Anda di halaman 1dari 62

REFLEKTIF LEARNING

STASE ASUHAN KEBIDANAN KOMPLEMENTER NIFAS


ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. T UMUR 26 TAHUN P1A0
12 JAM POST PARTUM DENGAN ASI TIDAK LANCAR
DI KLINIK RAWAT INAP RAHAYU

Disusun oleh :

EYS NOVIANTI. S.
161212010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI
WALUYO 2022

1
HALAMAN PENGESAHAN

Reflektif Learning Berjudul :

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. T UMUR 26 TAHUN P1A0 12 JAM POST PARTUM
DI KLINIK RAWAT INAP RAHAYU

Disusun oleh:

EYS NOVIANTI S.

161212010

Telah dipresentasikan dengan Pembimbing Akademik Program Studi Pendidikan


Profesi Bidan Program Profesi pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 21 Mei
2022

Penguji/ Pembimbing Akademik

Ida Sofiyanti S.SiT., M. Keb

NIDN: 0602018501

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan Rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Reflektif Learning Berjudul
“Stase Asuhan Kebidanan Komplementer Nifas Pada Ny. T Umur 26 Tahun P1A0 12
Jam Postpartum dengan ASI Tidak Lancar di Klinik Rawat Inap Rahayu”
Dalam penulisan laoran ini penulis masih merasa banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan dan pemaparan materi, mengingat kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan makalah laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu menyelesaikan laporan ini.
Semoga segala amal dan kebaikkannya mendapatkan balasan yang berlimpah dari
Tuhan yang Maha Esa. Dan laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Ungaran, 21 Mei 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................I
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................II
KATA PENGANTAR.....................................................................................III
DAFTAR ISI....................................................................................................IV
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 5
A. Latar Belakang...................................................................... 5
B. Tujuan Umum....................................................................... 6
C. Tujuan Khusus ...................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 8
A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas.................................... 8
B. Asuhan Masa Nifas .............................................................. 22
C. Tinjauan Umum Tentang ASI ............................................... 23
D. Tinjauan Umum Tentang Menyusui ...................................... 34
E. Tinjauan Umum Tentang Lemak Coklat Pada Bayi............... 37
A. Asuhan Komplementer ......................................................... 42
BAB III TINJAUAN KASUS.........................................................................45
A. Data Subyektif..............................................................................45
B. Data Objektif.................................................................................46
C. Analisa Data..................................................................................48
D. Penatalaksanaan............................................................................48
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................52
A. Subyektif.......................................................................................52
B. Objektif.........................................................................................52
C. Analisa Data..................................................................................53
D. Penatalaksanaan............................................................................53
BAB V PENUTUP...........................................................................................56
A. Kesimpulan...................................................................................56
B. Saran.............................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................57

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas atau post partum atau disebut juga masa puerperium merupakan
waktu yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ reproduksinya seperti saat
sebelum hamil atau disebut involusi terhitung dari selesai persalinan hingga dalam
jangka waktu kurang lebih 6 Minggu atau 42 hari (Maritalia, 2017)
Asuhan selama periode nifas perlu mendapat perhatian karena masa nifas
merupakan masa yang rawan bagi ibu, tujuan dari asuhan masa nifas yaitu untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayinya, melaksanakan skrining secara komprehensif, dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu masa nifas (Maritalia, 2012) terutama
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi dengan memberiksa ASI Eksklusif.
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, UNICEF dan
WHO merekomendasikan sebaiknya bayi hanya disusui air susu ibu (ASI) selama
paling sedikit 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berumur dua
tahun. Agar ibu dapat mempertahankan ASI eksklusif selama 6 bulan, WHO
merekomendasikan agar melakukan inisiasi menyusui dalam satu jam pertama
kehidupan, bayi hanya menerima ASI tanpa tambahan makanan atau minuman,
termasuk air, menyusui sesuai permintaan atau sesering yang diinginkan bayi, dan
tidak menggunakan botol atau dot.
World Health Organization(WHO) dan United National Chlidren,
EmergencyFund(UNICEF) merekomendasikan pemberian nutrisi yang optimal bagi
bayi baru lahir melalui strategi global pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
(WHO, 2019). America Academy Of Pediatrics (AAP)merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif pada bayi selama minimal 6 bulan dan dapat
dilanjutkan minimal sampai bayi berusia 12 bulan(Wulandari &Iriana, 2016).
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI(Maita, 2016). Pijat oksitosin dilakukan pada
sepanjang tulang belakang (vertebrae)sampai tulang costae kelima-keenam. Ibu
akan merasa tenang, rileks, meningkatkan rasa nyeri dan mencintai bayinya,
sehingga dengan begitu hormonoksitosin keluar dan ASI pun cepat
keluar(Asih, 2018).

5
Hasil penelitian dari pengaruh pijat oxytosin terhadap kelanaran ASI pada ibu
postpartum menunjukkan bahwa dengan diberikan pijat oksitosin akan lebih
memperlancar produksi ASI pada ibu postpartum. Dengan dilakukan pijat
oksitosin pada pungung ibu memberikan kenyamanan pada ibu. Secara
fisiologis hal tersebut merangsang refleks oksitosin atau refelks let down untuk
mengsekresi hormon oksitosin ke dalam darah. (Susiloningtyas & sa’diyah, 2021).
2 jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi.
Masa 2 jam pasca persalinan merupakan pemantauan perubahan- perubahan yang
terjadi pada masa nifas untuk mengantisipasi komplikasi pada masa nifas. Dalam
waktu 2 jam ini dilakukan monitor ketat tekanan darah setiap 15 menit, suhu tubuh
setiap 4 jam pada 8 jam pertama lalu setiap 8 jam pada 8 jam berikutnya (Silfiyana,
2019).
Berdasarkan data yang ditemukan di Klinik Rawat Inap Rahayu kasus ibu
postpartum terdapat beberapa ibu yang ASI nya tidak keluar dengan lancar. Sehingga
berdasarkan latar belakang di atas sangat penting untuk dilakukan studi kasus dengan
judul Asuhan Kebidanan masa Nifas Normal Pada Ny. T Umur 26 Tahun P1A0 12
Jam Postpartum dengan pijat oksitosin di Klinik Rawat Inap Rahayu.

1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan Postpartum dengan menggunakan
manajemen SOAP pada Asuhan Kebidanan Komplementer Nifas Pada Ny. T
Umur 26 Tahun P1A0 2 Jam Postpartum dengan ASI tidak lancar di Klinik Rawat
Inap Rahayu.

2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian data subyektif pada Asuhan Kebidanan Komplementer
Nifas Ny. T Umur 26 Tahun P1A0 12 Jam Postpartum dengan ASI tidak
lancar di Klinik Rawat Inap Rahayu
2. Melakukan pengkajian data objektif pada Asuhan Kebidanan Komplementer
Nifas Ny. T Umur 26 Tahun P1A0 12 Jam Postpartum dengan ASI tidak
lancar di Klinik Rawat Inap Rahayu
3. Menganalisa untuk menentukan diagnosa kebidanan pada Ny. T Umur 26
Tahun P1A0 12 Jam pospartum dengan ASI tidak lancar Di Klinik Rawat
Inap Rahayu
6
4. Melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan Ny. T Umur 26 Tahun P1A0
12 Jam pospartum dengan ASI tidak lancar Di Klinik Rawat Inap Rahayu

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas


1. Pengertian
Masa nifas atau post partum atau disebut juga masa puerperium merupakan
waktu yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ reproduksinya
seperti saat sebelum hamil atau disebut involusi terhitung dari selesai
persalinan hingga dalam jangka waktu kurang lebih 6 Minggu atau 42 hari
(Maritalia, 2017)
2. Tahapan Masa Nifas
Menurut Maritalia (2017) masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a. Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa pemulihan awal dimana ibu
diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan per
vagina tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan
untuk mobilisasi segera.
b. Puerperium intermedial
Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara berangsur-
angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung
selama kurang lebih enam minggu atau 42 hari.
c. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi. Rentang waktu remote puerperium berbeda untuk
setiap ibu, tergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami selama
hamil atau persalinan.
d. Perubahan fisik masa nifas
1. Rasa kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan Rahim
(involusi).
2. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea)
3. Kelelahan karena proses melahirkan

8
4. Pemebentukan ASI sehingga payudara membesar
5. Kesulitan membuang air besar (BAB) dan BAK
6. Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)
7. Perlukan jalan lahir (lecet atau jahitan).
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis. Setelah keluarnya
plasenta, kadar sirkulasi hormon HCG (human chorionic gonadotropin),
human plasental lactogen, estrogen dan progesteron menurun. Human
plasental lactogen akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan
HCG dalam 2 minggu setelah melahirkan. Kadar estrogen dan progesteron
hampir sama dengan kadar yang ditemukan pada fase follikuler dari siklus
menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7 hari. Penarikan polipeptida dan
hormon steroid ini mengubah fungsi seluruh sistem sehingga efek kehamilan
berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil (Walyani, 2017).
Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu masa nifas menurut
Maritalia (2017) yaitu:
a. Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi interna yang berongga dan berotot,
berbentuk seperti buah alpukat yang sedikit gepeng dan berukuran sebesar
telur ayam. Panjang uterus sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5-5,5 cm dan tebal
sekitar 2, 5 cm. Letak uterus secara fisiologis adalah anteversiofleksio.
Uterus terbagi dari 3 bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri, dan serviks
uteri. Menurut Walyani (2017) uterus berangsur- angsur menjadi kecil
(involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil:
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat
dengan berat uterus 750 gr.
3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat
dengan simpisis, berat uterus 500 gr. 4
4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gr.

9
5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat
uterus 50 gr.
Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran dan konsistensi
antara lain:
- Penentuan lokasi uterus Dilakukan dengan mencatat apakah
fundus berada diatas atau dibawah umbilikus dan apakah fundus
berada digaris tengah abdomen/ bergeser ke salah satu sisi.
- Penentuan ukuran uterus Dilakukan melalui palpasi dan
mengukur TFU pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari
umbilikus atas atau bawah.
- Penentuan konsistensi uterus Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu
uterus kerasa teraba sekeras batu dan uterus lunak.
b. Serviks
Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya
menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Serviks
menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya
janin dan uterus menuju saluran vagina pada saat persalinan. Segera
setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong. Hal ini
disebabkan oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tidak
berkontraksi. Warna serviks berubah menjadi merah kehitaman karena
mengandung banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak. Segera
setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh tangan
pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat dilewati oleh 2-3
jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya dapat dilewati oleh 1 jari,
setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.
c. Vagina
Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga uterus
dengan tubuh bagian luar. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan
satu sama lain dengan ukuran panjang ± 6, 5 cm dan ± 9 cm. Selama
proses persalinan vagina mengalami penekanan serta pereganganan yang
sangat besar, terutama pada saat melahirkan bayi. Beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, vagina tetap berada dalam keadaan kendur.

10
Setelah 3 minggu vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan
rugae dalam vagina secara berangsur- angsur akan muncul kembali.
Sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak dan jalan lahir dan
merupakan saluran yang menghubungkan cavum uteri dengan tubuh
bagian luar, vagina juga berfungsi sebagai saluran tempat dikeluarkannya
sekret yang berasal dari cavum uteri selama masa nifas yang disebut
lochea.
Karakteristik lochea dalam masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Lochea rubra/ kruenta
Timbul pada hari 1- 2 postpartum, terdiri dari darah segar barcampur
sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel desidua, sisa- sisa verniks kaseosa,
lanugo dan mekoneum.
2. Lochea sanguinolenta
Timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 postpartum,
karakteristik lochea sanguinolenta berupa darah bercampur lendir.
3. Lochea serosa Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul
setelah 1 minggu postpartum.
4. Lochea alba
Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan
putih (Walyani, 2017) Normalnya lochea agak berbau amis, kecuali
bila terjadi infeksi pada jalan lahir, baunya akan berubah menjadi
berbau busuk.
d. Vulva
Sama halnya dengan vagina, vulva juga mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Beberapa
hari pertama sesudah proses melahirkan vulva tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva akan kembali kepada keadaan tidak hamil
dan labia menjadi lebih menonjol.
e. Payudara (mamae)
Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesteron
menurun, prolactin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke
payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular

11
sementara. Air susu sata diproduksi disimpan di alveoli dan harus
dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk
pengadaan dan keberlangsungan laktasi.
ASI yang akan pertama muncul pada awal nifas ASI adalah ASI
yang berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan sebutan kolostrum.
Kolostrum telah terbentuk didalam tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12
minggu. Perubahan payudara dapat meliputi:
f. Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon
prolactin setelah persalinan.
g. Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke 2
atau hari ke 3 setelah persalinan
h. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
(Walyani, 2017)
i. Tanda- tanda vital
Perubahan tanda- tanda vital menurut Maritalia (2017) dan Walyani
(2017) antara lain:
1) Suhu tubuh
Setelah proses persalinan suhu tubuh dapat meningkat 0,5⁰ celcius dari
keadaan normal namun tidak lebih dari 38⁰ celcius. Setelah 12 jam
persalinan suhu tubuh akan kembali seperti keadaan semula.
2) Nadi
Setelah proses persalinan selesai frekuensi denyut nadi dapat sedikit
lebih lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan kembali
normal.
3) Tekanan darah
Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah dibandingkan
pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses persalinan.
4) Pernafasan
Pada saat partus frekuensi pernapasan akan meningkat karena
kebutuhan oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu meneran/ mengejan
dan memepertahankan agar persediaan oksigen ke janin tetap
terpenuhi. Setelah partus frekuensi pernafasan akan kembali normal.

