Anda di halaman 1dari 14

Paper Epidemiologi Veteriner

PENYEBAB PENYAKIT (DETERMINAN)

Disusun Oleh :

Kelompok 2
Silvi Nurhasanah 1302101010097
Rizki N Siregar 1402101010077
Nur Afriyanti 1402101010118
Luthfi Phonna 1402101010126

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2017
PENDAHULUAN

Epidemiologi adalah suatu kajian tentang frekuensi, distribusi dan penentu kesehatan dan
penyakit dalam populasi. Isyarat awal tentang etiologi suatu penyakit bisa diiperoleh dari
distribusinya, yaitu informasi tentang jenis hewan yang terserang dan kapan serta dimana
penyakit terjadi. Menurut WHO epidemiologi merupakan suatu studi tentang distribusi dan
determinan kesehatan yang berkaitan dengan kejadian di populasi dan aplikasi dari studi untuk
memecahkaan masalah kesehatan.

Epidemiologi juga didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat, penyebab,


pengendalian dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan
dan kematian dalam populasi manusia. Selain itu epidemiologi juga mempelajari determinan atau
faktor penentu dalam masalah kesehatan masyarakat. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa
terdapat 3 hal yang menjadi pokok dari epidemiologi yaitu sebagai berikut :

1. Frekuensi Masalah Kesehatan

Frekuensi disini menggambarkan besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada


sekelompok manusia. Untuk mengetahui besarnya masalah kesehatan masyarakat dapat
dilakukan dengan beberapa kegiatan, diantaranya adalah melakukan survei kesehatan, studi
kasus dan penelitian.

2. Distribusi (Penyebaran) Masalah Kesehatan

Distribusi menggambarkan pengelompokan maslah kesehatan menurut suatu keadaan


tertentu, yang dalam epidemiologinya dibedakan menurut ciri-ciri manusia (person), tempat
(place) dan waktu (time).

3. Determinan (Faktor-faktor yang mempengaruhi)

Determinan menggambarkan faktor penyebab suatu masalah kesehatan yang terjadi


dalam suatu kelompok masyarakat.
PEMBAHASAN

1. Pengertian Determinan Penyakit

Penting untuk mengidektifikasi secara pasti beberapa penyebab (Determinan; dalam


istilah epidemiologi) dengan tujuan untuk menurunkan tingkat serangannya. Yang dapat
diperoleh dengan membedakan karakteristik antara individu yang sehat dengan yang sakit. Bisa
juga dengan membandingkan karakteristik dari kelompok yang terserang penyakit dan kelompok
yang tidak terserang atau rendah tingkat kejadian penyakit yang diamati.

Determinan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit yang


biasanya disebut sebagai penyebab penyakit. Kata determinan digunakan untuk menggambarkan
berbagai faktor yang ketika diganggu atau dirubah dapat mengakhibatkan perubahan dalam hal
frekuensi atau karakteristik penyakit. Faktor induk semang (host) seperti breed, umur dan jenis
kelamin, sering menjadi determinan yang berasal dari lingkungan eksternal dari individu yang
sakit berlawanan dengan faktor internal yang berkaitan dengan patogenesis suatu penyakit.

Penyebab putatif suatu penyakit bisa dikatakan sebagai keterpaparan atau resiko atau
sebagai variabel independen, variabel prediktor, atau variabel eksplanator sebab kesemua itu
diduga mengakhibatkan munculnya hasil yang diperhatikan. Pengaruh yang diduga, misalnya
seperti kesehatan (diukur dalam hal produktifitas) atau kejadian penyakit disebut sebagai hasil
atau tanggapan atau variabel dependen. Contohnya kajian tentang hubungan antara status
kekebalan (tingkat serum antibodi) dan kejadian penyakit, maka status kekebalan adalah
independen dan status kesehatan merupakan variabel dependen. Contoh lainnya dampak
penyakit terhadap tingkat produksi, maka produksi menjadi variabel dependen, dan muncul
tidaknya penyakit adalah variabel independen.

Dengan membedakan karakteristik antara hewan sakit dan sehat maka akan mengarahkan
kepada kesimpulan tentang penyebab penyakit. Dalam pelaksanaan suatu penyidikan
epidemiologi yang menjadi dasarnya adalah sebuah ansumsi bahwa secara normal penyakit atau
gangguan produksi terjadi dalam pola yang acak, tetapi selalu ada yang menjadi penyebabnya.
Penyebab penyakit merupakan suatu kejadian, kondisi, atau karakteristik yang memainkan
peranan penting dalam menghasilkan suatu penyakit. pengetahuan tentang hubungan sebab-
akibat menjadi landasan dalam memberikan pengobatan klinis.
1. Dalil Henle-Koch

Dalil Henle-Koch merupakan susunan kriteria yang pertama sekali digunakan sebagai
kerangka dalam mengidentifikasi penyebab penyakit. Kriteria tersebut mengharuskan adanya
ketentuan berikut sebagau kesimpulan penyebab penyakit:

Penyebab yang diduga harus terlihat pada setiap kasus penyakit.


