Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN AKHIR

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN BERBASIS BUDAYA


LOKAL DAN PARIWISATA
NY “SW” UMUR 23 TAHUN DENGAN PEMERIKSAAN IVA DI
PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

OLEH

NI KADEK MITA INDRAYANI P07124217058

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa /
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat yang telah beliau berikan kepada
penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan mengenai
“Laporan Kasus Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Berbasis Budaya Lokal dan
Pariwisata (Ibu dengan Gangguan Reproduksi)”
Dengan selesainya penulisan laporan pendahuluan ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu kelancaran
penulisan laporan pendahuluan ini, yakni:
1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si., M.Biomed, Selaku Ketua Jurusan Kebidanan
2. Ni Ketut Somoyani, S.ST., M.Biomed sebagai sekretaris Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
3. Ni Wayan Armini, M.Keb, sebagai ketua program studi Sarjana Terapan
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar
4. Ni Wayan Suarniti, SST., M.Keb sebagai Penanggung Jawab Mata Kuliah
5. Serta pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang
membantu penyelesaian laporan pendahuluan praktik terintegerasi ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan yang
nantinya dapat dipergunakan untuk menyempurnakan laporan selanjutnya.
Dengan demikian laporan ini penulis susun semoga dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Denpasar, Maret 2020


                                                                                                                      

                        Penulis

i
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR….........................................................................................ii

DAFTAR ISI…...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakan…........................................................................................1
B. Tujuan Praktik….......................................................................................2
C. Metode Penulisan…..................................................................................2
D. Sistematika Penulisan…............................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI
A. Asuhan yang Dapat diberikan Oleh Bidan untuk ibu dengan Gangguan
Reproduksi Pada Budaya Lokal dan Pariwisata......................................4
B. Contoh Budaya Lokal dan Pariwisata yang berhubungan dengan
Kesehatan Reproduksi...........................................................................17
C. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan Dan Standar Asuhan Dalam
Kesehatan Reproduksi….......................................................................18
D. Asuhan Kebidanan Pada Kesehatan Reproduksi...................................23
E. Pemeriksaan Vagina Swab…................................................................23
F. Pemeriksaan IVA..................................................................................26
G. Pemerikssan Pap Smear........................................................................30
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................35
BAB IV PEMBAHASAN KASUS.......................................................................39
BAB V PENUTUP................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah suatu hal yang penting bagi manusia, tanpa kesehatan
manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan sehat
menurut World Helath Organization (WHO) merupakan suatu keadaan
sejahtera meliputi fisik, mental, dan sosial yang bebas dari penyakit atau
kecacatan. Kesehatan merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia secara sosial dan ekonomi (Maulana, 2009).
Menurut WHO, 490.000 perempuan didunia setiap tahun di diagnose
terkena kanker serviks dan 80 % berada di Negara Berkembang termasuk
Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1
orang perempuan karena kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari
muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam
diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks.
Kesehatan reproduksi adalah suatu kesehatan sehat mental, fisik dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses dan bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kesehatan spiritual dan material yang layak, bertakwa pada
Tuhan yang Maha Esa, spiritual memiliki hubungan yang serasi, selaras,
seimbang antara anggota keluarga dan antar keluarga dan masyarakat dan
ligkungan (BKKBN, 1996 ).
Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker termasuk faktor-
faktor risiko dan upaya pencegahannya masih kurang. Terdapat 90-95 % faktor
risiko terkena kanker berhubungan dengan perilaku dan lingkungan. Karena itu
perlu ada suatu gerakan bersama, menyeluruh dan berkesinambungan untuk
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kanker terutama kanker serviks.
Insiden kanker serviks sebenarnya dapat ditekan dengan melakukan upaya
pencegahan primer seperti meningkatkan atau intensifikasi kegiatan
penyuluhan kepada masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat,

1
menghindari faktor risiko terkena kanker, melakukan immunisasi dengan
vaksin HPV dan diikuti dengan deteksi dini kanker serviks tersebut melalui
pemeriksaan pap smear atau IVA (inspeksi visual dengan menggunakan asam
acetat). Saat ini cakupan “screening” deteksi dini kanker serviks di Indonesia
melalui pap smear dan IVA masih sangat rendah (sekitar 5 %), padahal
cakupan “screening” yang efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian karena kanker serviks adalah 85 %. Maka untuk itu penting
melakukan screening melalui IVA untuk mengurangi kejadian kematian karena
kanker serviks di Indonesia (Nining Novita,dkk, 2016)

A. Tujuan
1. Mampu menguasai konsep asuhan ibu dengan gangguan reproduksi di
wilayah pariwisata sesuai dengan kewenangan dan kompetensi bidan
2. Mampu melakukan asuhan ibu dengan gangguan reproduksi di
wilayah pariwisata sesuai dengan kewenangan dan kompetensi bidan
B. Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan ini terdapat beberapa metode yang digunakan
yaitu:
1. Studi Kepustakaan
Metode kepustakaan dilakukan melalui penelitian langsung ke
perpustakaan, guna mencari informasi dan teori-teori yang berkaitan
dengan pelayanan keterampilan kebidanan berupa buku-buku serta
dokumen yang ada relevansinya dengan asuhan kebidanan gangguan
reproduksi.
2. Observasi
Metode observasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data
dengan mengadakan pengamatan yang sistematis, pengamatan yang
dimaksud bisa secara langsung pada dokumen atau catatan khusus.
Dengan metode observasi, mahasiswa melakukan pengamatan yang
sistematis terhadap asuhan anak dan remaja dari bidan secara langsung.

