Disusun oleh:
Kelompok 19
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN HIPERTIROID DAN HIPOTIROID” dapat selesai tepat pada
waktunya sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang
lebih baik lagi.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertiroidisme merupakan penyakit endokrin yang dalam hal prevalensi
menempati urutan kedua sesudah Diabetes Mellitus, adalah satu kesatuan penyakit
dengan batasan masalah yang jelas dan penyakit Graves menjadi penyebab
utamanya. Hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan
laki-laki dan insidensnya akan memuncak dalam dekade usia ketiga serta keempat,
keadaan ini dapat timbul setelah terjadi syok emosional, stress atau infeksi tetapi
makna hubungan ini yang tepat belum dipahami.
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi
tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Lebih dari
95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau tiroidal yang
mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri.
Hipertiroidisme maupun hipotiroidisme merupakan penyakit yang menimbulkan
gangguan pada fungsi metabolik dan endokrin dari individu, keduanya juga
mempunyai manifestasi klinik masing-masing yang berakibat pada
ketidakseimbangan dari tubuh.
Dengan adanya berbagai masalah yang dapat ditimbulkan dari keadaan
hipertiroidisme dan hipotiroidisme, maka sangat penting bagi kita sebagai seorang
tenaga keperawatan bisa menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif dan
tepat pada klien dengan gangguan hipotiroidisme dan hipertiroidisme.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan memberikan konsep Asuhan
Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin dari metabolik
(hipotiroid dan hipertiroid)
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Hipertiroid dan Hipotiroid.
b. Mengetahui anatomi fisiologi Hipertiroid dan Hipotiroid.
c. Mengetahui etiologi/penyebab penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
d. Mengetahui patofisiologi penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
3
e. Mengetahui patoflowdiagram penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
f. Mengetahui tanda dan gejala penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostik penyakit Hipertiroid dan
Hipotiroid.
h. Mengetahui penatalaksanaan medis penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
i. Mengetahui komplikasi penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
j. Mengetahui konsep dasar keperawatan (pengkajian, diagnosa dan
intervensi) penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
k. Studi kasus singkat penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid.
C. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga (3) BAB dengan sistematika penulisan yaitu BAB I
Pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teori tentang Hipertiroid dan Hipotiroid mulai dari pengertian,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, patoflowdiagram, tanda dan gejala
(manifestasi klinis), pemeriksaan penunjang (pemeriksaan diagnostik),
penatalaksanaan medis, komplikasi, konsep dasar keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa dan intervensi. Terakhir BAB III Kesimpulan.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid
yang mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000)
5
B. Anatomi Fisiologi
Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia tersebut diatur oleh dua
sistem pengatur utama, yaitu: sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin
(Guyton & Hall: 1159). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh
yang cepat, misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan
cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin (Guyton &
Hall: 703). Sedangkan, sistem hormonal terutama berkaitan dengan pengaturan
berbagai fungsi metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan rekasi kimia di
dalam sel atau pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau aspek lain dari
metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall:1159).
Hormon tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut
sistem endokrin.Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan
dalam metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan
hormon tiroid tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup dan
berkesinambungan. Penurunan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan
kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di bawah normal, dan
bila kelebihan sekresi hormon tiroid sangat hebat dapat menyebabkan naiknya
kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal
(Guyton & Hall: 1187). Keadaan ini dapat timbul secara spontan maupun sebagai
akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson:337-338).
Tiroksin dan triiodotironin berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam
hampir semua sel tubuh, jadi meningkatkan tingkat metabolisme tubuh umum.
Kalsitonin berfungsi memacu pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga
menurunkan konsentrasi tingkat metabolisme tubuh umum. Fungsi Hormon-hormon
tiroid yang lain:
6
f. Bereaksi sebagai antagonis kalsium.
C. Etiologi
Hipertiroid :
a. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan.
Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit
autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO)
dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok,
radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa
seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit
mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon
teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta
berkeringat banyak.