12
j. Sistem peredaran darah (Kardiovaskuler)
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan
haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembulu
darah kembali ke ukuran semula.
k. Sistem pencernaan
Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi (section caesarea) biasanya
membutuhkan waktu sekitar 1- 3 hari agar fungsi saluran cerna dan nafsu
makan dapat kembali normal. Ibu yang melahirkan secara spontan
biasanya lebih cepat lapar karena telah mengeluarkan energi yang begitu
banyak pada saat proses melahirkan. Buang air besar biasanya mengalami
perubahan pada 1- 3 hari postpartum, hal ini disebabkan terjadinya
penurunan tonus otot selama proses persalinan. Selain itu, enema sebelum
melahirkan, kurang asupan nutrisi dan dehidrasi serta dugaan ibu terhadap
timbulnya rasa nyeri disekitar anus/ perineum setiap kali akan b.a.b juga
mempengaruhi defekasi secara spontan. Faktor- faktor tersebut sering
menyebabkan timbulnya konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama.
Kebiasaan defekasi yang teratur perlu dilatih kembali setelah tonus otot
kembali normal.
l. Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasine sfingter dan edema leher buli- buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu
12- 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon
estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Uterus yang berdilatasi
akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
m. Sistem integumen

13
Perubahan kulit selama kehamilan berupa hiperpigmentasi pada wajah,
leher, mamae, dinding perut dan beberapa lipatan sendri karena pengaruh
hormon akan menghilang selama masa nifas.
n. Sistem musculoskeletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4- 8 jam postpartum. Ambulasi dini
sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses
involusi.
4. Perubahan Psikologis Masa Nifas
Adanya perasaan kehilangan sesuatu secara fisik sesudah melahirkan akan
menjurus pada suatu reaksi perasaan sedih. Kemurungan dan kesedihan dapat
semakin bertambah oleh karena ketidaknyamanan secara fisik, rasa letih setelah
proses persalinan, stress, kecemasan, adanya ketegangan dalam keluarga,
kurang istirahat karena harus melayani keluarga dan tamu yang berkunjung
untuk melihat bayi atau sikap petugas yang tidak ramah (Maritalia, 2017).
Minggu- minggu pertama masa nifas merupakan masa rentan bagi seorang
ibu. Pada saat yang sama, ibu baru (primipara) mungkin frustasi karena merasa
tidak kompeten dalam merawat bayi dan tidak mampu mengontrol situasi.
Semua wanita akan mengalami perubahan ini, namun penanganan atau
mekanisme koping yang dilakukan dari setiap wanita untuk mengatasinya pasti
akan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga dimana wanita
tersebut dibesarkan, lingkungan, adat istiadat setempat, suku, bangsa,
pendidikan serta pengalaman yang didapat (Maritalia, 2017).
Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu masa nifas menurut Maritalia
(2012) yaitu:
a. Adaptasi psikologis
Ibu dalam masa nifas Pada primipara, menjadi orang tua merupakan
pengalaman tersendiri dan dapat menimbulkan stress apabila tidak
ditangani dengan segera. Perubahan peran dari wanita biasa menjadi
seorang ibu memerlukan adaptasi sehingga ibu dapat melakukan perannya
dengan baik. Perubahan hormonal yang sangat cepat setelah proses
melahirkan juga ikut mempengaruhi keadaan emosi dan proses adaptasi ibu

14
pada masa nifas. Fase- fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas
menurut Dewi (2012) antara lain adalah sebagai berikut:
1) Fase taking in
Fase taking in merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada
dirinya sendiri sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.
Ketidaknyamanan yang dialami ibu lebih disebabkan karena proses
persalinan yang baru saja dilaluinya. Rasa mules, nyeri pada jalan lahir,
kurang tidur atau kelelahan, merupakan hal yang sering dikeluhkan ibu.
Pada fase ini, kebutuhan istirahat, asupan nutrisi dan komunikasi yang
baik harus dapat terpenuhi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, ibu
dapat mengalami gangguan psikologis berupa kekecewaan pada
bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami,
rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya dan kritikan suami
atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2) Fase taking hold
Fase taking hold merupakan fase yang berlangsung antara 3- 10 hari
setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan
rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih
sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan
adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan
atau pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.
3) Fase letting go Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab
peran barunya sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung selama 10 hari
setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya dan siap menjadi pelindung bagi bayinya.
Perawatan ibu terhadap diri dan bayinya semakin.
b. Postpartum blues (Baby blues)
Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh
seorang ibu berkaitan dengan bayinya. Biasanya muncul sekitar 2 hari
sampai 2 minggu sejak kelahiran bayi. Keadaan ini disebabkan oleh
perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima

15
kehadiran bayinya. Ibu yang mengalami baby blues akan mengalami
perubahan perasaan, menangis, cemas, kesepian khawatir, yang berlebihan
mengenai sang bayi, penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri
terhadap kemampuan menjadi seorang ibu. Jika hal ini terjadi, ibu
disarankan untuk melakukan hal- hal berikut ini:
1) Minta suami atau keluarga membantu dalam merawat bayi atau
melakukan tugas- tugas rumah tangga sehingga ibu bisa cukup istirahat
untuk menghilangkan kelelahan.
2) Komunikasikan dengan suami atau keluarga mengenai apa yang
sedang ibu rasakan, mintalah dukungan dan pertolongannya Buang
rasa cemas dan kekhawatiran yang berlebihan akan kemampuan
merawat bayi.
3) Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk istirahat dan
menyenangkan diri sendiri, misalnya dengan cara menonton,
membaca, atau mendengar musik (Maritalia, 2017).
5. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
Kebutuhan dasar pada ibu masa nifas menurut Maritalia (2017) dan Walyani
(2017) yaitu:
a. Kebutuhan nutrisi
Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan yang mengandung zat- zat yang
berguna bagi tubuh ibu pasca melahirkan dan untuk persiapan prosuksi ASI,
terpenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, zat besi, vitamin dan minelar
untuk mengatasi anemia, cairan dan serat untuk memperlancar ekskresi. Ibu
nifas harus mengkonsumsi makanan yang mengandung zat- zat yang
berguna bagi tubuh ibu pasca melahirkan dan untuk persiapan prosuksi ASI,
terpenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, zat besi, vitamin dan minelar
untuk mengatasi anemia, cairan dan serat untuk memperlancar ekskresi.
Kebutuhan kalori wanita dewasa yang sehat dengan berat badan 47 kg
diperkirakan sekitar 2200 kalori/ hari. Ibu yang berada dalam masa nifas dan
menyusui membutuhkan kalori yang sama dengan wanita dewasa, ditambah
700 kalori pada 6 bulan pertama untuk membeikan ASI eksklusif dan 500
kalori pada bulan ke tujuh dan selanjutnya.

16
b. Kebutuhan cairan Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses
metabolisme tubuh. Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak
dehidrasi. Ibu dianjurkan untuk minum setiap kali menyusui dan menjaga
kebutuhan hidrasi sedikitnya 3 liter setiap hari. Asupan tablet tambah darah
dan zat besi diberikan selama 40 hari postpartum. Minum kapsul Vit A
(200.000 unit).
c. Kebutuhan ambulasi
Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara
aktivitas dan istirahat. Dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah
melakukan mobilisasi. Dilakukan secara perlahan- lahan dan bertahap.
Dapat dilakukan dengan miring kanan atau kiri terlebih dahulu dan
berangsur- angsur untuk berdiri dan jalan. Mobilisasi dini bermanfaat untuk:
1) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium.
2) Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
3) Mempercepat involusi alat kandungan.
4) Fungsi usus, sirkulasi, paru- paru dan perkemihan lebih baik.
5) Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat
fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
6) Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.
7) Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai (Walyani, 2017).
d. Kebutuhan eliminasi
Pada kala IV persalinan pemantauan urin dilakukan selama 2 jam, setiap 15
menit sekali pada 1 jam pertama dan 30 menit sekali pada jam berikutnya.
Pemantauan urin dilakukan untuk memastikan kandung kemih tetap kosong
sehingga uterus dapat berkontraksi dengan baik. Dengan adanya kontraksi
uterus yang adekuat diharapkan perdarahan postpartum dapat dihindari.
Memasuki masa nifas, ibu diharapkan untuk berkemih dalam 6- 8 jam
pertama. Pengeluaran urin masih tetap dipantau dan diharapkan setiap kali
berkemih urin yang keluar minimal sekitar 150 ml. Ibu nifas yang
mengalami kesulitan dalam berkemih kemungkinan disebabkan oleh
menurunnya tonus otot kandung kemih, adanya edema akibat trauma
persalinan dan rasa takut timbulnya rasa nyeri setiap kali berkemih.

17
Kebutuhan untuk defekasi biasanya timbul pada hari pertama sampai hari ke
tiga postpartum. Kebutuhan ini dapat terpenuhi bila ibu mengkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi serat, cukup cairan dan melakukan
mobilisasi dengan baik dan benar. Bila lebih dari waktu tersebut ibu belum
mengalami defekasi mungkin perlu diberikan obat pencahar.
e. Kebersihan diri
Pada masa nifas yang berlangsung selama lebih kurang 40 hari, kebersihan
vagina perlu mendapat perhatian lebih. Vagina merupakan bagian dari jalan
lahir yang dilewati janin pada saat proses persalinan. Kebersihan vagina
yang tidak terjaga dengan baik pada masa nifas dapat menyebabkan
timbulnya infeksi pada vagina itu sendiri yang dapat meluas sampai ke
rahim. Alasan perlunya meningkatkan kebersihan vagina pada masa nifas
adalah:
1) Adanya darah dan cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas
yang disebut lochea.
2) Secara anatomis, letak vagina berdekatan dengan saluran buang air kecil
(meatus eksternus uretrae) dan buang air besar (anus) yang setiap hari
kita lakukan. Kedua saluran tersebut merupakan saluran pembuangan
(muara eksreta) dan banyak mengandung mikroorganisme pathogen.
3) Adanya luka/ trauma di daerah perineum yang terjadi akibat proses
persalinan dan bila terkena kotoran dapat terinfeksi.
4) Vagina merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki
mikroorganisme yang dapat menjalar ke rahim (Maritalia, 2017).
Untuk menjaga kebersihan vagina pada masa nifas dapat dilakukan
dengan cara:
1) Setiap selesai BAK atau BAB siramlah mulut vagina dengan air
bersih. Basuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada
sisasisa kotoran yang menempel disekitar vagina baik itu urin
maupun feses yang mengandung mikroorganisme dan bisa
menimbulkan infeksi pada luka jahitan