Penyebab yang diduga harus diisolasikan dan tumbuh dalam media biakan murni.
Penyebab yang diduga harus menyebabkan suatu penyakit spesifik ketika diinokulasikan
kepada hewan yang rentan dan dapat diambil kembali dari hewan tersebut dan diidentifikasi.

Dalil Koch menggabungkan berbagai tingkatan dan disiplin untuk mempelajari penyakit
menular. Namun demikian memilih beberapa kesulitan untuk dipenuhi dalam penentuan
penyebab. Kriteria tersebut mensyaratkan bahwa penyakit tertentu hanya memiliki satu
penyebab. Sebaliknya penyebab tertentu hanya menghasilkan satu penyakit. Kesulitan dalil
tersebut tidak bisa diarahkan untuk mengaitkan penyebab, status karier, faktor yang bersifat non-
agen (umur, spesies) dan faktor penyebab kuantitatif.

2. Dalil Evan

Dalil Evan dikembangkan sebagai konsep penyebab yang menyatu yang dapat
dihubungkan secara umum hingga saat ini untuk mengetahui hubungan sebab-akibat dalam
bidang epidemiologi. Dalil ini menyatakan penyebab penyakit berdasarkan kriteria berikut:

Proporsi hewan yang terserang penyakit harus lebih besar pada kelompok yang terpapar
dengan penyebab yang diduga dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar.
Keterpaparan dengan penyebab yang diduga harus terlihat lebih umum pada kelompok yang
dianggap sebagai kasus dibandingkan dengan kelompok yang tidak sakit.
Jumlah kasus baru harus lebih tinggi dari pada kelompokyang terpapar dengan penyebab
yang diduga dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar, sebagaimana diamati pada
kajian prospektif.
Secara temporal, penyakit harus mengikuti keterpaparan dengan penyebab yang diduga.
Dapat diukur spektrum biologis terhadap respon inang.
Respon inang harus dapat diulang mengikuti keterpaparan dengan penyebab yang diduga.
Penyakit yang muncul dapat dihasilkan secara eksperimen.
Pencegahan atau modifikasi respon inang harus dapat menurunkan atau menghilangkan
keberadaan penyakit.
Hubungan antara penyebab yang diduga dengan penyakit yang muncul harus dapat
dijelaskan secara biologi dan epidemiologi.

2. Teori Ekologi Lingkungan

1. Model Gordon

Teori ini di kemukakan oleh John Gordon pada tahun 1950 dan dinamakan model Gordon
sesuai dengan nama pencetusnya. Model gordon ini menggambarkan terjadinya penyakit pada
masyarakat, ia menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang pengungkit yang
mempunyai titik tumpu di tengah-tengahnya, yakni Lingkungan (Environment). Pada kedua
ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni Agen (Agent) dan Pejamu (Host). Dalam model ini
A, P, L dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam interaksi ini, sehingga terjadi
keadaan sehat ataupun sakit, dimana :
A = agent/penyebab penyakit

P = host/populasi berisiko tinggi, dan

L = lingkungan

Interaksi di antara tiga elemen tadi terlaksana karena adanya faktor penentu pada setiap
elemen. Model ini mengatakan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam keseimbangan,
maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat, seperti gambar di bawah ini :
Sebaliknya, apabila resultan daripada interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan keadaan
tidak seimbang, maka didapat keadaan yang tidak tidak sehat atau sakit. Model gordon ini selain
memberikan gambaran yang umum tentang penyakit yang ada di masyarakat, dapat pula
digunakan untuk melakukan analisis, dan mencari solusi terhadap permasalahan yang ada.

Dalam pandangan epidemiologi klasik dikenal segitiga epidemiologi (epidemiologic triangle)


yang digunakan untuk menganalisis terjadinya penyakit yang di gambarkan sebagai berikut :
Konsep ini bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular dengan
unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agen, namun selanjutnya dapat pula digunakan
untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak menular dengan memperluas pengertian
agen.