2
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan
melakukan tanya jawab yang sistematis. Melalui proses wawancara,
mahasiswa mengobservasi dan mengidentifikasi asuhan kebidanan
pada gangguan reproduksi.
4. Studi Dokumentasi
Metode studi dokumentasi merupakan metode dengan mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar,
majalah, agenda dans ebagainya. Dalam metode ini mahasiswa
mencari data mengenai asuhan kebidanan pada gangguan reproduksi
dari buku maupun catatan-catatan yang ada.

C. Sistematika Penulisan Laporan


Dalam laporan pendahuluan praktik terintegrasi ini terdiri dari lima
bab, antara lain BAB I Pendahuluan yaitu bab yang terdiri dari latar
belakang yang mengangkat mengenai pentingnya pelaksanaan praktik
terintegrasi di wahana praktik dengan pasien sebagai subjek langsung agar
dapat memberikan asuhan yang bermutu dan berkualitas. Bagian
selanjutnya yaitu tujuan praktik, metode penulisan dan sistematika
penulisan laporan. BAB II terdapat kajian teori. Selain itu juga disertakan
dengan Daftar Pustaka yang memuat sumber pustaka yang diambil atau
digunakan dalam laporan ini.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Asuhan yang Dapat diberikan Oleh Bidan untuk ibu dengan


Gangguan Reproduksi Pada Budaya Lokal dan Pariwisata
Tenaga kesehatan baik itu dokter, perawat maupun bidan akan
memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasiennya. Kita
ketahui bahwa seorang anak atau seorang anak yang menuju remaja atau
remaja yang menuju dewasa akan mengalami perubahan-perubahan
hormone pada dirinya sehingga ia akan mengalami perubahn fisik maupun
emosional.
Seorang bidan dapat memberikan asuhan kebidan yang
berhubungan denga kesehatan reproduksi pada ibu tersebut. Kesehatan
reproduksi ini dapat ia gunakan sebagai bekal untuk kehidupannya.
Biasanya seorang remaja wanita lebih nyaman berkonsultasi dengan bidan
karna bidan adalah wanita yang astinya sudah paham mengalami masalah-
masalah mengenai kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah
keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan bukan hanya
tidak adanya penyakit dan kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan
dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya (ICDP.
Cairo, 1994).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental,
dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yangberhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi,
serta prosesnya (WHO).
Kesehatan reproduksi meliputi kesehatan seksual, bertujuan untuk
meningkatkan kehidupan dan hubungan personal, bukan hanya konseling
dan perawatan yang berhubungan dengan reproduksi serta PMS.
Hubungan seksual tidak hanya dianggap sebagai alat untuk reproduksi,
tetapi terdapat maakna yang lebih dalam. Hubungan seksual merupakan
komponen penting untuk meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan

4
sosial yang utuh, dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau ketunadayaan
(ICPD. Cairo, 1994 dan Konferensi nternasional Wanita. Beijing, 1995).
1. Ruang Lingkup
a. Gangguan Sistem Reproduksi
1) Gangguan kesehatan berkaitan dengan kehamilan
2) Kendali sosial budaya terhadap kesehatan reproduksi
3) Kebijakan pemerintahan terhadap kesehatan reproduksi (UU)
4) Tersedianya pelayanan (essensial & komprehensif)
5) Dampak industrialisasi dan perubahan lingkungan terhadap
kesehatan reproduksi
b. Gender dan Seksualitas
1) Kebijakan pemerintah terhadap masalah gender dan seksualitas
2) Pengendalian sosial/norma budaya
3) Seks dan remaja
4) Perlindungan terhadap perempuan
c. Kehamilan tidak diinginkan
d. Kekerasan dan Perkosaan terhadap perempuan

2. Jenis-jenis gangguan reproduksi pada wanita


a. Keputihan

Keputihan tidak normal termauk dalam macam-macam penyakit


kelamin wanita yang perlu diwaspadai. Cairan pada keputihan
merupakan kondisi normal yang berfungsi untuk melembapkan,
membersihkan, dan mencegah terjadinya infeksi pada vagina. Pada
kondisi normal, cairan keputihan berwarna jernih atau putih dengan
tekstur sedikit encer, agak tebal, dan lengkat. Namun, apabila
cairan keputihan berwarna kehijauan, keabu-abuan, bahkan kuning
seperti nanah dan bercampur bercak darah maka kamu perlu
waspada.

Jika kondisi terjadi demikian, memungkinkan ada masalah


kesehatan pada vagina kamu. Gejala keputihan berlebihan lainnya

5
juga disertai dengan bau yang tidak sedap, bengkak atau
kemerahan, gatal hingga terbakar, nyeri sekitar perut bawah, dan
nyeri saat berhubungan seksual. Ketika mengalami keputihan tidak
normal dan diikuti dengan gejala lainnya seperti demam, kelelehan,
nyeri perut, sering buang air kecil, dan menurunnya berat badan
tanpa sebab maka bersegeralah konsultasi dengan dokter. Penyebab
keputihan tidak normal ini beragam. Pada kebanyakan kasus
keputihan berlebihan merupakan pertanda terjadinya peradangan
pada vagina maupun mulut serviks. Kondisi ini dipengaruhi oleh
bakteri, protozoa, dan jamur.

b. Vulvovaginitis dan nonmenstrual 

Vulvovaginitis adalah peradangan vulva dan vagina yang dapat


diakibatkan oleh iritasi (seperti sabun cuci atau sabun mandi).
Kebersihan diri yang tidak dikelola dengan baik juga dapat
menyebabkan peradangan. Vulvovaginitis juga dapat disebabkan
oleh pertumbuhan jamur candida yang menempel pada vagina.
Gejala yang ditimbulkan oleh vulvovaginitis meliputi kemerahan
dan gatal-gatal di daerah vagina dan vulva dan bahkan juga bisa
mengakibatkan keputihan. Sebanyak 30 persen wanita
berkemungkinan besar mengalami vaginitis atau peradangan
vagina. Jadi tiga dari empat wanita mengalaminya masalah ini.
Kemudian ada juga pendarahan vagina tetapi bukan karena
menstruasi (nonmenstrual), keadaan ini paling sering disebabkan
oleh adanya benda asing dalam vagina atau disebabkan karena
terjadi pendarahan pada uretra, karena uretra adalah bagian yang
mudah berdarah bila terkena benturan. Perdarahan nonmenstrual
juga bisa disebabkan oleh cedera saat bersepeda, senam, aktivitas
yang keras dan bisa juga disebabkan trauma pada vagina karena
pelecehan seksual.