18
2) Bila keadaan vagina terlalu kotor, cucilah dengan sabun atau
cairan antiseptic yang berfungsi untuk menghilangkan
mikroorganisme yang terlanjur berkembangbiak di darah tersebut.
3) Bila keadaan luka perineum terlalu luas atau ibu dilakukan
episitomi, upaya untuk menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan
dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptic selama 10
menit setelah b.a.k atau b.a.b.
4) Mengganti pembalut setiap selesai membersihkan vagina agar
mikroorganisme yang ada pada pembalut tersebut tidak ikut
terbawa ke vagina yang baru dibersihkan.
5) Keringkan vagina dengan tisu atau handuk lembut setiap kali
selesai membasuh agar tetap kering dan kemudian kenakan
pembalut yang baru. Pembalut harus diganti setiap selesai b.a.k
atau b.a.b atau minimal 3 jam sekali atau bila ibu sudah merasa
tidak nyaman Bila ibu membutuhkan salep antibiotic, dapat
dioleskan sebelum pembalut yang baru (Maritalia, 2017).
f. Tanda-tanda infeksi
Dibawah ini yang merupakan tanda- tanda infeksi yang bisa dialami ibu
pada masa nifas apabila tidak melakukan perawatan vagina dengan baik:
1) Suhu tubuh pada aksila melebihi 37,5 ⁰ C. 2) Ibu menggigil, pusing, dan
mual.
2) Keputihan yang berbau.
3) Keluar cairan seperti nanah dari vagina yang disertai bau dan rasa nyeri.
4) Terasa nyeri di perut.
5) Terjadinya perdarah pervagina yang lebih banyak dari biasanya
(Maritalia, 2017)
g. Kebutuhan Istirahat
Kebutuhan istirahat dan tidur Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup,
istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan
1 jam pada siang hari. Pada tiga hari pertama dapat merupakan hari yang
sulit bagi ibu akibat menumpuknya kelelahan karena proses persalinan dan
nyeri yang timbul pada luka perineum. Secara teoritis, pola tidur akan

19
kembali mendekati normal dalam 2 sampai 3 minggu setelah persalinan.
Pada ibu nifas, kurang istirahat akan mengakibatkan:
1. Berkurangnya produksi ASI.
2. Memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan perdarahan.
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri (Maritalia, 2017).
6. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas
Komplikasi dan penyakit yang terjadi pada ibu masa nifas menurut Walyani
(2017) yaitu:
a. Infeksi nifas
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat- alat
genetelia dalam masa nifas. Masuknya kumankuman dapat terjadi dalam
kehamilan, waktu persalinan, dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam
masa nifas oleh sebab apa pun. Morbiditas puerpuralis adalah kenaikan suhu
badan sampai 38⁰ C atau lebih selama 2 hari dari dalam 10 hari postpartum.
Kecuali pada hari pertama. Suhu diukur 4 kali secara oral.
b. Infeksi Saluran kemih
Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air
kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan atau
analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga
mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh
episiotomi yang lebar, laserasi periuretra, atau hematoma dinding vagina.
Setelah melahirkan, terutama saat infus oksitosis dihentikan, terjadi diuresis
yang disertai peningkatan produksi urin dan distensi kandung kemih. Over
distensi yang disertai katerisasi untuk mengeluarkan air kemih sering
menyebabkan infeksi saluran kemih.
c. Metritis
Metritis adalah inspeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang
adekuat dapat menjadi abses pelvic yang menahun, peritonitis, syok septik,
trombosis yang dalam, emboli pulmonal, infeksi felvik yang menahan
dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilitas.

20
d. Bendungan payudara
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada
payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Bendungan
terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena sebelum laktasi.
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinu,
sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah ductus. Hal ini dapat terjadi pada
hari ke tiga setelah melahirkan. Penggunaan bra yang keras serta keadaan
puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada ductus.
e. Infeksi payudara
Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis adalah peradangan
pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh
kuman terutama Sraphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau
melalui peredaran darah.
c. Abses payudara
Abses payudara merupakan komplikasi akibat peradangan payudara/
mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua postpartum (setelah
melahirkan), karena adanya pembengkakan payudara akibat tidak menyusui
dan lecet pada puting susu.
d. Abses pelvis
Penyakit ini merupakan komplikasi yang umum terjadi pada penyakit-
penyakit meluar seksual (sexually transmitted disease/ STDs), utamanya
yang disebabkan oleh chlamydia dan gonorrhea.
e. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum yang merupakan
pembungkus visera dalam rongga perut. Peritoneum adalah selaput tipis
dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam.
f. Infeksi luka perineum dan luka abdominal
Luka perineum adalah luka perineum karena adanya robekan jalan lahir
baik karena rupture maupun karena episiotomy pada waktu melahirkan
janin. Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum
sewaktu persalinan.
g. Perdarahan pervagina

21
Perdarahan pervagina atau perdarahan postpartum adalah kehilangan darah
sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.
Hemoragi postpartum primer mencakup semua kejadian perdarahan dalam
24 jam setelah kelahiran.
7. Program Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan
untuk:
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan- kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi.
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya (Walyani, 2017).
Program Masa Nifas (Walyani, 2017)
1) 6- 8 jam setelah persalinan
2) 6 hari setelah persalinan
3) 2 minggu setelah persalinan
4) 6 minggu setelah persalinan
B. Asuhan Masa Nifas
1. Tujuan Asuhan Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas yaitu,
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
b. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana
e. Mendapatkan kesehatan emosi.
2. Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan rumah pada masa nifas dilakukan sebagai suatu tindakan untuk
pemeriksaan postpartum lanjut. Kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali

22
dengan ketentuan waktu :
a. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai 3 hari setelah
persalinan.
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena aonia uteri.
2) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
3) Konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan
yang disebabkan atonia uteri
4) Konseling tentang pemberian ASI awal.
5) Ajarkan cara mempererat hubungan ibu dan bayi baru lahir.
6) Mencegah hipotermi pada bayi.
b. Kunjungan nifas kedua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke- 28
setelah persalinan.
1) Pastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, tanda perdarahanabnormal.
3) Pastikan ibu mendapat asupan nutrisi dan istirahat yang cukup
4) Berikan konseling entang perawatan bayi
c. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan harike-42
setelah persalinan.
1) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
2) Memberikan konseling kb secara dini.
C. Tinjauan Umum Tentang ASI
1. Pengertian ASI
Menurut Utami (2000) dalam Yanti (2021) Air Susu Ibu merupakan
makanan terbaik untuk diawal kelahiran bayi. ASI merupakan air susu ibu yang
keluar setelah melahirkan. ASI merupakan makanan yang paling praktis,
terbaik serta ideal bagi bayi. ASI juga disebut sebagai makanan terbaik karena
mengandung berbagai macam zat gizi dan nutrisi yang berguna bagi bayi dalam
tahap kehidupan pertamanya. Selain itu, didalam ASI mengandung berbagai
antibodi dan zat kekebalan tubuh sehingga bayi tidak mudah sakit.

23
2. Komposisi Zat Gizi ASI
ASI dapat dikatakan suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa, vitamin, dan
mineral yang sangat berfungsi sebagai makanan untuk bayi. Oleh sebab itu,
ASI dalam jumlah yang cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6
bulan pertama kelahiran. Adapun komposisi zat gisi dari ASI adalah:
a. Karbohidrat
Karbohidrat yang ada dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang
jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap harinya, dan jumlahnya lebih
banyak ketimbang dalam pendamping ASI. Jumlah rasio laktosa yang ada
dalam ASI dan PASI adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih manis
dibandingkan pendamping ASI. Pada saat yang sama didalam usus, laktosa
diubah menjadi asam laktat yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri
berbahaya dan membantu menyerap kalsium serta mineral lainnya
(Yulinawati, 2020).
b. Protein
Protein yang terkandung dalam ASI adalah kasein dan whey. Protein
kasein agak susah di cerna dibandingkan whey. Protein dalam ASI adalah
lebih banyak whey yaitu (60%) dari pada kasein sebab itu tidak
memberatkan pencernaan bayi. Jika dibandingkan dengan susu sapi lebih
banyak mengandung kasein dari pada whey. Kandungan kesein yang cukup
tinggi akan membentuk gumpalan yang keras didalam lambung bayi
sehingga memberatkan kerja pencernaan bayi. Selain itu, ASI juga
mengandung asam amini sistin dan taurin yang tidak terdapat didalam susu
sapi, kedua asam amino ini diperlukan untuk pertumbuhan otak sang bayi
(Yulinawati, 2020).
ASI lebih banyak mengandung asam amino yang berfungsi sebagai
pembentuk protein. Asam amino taurin merupakan sebagai salah satu contoh
asam amino yang berperan untuk perkembangan otak karena terdapat
banyak asam amino yang terdapat pada jaringan otak yang berkembang. ASI
juga mengandung banyak nukleotida yang berfungsi sebagai peningkatan
pertumbuhan dan kematangan usus, meningkatkan penyerapan besi, serta
membantu perkembangan bakteri baik dalam usus. Asam amino taurin dan

24
nukleotida dalam ASI lebih baik dari pada yang terdapat didalam susu sapi
(IDAI, 2013).
c. Lemak
Kandungan total lemak yang terkandung dalam ASI pada ibu bervariasi
satu sama lain, dan berbeda dari satu fase menyusui kefase menyusui yang
berikutnya. Pada dasarnya kandungan lemak rendah kemudian meningkat
jumlahnya. Baik itu ASI maupun susu sapi menganduk lemak yang cukup
tinggi namun berbeda dalam susunan asam lemaknya. Lemak dalam ASI
lebih banyak mengandung asam lemak yang tak jenuh, sedangkan lemak
susu sapi lebih banyak asam lemak rantai panjang dan asam lemak jenuh,
penyerapan asam lemak tak jenuh oleh bayi lebih cepat jika dibandingkan
dengan asam lemak jenuh dan berantai panjang (Yulinawati, 2020).
Tingginya kadar lemak yang ada dalam ASI berfungsi untuk
mempercepat pertumbuhan jaringan otak selama masa bayi. Lemak pada
ASI yaitu terdiri dari omega 3 dan omega 6 yang diketahui berfungsi untuk
membantu perkembangan jaringan otak bayi. Asam lemak panjang seperti
asam dokosaheksanoik (DHA) dan arakidonat (ARA) juga terdapat didalam
ASI untuk membantu pertumbuhan jaringan saraf dan retina mata. Diketahui
jumlah lemak pada kolstrum lebih sedikit dari ASI tetapi asam lemak
panjangnya lebih banyak. Asam lemak jenuh dan tak jenuh pada ASI juga
seimbang (IDAI, 2013).
d. Mineral
Mineral yang terkandung dalam ASI merupakan yang terlengkap.
Meskipun kadarnya relatife rendah tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi
sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium didalam ASI merupakan
mineral yang sangat stabil dan mudah diserap tubuh serta berjumlah sangat
sedikit. Kurang lebih 75% dari zat besi yang terdapat dalam ASI dapat
diserap oleh usus, lain halnya dengan zat besi yang bisa diserap dalam
pendamping ASI hanya berjumlah 5-10%. ASI dapat menyediakan semua
vitamin larut didalam air yang dibutuhkan bagi bayi bila makanan yang
dikonsumsi ibu mencukupi. Vitamin yang larut dalam air ialah: tiamin (B1),

25
riboflavin (B12), niasin, piridoksin (B6), folasin (asam folat) vitamin E,
serta vitamin K yang larut dalam lemak (Yulinawati, 2020).
e. Kolostrum
Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara dengan diperkirakan selama
4-5 hari setelah melahirkan. Warnanya kekuningan yang dihasilkan oleh sel
alveoli kelenjar payudara serta lebih kental dari air susu biasa. Sekresi
kolostrum ini berkisar 10-100cc perharinya, dengan rata-rata 30cc. Berat
massa kolostrum sendiri lebih besar dari ASI yaitu antara 1.040 sampai
dengan 1.060, sedangkan berat jenis ASI sendiri yaitu 1.030. Perbedaan
berat massa ini dikarenakan kolostrum mempunyai banyak zat-zat gizi dan
komponen-komponen imunoprotektif yang tinggi disbanding ASI.
Kandungan gizi yang ada dalam kolostrum kurang lebih hampir sama
dengan 30cc ASI. Gizi yang terkandung antara lain berupa karbohidrat,
protein, karoten, laktosa serta vitamin A yang tinggi (IDAI, 2013).
f. Laktosa
Laktosa merupakan karbohidrat yang ada dalam ASI sebagai sumber
energi, meningkatkan absorbsikalsium dan merangsang pertumbuhan
lactobacillus bifidus (Widuri, 2013). Didalam laktosa dipecah menjadi
glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase dalam usus halus. Hasil dari
pemecahan ini laktosa akan masuk ke dalam aliran darah sebagai nutrisi
(IDAI, 2012).
g. Karnitin
Selama tiga minggu awal menyusui kandungan karnitin tinggi didalam
ASI tetapi kandungan karnitin kolostrum akan lebih besar dari pada ASI.
Karnitin ini berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh dan
pembentukan energy pada bayi (Husnayain, 2020).
h. Vitamin
Terdapat vitamin A, D, E, dan K sebagai vitamin yang tidak larut dalam
air. Vitamin A Berfungsi untuk membantu pembentukan pigmen
penglihatan, pertumbuhan normal sebagian sel tubuh, serta siklus normal
berbagai jenis sel epitel yang berbeda. Vitamin E Berfungsi untuk
antioksidan dan mencegah terjadinya hemolysis yang dapat mencegah

