Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROID DAN


HIPOTIROID”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen : Ns. Siti Nuryanti, S.Kep.,M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 19

NENENG SEPTIANI P07220116107

SITI NORMAH P07220116116

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PRODI D-III KEPERAWATAN
KELAS BALIKPAPAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN HIPERTIROID DAN HIPOTIROID” dapat selesai tepat pada
waktunya sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1.

Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu


dalam proses penyusunan makalah ini, baik yang terlibat secara langsung maupun
yang tidak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang
lebih baik lagi.

Balikpapan, 04 September 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2
BAB I ........................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................................. 3
B. Tujuan ............................................................................................................... 3
C. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 4
BAB II ......................................................................................................................... 5
TINJAUAN TEORI ................................................................................................... 5
A. Pengertian .......................................................................................................... 5
B. Anatomi Fisiologi ............................................................................................. 6
C. Etiologi .............................................................................................................. 7
D. Patofisiologi ...................................................................................................... 9
E. Patoflowdiagram ............................................................................................. 11
F. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis) ........................................................... 12
G. Pemeriksaan Penunjang (Pemeriksaan Diagnostik) ........................................ 14
H. Penatalaksanaan Medis ................................................................................... 15
I. Komplikasi ...................................................................................................... 18
J. Konsep Dasar Keperawatan ............................................................................ 19
BAB III ...................................................................................................................... 33
PENUTUP ................................................................................................................. 33
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 33
B. Saran ................................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 34

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertiroidisme merupakan penyakit endokrin yang dalam hal prevalensi
menempati urutan kedua sesudah Diabetes Mellitus, adalah satu kesatuan penyakit
dengan batasan masalah yang jelas dan penyakit Graves menjadi penyebab
utamanya. Hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan
laki-laki dan insidensnya akan memuncak dalam dekade usia ketiga serta keempat,
keadaan ini dapat timbul setelah terjadi syok emosional, stress atau infeksi tetapi
makna hubungan ini yang tepat belum dipahami.
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi
tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Lebih dari
95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang
mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri.
Hipertiroidisme maupun hipotiroidisme merupakan penyakit yang menimbulkan
gangguan pada fungsi metabolik dan endokrin dari individu, keduanya juga
mempunyai manifestasi klinik masing-masing yang berakibat pada
ketidakseimbangan dari tubuh.
Dengan adanya berbagai masalah yang dapat ditimbulkan dari keadaan
hipertiroidisme dan hipotiroidisme, maka sangat penting bagi kita sebagai seorang
tenaga keperawatan bisa menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif dan
tepat pada klien dengan gangguan hipotiroidisme dan hipertiroidisme.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan memberikan konsep Asuhan
Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin dari metabolik
(hipotiroid dan hipertiroid)
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Hipertiroid dan Hipotiroid.
b. Mengetahui anatomi fisiologi Hipertiroid dan Hipotiroid.
c. Mengetahui etiologi/penyebab penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
d. Mengetahui patofisiologi penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.

3
e. Mengetahui patoflowdiagram penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
f. Mengetahui tanda dan gejala penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostik penyakit Hipertiroid dan
Hipotiroid.
h. Mengetahui penatalaksanaan medis penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
i. Mengetahui komplikasi penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
j. Mengetahui konsep dasar keperawatan (pengkajian, diagnosa dan
intervensi) penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
k. Studi kasus singkat penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.

C. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga (3) BAB dengan sistematika penulisan yaitu BAB I
Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teori tentang Hipertiroid dan Hipotiroid mulai dari pengertian,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, patoflowdiagram, tanda dan gejala
(manifestasi klinis), pemeriksaan penunjang (pemeriksaan diagnostik),
penatalaksanaan medis, komplikasi, konsep dasar keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa dan intervensi. Terakhir BAB III Kesimpulan.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

Hipertiroid adalah kondisi di mana kelenjar tiroid terlalu aktif memproduksi


hormon tiroid. Akibatnya, kadar hormon tiroid dalam darah sangat tinggi. Padahal
hormon ini hanya diperlukan dalam jumlah sedikit. Sehingga terjadi peningkatan
kecepatan dalam metabolisme. Hipertiroid (tiroid terlalu aktif) adalah suatu kondisi
di mana kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroksin.
Hipertiroidisme dapat secara signifikan mempercepat metabolisme tubuh,
menyebabkan penurunan berat badan tiba-tiba, detak jantung yang cepat atau tidak
teratur, berkeringat dan gelisah atau mudah tersinggung (Anonim, 2010).