6
c. Disminorea dan Amenorea

Secara garis besar gangguan haid terbagi pada tiga kondisi, yakni
Menorrhagia, Amenorea, dan Dismenorea. Menorrhagia
merupakan kondisi perdarahan haid yang banyak atau lama.
Dysmenorrhea merupakan kondisi nyeri pada saat mengalami haid
dan terjadi pada 50-90 persen wanita usia reproduksi.

Amenorea, terjadi saat seorang perempuan belum memulai periode


menstruasinya setelah beranjak 16 tahun atau 3 tahun setelah masa
pubertas, belum menunjukkan tanda-tanda pubertas saat berusia 14
tahun, atau memiliki periode menstruasi yang normal tetapi
berhenti menstruasi mendadak tanpa alasan yang diketahui (selain
kehamilan).

d. Fibroid rahim

Salah satu masalah reproduksi wanita yang mungkin terjadi adalah


masalah pada rahim. Saat melakukan pemeriksaan panggul, dokter
mungkin akan menemukan pertumbuhan tumor jinak di dalam
rahim yang disebut fibroid rahim. Pertumbuhan fibroid rahim
biasanya tidak menimbulkan gejala, namun dapat tumbuh cukup
besar sehingga dapat menyerupai kehamilan.

e. Infeksi menular seksual (IMS)

Penyakit pada sistem reproduksi wanita lain yang mungkin terjadi


adalah infeksi menular seksual (IMS). IMS adalah infeksi yang
ditularkan melalui berhubungan seksual. Penyakit ini lebih mudah
ditularkan, jika Anda tidak menggunakan pengaman saat hubungan
seks. Beberapa bentuk umum dari IMS, yakni klamidia, herpes
genital, trikomoniasis, dan HPV.

7
3. Tujuan Kesehatan Reproduksi
Meningkatkan kemandirian dalam mengatur fungsi dan proses
reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya sehingga hak-hak
reproduksi dapat terpenuhi.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan dan Kesejahteraan
Wanita
Terdapat 12 faktor yang mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan wanita menurut Center for Women Policy Studies
(2000). Faktor – faktor ini terdiri dari :
a. Kemiskinan
Angka kemiskinan terus meningkat setiap tahunnya akibat
berbagai masalah yang terjadi di dunia. Kondisi tersebut jga terjadi
di Indonesia, yang sampai saat ini masih mengalami krisis
multidimensi. Kemiskinan menimbulkan status kesehatan individu
yang rendah, terutama pada wanita dan anak-anak. Biasanya
jumlah wanita yang hidup digaris kemiskinan lebih tinggi dari pada
jumlah pria yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi
tersebut terjadi akibat keterbatasan akses wanita terhadap sumber
ekonomi, seperti lapangan pekerjaan, kepemilikan harta benda,
pendidikan dan pelatihan.
Kemiskinan meliputi ketidakmampuan individu untuk
mencukupi kebutuhan dasar manusia yang pokok, termasuk
makanan, minuman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah tinggal,
pendidikan dan informasi. Hal tersebut tidak hanya bergantung
pada pendapatan, tetapi juga akses terhadap pelayanan sosial (UN,
1995).
Rata-rata wanita dari golongan ekonomi bawah menikah pada
usia dini dan memiliki frekuensi penggunaan kontrasepsi yang
lebih rendah dibandingkan wanita dari golongan ekonomi atas
dalam satu populasi.

8
b. Pendidikan
Pada athun 1999, angka melek huruf pada anak perempuan
berusia di atas 9 tahun lebih rendah dibandingkan anak laki-laki
seusianya, dengan ratio perbandingan 86:94. Persentase anak
perempuan yang mendaftar Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1997
sedikit lebih rendah daripada anak laki-laki sedan ratio
perbandingan 92:97. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) pada tahun 2002-2003 menunjukan bahwa hanya 62%
wanita yang menjalani tingkat SD, baik tamat maupun tidak.
Setiap individu harus menyadari bahwa pendidikan merupakan
hak asasi manusia. Selain itu, pendidikan juga menjadi sarana
penting dalam mencapai kesetaraan, pengembangan kompetensi,
dan perdamaian. Hal tersebut berbeda dengan kenyataan yang
terjadi. Hingga saat ini, anak perempuan masih mengalami
diskriminasi pendidikan akibat pandangan budaya yang keliru,
pernikahan paksa, kehamilan dini, keterbatasan akses pendidikan,
materi pendidikan yang bias gender dan kemiskinan.
c. Penyediaan layanan kesehatan
Faktor yang berkontribusi terhadap kesehatan dan kesehatan
reproduksi individu adalah takdir, individu itu sendiri, politisi, dan
penyedia pelayanan kesehatan. Hal utama yang muncul dalam
upaya meningkatkan kesehatan wanita umumnya berasal dari
kondisi sosial, ekonomi, budaya, atau kondisi lain yang
menghambat wanita untuk mengakses layanan kesehatan (WHO,
1998 dalam Fathala, 2003). Masalah lainnya adalaah pemenuhan
sumber daya tenaga kesehatan.
Pola pelayanan kesehatan yang efisien akan memberi hasil
positif terhadap upaya peningkatan kesehatan reproduksi. Akan
tetapi, realisasi pola pelayanan kesehatan yang efisien masih jauh
dari kenyataan. Hingga kini, pelayanan kesehatan yang tidak
efektif masih ditemukan, seperti kurangnya sumber daya,