26
hiperbilirubinia pada neonatus. ASI hanya mengandung sedikit vitamin D
akan tetapi dengan menjemur bayi dibawah sinar matahari sudah memenuhi
kadar vitamin D yang dibutuhkan. Fungsi dari vitamin ini sendiri yaitu
untuk penyerapan Ca2+ di usus dan mencegah penyakit tulang. Vitamin K
berfungsi sebagai salah satu faktor pembekuan untuk meminimalisir
pendarahan. Vitamin K dalam ASI sedikit, tetapi bisa terpenuhi dengan
pemberian vitamin secara oral ataupun suntik. Serta terdapat vitamin yang
larut dalam air berupa vitamin B, C, dan asam folat. Kadar vitamin B1, B2
cukup tinggi didalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12, dan asam folat
rendah pada ibu yang gizi buruk (Husnayain, 2020).
i. Laktoferin
Laktoferin berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang
berbahaya yaitu dengan mencegah penyerapan zat besi pada bakteri yang
berbahaya dan mengembangkan bakteri sehat. Laktoferin ini terdapat pada
kolostrum dengan kadar yang tinggi (Husnayain, 2020).
j. Lactobacillus dan Lisozim
Berfungsi untuk menghambat mikroorganisme dan meghancurkan bakteri
berbahaya dan keseimbangan bakteri dalam usus (Husnayain, 2020).
k. Faktor bifidus
Berfungsi sebagai pendorong petumbuhan mikroorganisme non pathogen
sehingga mendesak petumbuhan bakteri yang bersifat merugikan
(Husnayain, 2020).
l. Anti bodi
ASI sendiri mengandung sel limfosit T, limfosit B, makrofag, serta
neutrophil, yang berfungsi menghancurkan pathogen mikroorganisme
patogenik. IgA sekretorik, yaitu jenis antibodi khusus yang tinggi dalam
ASI. IgA sekretorik berfungsi sebagai pembatu untuk melindungi antibodi
dari kerusakan karena getah asam lambung bayi dan enzim-enzim
pencernaan. Anti bodi ini lebih tinggi kadarnya pada kolostrum (Husnayain,
2020).
m. Volume ASI

27
Jumlah produksi ASI akan bergantung pada besarnya cadangan lemak
yang tertimbun selama hamil dan dalam batas tertentu. Rata -rata volume
ASI wanita yang berstatus gizi baik sekitar 700-800 ml. Sementara yang
berstatus gizi kurang berkisar sekitar 500-600 ml. Jumlah ASI yang
disekresikan pada 6 bulan pertama yaitu sebesar 750 ml perhari. Sekresi
pada hari pertama hanya terkumpul sebanyak 50 ml yang kemudian akan
meningkat menjadi 500, 650, dan 750 ml masing-masing pada hari kelima
bulan pertama dan ketiganya. Volume ASI pada bulan berikutnya akan
menyusut menjadi 600 ml. Status gizi tidak berpengaruh terhadap mutu
(kecuali volume) ASI, meskipun kadar vitamin dan mineralnya sedikit lebih
rendah (Pujiastuti, 2010).
3. Jenis ASI
Adapun jenis ASI terbagi atas tiga menurut Widuri (2013), yaitu:
a. Kolostrum
Kolostrum ini berwarna kekuningan dan dihasilkan oleh sel alveoli
kelenjar payudara. Kolostrum juga mengandung zat-zat gizi yang pas untuk
bayi antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin A yang tinggi,
antibodi IgA, serta sel darah putih lebih tinggi jika dibandingkan dengan
ASI matur yang mengakibatkan bayi tidak mudah terserang diare.
Kolostrum merupakan cairan yang pertama dikeluarkan oleh kelenjar
payudara pada hari pertama hingga hari ke 3-5 setelah persalinan.
Komposisi kolostrum ASI setelah persalinan mengalami perubahan.
Jumlah kolostrum yang diproduksi Ibu hanya sekitar 7,4 sendok teh
atau 36, 23 ml per hari. Tetapi pada hari pertama bayi, kapasitas perut bayi
pada ≈ 5-7 ml (atau sebesar kelerang kecil), pada hari kedua ≈ 12-13 ml, dan
pada hari ketiga ≈ 22-27 ml (atau sebesar kelereng besar/ gundu).
Karenanya, meskipun jumlah kolostrum sedikit tetapi cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi baru lahir.
b. Transitional milk (ASI peralihan)
Air susu ibu yang dihasilkan setelah keluarnya kolostrum dan keluar antara
8 atau sampai 20 hari tetapi terkadang juga pada minggu ke 3-5. Pada masa
ini kadar lemak,laktosan dan vitamin larut air lebih tinggi, kadar protein,

28
mineral lebih rendah, dan mengandung lebih banyak kalori daripada
kolostrum. Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi protein
semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi. Hal ini
untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktifitas bayi yang mulai aktif dan
bayi sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran
ASI mulai stabil
c. Mature milk (ASI matang)
Merupakan ASI yang keluar sekitar 21 hari tetapi ada yang mengatakan
dimulai pada minggu ke 3-5 setelah melahirkan dengan volume sekitar 300-
850 ml/hari. Mature milk atau ASI matang memiliki sekitar 90% air yang
diperlukan untuk hidrasi bayi, dan 10% karbohidrat, protein, lemak untuk
perkembangan sang bayi. ASI matang merupakan nutrisi yang terus berubah
disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai enam bulan. ASI matang,
dibedakan menjadi dua, yaitu susu awal atau susu primer, dan susu
akhir atau susu sekunder. Susu awal adalah ASI yang keluar pada setiap
awal menyusui, sedangkan susu akhir adalah ASI yang keluar pada setiap
akhir menyusui.
Susu awal, menyediakan pemenuhan kebutuhan bayi akan air. Jika bayi
memperoleh susu awal dalam jumlah banyak, maka semua kebutuhan air
akan terpenuhi. Bayi tidak akan memerlukan lagi air minum selain ASI
sebelum berumur 6 bulan walaupun bayi tinggal di daerah beriklim panas.
Susu akhir memiliki lebih banyak lemak daripada susu awal. Lebih
banyaknya lemak ini menyebabkan susu akhir kelihatan lebih putih
dibandingkan dengan susu awal. Lemak yang banyak ini memberikan
banyak energi dalam ASI. Itu sebabnya bayi harus diberi kesempatan
menyusu lebih lama agar bisa memperoleh susu akhir yang kaya lemak
dengan maksimal. Lemak zat gizi yang dibutuhkan untuk sumber energi.
Laktosa adalah zat gula yang juga memberikan energi/tenaga. Sedangkan
protein merupakan zat yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan
Kandungan kolostrum dan manfaatnya
Dibandingkan dengan ASI matang, kolostrum mengandung lebih banyak zat
kekebalan tubuh dan protein anti-infeksi lainnya, serta lebih banyak

29
mengandung sel darah putih. Berikut penjelasan kandungan dalam
kolostrum beserta manfaatnya:
Tabel
Kandungan dan Manfaat Kolustrum
Sifat Kandungan Manfaat Kandungan
Kaya akan zat Melindungi terhadap infeksi dan alergi. Protein anti infeksi
kekebalan tubuh. dan zat-zat antibodi yang terkandung pada kolostrum
dapat mencegah kemungkinan timbulnya alergi.
Melindungi terhadap infeksi. Seperti imunisasi, kolostrum
Memiliki banyak
memberi antibodi kepada bayi, yang memberi perlindungan
sel darah
terhadap penyakit yang sudah pernah dialami sang ibu
putih.
sebelumnya. Kolostrum juga sangat penting untuk mencegah
bakteri yang berbahaya, penyebab penyakit infeksi pada bayi.
Membersihkan usus bayi, membantu mencegah bayi kuning.
Memiliki fungsi
Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang
pencahar.
membersihkan mekonium, tinja pertama bayi yang berwarna
kehitaman.
Membantu usus berkembang lebih matang, mencegah alergi
Mengandung zat- dan keadaan tidak tahan terhadap makanan lain. Usus bayi
zat faktor pada waktu lahir belumlah sempurna, sehingga hanya
pertumbuhan. kolostrum yang dapat membantu pertumbuhan ususnya.
Setelah 6 bulan nanti, ususnya akan siap menghadapi asupan
tambahan selain ASI.
Mengurangi meringankan infeksi, mencegah penyakit mata.
Kaya akan Vitamin
Jika bayi mengalami infeksi, maka Vitamin A ini akan
A.
membantu meringankan infeksi berat yang mungkin diderita
bayi, sehingga bayi mampu bertahan.
4. Pengertian ASI Eksklusif
a. Pengertian ASI Eksklusif
Menurut Peraturan Pemerintah RI Pasal 1 ayat 2 (2012) yang dimaksud
dengan ASI eksklusif ialah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/ mengganti dengan
makanan atau minuman lain. Pemberian ASI eksklusif sangat dianjurkan
dalam jangka waktu setidaknya 6 bulan. Bahkan ASI sendiri dapat dberikan
selama 2 tahun atau lebih. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
kehidupannya dapat meningkatkan manfaat ASI itu sendiri. Penigkatan ini
sesuai dengan lamanya bayi diberi ASI eksklusif. WHO/UNICEF membuat
Deklarasi Innocent (Innocenti Declaration) deklarasi yang di buat pada
tahun 1990 ini (Italia) bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan
memberi dukungannn terhadap pemberian ASI eksklusif.

30
b. Manfaat ASI Eksklusif
Manfaat ASI sendiri bukan hanya bayi ataupun ibu yang medapatkan
keuntungannya tapi keluarga, masyaakat, Negara, serta lingkungan pun
mendapatkan keuntungan.
Adapun manfaat ASI ekslusif bagi bayi, ialah:
1) ASI sebagai nutrisi
Asi merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan sang bayi.
ASI merupakan makanan yang paling sempurna. ASI akan cukup
memenuhi kebutuhan bayi normal sampai dengan bayi berusia 6 bulan.
Bayi akan lebih cerdas Sebenarnya ASI merupakan pencegahan ganggua
ASI. Pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bula akan menjamin
tercapainya pengembangan potensi kecedasan pada sang anak secara
optimal. ASI selain sebagai nutrien yang ideal dan komposisi yang tepat,
ASI juga memiliki nutrien khusus yang di butuhkan otak bayi. Nutrien ini
tidak terdapat atau bahkan hanya ssedikit di dalam susu sapi. Kecerdasan
anak sendiri sangat berkaitan dengan otak maka sangat jelas bahwa faktor
utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak ialah
pertumbuhan otak. Factor kecerdasan pun dipengaruh oleh genetic dan
lingkungan.
2) Meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi yang baru lahir mendapatkan zat kekebalan tubuh (imunoglobin)
dari ibunya melalui ari-ari. Namun zat tersebut akan cepat turun. Badan
bayi sendiri membentuk zat kekebalan cukup banyak sehingga akan
mencapai kadar proaktif pada usia 9 bulan sampai dengan usia 12 bulan.
Pada saat kadar zat kekebalan bayi bawaan menurun sedangkan zat
kekebalan tubuh yang dibentuk oleh bada bayi belum mencukupi maka
akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada tubuh bayi. Kesenjangan
tersebut dapat hilang jika bayi diberi ASI karena ASI merupakan cairan
yang mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari
penyakit infeksi.
3) Menyusui meningkatkan jalinan kasih saying