Interaksi Host, Agent, dan Lingkungan


1. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan
Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan terjadi pada saat
pre-patogenesis dari suatu penyakit.
Misalnya: Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin sayuran di ruang
pendingin, penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan.
2. Interaksi antara Host dan Lingkungan
Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya pada fase pre-
patogenesis.
Misalnya: Udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.
3. Interaksi antara Host dan Agen penyakit
Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat merangsang
manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala penyakit.
Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan kekebalan, atau
mekanisme pertahanan tubuh lainnya.
Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau
kematian.
4. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan
Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama saling
mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga memudahkan agen penyakit
baik secara langsung atau tidak langsungmasuk ke dalam tubuh manusia.
Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat menimbulkan Water Borne
Disease
2. The Wheel of Causation (Teori Roda)

Model ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai roda. Roda
tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya dan komponen
lingkungan biologi, sosial, fisik mengelilingi pejamu. Ukuran komponem roda bersifat relatif,
tergantung problem spesifik penyakit yang bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter
tentunya proporsi inti genetik relatif besar, sedang penyakit campak status imunitas pejamu dan
biologik lebih penting daripada faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang
lainnya dalam hal stres mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan biologis lebih
besar.
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan
identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu
menekankan pentingnya agen. Di sini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan
hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang
bersangkutan.

Teori ini merupakan pendekatan lain untuk menjelaskan hubungan antara manusia dan
lingkungan. Roda terdiri daripada satu pusat (pejamu atau manusia) yang memiliki susunan
genetik sebagai intinya. Disekitar pejamu terdapat lingkungan yang dibagi secara skematis ke
dalam 3 sektor yaitu lingkungan biologi, sosial dan fisik.

Besarnya komponen-kompenen dari roda tergantung kepada masalah penyakit tertentu


yang menjadi perhatian kita. Untuk penyakit-peyakit bawaan (herediter) inti genetik relatif lebih
besar. Untuk kondisi tertentu seperti campak, inti genetik relatif kurang penting oleh karena
keadaan kekebalan dan sektor biologi lingkungan yang paling berperanan. Pada model roda,
mendorong pemisahan perincian faktor pejamu dan lingkungan, yaitu suatu perbedaan yang
berguna untuk analisa epidemiologi.
Model ini digambarakan dengan lingkaran yang didalamnya terdapat lingkaran yang lebih
kecil. Lingkaran yang besar sebagai faktor eksternaldan lingkaran yang kecil sebagai faktor
internalnya. Faktor internalnya (host) menyatakan bahwa suatu penyakit disebabkan oleh adanya
interaksi antara genetic dengan lingkungannya. Faktor internal ini juga berkaitan dengan
kepribadian individu dimana kepribadian tertentu akan meningkatkan resiko penyakit tertentu.
Faktor eksternal pada model ini adalah lingkungan, yang juga dibedakan menjadi lingkungan
biologi (agen, reservoir, vector, binatang atau tumbuhan), fisik (curah hujan, kelembaban,
atmosfer, bahan kimia, panas, cahaya, udara, suhu) dan social (politik, budaya, ekonomi dan
psikologi). Model ini biasanya digunakan untuk menggambarkan penyakit yang penyebabnya
tidak spesifik, seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi, kanker. Dimana menekankan faktor
lingkungan sebagai penyebab terjadinya penyakit.

3. The Web of Causation (Jaring-jaring Sebab Akibat)

Teori jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac Mohan dan Pugh (1970). Teori
ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori ini menekankan bahwa suatu
penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai faktor. Misalnya faktor interaksi lingkungan yang
berupa faktor biologis, kimiawi dan sosial memegang peranan penting dalam terjadinya
penyakit.
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara
mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Menurut
model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan
sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka timbulnya
penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik. Model
ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu.
Contoh: Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK) dimana
banyak faktor yang merupakan menghambat atau meningkatkan perkembangan penyakit.
Beberapa dari faktor ini instrinsik pada pejamu dan tetap (umpama LDL genotip), yang
lain seperti komponen makanan, perokok, inaktifasi fisik, gaya hidup dapat dimanipulasi.

Model ini menerangkan bahwa sebab seuatu penyakit saling berkaitan satu sama lain seperti
sebuah jaring lab-laba. Sehingga, untuk menghentikan penyakit ini, cukup dengan memutus satu

rantainya saja. Pada model ini juga terdapat faktor yang lebih dominan daripada faktor lainnya.