9
pemanfaatan layanan kesehatan yang rendah, dan penanganan
medis yang berlebihan (Fathalla, 1986).
d. Kekerasan terhadap wanita
Kekerasan terhadap wanita adalah setiap tindak kekerasan
berbasis gender yang berakibat pada kesengsaraan dan penderitaan
wanita secara fisik, seksual dan psikologi termasuk ancaman
tindakan tertentu, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum ataupun
dalam kehidupan pribadi.
Hampir 1 dari 4 wanita pernah menjadi korban tindak
kekerasan yang dilakukan oleh pasangan atau individu terdekatnya.
Wanita dan anak perempuan merupakan subjek kekerasan fisik,
seksual, dan psikologis. Kekerasan tersebut terjadi tanpa dibatasi
oleh status ekonomi dan budaya, baik di kehidupan pribadi maupun
masyarakat.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang profesional yang
memiliki lebih banyak waktu bersama wanita di sepanjang siklus
kehidupan, memiliki peran strategis dalam mengkaji dan
mengidentifikasi tanda dan gejala yang ditunjukkan wanita korban
kekerasan.
e. Konflik bersenjata
Selama terjadi konflik bersenjata pemerkosaan merupakan
tindakan yang sering terjadi, akibantnya banyak wanita yang
menjadi korban pelecehan seksual hingga diperdagangkan dengan
tujuan untuk melemahkan kondisi lawan secara psikologis.
Wanita yang menjadi korban pemerkosaan atau penyiksaan
akan mengalami masalah fisik, psikologis, dan sosial. Salah satu
masalah sosial yang dapat timbul adalah pengasingan dari
lingkungan sekitar. Tindakan tersebut dilakukan karena adanya
pandangan bahwa wanita korban pemerkosaan telah ternoda.

10
f. Perekonomian
Wanita jarang dilibatkaan dalam pengambilan keputusan
ekonomi dan sering diperlakukan tidak adil. Misalnya, wanita
mendapatkan upah yang lebih rendah, menjadi objek pelecehan
seksual, memiliki hak reproduksi yang terbatas, kondisi kerja yang
tidak memadai, dan kesempatan kerja profesional yang juga
terbatas.
Status sosial ekonomi yang rendah membahayakan kesehatan
wanita, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tingkat
perekonomian global yang rendah akan mempengaruhi tingginya
angka pelacur, yang juga akan berdampak pada peningkatan
penyebaran PMS.
g. Pengambilan keputusan
Peran pengambilan keputusan juga mempengaruhi penyebab
kematian ibu. Tiga faktor yang mempengaruhi kematian ibu antara
lain keterlambatan mengambil keputusan di rumah ; keterlambatan
mencapai fasilitas kesehatan, yang sering disebabkan oleh
hambatan transportasi ; dan keterlambatan melakukan penanganan
di fasilitas kesehatan.
Sosial budaya di kebanyakan negara, yang cenderung bias
gender, sering memposisikan wanita sebagai masyarakat kelas dua
dan pelaksana keputusan yang di ambil oleh pria.. hingga saat ini,
banyaak anak perempuan dan wanita dewasa meninggal setiap
tahunnya akibat pandangan wanita sebagai masyarakat kelas dua.
Beberapa contoh perlakuan wanita sebagai masyarakat kelas dua
antara lain, pasangan akan menentukan jumlah anak, lokasi
melaahirkan, penolong persalinan, dan kontrasepsi yang digunakan
oleh wanita.

11
h. Mekanisme institusi
Wanita sering disudutkan dalam struktur pemerintahan.
Misalnya, wanita tidak memiliki mandat yang jelas, sumber daya
yang terbatas dan dukungan yang rendah dari politisi nasional.
i. Pemenuhan hak asasi manusia
Hak asasi manusia bersifat universal sehingga pemerintah
berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan wanita dan anak-anak,
bukan hanya pria. Salah satu hak asasi manusia yang dapat
dipenuhi pemerintah adalah ketersediaan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan tidak bias gender.
Beberapa studi menunjukan bahwa pelanggaran hak asasi
manusia paling sering terjadi pada wanita, pelanggaran tersebut
dapat berupa diskriminasi berbasis gender, yang dapat dimulai
sejak bayi perempuan lahir dan biasanya dilakukan oleh keluarga.
Faktor-faktor penyebab diskriminasi adaalah kemiskinan dan
padangan budaya mengenai nilai pekerjaan wanita.
j. Media
Media berpengaruh besar terhadap perilaku seks pranikah pada
remaja. Televissi, video, internet atau majalah merupakan beberapa
media pilihan remaja untuk mendapatkan informasi seks. Pesan
dan gambar di media diketahui dapat mempengaruhi pengetahuan
sikap dan perilaku remaja tentang kekerasan dan penyerangan,
hubungan seksual, gangguan makan dan obesitas, penggunaan zat
terlarang, serta prestasi di sekolah.
Media masih terus mempublikasikan citra negatif dan
merendahkan wanita, seperti kekerasan, pelecehan, dan pornografi
yang berdampak buruk bagi wanita.
k. Lingkungan
Kerusakan alam menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan,
kesejahteraan, dan kualitas hidup masyarakat, terutama wanita.
Lingkungan adalah faktor pemicu perilaku seksual berisiko pada
remaja. Remaja yang tinggal di daerah kumuh, dengan angka