31
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan
merasakan kasih sayng ibunya. Sang bayi juga akan merasa aman dan
tenteram, terutama karena masih dapat mendengarkan detak jantung
ibunya yang telah ia kenal sejak berada dalam kandungan. Serta perasaan
disayangi dan terlindungi yang akan menjadi dasar pekembangan emosi
bagi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar
spiritual yang baik.
Adapun manfaat menyusui bagi ibu sendiri menurut Widuri (2013)
yaitu:
1) Membantu menurunkan berat badan.
Dibutuhkan pengeluaran energi sekitar 80-90 kkal untuk menghasilkan
100cc ASI. Simpanan lemak selama hamil akan dapat memasok energi
sebanyak 100-200 kkal per hari. Seandainya dari setiap wanita
menyusukan anak selama minimal 4 bulan saja, maka wanita tersebut
akan kehilangan 250 x 30 x 4 kkal = 45.000 kkal, setara dengan 9 kkal
yang terkandung dalam 1 gr lemak dengan 5 kg lemak. Ditambah dengan
materi yang dikeluarkan ketika melahirkan, maka berat badan ibu akan
menyusut sebanyak 10-35 kg.
2) Mencegah perdarahan setelah melahirkan serta mempercepat
mengecilnya rahim.
Hal ini dikarenakan keluarnya hormon oksitosin yang membuat otot
polos dinding rahim dan pembuluh darah sang ibu mengerut.
Mengurangi risiko kanker payudara dan kanker ovarium karena ASI
eksklusif memiliki risiko 25% lebih rendah daripada orang yang tidak
menyusui.
4) Menunda masa subur karena hal ini mengakibatkan perubahan hormon
reproduksi sehingga proses ovulasi terhenti.
Hal tersebut bisa terjadi dengan syarat memberikan ASI eksklusif selama
6 bulan pertama dan selama memberikan ASI belum pernah menstruasi.
Membentuk tali kasih secara psikologis antara ibu dan bayi.
Sedangkan manfaat pemberian ASI bagi keluarga yaitu sebagai
berikut:

32
1) Pemberiannya praktis karena tidak perlu menyiapkan alat-alat untuk
menyusui (Zainafree dkk, 2016)
2) Menghemat biaya pengeluaran karena tidak usah membeli susu
formula tambahan (Yusrina & Devy, 2017).
3) Bayi sehat dan jarang sakit karena risiko bayi sakit rendah sehingga
tidak usah membawa ke pusat pelayanan kesehatan (Zainafree dkk,
2016).
c. Peraturan Tentang Pemberian ASI Eksklusif
Tahun 1990, WHO-Unicef mengeluarkan Deklarasi Innocenti
(Innocenti Declaration), di Italia yang bertujuan untuk melindungi,
mempromosikan, dan memberi dukungan pemberian ASI. Deklarasi tersebut
menjelaskan bahwa anjuran untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi lahir
sampai umur 4 bulan dan setelahnya diberi makanan pendamping ASI. Hal
ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ataupun mutu makanan pada
bayi. Sedagkan pada tahun 1999, ditemukan bahwa pemberian makanan
terlalu dini pada bayi menyebabkan efek negatif. Maka sejak saat itu
UNICEF dan World Healt Assembly (WHA) menetapkan jangka pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan yang diikuti oleh berbagai negara. Di
Indonesia sendiri terdapat beberapa peraturan yang mengatur mengenai
pemberian ASI eksklusif. Berikut beberapa peraturan tentang ASI eksklusif
yang berlaku di indonesia berdasarkan jurnal infodatin :
1) UU Nomor 36/2009 tentang Kesehatan
a) Pasal 128 ayat 2 dan 3 disebutkan bahwa selama pemberian ASI,
pihak keluarga, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung
iibu secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
Penyediaan fasilitas khusus sebagaii mana dimaksud pada ayat (2)
diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum (Kemenkes RI,
2014).
b) Pasal 200 sanksii pidana dikenakan bagi setiap orang yang dengan
sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2). Ancaman pidana
yang diberikan adalah pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan

33
denda paling sbanyak Rp. 100.000.000,00 (seratuss juta rupiah)
(Kemenkes RI, 2014).
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Pasal 6 berbunyi “ Setiap ibu yang
melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayii yang
dilahirkannya”.
3) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/VI/2004
tentang Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia.
a) Menetapkan ASI eksklusif di indonesia selama 6 bulan dan dianjurkan
dilanjutkan sampaii dengan anak berusia 2 tahun atau lebih dengan
pemberian makanan tambahan yang sesuai.
b) Tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua iibu yang
baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif.
D. Tinjauan Umum Tentang Menyusui
1. Pengertian Menyusui
Menyusui merupakan suatu proses alamiah dengan memberikan makanan
kepada bayinya secara eksklusif. Banyak ibu-ibu diluar sana yang berhasil
menyusui bayinya tanpa membaca buku mengenai ASI. Seiring dengan
berkembangnya zaman. Meningkat pula ilmu pengetahuan maupun teknologi
yang semaki pesat. Ironinya hal tesebut mengakibatkan sesuatu yang mendasar
seperti menyusui justru terkadang dilupakan.
Menyusui dapat menjamin bayi akan tetap sehat dan memulai
kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui bukan hanya
memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat
secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang stabil,
perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang jauh lebih
baik.
2. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
Adapun langkah-langkah menuju keberhasilan menyusui menurut SK
Menteri Kesehatan No. 450/SK/IV/20004), yaitu :

34
a. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan
Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang akan secara rutin
dikomunikasikan kepada semua petugas.
b. Memberikan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan
keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut.
c. Menjelaskan kepada semua ibu hamil mengenai manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir hingga
umur 2 tahun termasuk juga cara mengatasi kesulitan menyusui.
d. Membantu ibu mulai menyusui bayinya selama 30 menit setelah
melahirkan, yang dilakukan diruangan bersalin. Apabila ibu mendapat
operasi Caesar maka bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.
e. Membantu ibu bagaimana cara menyusui dengan benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas rekomendasi
indikasi medis.
f. Memberikan penjelasan kepada ibu untuk tidak memberikan makanan atau
minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.
g. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi
selama 24 jam sehari.
h. Membantu ibu menyusui tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi
menyusui.
i. Tidak memberikan dot ataupun kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
j. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan
rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika mereka pulang dari Rumah
Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan
3. Fisiologi Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Jika proses laktasi baik maka
bayi cukup menyusu, produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi,
volume ASI 500 – 800 ml/hari.25 Maka dari itu sangat pentingnya tahapan-
tahapan pengeluaran ASI agar mendukung pengtingnya pemberian ASI secara
ekslusif. Dalam proses pengeluaran ASI ada 2 reflek yaitu :
a. Reflek Prolaktin

35
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas
prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi pasca
persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus
luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan
merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan
menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu
sekresi prolaktin akan merangsang hipofis anterior sehingga keluar
prolaktin.
b. Let Down Reflek (Reflek Aliran)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior
yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini
menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan
memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut
bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi
sedangkan faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress,
keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas. Refleks yang penting
dalam mekanisme hisapan bayi:
a. Refleks menangkap (rooting refleks)
b. Refleks menghisap (sucking refleks)
c. Refleks menelan (swallowing refleks
4. Indikator ASI Banyak
a. ASI keluar memancar saat areola di pencet
b. ASI keluar memancar tanpa memencet payudara
c. Payudara terasa penuh atau tegang sebelum menyusui

36
5. Indikator ASI Kurang
a. ASI tidak keluar memancar saat aerola dipencet.
b. ASI tidak keluar memancar saat tidak memencet payudara.
c. Payudara terasa lembek sebelum menyusui.
d. ASI tidak menetes setelah menyusu.
e. Bayi menjadi rewel.
f. Warna urine bayi
menggelap Nazila (2020)
E. Tinjauan Umum Tentang Lemak Coklat Pada Bayi
a. Peran Jaringan Lemak Coklat Pada Bayi
Semua kegiatan dalam tubuh membutuhkan energi (tenaga), mulai dari proses
pencernaan danpenyimpanan makanan sampai pada pembentukan dan kegiatan
sel-sel. Energi dapat berasal dari “pembakaran” gula, lemak atau protein,
tergantung dari kebutuhan dan persediaan energi. Kelebihan lemak dalam darah
akan disimpan di jaringan lemak. Lemak merupakan cadangan energiterbesar
dalam tubuh terdapat keseimbangan antara penggunaan energi asal lemak
danbukan asal lemak serta penggunaan energi yang sudah siap pakai dalam
darah dan energi cadangan.Lemak dapat dibentuk dari sisa pembakaran gula dan
protein.
Karena lemak tidak larut dalam air, pembakaran lemak lebih stabil dan lebih dapat
diandal kandaripada pembakaran gula yang larut dalam air. Oleh karena itu, jika
ada beban pekerjaan yang lebih berat, jantung dan otot lebih banyak menggunakan
energi yang berasal dari lemak
Ada 2 jenis jaringan lemak.
1. Jaringan lemak putih (White Adipose Tissue) menyimpan lemak dalam selnya
sebagai cadangan energi,tersebar diseluruh tubuh, terutama dirongga perut dan
jaringan dibawah kulit.
2. Jaringan lemak coklat (Brown Adipose Tissue), terutama terdapat pada bayi
yang lahir cukup bulandan terbatas hanya dijaringan bawah kulit leher dan
punggung. Jaringan ini makin berkurang danmenyusut pada anak yang lebih
besar dan hanya tertinggal sedikit pada orang dewasa. Setelah O. Lindberg
meneliti dan menulis buku berjudul “Brown Adipose Tissue” (1970), penelitian

37
mengenai jaringan lemak coklat mulai dapat perhatian para peneliti. Baru
belakangan ini (JE Silva, 1997),f ungsi jaringan lemak coklat dipelajari lebih
mendalam dan dianalisa lebih luas antara lain oleh JS Flier(2001) dan JE Silva
(2003). Dalam sel jaringan lemak coklat, cadangan energi dirubah menjadi
panas. Keistimewaan lain dari jaringan ini adalah selnya dapat menyimpan
sampai 40% dari lemak bayi. Kenaikan suhu tubuh oleh jaringan ini dapat
sampai 3 kali lipat dibandingkan dengan kenaikan suhu akibat berolah
raga.Kenaikansuhu oleh produksi panas sel lemak jaringan lemak coklat ini
adalah penyesuaian terhadap suhu udarayang dingin dan akibat makan
berlebihan, tanpa melibatkan kegiatan otot (dalam keadaan istirahat). Dengan
demikian, bayi tidak mudah kedinginan dan sebaliknya mudah kepanasan.
Dibandingkan denganorang dewasa muda, perbedaan daya tahan bayi terhadap
udara dingin adalah kurang lebih 5 derajatCelcius dan sebaliknya terhadap
udara panas. Jadi, jika orang dewasa pada suhu udara 20 derajat Celciussudah
kedinginan, bayi belum merasakan kedinginan karena untuk bayi, suhu udara
20 derajat Celciusterasa hanya 25 derajat Celcius. Sebaliknya, jika orang
dewasa pada suhu udara 25 derajat Celciusmerasa cukup dingin, bayi sudah
kepanasan karena terasa sama dengan suhu udara 30 derajat Celcius.Perlakuan
dan pemahaman masyarakat terhadap bayi selama ini hampir semuanya
terbalik, karenabelum mengetahui peran jaringan lemak coklat yang baru
terkuak tahun 70-an dan sampai sekarangmasih diteliti perannya terhadap
fungsi tubuh lainnya. Jaringan lemak coklat dapat membuangkelebihan energi
misalnya akibat makan berlebihan dengan membakarnya menjadi panas Lemak
coklat ditemukan antara 3 hingga 7,5 persen pada orang dewasa, di mana kadar
yang lebih tinggiterdapat pada perempuan. Lemak coklat akan meningkat pada
usia pubertas dan setelah itu akanmengalami penurunan, kata para
peneliti.Penelitian terbaru melibatkan 172 anak-anak yang berusia antara 5 dan
21 tahun. Para peneliti menyatakan, lemak coklat memainkan peran penting
dalam metabolisme anak-anak,energi, dan pengaturan berat badan.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menemukan bagaimana cara meningkatkan aktivitas
lemakcoklat tanpa menggunakan obat, misalnya dengan mengatur suhu
ruangan di rumah menjadi lebihdingin untuk anak-anak obesitas. Di samping

38
itu, makanan tertentu yang bisa memainkan peran dalammeningkatkan kadar
lemak coklat, kata peneliti.Meski begitu, Cypess mengatakan, sampai saat ini
belum diketahui apakah benar ada hubungan antaraanak dan badan yang
ramping cenderung memiliki kadar lemak coklat yang lebih banyak
b. Struktur Jaringan Lemak Coklat
Jaringan lemak coklat mulai teridentifikasi pada bayi usia sekitar 26 minggu
gestasi (Okken, 1995, page 5). Jaringan lemak coklat berbeda dari jaringan
lemak putih secara umum dalam banyak hal, antara lain :
1. Sel lemak coklat mempunyai banyak vakuola lemak dan mengelilingi inti
yang ada ditengah, sedangkan sel lemak putih hanya mempunyai satu
vakuola lemak besar dan satu inti berbentuk perak terletak pada perimeter
(Gambar 1 ) ( Davis, 1980; Oya, 1997 ).
2. Sel lemak coklat berisi glikogen dan banyak mengandung mitokondria
dengan multipel cristae untuk menghasilkan bahan bakar dan energi yang
dibutuhkan guna produksi panas dengan cepat, sedangkan sel lemak putih
tidak berisi glikogen dan mitokondria relatif sedikit (Davis, 1980, Astrup,
1986 )

Nukleus
LV Vakuolalipid/LV
Mitokondria
Sel lemak Putih Sel lemak coklat
Gambar. Perbandingan sel lemak coklat dansel lemak putih
3. Jaringan lemak coklat berisi simpanan trigliserida konsentrasi tinggi.