7
e. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian
keluar gejala hpotiroid.
Hipotiroid
2. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai
dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating hormone
(TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary atau
hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone
tiroid.
8
a. Kelainan genetic yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah .
b. Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang
menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai , buah persik,
bayam, kacang polong, Strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung
goitogenik glikosida.
c. Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (Propylthiracil) thocarbomen,
(Aminothiazole, tolbutamid).
D. Patofisiologi
Hipertiroid
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH (Thyroid stimulating hormone), Biasanya bahan – bahan ini
adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan
reseptor yang mengikat TSHv. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP
dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme kosentrasi TSH (Thyroid stimulating hormone) menurun, sedangkan
konsentrasi TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin) meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12
jam, berbeda dengan efek TSH (Thyroid stimulating hormone) yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh
TSI Thyroid Stimulating Immunoglobulin) selanjutnya juga menekan pembentukan
TSH (Thyroid stimulating hormone) oleh kelenjar hipofisis anterior.
9
termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju
metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur.
Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi
10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid
pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi
autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler,
akibatnya bola mata terdesak keluar.
Hipotiroid
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan
menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada
kondisi achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung), penurunan traktus
gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu penurunan
produksi panas tubuh.
10
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien
dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan
eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam
folat.
E. Patoflowdiagram
Hipertiroid
11
Hipotiroid
1. Umum : Berat badan turun, keletihan, apatis, berkeringat, dan tidak tahan
panas
2. Kardiovaskuler : Palpitasi, sesak nafas, angina, gagal jantung, sinustakikardi,
fibrilasi atrium, nadi kolaps.
3. Neuromuskular : Gugup,gelisah, agitasi, tremor, koreoatetosis,psikosis,
kelemahan otot, secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel), iritabel
dan terus menerus merasa khawatir, Serta tidak dapat duduk diam .
12
4. Gastrointestinal : penderita mengalami peningkatan selera makan dan
konsumsi makanan, penurunan berat badan yang progresif, kelelahan oto
yang abnormal, perubahan defekasi dengan konstipasi atau diare, serta
muntah.
5. Reproduksi : Oligomenorea, infertilitas
6. Kulit : warna kulit penderita biasanya agak kemerahan (flushing) dengan
warnah salmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak serta basah..
namun demikian, pasien yang berusia lanjut mungkin kulitnya agak kering,
tangan gemetarPruritus, eritema Palmaris, miksedema pretibial, rambut tipis..
7. Struma : Difus dengan/tanpa bising, nodosa
8. Mata : lakrimasi meningkat,kemosis (edeme konjungtiva), proptosis, ulserasi
kornea,optalmoplegia, diplobia, edema pupil, penglihatan kabur.
Hipotiroid
Nafsu makan berkurang, Sembelit, Pertumbuhan tulang dan gigi yang lambat,
Suara serak, Berbicara lambat, Kelopak mata turun, Wajah bengkak, Rambut tipis,
kering, dan kasar, Kulit kering, kasar, bersisik, dan menebal, Denyut nadi lambat,
Gerakan tubuh lamban, lemah, Pusing, Capek, Pucat, Sakit pada sendi atau otot,
Tidak tahan terhadap dingin, Depresi, Penurunan fungsi indera pengecapan dan
penciuma, Alis mata rontok, Keringat berkurang.
Gambaran Klinis
13
G. Pemeriksaan Penunjang (Pemeriksaan Diagnostik)
Hipertiroid
Pemeriksaan laboratorium :
1. Tes ambilan RAI : Meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler,
menurun pada tiroiditis.
2. T4 dan T3 serum : Meningkat.
3. T4 dan T3 bebas serum : Meningkat.
4. TSH : Tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon).
5. Tiroglobulin : Meningkat.
6. Stimulasi TRH : Dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai
meningkat setelah pemberian TRH.
7. Ambilan tiroid131: Meningkat.
8. Ikatan protein iodium : Meningkat.
9. Gula darah : Meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal). Kortisol
plasma : turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal).