Hipotiroid atau Hipotiroidisme adalah kondisi di mana kelenjar tiroid kurang


aktif dan gagal untuk mengeluarkan cukup hormon ke dalam aliran darah. Hipotiroid
berarti kelenjar tiroid yang kurang aktif sehingga produksi hormon tiroid rendah.
Kelenjar tiroid mengeluarkan hormon untuk mengatur proses metabolisme, termasuk
pertumbuhan dan pengeluaran energi. Ada banyak gejala hipotiroid termasuk lemas,
depresi, sembelit dan lain-lain

Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid
yang mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000)

5
B. Anatomi Fisiologi
Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia tersebut diatur oleh dua
sistem pengatur utama, yaitu: sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin
(Guyton & Hall: 1159). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh
yang cepat, misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan
cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin (Guyton &
Hall: 703). Sedangkan, sistem hormonal terutama berkaitan dengan pengaturan
berbagai fungsi metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan rekasi kimia di
dalam sel atau pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau aspek lain dari
metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall:1159).

Hormon tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut
sistem endokrin.Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan
dalam metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan
hormon tiroid tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup dan
berkesinambungan. Penurunan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan
kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di bawah normal, dan
bila kelebihan sekresi hormon tiroid sangat hebat dapat menyebabkan naiknya
kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal
(Guyton & Hall: 1187). Keadaan ini dapat timbul secara spontan maupun sebagai
akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson:337-338).
Tiroksin dan triiodotironin berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam
hampir semua sel tubuh, jadi meningkatkan tingkat metabolisme tubuh umum.
Kalsitonin berfungsi memacu pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga
menurunkan konsentrasi tingkat metabolisme tubuh umum. Fungsi Hormon-hormon
tiroid yang lain:

a. Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya


pertumbuhan saraf dan tulang
b. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
c. Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan
kontraksi otot dan menambah irama jantung
d. Merangsang pembentukan sel darah merah
e. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi tubuh
terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolism.

6
f. Bereaksi sebagai antagonis kalsium.

C. Etiologi
Hipertiroid :

a. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan.
Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit
autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO)
dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok,
radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa
seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit
mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon
teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta
berkeringat banyak.

b. Toxic Nodular Goiter


Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu
atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak
terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.

c. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan


Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada
pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga
timbul efek samping.

d. Produksi TSH yang Abnormal


Produksi TSH (thyroid stimulating hormone) kelenjar hipofisis dapat
memproduksi TSH (thyroid stimulating hormone) berlebihan, sehingga merangsang
tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.

7
e. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian
keluar gejala hpotiroid.

f. Konsumsi Yoidum Berlebihan


Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya
timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.

Hipotiroid

Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu


1. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone
yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid,
pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik
seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.

2. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai
dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating hormone
(TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary atau
hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone
tiroid.

3. Hipotiroid tertier/ pusat


Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi
tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary untuk
mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor/ lesi destruktif
lainnya diarea hipotalamus.Ada dua bentuk utama dari goiter sederhana yaitu
endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi
iodine. Ini mengalah pada “goiter belt” dengan karakteristik area geografis oleh
minyak dan air yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan
oleh:

8
a. Kelainan genetic yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah .
b. Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang
menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai , buah persik,
bayam, kacang polong, Strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung
goitogenik glikosida.
c. Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (Propylthiracil) thocarbomen,
(Aminothiazole, tolbutamid).

D. Patofisiologi
Hipertiroid

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada


kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali
dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada
normal.

Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH (Thyroid stimulating hormone), Biasanya bahan – bahan ini
adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan
reseptor yang mengikat TSHv. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP
dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme kosentrasi TSH (Thyroid stimulating hormone) menurun, sedangkan
konsentrasi TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin) meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12
jam, berbeda dengan efek TSH (Thyroid stimulating hormone) yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh
TSI Thyroid Stimulating Immunoglobulin) selanjutnya juga menekan pembentukan
TSH (Thyroid stimulating hormone) oleh kelenjar hipofisis anterior.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga


diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar
tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin

9
termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju
metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur.
Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi
10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid
pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi
autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler,
akibatnya bola mata terdesak keluar.