4. Jaringan lemak coklat mempunyai banyak vaskularisasi dan penuh persarafan


tidak bermielin dengan ujung saraf simpatis disetiap sel lemak (Davis, 1980 ;
Kuroshima, 1995 ; Austgen, 2002). Ujung saraf simpatis akan mengeluarkan
noradrenalin yang akan menstimulasi lipolisis dan aktivitas uncoupling protein.
c. Letak jaringan lemak coklat
Jaringan lemak coklat ditemukan pada bayi baru lahir, mamalia kecil dan
mekanisme homeoterm untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan dingin.
Termogenesis nonshivering lebih efisien dalam menyesuaikan diri ketika terpapar
39
dingin dalam waktu lama, karena jaringan lemak coklat berkembang (Astrup,
1986). Jaringan lemak coklat berkembang dan mengalami regresi sesuai dengan
tingkat stimulasi.
Saat lahir, seorang bayi keluar dari suatu hangat, menuju lingkungan dunia
yang dingin, sehingga perlu untuk bayi beradaptasi terhadap pendinginan,
peningkatan oksigenasi dan pemisahan dari plasenta dalam suatu pakaian efisien
secara ekstrem (Gunn et al, 1995). Struktur dan fungsi jaringan lemak coklat
dalam neonatus, lebih jauh mejelaskan kebutuhan suhu yang unik pada bayi baru
lahir. Bayi baru lahir mempunyai area permukaan besar terhadap masa dibanding
orang dewasa (0,066m2/ kg untuk 3 kg bayi dibanding 0,025 m2/kg untuk 70 kg
dewasa), yang menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas lebih cepat ( Davis,
1980 ). Bayi baru lahir juga mempunyai sedikit lemak untuk melindungi, (16%
berat badan dalam 3,5 kg bayi baru lahir dibanding 20-30% pada orang dewasa).
Seorang bayi premature, lahir tanpa simpanan penuh jaringan lemak coklat yang
menghambat produksi panas dalam lingkungan dingin, menyebabkan bayi
beresiko (Davis, 1980). Secara khusus, jaringan lemak coklat berjumlah sekitar 2-
5% berat badan neonatus. Jaringan lemak coklat terutama terdistribusi pada bayi
baru lahir untuk menghasilkan produksi panas yang paling efisien untuk
kebutuhan bayi. Pada bayi, lemak coklat diyakini banyak terdapat bagian
midskapula, leher posterior, disekitar otot leher dan memanjang dibawah clavikula
sampai aksila dan sekitar trakea, esofagus, interskapula dan arteri mamaria, aorta
abdominal, ginjal dan kelenjar adrenal.
Metabolisme produksi panas ini pada neonatus dimulai pada saat lahir dan
puncaknya sekitar satu jam setelah itu (Oya eta l, 1997). Jaringan lemak coklat
mengelilingi organ vital berfungsi untuk menghasilkan kebutuhan panas, yang
bekerja secara optimal (suhu lebih rendah dari optimal menghasilkan kecepatan
reaksi lebih rendah dan akumulasi produk sampah metabolik) dan mengelilingi
arteri yang berfungsi untuk kehangatan darah sebelum disirkulasi melalui tubuh.
d. Fungsi jaringan lemak coklat
Struktur jaringan lemak coklat secara khusus disesuaikan dengan fungsinya.
Banyaknya vakuola lemak meningkatkan “rongga sitoplasma terhadap lemak“,
membuat penggunaan lemak lebih banyak efisien (Davis, 1980). Seperti yang

40
tersebut diatas, glikogen dalam sel lemak coklat menghasilkan glukosa untuk
sejumlah mitokondria, yang digunakan untuk menghasilkan energi terutama
untuk produksi panas (Davis, 1980). Jaringan lemak coklat kaya vaskularisasi,
sehingga memberikan dua manfaat :
Membawa nutrient seluler dan sampah metabolik ke tempat semestinya.
Menyebarkan panas yang dihasilkan dalam jaringan lemak coklat untuk istirahat
tubuh (Davis, 1980). Suplai saraf tidak bermielin menghasilkan jalur untuk
stimulasi jaringan lemak coklat (Davis, 1980) Fungsi lemak coklat antara lain :
1. Aktivasi sistem :
Termogenesis nonshivering dalam jaringan lemak coklat diaktivasi melalui
sistem saraf simpatis melalui salah satu dari dua jalan : melalui dingin atau
melalui makanan (Astrup, 1986). Ketika otak terangsang dingin, saraf- saraf
simpatis diaktifkan, sehingga ujung saraf yang mengelilingi jaringan lemak
coklat melepaskan norepinefrin, yang mengikat ke dan mengaktivasi reseptor
beta adrenergik pada membran sel lemak coklat (Sell, 2004).
2. Uncoupling Protein 1 (UCP 1/ thermogenin) dan perannya dalam
termogenesis nonshivering. Secara umum, pernafasan seluler, “oksidasi
substrat-substrat bahan bakar pada mitokondria menghasilkan produksi ATP
melalui phosphorilasi oksidatif” (Argyropolous 2002). Sebaliknya, tujuan
pernafasan dalam jaringan lemak coklat adalah tidak menghasilkan energi
dalam bentuk ATP, tetapi lebih dalam bentuk panas. Dengan demikian, sel
lemak coklat membutuhkan jalur alternatif pada phosporilasi oksidatif. Dalam
phosphorilasi oksidatif khas, proton menurunkan gradien elektrokimia dan
masuk matrik mitokondria melalui ATP synthase, sampai gradient habis. Pada
jaringan lemak coklat, UCP 1 menyediakan bypass bagi ATP synthase
(kecepatan enzim dalam produksi panas terbatas), dan dengan demikian
energi pada gradient elektrokimia tidak digunakan untuk sintesis ATP, tetapi
oksidasi lemak lebih banyak dilepaskan sebagai panas (gambar 2)
(Argiropoulos et al, 2002). Mitokondria dalam jaringan lemak coklat dapat
menghabiskan “ hampir 90% energi respirasi sebagai termogenesis dengan
cara ini” (Ricquier, 2002). Tanpa UCP 1, termogenesis nonshivering tidak
dapat terjadi dengan baik

41
F. Asuhan Komplementer
1. Definisi Komplementer
Terapi komplementer merupakan suatu terapi non-konvesional atau bisa juga
disebut sebagai suatu terapi alternatif. Terapi komplementer adalah semua
terapi yang digunakan sebagai terapi tambahan yang direkomendasikan oleh
penyelenggara pelayanan kesehatan individu.
2. Macam-macam terapi komplementer
Diindonesia terdapat 3 macam terapi komplementer yang dapat dilakukan pada
saat pendampingan terapi konvensional, atau pada saat menggantikan terapi
konvesional.
a. Akupuntur medic
Akupuntur medic yaitu metode yang berasal dari Cina dan sangat
diperkirakan bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan
tertentu, dengan cara kerja mengaktivasi berbagai molekul signal yang
berperan sebagai komunikasi antar sel.
b. Terapi hiperbarik
Terapi hiperbarik yaitu merupakan suatu metode terapi dimana pasien
dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2-3 kali
lebih lebih besar daripada tekanan udara atsmosfer normal, lalu diberi
pernapasan oksigen murni.
c. Terapi herbal medik
Terapi herbal medik yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam,
baik herbal berstandar dalam kegiatan penelitian maupun berupa
fitofarmaka.
3. Pijat Oksitosin
Metode Pijat oksitosin yang di nilai cukup efektif terhadap pengeluaran
ASI dibanding dengan metode breascare yang sama-sama masuk kedalam
metode akupuntur medic menurut penelitian Titik Wijayanti (2017) pijat
oksitosin lebih efektif unuk membantu ibu dalam proses pengeluaran ASI di
banding breastcare karna selain mudah pijat oksitosinpun bisa dilakukan di
rumah oleh suami atau keluarga ibu, dan tentunya lebih memberikan
kenyamanan pada ibu.

42
a. Definisi Pijat Oksitosin
Hormon oksitosin berdampak pada pengeluaran hormon prolaktin sebagai
stimulasi pada produksi ASI ibu selama menyusui. Oleh sebab itu perlu
dilakukan stimulasi reflek oksitosin sebelum ASI dikeluarkan atau diperas.
Bentuk stimulasi yang dilakukan pada ibu adalah dengan pijat oksitosin.
Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan di punggung atau pada tulang
belakang (vertebra) sampai tulang kelima.
b. Tujuan pijat oksitosin
1) Merangsang refleks oksitosin (refleks pengeluaran ASI)
2) Merangsang pelepasan hormon oksitosin
3) Meningkatkan gerakan ASI ke payudara
4) Memperlancar ASI
5) Memberikan kenyamanan pada ibu
6) Mengurangi bengkak pada payudara
7) Mengurangi sumbatan ASI
8) Menambah pengisian ASI ke payudara
c. Prosedur Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat ini
dilakukan selama 3 menit. Pijat ini tidak harus selalu dilakukan oleh petugas
kesehatan. Pijat oksitosin dapat dilakukanoleh suami atau keluarga yang
sudah dilatih.
1) Sikap dan perilaku
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3) Tanggap terhadap reaksi klien dan kontak mata
4) Persiapan alat, menyiapkan alat dan bahan : Baby oil atau minyak
kelapa, air hangat, waslap, handuk.
5) Mencuci tangan
6) Menyiapkan klien dengan melepas pakaian atas dan BH
7) Mengatur ibu duduk rileks bersandar ke depan, tangan dilipat di atas
meja dengan kepala diletakkan di atasnya dan biarkan payudara terlepas
tanpa bra.
8) Letakkan handuk di atas pangkuan ibu. Jika ibu tidak mampu untuk

43
duduk, pijatan bisa dilakukan dengan memposisikan ibu miring kiri atau
miring kanan.
9) Melakukan pemijatan di sepanjang sisi tulang belakang, menggunakan
kepalan tangan dengan kedua ibu jari menunjuk ke depan dan
memberikan gerakan- gerakan melingkar kecil- kecil dengan kedua ibu
jari. Gerakan tersebut dapat merangsang keluarnya hormon oksitosin
yang dihasilkan oleh hypofisis posterior
10) Melakukan pemijatan selama 3 menit.
Pijat oksitosin dilakukan pada ibu postpartum dengan durasi 3 menit
dan frekuensi pemberian pijatan 2 kali sehari dengan 3 hari berturut-
turut. Pijat ini tidak harus dilakukan oleh petugas kesehatan tetapi
dapat dilakukan oleh suami atau keluarga yang lain.
11) pijat oksitosin ini bisa diterapkan dalam kurun waktu 3-14 hari secara
berturut-turut dan dilakukan selama 3 menit.