12
penyalahgunaan zat, tindakan kekerasan, dan kelaparan yang
tinggi, cenderung memiliki usia aktif secara seksual yang lebih
dini. Hal tersebut juga mempengaruhi usia individu untuk memiliki
anak. Remaja yang tinggal di daeraah perkotaan berisiko tinggi
mengalami gangguaan kesehatan dan menerima dampak sosial
akibat aktivitas hubungan seksual yang tidak terlindungi di usia
yang lebih dini (Kinsman et al., 1998).
l. Diskriminasi
Diskriminasi adalah perlakuan yang lazim diterima oleh wanita
sejak awal kehidupan mereka. Perilaku dan praktik yang
membahayakan kelangsungan hidup wanita masih sering
dilakukan, seperti mutilasi genetalia, perilaku seksual yang
menyimpang, atau hubungan seksual tidak aman.
Perlindungan hukum yang kurang atau kegagalan penerapan
hukum menyebabkan anak-anak dan wanita rentan mengalami
kekerasan. Hal tersebut membuat anak-anak dan wanita berisiko
mengalami masalah yang timbul akibat tindakan yang dilakukan
sebelumnya, seperti terinfeksi HIV/AIDS karena melakukan
hubungan seksuaal yang tidak aman.
5. Indikator Kesehatan Reproduksi
WHO pada tahun 2001, mengajukan beberapa indikator kesehatan
reproduksi dalam lingkup nasional maupun global, yang meliputi
kesehatan ibu dan anak serta penggunaan kontrasepsi. Indikator
tersebut antara lain:
a. Total fertility rate (TFR), yaitu jumlah total anak yang dilahirkan
selama usia subur jika wanita saat ini berada pada usia yang tepat
untuk melahirkan.
b. Prevalensi penggunaan kontrasepsi, yaitu persentase wanita usia
subur (15-49 tahun), atau pasangan, yang menggunakan minimal
satu metode kontrasepsi pada satu waktu tertentu.
c. Maternal mortality ratio (MMR) merupakan jumlah kematian ibu
setiap tahunnya per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu adalah

13
kematian wanita dalam masa kehamilan atau dalam waktu 42 hari
sejak kehamilannya berakhir, tanpa memperhatikan durasi
kehamilan, akibat berbagai penyebab dan penatalaksanaan yang
berhubungan dengan atau memperburuk kondisi kehamilan, tetapi
tidak disebabkan oleh kecelakaan atau kasus insidental.
d. Cakupan asuhan antenatal, yaitu persentase dari wanita yang yang
berkunjung, minimal 1 kali selama masa kehamilan, ke fasilitas
kesehatan yang dikelola oleh tenaga terlatih (selain tenaga
penolong persalinan tradisional yang terlatih atau tidak terlatih)
untuk berbagai alasan yang berkaitan dengan kehamilan.
e. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih yang
digambarkan melalui persentase kelahiran bayi yang ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih (selain tenaga penolong persalinan
tradisional yang terlatih atau tidak terlatih).
f. Ketersediaan perawatan obstetri neonatal essensial dasar
(PONED), yaitu jumlah fasilitas yang dilengkapi PONED per 500
ribu populasi. PONED seharusnya meliputi pemberian antibiotik
parental, oksitosin, sedatif untuk penanganan eklampsia, dan
pengeluaran plasenta atau sisa secara manual.
g. Ketersediaan perawatan obetri neonatal essensial komprehensif
(PONEK), yaitu jumlah fasilitas yang memberi pelayanan PONEK
per 500 ribu populasi. PONEK meliputi pelayanan PONED yang
ditambah dengan pelayanan pembedahan, anastesi dan transfusi
darah.
h. Perinatal mortality rate (PMR), yaitu jumlah kematian perinatal
per 1000 total kelahiran. Kematian perinatal terjadi selama masa
kehamilan akhir (usia kehamilan 22 minggu atau lebih), selama
kelahiran bayi,dan hingga 1 minggu setelah kelahiran.
i. Prevalensi berat bayi lahir rendah (BBLR) merupakan persentase
kelahiran hidup bayi yang memiliki berat lahir rendah (<2.500
gram).

14
j. Prevalensi serologi sifilis positif pada ibu hamil, yaitu persentase
ibu hamil, berusia 15-24 tahun, yang menjalani skrining sifilis
dengan hasil serologi positif.
k. Prevalensi anemia pada wanita merupakan persentase wanita usia
subur, berusia 15-49 tahun, yang menjalani skrining anemia
dengan hasil pemeriksaan menunjukkan kadar Hb<11 gr/dL untuk
ibu hamil dan <12 gr/dL untuk wanita yang tidak hamil.
l. Persentase induksi aborsi yang diperoleh secara dan ginekologi,
yaitu persentase kasus yang mendapat pelayanan obstetri dan
ginekologi tertentu, seperti aborsi, aborsi spontan dan induksi
selain terminasi kehamilan yang yang direncanakan.
m. Pervalensi sunat pada wanita (FGM), yaitu persentase wanita yang
menjalani sunat berdasarkan hasil wawancara dalam survey di
masyarakat.
n. Prevalensi infertilitas pada wanita, yaitu persentase wanita berusia
15-49 tahun yang tidak hamil meskipun aktif melakukan hubungan
seksual tanpa menggunakan kontrasepsi dan tidak sedang
menyusui, yang menyatakan berusaha untuk hamil selama 2 tahun
atau lebih.
o. Insiden uretritis pada pria yang dilaporkan adalah persentase pria
yang berusia 15-49 tahun yang melaporkan episode uritritis selama
12 bulan terakhir dalam wawancara saat survey di masyarakat.
p. Prevalensi HIV pada ibu hamil, yaitu persentase ibu hamil berusia
15-24tahun yang menjalani skrining HIV dengan hasil serologi
positif.
q. Pengetahuan tentang HIV yang berkaitan dengan praktik
pencegahan adalah persentase seluruh responden yang
mengidentifikasi secara benar 3 upaya pencegahan penularan
seksual HIV dan yang menjawab adalah terkait penularan HIV atau
pencegahannya.