Hipotiroid

Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone


tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari
hormone tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha
untuk kompendasi dari kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini, goiter
merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari
kelenjar terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari
TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4
darah rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di
leher dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.

Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan
menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada
kondisi achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung), penurunan traktus
gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu penurunan
produksi panas tubuh.

Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone


tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil
kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi
mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner. Akumulasi proteoglikan
hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan abdominal
sebagai tanda dari mixedema.

10
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien
dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan
eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam
folat.

E. Patoflowdiagram
Hipertiroid

11
Hipotiroid

F. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)


Hipertiroid

Penderita hipertiroidisme yang sudah berkembang lebih jauh akan


memperlihatkan kelompok tanda dan gejala yang khas (yang kadang- kadang disebut
tirotoksikosis) . Gejala yang sering ditemukan pada penderita hipertiroid yakni :

1. Umum : Berat badan turun, keletihan, apatis, berkeringat, dan tidak tahan
panas
2. Kardiovaskuler : Palpitasi, sesak nafas, angina, gagal jantung, sinustakikardi,
fibrilasi atrium, nadi kolaps.
3. Neuromuskular : Gugup,gelisah, agitasi, tremor, koreoatetosis,psikosis,
kelemahan otot, secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel), iritabel
dan terus menerus merasa khawatir, Serta tidak dapat duduk diam .

12
4. Gastrointestinal : penderita mengalami peningkatan selera makan dan
konsumsi makanan, penurunan berat badan yang progresif, kelelahan oto
yang abnormal, perubahan defekasi dengan konstipasi atau diare, serta
muntah.
5. Reproduksi : Oligomenorea, infertilitas
6. Kulit : warna kulit penderita biasanya agak kemerahan (flushing) dengan
warnah salmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak serta basah..
namun demikian, pasien yang berusia lanjut mungkin kulitnya agak kering,
tangan gemetarPruritus, eritema Palmaris, miksedema pretibial, rambut tipis..
7. Struma : Difus dengan/tanpa bising, nodosa
8. Mata : lakrimasi meningkat,kemosis (edeme konjungtiva), proptosis, ulserasi
kornea,optalmoplegia, diplobia, edema pupil, penglihatan kabur.

Hipotiroid

Hipotiroidisme ditandai dengan gejala-gejala:

Nafsu makan berkurang, Sembelit, Pertumbuhan tulang dan gigi yang lambat,
Suara serak, Berbicara lambat, Kelopak mata turun, Wajah bengkak, Rambut tipis,
kering, dan kasar, Kulit kering, kasar, bersisik, dan menebal, Denyut nadi lambat,
Gerakan tubuh lamban, lemah, Pusing, Capek, Pucat, Sakit pada sendi atau otot,
Tidak tahan terhadap dingin, Depresi, Penurunan fungsi indera pengecapan dan
penciuma, Alis mata rontok, Keringat berkurang.

Gambaran Klinis

1. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat


2. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung
miksedema), dan penurunan curah jantung
3. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan
kaki
4. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan
nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cema
5. Konstipasi
6. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
7. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh

13
G. Pemeriksaan Penunjang (Pemeriksaan Diagnostik)
Hipertiroid
Pemeriksaan laboratorium :

1. Tes ambilan RAI : Meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler,
menurun pada tiroiditis.
2. T4 dan T3 serum : Meningkat.
3. T4 dan T3 bebas serum : Meningkat.
4. TSH : Tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon).
5. Tiroglobulin : Meningkat.
6. Stimulasi TRH : Dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai
meningkat setelah pemberian TRH.
7. Ambilan tiroid131: Meningkat.
8. Ikatan protein iodium : Meningkat.
9. Gula darah : Meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal). Kortisol
plasma : turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal).
10. Fosfat alkali dan kalsium serum : Meningkat.
11. Pemeriksaan fungsi hepar : Abnormal
12. Elektrolit : Hiponatremi mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek
dilusi dalam terapi cairan pengganti, hipokalemia terjadi dengan sendirinya pada
kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis.
13. Katekolamin serum : Menurun.
14. Kreatinin urine : Meningkat

Pemeriksaan radiologi :
1. EKG : Fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.