44
BAB III
TINJAUAN KASUS
STASE ASUHAN KEBIDANAN KOMPLEMENTER NIFAS
“PADA NY. T UMUR 26 TAHUN P1A0 12 JAM
POSTPARTUM
DENGAN ASI TIDAK LANCAR” DI KLINIK RAWAT INAP RAHAYU

Nama : Eys Novianti S.

Hari/Tanggal : Selasa, 17 Mei 2022.

Pukul : 08.25 Wib

Tempat : Ruang Bayi

DATA SUBYEKTIF

1. Identitas Ibu/Suami
Nama : Ny.T Nama : Tn E
Umur : 26 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia suku : Jawa
Pendidikan : SMK pend : SMK
Pekerjaan : swasta Pekerj : Swasta
Alamat : Setoyo RT/RW 01/03
2. Anamnesa
a. Keluhan utama
1) Ibu mengatakan bernama Ny. T umur 26 tahun
2) Ibu mengatakan merasa lelah setelah melahirkan
3) Ibu mengatakan melahirkan pukul 20.40 WIB, bersalin normal dan spontan
ditolong bidan dengan BBbayi 3300 gr, JK perempuan
4) Ibu mengatakan ini persalinan yang pertama dan belum pernah keguguran.
5) Ibu mengatakan mengalami mata minus 3 dan terakhir USG terdapat lilitan
tali pusat 1 kali.
6) Ibu mengatakan ingin memberi ASI Eksklusif pada bayi nya

45
7) Ibu merasa khawatir karena ASInya tidak lancar.

46
8) Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini secara bertahap seperti mulai
miring kanan dan kiri, duduk, berdiri, jalan-jalan seperti ke kamar mandi
keluar ruangan atau beraktifitas ringan.
9) Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan pijat oksitosin untuk membantu
memperlancar ASI.
b. Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan menstruasi pertama kali pada umur 2 tahun, lamanya 5-6 hari,
siklus menstruasi 29-30 hari teratur.
c. Riwayat pernikahan
Ibu mengatakan ini adalah pernikahan yang pertama
d. Riwayat Obstetri
Ibu mengatakan ini anak pertama dan belum pernah keguguran
e. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
f. Riwayat kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah/tidak sedang menderita riwayat penyakit menurun,
menahun, menular seperti asma, jantung, hipertensi, diabetes militus, TBC,
hepatitis, HIV/AIDS, dan tidak memiliki keturunan kembar
DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD = 120/70

mmHg N = 80

x/menit

P = 22

x/menit S =

36,8 oC

d. TB/BB/LILA : 156 cm/56 kg/26 kg

47
2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : Rambut lurus berwarna hitam, tidak ada benjolan pada kepala.

48
b. Muka : Tidak oedem, tidak pucat.

c. Mata : Tidak ada secret, konjungtiva tidak anemis, tidak juling, terdapat
minus 3.

d. Payudara : Tidak ada benjolan, kolostrum sudah keluar, ASItidak lancar,


putting menonjol, areola menghitam.

e. Abdomen : tidak ada jahitan bekas operasi, terdapat striae gravidarum,


kontraksi uterus baik, teraba keras dan bulat. TFU 2 jari dibawah pusat

f. Genetalia : Terdapat jahitan luka bekas laserasi jalan lahir dengan


kondisi yang msih basah, tampak pengeluaran linea rubra, tidak oedem

g. Anus : hemoroid (-)

h. Ekstremitas atas : kanan dan kiri panjangnya sama, jumlah jari


lengkap, kelainan (-)
i. Ekstremitas bawah : tidak ada varises, oedem (-), jumlah jari
lengkap,kelainan (-)
3. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi : Makan dengan porsi seimbang, nasi, sayur lauk-pauk, buah-
buahan, tidak ada pantangan. Ibu minum 7-8 gelas air putih, 1 gelas
susu dan teh.
b. Eliminasi : BAK : 3 kali, BAB : Ibu mengatakan belum bisa BAB
c. Istirahat : Ibu mengatakan setelah melahirkan tidur malam 6 jam
d. Aktivitas : Ibu mengatakan setelah melahirkan sudah bisa berjalan
kekamar mandi, keluar ruangan dibantu oleh keluarga.
e. Personal hygiene : Ibu mengatakan sudah mandi pagi, dan mengganti
pakaian dan pembalut bersih, dan merawat jahitam perineum dengan air
dingin.
f. Psikospiritual :
- Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya
- Ibu mengatakan masih khawatir tidak bisa menyusui bayinya
- Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung dalam masa
nifas untuk merawat bayi dan memenuhi nutrisi ibu agar

49
memperlancar ASInya.
- Ibu mengatakan pengambilan keputusan oleh ibu dan suami
ANALISA DATA
Ny. T umur 26 tahun P1A0 12 jam postpartum dengan ASI tidak lancar
PENATALAKSANAAN
Tanggal : Selasa, 17 Mei 2022 Pukul 08.36 Wib
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini dalam kondisi baik di tandai dengan
keadaan umum dalam batas normal dan akan dilakukan inform consent untuk
dilakukan pijat oksitosi.
E : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam batas normal, dan
bersedia untuk dilakukan pijat oksitosin oleh bidan.
2. Memberitahu ibu dan keluarga ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan bahkan air
putih tidak diberikan dalam tahap ini, sedangkan manfaat ASI Eksklusif bisa
menunjang dan membantu proses perkembangan bayi baik otak dan fisik nya.
Bisa mencegah tersebagi berbagai penyakit pada bayi, pada ibu juga bermanfaat
untuk mencegah kanker payudara, mengurangi stres, dalam proses menyusui
bisa melibatkan kontak kulit dan batin langsung antara ibu dan bayi.
E : Ibu dan keluarga sudah mengeti tentang ASI Eksklusif dan manfaatnya untuk
ibu dan bayi.dan bersedia memberikan selama 6 bulan.
3. Memberi KIE tentang pijat oksitosin pada ibu dan keluarga ialah nantinya dalam
hormon oksitosin berdampak pada pengeluaran hormon prolaktin sebagai
stimulasi pada produksi ASI ibu selama menyusui. Sebab perlu dilakukan
stimulasi reflek oksitosin sebelum ASI dikeluarkan atau diperas. Bentuk
stimulasi yang dilakukan pada ibu adalah dengan pijat oksitosin. Pijat oksitosin
adalah pijat yang dilakukan di punggung atau pada tulang belakang (vertebra)
sampai tulang kelima. Tujuan pijat oksitosin ini bisa merangsang refleks
oksitosin pengeluaran ASI, meningkatkan gerakan ASI ke payudara,
memperlancar ASI, mengurangi bengkak pada payudara, mengurangi sumbatan
ASI.
E : Ibu dan keluarga telah mengerti dari KIE tentang pijat oksitosin.

50
4. Melakukan pijat oksitosin pada ibu selama 5 menit.
a. Sikap dan perilaku
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
c. Tanggap terhadap reaksi klien dan kontak mata
d. Persiapan alat, menyiapkan alat dan bahan : Baby oil atau minyakkelapa, air
hangat, waslap, handuk.
e. Mencuci tangan
f. Menyiapkan klien dengan melepas pakaian atas dan BH
g. Mengatur ibu duduk rileks bersandar ke depan, tangan dilipat di atas meja
dengan kepala diletakkan di atasnya dan biarkan payudara terlepas tanpa
bra.
h. Letakkan handuk di atas pangkuan ibu. Jika ibu tidak mampu untuk duduk,
pijatan bisa dilakukan dengan memposisikan ibu miring kiri atau miring
kanan.
i. Melakukan pemijatan di sepanjang sisi tulang belakang, menggunakan
kepalan tangan dengan kedua ibu jari menunjuk ke depan dan memberikan
gerakan- gerakan melingkar kecil- kecil dengan kedua ibu jari. Gerakan
tersebut dapat merangsang keluarnya hormon oksitosin yang dihasilkan
oleh hypofisis posterior
j. Melakukan pemijatan selama 3 menit.
Pijat oksitosin dilakukan pada ibu postpartum dengan durasi 3 menit dan
frekuensi pemberian pijatan 2 kali sehari dengan 3 hari berturut-turut. Pijat
ini tidak harus dilakukan oleh petugas kesehatan tetapi dapat dilakukan oleh
suami atau keluarga yang lain. pijat oksitosin ini bisa diterapkan dalam
kurun waktu 3-14 hari secara berturut-turut dan dilakukan selama 3 menit
E : Ibu sudah dilakukan pijat oksitosin, dan berasa lebih nyaman pada tubuh
dan payudaranya.
5. Mengajarkan ibu untuk melakukan perawatan payudara seperti :
a. Memasang handuk pada bagian perut bawah dan bahu sambil
melepaskan pakaian atas.
b. Mengompres kedua puting dengan kapas yang dibasahi baby oil selama 2-3
menit.

51
c. Mengangkat kapas sambil membersihkan puting dengan melakukan
gerakkan memutar dari dalam keluar.
d. Dengan kapas yang baru, bersihkan bagian tengah puting susu dari sentral
keluar, apabila puting susu tidak menonjol lakukan penarikan secara
perlahan.
e. Membasahi kedua telapak tangan dengan baby oil dan melakukan
pengurutan dengan telapak tangan berada diantara kedua payudara dengan
gerakan ke atas , kesamping, kebawah dan ke depan sambil menghentakkan
payudara. Pengurutan dilakukan 20-30 kali.
f. Tangan kiri menopang payudara kiri dan tangan kanan melakukan
pengurutan dengan menggunakan sisi kelingking. Dilakukan 20-30 kali pada
kedua payudara.
g. Langkah selanjutnya, dengan menggunakan sendi-sendi jari posisi tangan
mengepal, tangan kiri menopang payudara dan tangan kanan melakuan
pengurutan dari pangkal ke arah puting. Lakukan sebanyak 20-30 kali
pada tiap payudara.
h. Meletakkan waskom di bawah payudara dan menggunakan waslap
yang dibasahi air hangat.
i. Mengguyur payudara kurang lebihnya 5 kali kemudian dilap dengan
waslap bergantian dengan air dingin, diakhiri dengan air hangat hangat.
j. Mengeringkan payudara dengan handuk yang dipasang di bahu
k. Memakai BH yang dapat menopang payudara.
E : Ibu sudah mengerti tentang perawatan
payudara
6. Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar yaitu sebelum mulai
menyusui harus dengan suasana yang tenang dan relaks, cuci tangan lebih dulu.
a. Posisikan tubuh dengan duduk dibangku yang nyaman dengan
menyangga lengan ibu, dan bayi menggunakan bantu satu sisi.
b. Posisikan kaki agak tinggi agar lebih nyaman dalam menyangga
bayi dipangkuan ibu.
E : Ibu sudah mengerti cara menyusui yang baik dan benar
7. Menganjurkan pada ibu jika ASI sudah keluar segera menyusui bayinya dengan

52
terjadwal yaitu saat 24-48 jam pertama pasca lahir, bayi cenderung tidur.
Usahakan untuk menyusui setiap 1-3 jam pada 24 jam pertama atau setiap 2
jam

53
sekali dan jika bayi menangis menginginkan ASI dengan lama menyusui 10-15
menit bergantian antara payudara kanan dan kiri. Setiap payudara sampai
terasa kosong dan jangan lupa bayi untuk di sendawakan setelah menyusu.
E : Ibu bersedia menyusui bayinya sesuai jadwal/atau jika bayi mulai haus
8. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi seperti mengkonsumsi makanan
tanpa pantangan, seperti daging, ikan, tahu, tempe, telur, sayur-sayuran,
kacang- kacangan yang memiliki banyak kandungan tinggi protein, zat besi
untuk kebutuhan energi terutama selama menyusui dan penyembuhan luka
bekas jahitan perineum.
E : Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang dianjurkan untuk pemenuhan
nutrisi ibu dan bayinya
9. Menganjurkan ibu untuk terus menjaga personal hygiene/perawatan luka jahitan
perineum seperti saat setelah BAK atau BAB untuk mencuci atau membilas dari
depan kebelakang dan selalu mencuci tangan menggunakan air dingin
membersihkan dimulai dari bagian depan kearah belakang menggunakan, tetapi
luka jahitan masih dalam keadaan basah hindari menyentuh daerah luka dengan
cara menekan, mengganti pakaian dalam yang bersih, pembalut sedikitnya 4
kali dalam sehari.
E : Ibu bersedia menjaga personal hygiene sesuai anjuran
10. Menganjurkan pada ibu untuk segera melapor jika ada keluhan.
E : Ibu bersedia untuk segera melapor keruang petugas jika ada keluhan.