15
6. Masalah – Masalah Kesehatan Reproduksi
Isu terkait kesehatan reproduksi meliputi kesehatan ibu dan anak,
terutama kesehatan wanita sebelum dan selama kehamilan, pada saat
persalinan, selama masa nifas, serta masa antara kehamilan; isu
kesehatan anak dari bayi baru lahir hingga usia dibawah lima tahun,
seperti BBLR, kematian perinatal, dan anemia; dan isu penularan,
pencegahan, dan penanganan HIV/AIDS, infertilitas, serta sunat pada
wanita. Isu tersebut menjadi dasar indikator kesehatan reproduksi yang
ditetapkan WHO.
7. Hak – Hak Reproduksi
a. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
b. Hak mendapat pelayanan dan kesehatan reproduksi
c. Hak untuk kebebasan berfikir dan membuat keputusan tentang
kesehatan reproduksinya.
d. Hak untuk memutuskan jumlah dan jarak kelahiran anak
e. Hak untuk hidup dan terbebas dari resiko kematian karena
kehamilan, kelahiran karena masalah jender.
f. Hak atas kebebasan dan pelayanan dalam pelayanan kesehatan
reproduksi
g. Hak untuk bebas dari penganiayan dan perlakuan buruk yang
menyangkut kesehatan reproduksi
h. Hak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan reproduksi
i. Hak atas kerahasiaan pribadi dalam menjalankan kehidupan dalam
reproduksisnya
j. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
k. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam berpolitik
yang bernuansa kesehatan reproduksi
l. Hak atas kebebasan dari segala bentuk diskriminasi dalam
kesehatan reproduksi.

16
B. Contoh Budaya Lokal dan Pariwisata yang berhubungan dengan
Kesehatan Reproduksi
Ada beberapa kebudayaan yang sangat kental sehubungan dengan
kesehatan repoduksi yaitu:

1. Tamanan kayu rapet untuk berbagai masalah kesehatan terutama


untuk kesehatan kewanitaan seperti keputihan . Kayu rapet ini
memiliki kandungan avonoid, polifenol, saponim, tannin, asam
protokatekol, stomakin, antipirentik, dan desinfektasn. Kayu rapet
dapat mengatasi keluhan kaputihan Anda saat ini. Caranya adalah
dengan mengkonsumsi air rebusan kayu rapet secara rutin.

2. Membersihkan vagina adengan rebusan air daun sirih. Rebusan air


sirih dipercaya dapat membunuh bakteri yang ada di sekitar organ
reproduksi dan dapat mengencangkan daerah kewanitaan.

3. Tamanan kunyit dipercaya dapat meredakan nyeri saat haid dan


memperlancar haid, saat ini ada beberapa minuman yang populer
untuk meredakan nyeri haid salah satunya yaitu kiranti.

4. Tanaman buah manjakani sebagai anti bakter dan jamur. Dilansir


dari berbagai sumber, buah manjakani Persia dikenal selama
berabad-abad sebagai bahan alami yang mampu merawat area
kewanitaan. Buah itu berbahan gallic acid dan tannic acid yang
dikenal sebagai zat antibakteri sekaligus mampu merawat kulit dan
mencegahnya dari infeksi jamur. Tak hanya itu, buah Manjakani
juga berbahan aktif seperti phenols, flavonoid, dan steroid, juga
dikenal sebagai zat anti radang yang mampu merawat area
kewanitaan.

17
C. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan Dan Standar Asuhan Dalam
Kesehatan Reproduksi
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis
mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. (Buku 50 tahun IBI; 2007)
2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan Pada Asuhan Kesehatan
Reproduksi
a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, yaitu: Riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik pada kesehatan, Meninjau catatan terbaru atau
catatan sebelumnya, Meninjau data laboratorium dan
membandingkan dengan hasil studi. Pada langkah pertama ini
dikumpulakan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data
dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang
perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi
bidan akan melakukan konsultasi.
b. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar
terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh
bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh yaitu
wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses
persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi.
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur

18
standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah
yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.
c. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah
Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,
bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atu masalah
potensial benar-benar terjadi.
19
d. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan
Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama
asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya
pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin
saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak
(misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir,
distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang
dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi
dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa
saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter.

19
e. Langkah V (kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini
informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
f. Langkah VI(keenam) : Melaksanaan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien
dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim
kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien.
g. Langkah VII (Terakhir) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa.
3. Kompetensi Dasar Dalam Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi
Kompetensi dasar dalam asuhan kebidanan kesehatan reproduksi
yang harus dimiliki seorang bidan menurut Kepmenkes RI nomor
369/Menkes/SK/III/2007, yaitu tertuang dalam Kompetensi Ke-9 yaitu
: Melaksanakan asuhan kebidanan kepada wanita/ibu dengan gangguan
sistem reproduksi.
Pengetahuan dasar :
a. Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit
menular seksual (PMS), HIV/AIDS
b. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit menular
seksual yang lazim terjadi

20
c. Tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi
meliputi : keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan tidak
haid

Keterampilan dasar :
a. Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem
reproduksi
b. Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus
spontan
c. Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada
ibu/wanita dengan gangguan sistem reproduksi
d. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan
pada gangguan sistem reproduksi meliputi : keputihan, perdarahan
tidak teratur, dan penundaan haid
e. Mikroskop dan penggunaannya
f. Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear
4. Kompetensi Tambahan dalam Asuhan Kesehatan Reproduksi
Kompetensi tambahan dalam asuhan kebidanan kesehatan
reproduksi yang harus dimiliki seorang bidan menurut Kepmenkes RI
nomor 369/Menkes/SK/III/2007, yaitu tertuang dalam Kompetensi Ke-
9 yaitu : Melaksanakan asuhan kebidanan kepada wanita/ibu dengan
gangguan sistem reproduksi.
Keterampilan tambahan :
a. Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina
b. Mengambil dan mengirim sedian pap smear
5. Peningkatan Kesehatan Reproduksi Untuk Mencapai SDGs
a. Tujuan 1 : Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk
dimanapun.
b. Tujuan 2 : Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan
nutrisi yang lebih baik dan mendukung pertanian berkelanjutan.
c. Tujuan 3 : Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung
kesejahteraan bagi semua untuk semua usia.