Hipotiroid

Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien hipotiroidisme didapatkan


hasil sebagai berikut:

1. T3 dan T4 serum rendah


2. TSH meningkat pada hipotiroid primer
3. TSH rendah pada hipotiroid sekunder
4. Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar

14
5. Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat
6. Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus
7. Peningkatan kolesterol
8. Pembesaran jantung pada sinar X dada
9. EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS&
gelombang T datar atau inverse

H. Penatalaksanaan Medis
Hipertiroid

a. Farmakoterapi
Dengan menggunakan obat yang mempengaruhi sintesis tyroid serta preparat
yang mengendalikan manifestasi hipertyroidisme (Propiltiourasil / Propacil / PTU,
Metimazol / Tapazol). Obat-obat ini diberikan dalam jangka panjang paling sedikit 1
tahun.
b. Penyinaran atau radiasi
Panyinaran atau radiasi yang meliputi penggunaan radioisotop 1 (131 / 125)
untuk menimbulkan efek destruktif pada kelenjar tyroid.
Dengan Iodium Radioaktif dengan penyuntikan sebanyak 5 milicurie
diharapkan didalam kelenjar bahan ini merusak sel-sel sekretoris kelenjar tiroid.

c. Bedah / operatif
Pembedahan dengan mengangkat sebagian kelenjar tyroid. Sebelum
dilakukan pembedahan diberikan terapi propiltiourasil yang biasanya diberikan
beberapa minggu.
Terapi yang dilakukan tergantung dari penyebab hipertiroidisme yang
mungkin memerlukan gabungan dari semua terapeutik diatas (Brunner & Suddert,
2000).
Penatalaksanaan keperawatan basa difokuskan pada pencegahan kompliksasi,
memperbaiki status nutrisi asupan cairan karena adanya diare harus diperhatikan,
meningkatkan tindakan koping karena kekhawatiran pasien dan meningkatkan harga
diri dengan adanya perubahan citra tubuh dan perubahan nafsu makan.

15
Hipotiroid

Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid,


yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai
adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan
(diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).

Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius.
Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini
biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.

Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti


hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan
saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

Tujuan primer penatalalaksanaan hipotiroid ialah memulihkan metabolisme


pasien kembali kepada keadaan metabolic normal, dengan cara mengganti hormone
yang hilang. Livotiroksin sintetik (Synthroid atau levothroid) merupakan preparat
terpilih untuk pengobatan hipotiroid dan supresi penyakit goiter nontoksik.Dosis
terapi penggantian hormonal berdasarkan pada konsentrasi TSH dalam serum
pasien.Preparat tiroid yang dikeringkan jarang digunakan karena sering
menyebabkan kenaikan sementara konsentrasi T3 dan kadang-kadang disertai
dengan gejala hipertiroidisme.

Hal-hal yang bisa dilakukan pada pasien dengan hipotiroid antara lain:

a. Pemeliharaan fungsi vital.


b. Gas darah arteri.
c. Pemberian cairan dilakukan dengan hati-hati karena bahaya intoksikasi air.
d. Infus larutan glukosa pekat.
e. Terapi kortikosteroid

16
Penatalaksanaan Keperawatan

Modifikasi aktivitas. Penderita hipotiroidisme akan mengalami pengurangan


tenaga dan letargi sedang hingga berat . Sebagai akibatnya,resiko komplikasi akibat
imobilisasi akan meningkat sehinga aktivitas pasien terbatas akibat perubahan pada
status kardiovaskuler dan pulmoner yang terjadi akibat tiroidisme.Peran perawat
yang penting adalah membantu perawatan dan kebersihan diri pasien sambil
mendorong partisipasi pasien untuk melakukan aktivitas yangmasih berada dalam
batas-batas toleransi yang ditetapkan untuk mencegah komplikasi imobilasasi.

Pemantauan yang berkelanjutan. Pemantauan tanda –tanda vital dan tingkat


kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama proses penegakan diagnosis dan awal
terapi untuk mendeteksi : 1) kemunduran status fisik serta mental 2) gejala
peningkatan laju metabolic akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi sistim
kardiovaskuler dan pernapasan 3) keterbatasan dan komplisi mexedema yang
berkelanjutan.

Pengaturan suhu. Pasien sering mengalami gejala menggigil dan menderita


inteloransi yang ekstrim terdapat hawa dingin ektra pakaian dan selimut dapat
diberikan, dan pasien harus dilindugi dari hembusan angin.