54
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil tinjauan
kasus tentang asuhan kebidanan komplementer nifas Normal Pada Ny. T Umur 26 Tahun
P1A0 12 Jam Postpartum dengan pijat oksitosin di Klinik Rawat Inap Rahayu
Pembahasan ini dibuat sesuai dengan landasan teoritis dan studi kasus yang bertujuan
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi agar tindakan direncanakan
berdasarkan rasional yang relevan yang dapat dianalisa secara teoritis menggunakan
metode SOAP yang berupa pengkajian data subyektif, data obyektif, menentukan analisis
data, dan penatalaksanaan asuhan kebidanan sampai evaluasi untuk memudahkan
memahami kesenjangan dan kesesuaian yang terjadi pada kasus ini.

A. Data Subjektif
Pada tanggal 17 Mei 2022 dilakukan pengkajian pada Ny. T mengeluh merasa
khawatir ASInya tidak lancar karena ibu ingin memberi ASI Eksklusif pada bayi nya.
Hal ini sejalan dengan teori Menurut (Nazila, 2020) dimana terdapat indikator ASI
kurang, yatitu ASI tidak keluar memancar saat aerola dipencet, ASI tidak keluar
memancar saat tidak memencet payudara, Payudara terasa lembek sebelum menyusui.,
ASI tidak menetes setelah menyusu, Bayi menjadi rewel, Warna urine bayi menggelap.
Hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.
B. Data Objektif
Pengkajian data objektif diperoleh hasil pemeriksaan pada pasien dimulai dari
pemeriksaan umum yaitu keadaan umum pasien Ny. T umur 26 tahun P1A0
pemeriksaan pada Payudara Tidak ada benjolan, kolostrum sudah keluar, ASItidak
lancar, putting menonjol, areola menghitam, hal ini sejalan dengan teori Menurut
Walyani (2017) Payudara (mamae) Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen
dan progesteron menurun, prolactin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah
ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular sementara. Air susu
sata diproduksi disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara
dihisap oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi. Hal ini tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan dilahan praktek.

55
Pemeriksaan abdomen tidak ada jahitan bekas operasi, terdapat striae gravidarum,
kontraksi uterus baik, teraba keras dan bulat. TFU 2 jari dibawah pusat, Genetalia
terdapat jahitan luka bekas laserasi jalan lahir dengan kondisi yang msih basah, tampak
pengeluaran linea rubra, tidak oedem. Hal ini sejalan dengan teori menurut Walyani
(2017) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr, Akhir kala
III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berat uterus 750 gr,
Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat dengan simpisis,
berat uterus 500 gr. Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gr, Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah
kecil dengan berat uterus 50 gr. Hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
dilapangan.
C. Analisa Data
Dalam analisa yang didapatkan dari data subjektif dan objektif. Ibu mengatakan
bernama Ny. T umur 26 tahun P1A0 12 jam postpartum dengan pijat oksitosin. Ibu
mengatakan melahirkan pukul 20.40 WIB, bersalin normal dan spontan ditolong bidan
dengan BB bayi 3300 gr, JK perempuan. Ibu khawatir ASI keluar tidak lancar karena
ibu ingin menyusui bayinya. Diagnoga kebidanan ini adalah diagnose yang ditegakkan
dalam praktek kebidanan, diagnose yang ditegakkan adalah “Ny. T umur 26 tahun
P1A0”. Pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus karena
diagnose kebidanan dapat ditegakkan.
D. Penatalaksanaan
Berdasarkkan tinjauan menajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan
rencana Tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi
dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilaksanakan ibu serta kerja
sama dengan tim Kesehatan lainnya sesuai dengan Tindakan yang telah direncanakan.
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini dalam kondisi baik di tandai dengan
keadaan umum dalam batas normal dan akan dilakukan inform consent untuk
dilakukan pijat oksitosin. E: Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan kondisinya saat
ini, bahwa kondisi sekarang adalah dalam batas normal, dan bersedia untuk dilakukan
pijat oksitosin oleh bidan
Memberitahu ibu dan keluarga ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan bahkan air putih

56
tidak diberikan dalam tahap ini, sedangkan manfaat ASI Eksklusif bisa menunjang dan
membantu proses perkembangan bayi baik otak dan fisik nya. Bisa mencegah tersebagi
berbagai penyakit pada bayi, pada ibu juga bermanfaat untuk mencegah kanker
payudara, mengurangi stres, dalam proses menyusui bisa melibatkan kontak kulit dan
batin langsung antara ibu dan bayi. E : Ibu dan keluarga sudah mengeti tentang ASI
Eksklusif dan manfaatnya untuk ibu dan bayi.dan bersedia memberikan selama 6 bulan
Memberi KIE tentang pijat oksitosin pada ibu dan keluarga sesuai teori dalam
Titik Wijayanti (2017) ialah nantinya dalam hormon oksitosin berdampak pada
pengeluaran hormon prolaktin sebagai stimulasi pada produksi ASI ibu selama
menyusui. Sebab perlu dilakukan stimulasi reflek oksitosin sebelum ASI dikeluarkan
atau diperas. Bentuk stimulasi yang dilakukan pada ibu adalah dengan pijat oksitosin.
Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan di punggung atau pada tulang belakang
(vertebra) sampai tulang kelima. Hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
dilahan praktik.
Menganjurkan pada ibu jika ASI sudah keluar segera menyusui bayinya dengan
terjadwal yaitu saat 24-48 jam pertama pasca lahir, bayi cenderung tidur. Usahakan
untuk menyusui setiap 1-3 jam pada 24 jam pertama atau setiap 2 jam sekali dan jika
bayi menangis menginginkan ASI dengan lama menyusui 10-15 menit bergantian
antara payudara kanan dan kiri. Setiap payudara sampai terasa kosong dan jangan lupa
bayi untuk di sendawakan setelah menyusu. E : Ibu bersedia menyusui bayinya sesuai
jadwal/atau jika bayi mulai haus.
Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi seperti mengkonsumsi makanan tanpa
pantangan, seperti daging, ikan, tahu, tempe, telur, sayur-sayuran, kacang-kacangan
yang memiliki banyak kandungan tinggi protein, zat besi untuk kebutuhan energi
terutama selama menyusui dan penyembuhan luka bekas jahitan perineum. E : Ibu
bersedia mengkonsumsi makanan yang dianjurkan untuk pemenuhan nutrisi ibu dan
bayinya. Sejalan dengan teori menurut Maritalia (2017) dan Walyani (2017) yaitu
Kebutuhan nutrisi Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan yang mengandung zat- zat
yang berguna bagi tubuh ibu pasca melahirkan dan untuk persiapan prosuksi ASI,
terpenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, zat besi, vitamin dan minelar untuk
memperlancar produksi ASI dan untuk memperlancar ekskresi. Ibu nifas harus
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat- zat yang berguna bagi tubuh ibu pasca

57
melahirkan dan untuk persiapan prosuksi ASI, terpenuhi kebutuhan karbohidrat,
protein, zat besi, vitamin dan minelar untuk mengatasi anemia, cairan dan serat untuk
memperlancar ekskresi. Kebutuhan kalori wanita dewasa yang sehat dengan berat
badan 47 kg diperkirakan sekitar 2200 kalori/ hari. Ibu yang berada dalam masa nifas
dan menyusui membutuhkan kalori yang sama dengan wanita dewasa, ditambah 700
kalori pada 6 bulan pertama untuk membeikan ASI eksklusif dan 500 kalori pada
bulan ke tujuh dan selanjutnya
Menganjurkan ibu untuk terus menjaga personal hygiene/perawatan luka jahitan
perineum seperti saat setelah BAK atau BAB untuk mencuci atau membilas dari depan
kebelakang dan selalu mencuci tangan menggunakan air dingin membersihkan dimulai
dari bagian depan kearah belakang menggunakan, tetapi luka jahitan masih dalam
keadaan basah hindari menyentuh daerah luka dengan cara menekan, mengganti
pakaian dalam yang bersih, pembalut sedikitnya 4 kali dalam sehari. Ibu bersedia
menjaga personal hygiene sesuai anjuran. Sesuai teori dalam (Maritalia, 2017).
Karena Vagina merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki mikroorganisme yang
dapat menjalar ke rahim. Pada masa nifas yang berlangsung selama lebih kurang 40
hari, kebersihan vagina perlu mendapat perhatian lebih. Hal ini tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan dilahan praktek

58
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang penulis dapatkan, dalam pengelolaan kasus Ny T
umur 26 tahun P1A0 12 jam postpartum dengan ASI tidak lancar di Klinik Rawat
Inap Rahayu maka penulis mengambil kesimpulan bahwa :
1. Pengkajian Data Subjektif pada Ny. T umur 26 tahun P1A0 12 jam postpartym
terdapat hasil Ibu mengatakan khawatir ASI tidak keluar dengan lancar karena ibu
ingin menyusui bayinya dengan ASI Eksklusif.
2. Pengkajian Data Objektif pada Ny. T diperoleh hasil pemeriksaan pada pasien
secara menyeluruh yaitu pada pemeriksaan keadaan umum pasien Ny. T umur 26
tahun P1A0 12 jam postpartum pemeriksaan pada Payudara tidak ada benjolan,
kolostrum sudah keluar, ASItidak lancar, putting menonjol, areola menghitam
3. Diagnosa kebidanan pada kasus Ny. T umur 26 tahun P1A0 12 jam postpartum
dengan ASI tidak lancar.
4. Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada kasus Ny. T umur 26 tahun dari hasil
pemeriksaan ibu hasil pemeriksaan saat ini ibu dalam keadaan baik keadaan
umum dalam batas normal dan sudah dilakukan inform consent untuk dilakukan
pijat oksitosin. Ibu dan keluarga sudah mengeti tentang ASI Eksklusif dan
manfaatnya untuk ibu dan bayi.dan bersedia memberikan selama 6 bulan. Ibu dan
keluarga telah mengerti dari KIE tentang pijat oksitosin. Ibu bersedia menyusui
bayinya sesuai jadwal/atau jika bayi mulai haus. Ibu bersedia mengkonsumsi
makanan yang dianjurkan untuk pemenuhan nutrisi ibu dan bayinya. Ibu bersedia
menjaga personal hygiene sesuai anjuran
B. SARAN
4. Bagi Lahan Praktek
Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan pada ibu postpartum terhadap pijat oksitosin untuk
membantu memperlancar ASI ibu postpartum dan memberi wawasan ilmu bagi
profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus ini sesuai standar
asuhan kebidanan. Serta menambah pengetahuan keluarga pasien untuk

59
melakukan pijat oksitosin.
5. Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan bisa menerapkan ilmu dan ketrampilan yang telah diberikan
olehtenaga kesehatan tentang pijat oksitosin untuk mengatasi memperlancar ASI
yang telah diberikan.
6. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah untuk menjadikan referensi tentang pijat oksitosin
untuk mengatasi ASI tidak lancar dan bermanfaat bagi institusi pendidikan.

60
DAFTAR PUSTAKA

Achadi, E.L (2019) . Kematian Maternan dan Neonata di Indonesia. Diakses dari
www.kemkes.go.id

Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo. (2022). Jenis-Jenis ASI


https://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/614/jenis-jenis-asi
Suci Yanti. (2021). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
PADA BAYI USIA 6 BULAN KEATAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PONRE
KABUPATEN BONE. FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
HASANUDDIN
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/10889/2/K011171057_skripsi%20bab%201-2.pdf
Maritalia, D. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta. Pustaka
Belajar. Press.

Putri, D.I. 2020. 9 Bahaya Masa Nifas Yang Sering Muncul. Diakses dari
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3636376/9-bahaya-masa-nifas-yang-sering-
muncul

Silfiyana, E. 2019. Perawatan pasca persalinan yang penting diketahui. Diakses dari
www.emc.id

Walyani, E. S. W dan Purwoastuti, E. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan


Menyusui. Yogyakarta. Pustakabarupress

61
62

Anda mungkin juga menyukai