10. Fosfat alkali dan kalsium serum : Meningkat.
11. Pemeriksaan fungsi hepar : Abnormal
12. Elektrolit : Hiponatremi mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek
dilusi dalam terapi cairan pengganti, hipokalemia terjadi dengan sendirinya pada
kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis.
13. Katekolamin serum : Menurun.
14. Kreatinin urine : Meningkat
Pemeriksaan radiologi :
1. EKG : Fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.
Hipotiroid
14
5. Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat
6. Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus
7. Peningkatan kolesterol
8. Pembesaran jantung pada sinar X dada
9. EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS&
gelombang T datar atau inverse
H. Penatalaksanaan Medis
Hipertiroid
a. Farmakoterapi
Dengan menggunakan obat yang mempengaruhi sintesis tyroid serta preparat
yang mengendalikan manifestasi hipertyroidisme (Propiltiourasil / Propacil / PTU,
Metimazol / Tapazol). Obat-obat ini diberikan dalam jangka panjang paling sedikit 1
tahun.
b. Penyinaran atau radiasi
Panyinaran atau radiasi yang meliputi penggunaan radioisotop 1 (131 / 125)
untuk menimbulkan efek destruktif pada kelenjar tyroid.
Dengan Iodium Radioaktif dengan penyuntikan sebanyak 5 milicurie
diharapkan didalam kelenjar bahan ini merusak sel-sel sekretoris kelenjar tiroid.
c. Bedah / operatif
Pembedahan dengan mengangkat sebagian kelenjar tyroid. Sebelum
dilakukan pembedahan diberikan terapi propiltiourasil yang biasanya diberikan
beberapa minggu.
Terapi yang dilakukan tergantung dari penyebab hipertiroidisme yang
mungkin memerlukan gabungan dari semua terapeutik diatas (Brunner & Suddert,
2000).
Penatalaksanaan keperawatan basa difokuskan pada pencegahan kompliksasi,
memperbaiki status nutrisi asupan cairan karena adanya diare harus diperhatikan,
meningkatkan tindakan koping karena kekhawatiran pasien dan meningkatkan harga
diri dengan adanya perubahan citra tubuh dan perubahan nafsu makan.
15
Hipotiroid
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius.
Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini
biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Hal-hal yang bisa dilakukan pada pasien dengan hipotiroid antara lain:
16
Penatalaksanaan Keperawatan
17
pola defekasi normal. Menjelaskan tujuan terapi , program pengobatan serta efek
samping harus disampaikan kepada dokter.
I. Komplikasi
Hipertiroid
Hipotiroid
18
6. Infertilitas
Kadar hormon tiroid yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada
ovulasi.
7. Cacat lahir
Mengalami gangguan mental maupun fisik.
1. Pengkajian
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan koordinasi,
kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan
tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat,
sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan
abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau
busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
d. Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
e. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih
dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)
19
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau
manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut),
gangguan memori baru masa lalu) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD
menurun;koma), aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
frekuensi pernapasan meningkat
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita (cenderung infeksi), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma
positif secara mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol
meningkat.
Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan B1 (breath)
Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi pernafasan meningkat,
dispneu,dan edema paru.
b. Kardiovaskular B2 (blood)
20
Hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia,
splenomegali, leher membesar
c. Persyarafan B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti:
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,psikosis, stupor, koma,
tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak – sentak,
hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
d. Perkemihan B4 (bladder)
Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
e. Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Rasa lemah, kelelahan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami
hipertiroidisme adalah sebagai berikut :
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung.
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi.
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan
dengan penurunan berat badan).
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus.
e. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
21
g. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental,
perubahan pola tidur.
3. Intervensi Keperawatan
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung.
Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai
dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria hasil :
a. Nadi perifer dapat teraba normal
b. Vital sign dalam batas normal.
c. Pengisian kapiler normal
d. Status mental baik
e. Tidak ada disritmia
Intervensi :
1) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika
memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
2) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan
pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot
jantung atau iskemia
3) Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti
krekels)
Rasional : Murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung
meningkat pada keadaan hipermetabolik
4) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi
lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi
Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume
sirkulasi dan menurunkan curah jantung
5) Catat masukan dan keluaran
22
Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan dehidrasi
berat
23
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori
yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid
3) Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai.
24
Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan
insomnia
2) Bicara singkat dengan kata yang sederhana
Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek,konsentrasi berkurang,
yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi
3) Jelaskan prosedur tindakan
Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan
kesalahan interpretasi.
4) Kurangi stimulasi dari luar
Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik.
25
Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan
mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah pengobatan selama 5
tahun kedepan
26
4. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya
rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu
guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan adalah :
a. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
b. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat
energy.
c. Klien akan menunjukkan berat badan stabil.
d. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas
dari ulkus.
e. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
f. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya.
g. Klien dapat mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali
perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebabnya.
Hipotiroid
1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien :
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama klien
Mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
1. Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
2. Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen
27
3. Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegali
4. Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot lambat
5. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat,
berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan memori
6. Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido
7. Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin
b. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kelenjar
teroid yang mengalami atrofi. Perawat harus menanyakan dengan jelas tentang
gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah
buruk.
c. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi.
d. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
e. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
1. Pola makan
2. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3. Pola aktivitas.
f. Riwayat Psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin
tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima
komponen konsep diri.
2. Pemeriksaan Fisik
Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar
mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah
tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh pendek.
Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat. Nadi lambat dan suhu tubuh
menurun. Perbesaran jantung. Disritmia dan hipotensi. Parastesia dan reflek
tendon menurun
28
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
b. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal).
2. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolisme sekunder
terhadap hipotiroidisme
2. Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
3. Intervensi Keperawatan
29
berhubungan konstipasi feses lunak serat. buang air
dengan besar.
penurunan
peristaltic 2.Ajarkan
pada pasien Untuk
tentang peningkatan
jenis – jenis asupan cairan
makanan kepada
yang pasien agar
banyak feses tidak
mengandun keras.
g air.
3.Kolaboras
Untuk
i pemberian
mengencerka
obat
n feses.
pencahar
dan enema
bila
diperlukan
30
3 Pola nafas Perbaikan Melaporkan 1. Pantau Mengidentifi
tidak efektif dan pola dapat bernafas frekuensi, kasi hasil
berhubungan nafas dengan efektif kedalaman, pemeriksaan
dengan depresi normal pola dasar untuk
ventilasi pernafasan memantau p
erubahan
selanjutnya
dan
mengevaluasi
efektivitas
intervensi.
2. Dorong Mencegah
pasien aktifitas dan
untuk nafas meningkatka
dalam dan n aktifitas
batuk. yang adekuat.
4. Implementasi
Tindakan :
Tindakan :
31
b. Ajarkan pada pasien tentang jenis – jenis makanan yang banyak mengandung
air.
c. Kolaborasi pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan.
Diagnosa III : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
Tindakan :
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan
sesama tenaga kesehatan (Nasrul Effendi, 1995). Evaluasi pada pasien
dengan gangguan system endokrin hipotiroidsme adalah :
1. Perbaikan dan pola nafas normal.
2. Tolerasi aktivitas membaik.
3. Klien dapat beraktivitas kembali
4. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh.
Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema.
B. Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan
endokrin hipotiroidsm ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami,
mengetahui dan mengerti tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsme.
33
DAFTAR PUSTAKA
SM Yunita Rahmi. 2015. Asuhan Keperawatan Hipertiroid dan Hipotiroid. (online)
(http://yunaite.blogspot.co.id/2015/05/asuhan-keperawatan-hipertiroid-dan.html)
Diunduh tanggal 04 September 2017
Rahayu Puput. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertiroid. (online)
(http://a-puputrahayu.blogspot.co.id/2014/12/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan.html) Diunduh tanggal 05 September 2017
34