Dukungan emosional. Penderita hipotiroidisme sedang hingga berat dapat


mengalami reaksi emosional hebat terhadap perubahan penampilan serta citra
tubuhnya dan terhadap terlambatnya diagnosis yang sering dijumpai pada penyakit
ini. Pasien dan keluarganya harus diberitahu bahwa semua gejala tersebut serta
ketidakmampuan untuk mengenalinya sering terjadi dan merupakan bagian dari
kelainan itu sendiri, sehingga pasien dan keluarga memerlukan bantuan dan
konseling untuk mengatasi masalah dan reaksi emosional yang muncul

Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Pasien dan keluarganya


sering sangat perihatin terhadap perubahan yang mereka saksikan akibat hipotiroid.
Sering kita harus menentramkan kembali pasioen dan keluarganya dengan
menjelaskan bahwa banyak diantara gejala tersebut akan menghilang setelah terapi
berhasil dilakukan selain itu pasien harus diberitahu untuk terus minum obat seperti
yang diresepkan meskipun gejala sudah membaik, intruksi diet untuk meningkatkan
penurunan berat badan begitu pengobatan dimulai, untuk mempercepat pemulihan

17
pola defekasi normal. Menjelaskan tujuan terapi , program pengobatan serta efek
samping harus disampaikan kepada dokter.

I. Komplikasi
Hipertiroid

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis


tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi
pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT
dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor,
hipertermia (sampai 1060F), dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.

Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves,


dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat
antitiroid. Hipertiroid yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan.

Hipotiroid

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipotiroid adalah :


1. Gondok
Stimulasi terus menerus agar tiroid mengeluarkan hormon, dapat menyebabkan
kelenjar membesar. Gondok dapat mengganggu pernapasan dan saat menelan
makanan.
2. Gangguan jantung
Hipertiroid dapat meningkatkan kadar kolestrol, mengganggu fungsi jantung,
pembesaran jantung dan gagal jantung.
3. Gangguan mental
Misalnya depresi.
4. Peripheralneuropathy
Merusak saraf perifer, yaitu saraf yang membawa informasi dari otak dan saraf
tulang belakang ke seluruh tubuh.
5. Myxedema
Gejalanya adalah sensitiv terhadap suhu dingin, mengantuk, sangat lesu dan
pingsan. Pemicu myxedema coma adalah sedativ, infeksi dan stress.

18
6. Infertilitas
Kadar hormon tiroid yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada
ovulasi.
7. Cacat lahir
Mengalami gangguan mental maupun fisik.

J. Konsep Dasar Keperawatan


Hipertiroid

1. Pengkajian
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan koordinasi,
kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan
tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat,
sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan
abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau
busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
d. Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
e. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih
dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)

19
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau
manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut),
gangguan memori baru masa lalu) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD
menurun;koma), aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
frekuensi pernapasan meningkat
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita (cenderung infeksi), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma
positif secara mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol
meningkat.

Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan B1 (breath)
Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi pernafasan meningkat,
dispneu,dan edema paru.
b. Kardiovaskular B2 (blood)

20
Hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia,
splenomegali, leher membesar
c. Persyarafan B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti:
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,psikosis, stupor, koma,
tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak – sentak,
hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
d. Perkemihan B4 (bladder)
Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
e. Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Rasa lemah, kelelahan

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami
hipertiroidisme adalah sebagai berikut :
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung.
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi.
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan
dengan penurunan berat badan).
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus.
e. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

21
g. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental,
perubahan pola tidur.

3. Intervensi Keperawatan
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung.
Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai
dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria hasil :
a. Nadi perifer dapat teraba normal
b. Vital sign dalam batas normal.
c. Pengisian kapiler normal
d. Status mental baik
e. Tidak ada disritmia
Intervensi :
1) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika
memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
2) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan
pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot
jantung atau iskemia
3) Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti
krekels)
Rasional : Murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung
meningkat pada keadaan hipermetabolik
4) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi
lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi
Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume
sirkulasi dan menurunkan curah jantung
5) Catat masukan dan keluaran