21
d. Tujuan 4 : Memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas
setara, juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi
semua.
e. Tujuan 5 : Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan
semua perempuan dan anak perempuan.
f. Tujuan 6 : Memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih
yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua.
g. Tujuan 7 : Memastikan akses terhadap energi yang terjangkau,
dapat diandalkan, berkelanjutan dan modern bagi semua.
h. Tujuan 8 : Mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif dan pekerjaan
yang layak bagi semua.
i. Tujuan 9 : Membangun infrastruktur yang tangguh, mendukung
industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan dan membantu
perkembangan inovasi.
j. Tujuan 10 : Mengurangi ketimpangan didalam dan antar negara.
k. Tujuan 11 : Membangun kota dan pemukiman yang inklusif, aman,
tangguh dan berkelanjutan.
l. Tujuan 12 : Memastikan pola konsumsi dan produksi yang
berkelanjutan.
m. Tujuan 13 : Mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan
iklim dan dampaknya.
n. Tujuan 14 : Mengkonservasi dan memanfaatkan secara
berkelanjutan sumber daya laut, samudra dan maritim untuk
pembangunan yang berkelanjutan.
o. Tujuan 15 : Melindungi, memulihkan dan mendukung penggunaan
yang berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan
secara berkelanjutan, memerangi desertifikasi (penggurunan), dan
menghambat dan membalikkan degradasi tanah dan menghambat
hilangnya keanekaragaman hayati.
p. Tujuan 16 : Mendukung masyarakat yang damai dan inklusif untuk
pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan

22
bagi semua dan membangun institusi-institusi yang efektif,
akuntabel dan inklusif di semua level.
q. Tujuan 17 : Menguatkan ukuran implementasi dan merevitalisasi
kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan.

D. ASUHAN KEBIDANAN PADA KESEHATAN REPRODUKSI


1. Pemeriksaan Vaginal Swab
a. Pengertian
Vaginal Swab atau swab vagina atau pemeriksaan apus vagina dengan
cara mengambil sediaan seperti lendir yang terdapat pada daerah vagina
untuk diperiksa sel-sel yang terkandung di dalamnya dengan
menggunakan bantuan atau melihat sediaan dibawah mikroskop. Vagina
swab adalah pemeriksaan cairan dari vagina dengan usapan, hasil usapan
lalu ditambahkan cairan fisiologis dan garam lalu ditunggu selama 4-5
menit. (Nisa, 2014)
b. Syarat Melakukan Pemeriksaan Vaginal Swab
Indikasi melakukan vaginal swab atau swab vagina untuk mengambil
High Vagina Swab yaitu contoh spesisemen jika seseorang mengalami
discharge (keputihan) yang banyak/ abnormal dari vagina. Dilakukan
pada pasien-pasien yang terkena infeksi berulang. Misalnya, keputihan
yang berulang atau radang panggul yang tidak kunjung sembuh.
c. Pengkajian Data Fokus Pemeriksaan Vaginal Swab
Data Subjektif
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat maupun
kondisi kesehatan yang di alami oleh klien, informasi ini dapat
ditentukan melalui informasi atau komunikasi.
1) Identitas pasien
Dikaji agar tidak terjadi kekeliruan antara pasien satu dengan yang
lainnya.
2) Keluhan utama

23
Keluhan utama merupakan alasan bagi pasien untuk datang ketempat
bidan/klinik, yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (Varney,
2004).

3) Riwayat keluhan utama


Riwayat keluhan utama yaitu berapa lama keluhan yang dialami
pasien dan untuk mengetahui sudah pernah berobat kemana saja
4) Riwayat menstruasi
Digunakan untuk mengkaji tentang riwayat menarch, siklus
menstruasi, volume, berapa lama menstruasi, banyaknya menstruasi,
keluhan, dan untuk mengetahui hari pertama menstruasi serta hari
terakhir menstruasi.
5) Personal hygine
Dikaji untuk mengetahui berapa kali dalam sehari klien menjaga
kebersihan diri, seperti mandi, menggosok gigi, keramas, mengganti
pakaian dan cara membasuh vulva.
6) Terasa gatal pada sekitar vagina
Dikaji untuk mengetahui apakah pada saat keluar keputihan disertai
rasa gatal – gatal sekitar vagina atau tidak
7) Keputihan yang berlebih
Dikaji untuk mengetahui apakah keluar keputihan sering atau tidak
8) Keputihan berbau tidak biasa dan cenderung menyengat
Dikaji untuk mengetahui keputihan yang keluar apakah berbau
menyengat atau tidak
9) Warna keputihan
Dikaji untuk mengetahui apakah warna dari keputihan yang dialami
fisiologis atau tidak karena fisiologisnya warna keputihan adalah
bening
10) Tekstur Keputihan
Dikaji untuk mengetahui bagaimana tekstur keputihan, apakah tekstur
keputihan menjadi lebih kental, dan menggumpal yang disertai rasa
gatal

