidak anemis -

36
konsentrasi Akral hangat, CRT <2 detik,
hemoglobin kulit kemerahan
dibuktikan dengan - N: 90x/m
pasien pucat dan - HB sekarang 10,3 g/dl
lemah, penurunan A : Masalah teratasi
Hb, akral dingin, P : Hentikan Intervensi
dan pengisian
kapiler >3 detik.

8. Senin, 17 Defisit nutrisi S : Ibu mengatakan pasien


Februari berhubungan mau makan sedikit-sedikit
2020, 09.00 dengan kurangnya sambil bermain
WIB asupan makanan, O : - Pasien sudah mau makan
dibuktikan dengan dan sering
pasien kurang nafsu - BB 10kg tidak ada
makan, mual dan penurunan berat badan
muntah saat makan, A : Masalah teratasi
hanya ingin minum P : Pasien pulang hentikan
susu, tampak kurus, Intervensi, berikan edukasi
dan frekuensi 3x diet terprogram makan sering
sehari, setiap tapi porsi sedikit
makan habis 2-3
sendok, dan berat
badan turun 4 kg
dalam 6 bulan
terakhir.

9. Senin, 17 Intoleransi aktivitas


Februari dibuktikan dengan S: ibu mengatakan pasien
2020, 10.00 kelemahan sudah bisa bermain dan
WIB dibuktikan dengan beraktivitas seperti biasanya
pasien tampak O: - pasien tampak aktif
lemah, mudah bermain
sekali lelah saat - pasien tidak pucat dan lemah
37
beraktivitas, pasien lagi
tampak pucat, HB A: Masalah teratasi
7,1 g/dl, pasien P: Hentikan Intervensi
tampak lemah, nadi
80x/menit, dan
pasien hanya
berbaring di tempat
tidur.

2. Evaluasi Sumatif

N HARI, DIAGNOSA EVALUASI TTD


O TANGGAL, KEPERAWATAN
JAM
1. Senin, 17 Februari Perfusi perifer tidak efektif S : - Ibu mengatakan pasien
2020, 11. 00 WIB berhubungan dengan sudah tidak pucat dan sudah
penurunan konsentrasi kembali sehat
hemoglobin dibuktikan O : - Pasien tidak anemis -
dengan pasien pucat dan Akral hangat, CRT <2 detik,
lemah, penurunan Hb, akral kulit kemerahan
dingin, dan pengisian kapiler - N: 90x/m
>3 detik. - HB sekarang 10,3 g/dl
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

2. Senin, 17 Februari Defisit nutrisi berhubungan S : Ibu mengatakan pasien


2020, 12. 00 WIB dengan kurangnya asupan mau makan sedikit-sedikit
makanan, dibuktikan dengan sambil bermain
pasien kurang nafsu makan, O : - Pasien sudah mau makan
mual dan muntah saat dan sering
makan, hanya ingin minum - BB 10kg tidak ada penurunan
susu, tampak kurus, dan berat badan

38
frekuensi 3x sehari, setiap A : Masalah teratasi
makan habis 2-3 sendok, dan P : Pasien pulang hentikan
berat badan turun 4 kg dalam Intervensi, berikan edukasi diet
6 bulan terakhir. terprogram makan sering tapi
porsi sedikit

Intoleransi aktivitas
3. Senin, 17 Februari dibuktikan dengan S: ibu mengatakan pasien
2020, 13. 00 WIB kelemahan dibuktikan sudah bisa bermain dan
dengan pasien tampak lemah, beraktivitas seperti biasanya O:
mudah sekali lelah saat - pasien tampak aktif bermain
beraktivitas, pasien tampak - pasien tidak pucat dan lemah
pucat, HB 7,1 g/dl, pasien lagi
tampak lemah, nadi A: Masalah teratasi
80x/menit, dan pasien hanya P: Hentikan Intervensi
berbaring di tempat tidur.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara genetik
yang terjadi karena kurangnya zat pembentuk hemoglobin, sehingga
mengakibatkan tubuh kurang mampu memproduksi sel darah merah yang normal.
Hemoglobin berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
bagian tubuh untuk menghasilkan energi. Produksi hemoglobin yang kurang atau
39
tidak ada, mengakibatkan pasokan energi untuk tubuh tidak dapat terpenuhi dan
fungsi tubuh pun terganggu sehingga tidak mampu lagi menjalankan aktifitasnya
secara normal.
Pencegahan dari penyakit thalasemia harus dilakukan sedini mungkin
khususnya bagi pasangan yang ingin menikah atau penderitanya agar dapat
ditangani lebih cepat dan tidak menurunkan penyakit thalasemia kepada 2
keturunannya. Untuk itu diperlukan sebuah media dalam mempermudah
perhitungan resiko penyakit thalasemia untuk menentukan penguna menderita
penyakit thalsemia atau tidak dan memberikan informasi mengenai penyakit
thalasemia. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi dan informasi bagi
setiap oranguntuk mengetahui resiko penyakit thalasemia yang dimilikinya agar
dapat ditangani sedini mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:Depan Pengurus
Pusat

Tim Pokja SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:Depan Pengurus
Pusat

40
Tim Pokja SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:Depan Pengurus
Pusat

https://id.scribd.com/document/346010059/askep-Thalasemia-docx

https://baixardoc.com/documents/askep-Thalasemiadocx-5c72fede5a6cf

41

Anda mungkin juga menyukai