22
Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan dehidrasi
berat

b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan


kebutuhan energi.
Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan
tingkat energi.
Kiteria Hasil :
a. Klien mengatakan tidak lelah dan merasa tenang.
b. Aktifitas klien sehari – hari terpenuhi.
Intervensi :
1) Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat, takikardia
mungkin ditemukan
2) Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan
agitasi, hiperaktif dan insomnia.
3) Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme
4) Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage
Rasional : Meningkatkan relaksasi

c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan
dengan penurunan berat badan)
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
a. Nafsu makan baik.
b. Berat badan normal
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
1) Catat adanya anoreksia, mual dan muntah
Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan
gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia
2) Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari

23
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori
yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid
3) Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai.

d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan


perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus
Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata,
terbebas dari ulkus.
Kiteria Hasil : Klien mampu mengidentifikasi tindakan untuk memberikan
perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi.
Intervensi :
1) Observasi adanya edema periorbital
Rasional : Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan
2) Evaluasi ketajaman mata
Rasional : Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari peningkatan jaringan
retroorbita
3) Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap
Rasional : Melindungi kerusakan kornea
4) Bagian kepala tempat tidur ditinggikan.
Rasional : Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi

e. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik


Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat
diatasi dengan kriteria hasil:
a. Klien tampak rileks
b. Klien pelaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat yang dapat
diatasi
c. Klien mampu mnegidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan
perasaanya.
Intervensi :
1) Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas

24
Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan
insomnia
2) Bicara singkat dengan kata yang sederhana
Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek,konsentrasi berkurang,
yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi
3) Jelaskan prosedur tindakan
Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan
kesalahan interpretasi.
4) Kurangi stimulasi dari luar
Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik.

f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya.
Kriteria hasil :
a. Klien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit dan pengobatannya
b. Klien mengidentifikasi hubungan antara tanda dan gejala pada proses
penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebabnya
c. Klien memulai perubahan pola hidup yang penting dan berpartisipasi
dalam tindakan pengobatan
Intervensi :
1) Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan
pilihan berdasarkan informasi
2) Berikan informasi yang tepat
Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasi yang
muncul akan menentukan tindakan pengobatan.
3) Identifikasi sumber stress
Rasional : Faktor psikogenik seringkali sangat penting dalam
memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini
4) Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
Rasional : Mencegah munculnya kelelahan
5) Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid

25
Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan
mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah pengobatan selama 5
tahun kedepan

g. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan


fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental,
perubahan pola tidur
Tujuan : Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan
dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.
Kiteria Hasil :
a. Klien dapat mempertahankan orientasi realita umumnya
b. Klien mengenali perubahan dalam berfikir/perilaku dan faktor penyebab
Intervensi :
1) Kaji proses pikir pasien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap
tempat, waktu dan orang.
Rasional : Menentukan adanya kelainan pada proses sensori.
2) Catat adanya perubahan tingkah laku.
Rasional : Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat beristirahat, sensitifitas
meningkat atau menangis atau mungkin berkembang menjadi psikotik yang
sesungguhnya.
3) Kaji tingkat ansietas.
Rasional : Ansietas dapat merubah proses piker.
4) Ciptakan lingkungan yang tenang,turunkan stimulasi lingkungan.
Rasional : menurunan stimulasi eksternal dapat menurunkan
hiperaktifitas/refleks, peka rangsang saraf, halusinasi pendengaran
5) Orientasikan pasien pada tempat dan waktu.
Rasional : Membantu untuk mengembangkan dan mempertahankan kesadaran
pada realita/lingkungan.
6) Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi klien.
Rasional : Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien.
7) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti sedatif/tranquilizer, atau obat
anti psikotik.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan hipersensitifitas saraf/agitasi
untuk meningkatkan proses pikir.

26
4. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya
rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu
guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan adalah :
a. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
b. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat
energy.
c. Klien akan menunjukkan berat badan stabil.
d. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas
dari ulkus.
e. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
f. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya.
g. Klien dapat mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali
perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebabnya.