3. Proses Terjadinya Penyakit

Gejala penyakit yang timbul merupakan suatu tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres
pada badan kita. Gejala itu ada yang dapat dilihat, dirasa, dicium, atau diukur. Ada gejala yang
dapat dirasakan oleh pasien, ada pula gejala yang baru dapat diketahui oleh seorang
dokter/perawat sewaktu diadakan pemeriksaan. Apabila tingkat kesakitan dalam suatu populasi
penduduk diketahui, maka kita perlu membedakan antara populasi yang mempunyai dan tidak
mempunyai penyakit yang spesifik. Pada prakteknya cara membedakannya sangat sulit.
Umumnya penyakit-penyakit menahun mempunyai sejarah alamiah penyakit (Natural history of
disease) yang menarik. Adanya sejarah alamiah dari suatu penyakit dapat dipakai sebagai cara
dalam usaha pencegahan attaupun pengontrolan dari penyakit tersebut.
Tingkatan dari sejarah alamiah suatu penyakit (Natural history of disease) adalah sebagai
berikut.
1. Tingkat kepekaan (stage of susceptibility)
Pada tingkat ini penyakit belum nampak, tetapi telah ada suatu hubungan antara host
(induk semang), agent (penyebab penyakit), dan environment(lingkungan). Adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara ketiga faktor tersebut di atas, akan menimbulkan suatu hal
yang disebut faktor risiko (risk factor).
Sebagai contoh ialah sebagai berikut.
a. Seseorang (host) yang sangat capai disertai dengan konsumsi alkohol yang berlebihan
(agent), maka akan memudahkan menderita (risk factor) penyakit infeksi saluran nafas
(pneumonia).
b. Seseorang yang berbadan gemuk dengan kadar kolesterol dan tekanan darah yang tinggi
disertai perokok berat, maka orang tersebut akan mempunyai resiko mendapat serangan
jantung koroner.
Faktor risiko pada tingkat kepekaan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu sebagai
berikut.
a. Umur seseorang
b. Jenis kelamin
c. Gaya hidup seseorang (life style)
d. Keadaan budaya
e. Dan lain-lain
2. Tingkat sebelum sakit (stage of presymtomatic disease)
Pada tingkat ini penyakit belum tampak. Adanya faktor kepekaan dan interaksi antara
Host, Agent, dan Environment, akan timbul dan mulai tampak adanya perubahan-perubahan
secara patologis. Walaupun demikian, perubahan-perubahan ini masih tetap berada di bawah
garis yang disebut linical horizon, yaitu garis perbatasan antara keadaan penyakit yang sudah
jelas tanda-tandanya (secara klinis) dan terjadiya perubahan secara patologis. Perubahan
atherosklerotik pada pembuluh darah koroner, sebelum ada tanda-tanda stroke (mati mendadak).
3. Tingkat sakit secara klinis (stage of clinical disease)
Pada tingkat ini terjadi perubahan secara anatomis dan fungsional. Adanya perubahan
tersebut akan menimbulkan gejala dan tanda-tanda dari suatu penyakit.
Pada tingkat sakit secara klinis ini suatu penyakit dapat diklasifikasikan, misalnya
berdasarkan lokasi, gambaran histologis serta fungsionalnya (psychososial).
4. Tingkat kecacatan (stage of disability)
Ada penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan suatu pengobatan.
Ada pula penyakit yang tetap berlangsung sampai lama walaupun sudah mengalami pengobatan
dan dalam hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada bagian tubuh dan akan memberikan
kecacatan. Risiko dari keadaan tersebut adalah makin lamanya proses penyakit tersebut yang
bisa menimbulkan cacat pada bagian tubuh tertentu.
Sebagai contoh adalah:Penykit virus tertentu (campak) dapat sembuh dengan sendirinya.akan
tetapi jika kondisi penderita amat jelek dan tanpa pengobatan, dapat menimbulkan komplikasi
radang otak. Tingkat kecacatan sebenarnya dapat diartikan dalam beberapa pengertian.
Pengertian cacat dalam masyarakat dapat berarti terbatasnya aktivitas seseorang, misalnya
terbatasnya komunikasi seseorang karena ia tuli.
KESIMPULAN

Dalam epidemiologi, penyakit dipandang sebagai keadaan yang disebabkan oleh banyak
faktor, tidak hanya oleh karena adanya mikroorganisme yang menganggu fungsi biologis tubuh,
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti lingkungan fisik dan sosial. dengan
memandang keberadaan penyakit secara lengkap maka penanganan akan akan dapat dilakukan
dengan lebih komprehensif.
Terjadinya penyakit digambarkan dalam tiga konsep yaitu konsep segitiga, jaring-
jaring sebab akibat dan model roda. Dalam konsep segitiga penanganan penyakit dapat dilakukan
dengan menyeimbangkan interaksi antara host, agent dan lingkungan. Dalam konsep jaring-
jaring, penyakit dapat ditangani dengan memutuskan salah satu rantai jaring-jaring. Dalam
konsep roda, penyakit dapat ditangani dengan adaptasi yang tepat sesuai pergeseran roda kondisi
lingkungan dan internal.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, E. 2003. Pengantar epidemiologi. Jakarta. penerbit buku kedokteran EGC.

Bustan, M. N. 2002. Pengantar epidemiologi. Jakarta. rineka cipta.

https://bloguntuknegeri.wordpress.com/2014/03/22/teori-teori-terjadinya-penyakit/ diakses pada

tanggal 10 oktober 2017 jam 20.00 wib

Anda mungkin juga menyukai