Hipotiroid
1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain :

1. Anamnesis
Identitas klien :
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama klien
Mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
1. Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
2. Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen

27
3. Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegali
4. Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot lambat
5. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat,
berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan memori
6. Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido
7. Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin
b. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kelenjar
teroid yang mengalami atrofi. Perawat harus menanyakan dengan jelas tentang
gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah
buruk.
c. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi.
d. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
e. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
1. Pola makan
2. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3. Pola aktivitas.
f. Riwayat Psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin
tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima
komponen konsep diri.
2. Pemeriksaan Fisik
Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar
mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah
tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh pendek.
Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat. Nadi lambat dan suhu tubuh
menurun. Perbesaran jantung. Disritmia dan hipotensi. Parastesia dan reflek
tendon menurun

28
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
b. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal).
2. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolisme sekunder
terhadap hipotiroidisme
2. Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi

1 Intoleran Tolerasi Melaporkan 1.Anjurkan Istirahat


aktifitas aktivitas sedikit lelah aktivitas membantu
berhubungan membaik. pada AKS sesuai menghemat
dengan tolerasi. energy.
penurunan
metabolism
sekunder 2.Bantu Memberikan
terhadap aktivitas kesempatan
hipotiroidisme perawatan pada pasien
mandiri berada dalam
ketika keadaan lelah
pasien
berada
dalam
keadaan
lelah.

2 Resiko tinggi Hilang Melaporkan 1.Berikan Meningkatka


terhadap dari pasase bentuk makanan n massa feses
konstipasi yang kaya dan frekuensi

29
berhubungan konstipasi feses lunak serat. buang air
dengan besar.
penurunan
peristaltic 2.Ajarkan
pada pasien Untuk
tentang peningkatan
jenis – jenis asupan cairan
makanan kepada
yang pasien agar
banyak feses tidak
mengandun keras.
g air.

3.Kolaboras
Untuk
i pemberian
mengencerka
obat
n feses.
pencahar
dan enema
bila
diperlukan

30
3 Pola nafas Perbaikan Melaporkan 1. Pantau Mengidentifi
tidak efektif dan pola dapat bernafas frekuensi, kasi hasil
berhubungan nafas dengan efektif kedalaman, pemeriksaan
dengan depresi normal pola dasar untuk
ventilasi pernafasan memantau p
erubahan
selanjutnya
dan
mengevaluasi
efektivitas
intervensi.

2. Dorong Mencegah
pasien aktifitas dan
untuk nafas meningkatka
dalam dan n aktifitas
batuk. yang adekuat.

4. Implementasi

Diagnosa I : Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolism


sekunder terhadap

Tindakan :

a. Menganjurkan aktivitas sesuai tolerasi.


b. Memberikan Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam
keadaan lelah.

Diagnosa II : Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan


peristaltic.

Tindakan :

a. Berikan makanan yang kaya serat.

31
b. Ajarkan pada pasien tentang jenis – jenis makanan yang banyak mengandung
air.
c. Kolaborasi pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan.

Diagnosa III : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.

Tindakan :

a. Memantau frekuensi, kedalaman, pola pernafasan.


b. Mendorong pasien untuk nafas dalam dan batuk.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan
sesama tenaga kesehatan (Nasrul Effendi, 1995). Evaluasi pada pasien
dengan gangguan system endokrin hipotiroidsme adalah :
1. Perbaikan dan pola nafas normal.
2. Tolerasi aktivitas membaik.
3. Klien dapat beraktivitas kembali
4. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

32
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh.

Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang


mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau
ablasi radioisotope, atau akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredar
dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak
terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.

Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema.

Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.


Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.

B. Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan
endokrin hipotiroidsm ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami,
mengetahui dan mengerti tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsme.

33
DAFTAR PUSTAKA
SM Yunita Rahmi. 2015. Asuhan Keperawatan Hipertiroid dan Hipotiroid. (online)
(http://yunaite.blogspot.co.id/2015/05/asuhan-keperawatan-hipertiroid-dan.html)
Diunduh tanggal 04 September 2017

Raharia Ekky. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Klien Hipertiroid. (online)


(http://ekkyraharia.blogspot.co.id/2015/03/asuhan-keperawatan-pada-klien.html)
Diunduh tanggal 05 September 2017

Rahayu Puput. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertiroid. (online)
(http://a-puputrahayu.blogspot.co.id/2014/12/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan.html) Diunduh tanggal 05 September 2017

Setyaningsih Rina Nur. 2013. Hipotiroid. (online)


(http://rinanursetyaningsih.blogspot.co.id/2013/10/hipotiroid.html) Diunduh tanggal
05 September 2017

Syamsul Harjum. 2013. Askep Hipotiroidisme. (online)


(http://asuhankeperawatan05.blogspot.co.id/2013/12/askep-hipotiroidisme.html)
Diunduh tanggal 05 September 2017

34

Anda mungkin juga menyukai