24
Data Objektif
Data yang diperoleh melalui hasil observasi tenaga kesehatan dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnosis lain.
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum dapat diamati meliputi adanya kecemasan yang
dialami pasien.
b) Tekanan darah
Dikaji untuk menetahui tekanan darah klien dalam batas normal
atau sebaliknya yang berhubungan dengan kondisi pasien.
c) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan, apakah ada normal atau tidak, suhu
normal 36,5–37,5°C
d) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit. Batas
normal 60-100 kali permenit.
e) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung
dalam menit. Batas normal 16-20 kali per menit
2) Pemeriksaan fisik genetalia
Pemeriksaan genetalia yang dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan atau pengambilan apusan yang kemudian dibawa ke
laboratorium untuk diperiksa apakah ada kelainan atau tidak
3) Pemeriksaan penunjang seperti melakukan pemeriksaan sediaan atau
apusan ke laboratorium untuk mengetahui apakah ada kelainan
Pemeriksaan vaginal swab :
Vaginal swab atau swab vagina diperiksa menggunakan "Cotton Swab"
untuk mengambil sedikit spesimen (contoh) cairan vagina untuk
mengetahui jenis organisme atau penyebab gangguan genital dan
menentukan diagnosa.

25
2. Pemeriksaan IVA
a. Pengertian IVA
IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) adalah pemeriksaan leher rahim
(serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher
rahim setelah mengoleskan leher rahim dengan larutan asam asetat 3
sampai dengan 5%.  Dengan cara ini kita dapat mendeteksi kanker rahim
sedini mungkin. Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan yang
dilakukan untuk untuk mendeteksi kanker leher rahim dan juga skrining
alternatife dari pap smear karena biasanya lebih murah, praktis, sangat
mudah untuk dilaksanakan dan peralatan yang digunakan lebih
sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter
ginekologi. Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara
melihat serviks yang telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo.
Setelah serviks diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna
pada serviks yang dapat diamati secara langsung dan dapat dibaca
sebagai normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit
untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada jaringan epitel. Efek
akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian asam
asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah
homogen) dan bercak putih (displasia). (Wijaya Delia, 2010)

26
b. Syarat Pemeriksaan IVA
Ada beberapa syarat dalam melakukan IVA test yaitu, (Heni, 2013) :
1) Sudah pernah melakukan hubungan seksual.
2) Tidak sedang dalam keadaan menstruasi.
3) Tidak sedang hamil.
4) Tidak melakukan hubungan seksual dalam jangka waktu 24 jam.
5) Tidak sedang menggunakan obat-obatan pada vagina
c. Kategori Pemeriksaan IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2014) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan yaitu :
1) IVA negative adalah menunjukkan leher rahim atau serviks normal
2) IVA positif, ditemukan apabila terdapat bercak putih (aceto white),
kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks
dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis lesi
prakanker
d. Jadwal Melakukan Pemeriksaan IVA
Program Skrining Oleh WHO :
1) Skrining pada setiap wanita minimal 1 kali pada usia 35-40 tahun
2) Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55
tahun
3) Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55
tahun (Nugroho Taufan, dr. 2010:66)
4) Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita
usia 25-60 tahun.
5) Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur
hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
6) Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+)
adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun

27
e. Pengkajian Data Fokus Pemeriksaan IVA
Data Subjektif
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat maupun
kondisi kesehatan yang di alami oleh klien, informasi ini dapat
ditentukan melalui informasi atau komunikasi.
1) Identitas pasien
Dikaji agar tidak terjadi kekeliruan antara pasien satu dengan yang
lainnya.
2) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan alasan bagi pasien untuk datang ketempat
bidan/klinik, yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (Varney,
2004).
3) Riwayat keluhan utama
Riwayat keluhan utama yaitu berapa lama keluhan yang dialami
pasien dan untuk mengetahui sudah pernah berobat kemana saja
4) Keputihan yang berlebih
Dikaji untuk mengetahui seberapa sering keputihan keluar
5) Keputihan yang berbau tidak biasa dan cenderung berbau menyengat
Dikaji untuk mengetahui keputihan yang keluar apakah berbau
menyengat atau tidak
6) Warna keputihan
Dikaji untuk mengetahui apakah warna dari keputihan yang dialami
fisiologis atau tidak karena fisiologisnya warna keputihan adalah
bening
7) Tekstur Keputihan
Dikaji untuk mengetahui bagaimana tekstur keputihan, apakah tekstur
keputihan menjadi lebih kental, dan menggumpal yang disertai rasa
gatal
8) Gatal-gatal di sekitar vagina
Dikaji untuk mengetahui apakah pada saat keluar keputihan disertai
rasa gatal – gatal sekitar vagina atau tidak

28
9) Nyeri saat berhubungan seksual
Dikaji untuk mengetahui apakah ada rasa nyeri saat berhubungan
seksual atau tidak
Data Objektif
Data yang diperoleh melalui hasil observasi tenaga kesehatan dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnosis lain.
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum dapat diamati meliputi adanya kecemasan yang
dialami pasien.
b) Tekanan darah
Dikaji untuk menetahui tekanan darah klien dalam batas normal
atau sebaliknya yang berhubungan dengan kondisi pasien.
c) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan, apakah ada normal atau tidak, suhu
normal 36,5–37,5°C
d) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit. Batas
normal 60-100 kali permenit.
e) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung
dalam menit. Batas normal 16-20 kali per menit
f) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan klien, karena jika berat badan klien
berlebih atau kurang dapat beresiko menyebabkan komplikasi
2) Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan genetalia
Pemeriksaan genetalia yang dialkukan adalah melakukan
pengapusan pada portio menggunakan asam asetat 3-5% dan
diamkan selama 1 sampai 2 menit kemudian lihat apakah ada
perubahan warna (aceto white) pada portio

29
3. Pemeriksaan Pap Smear
a. Pengertian Pap Smear
Pap smear adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai
bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kaelainan yang
terjadi pada sel-sel leher rahim (Fitria, 2007). Pap smear adalah ilmu
yang mempelajari sel-sel yang lepas dari sistem alat kandungan wanita
(Lestadi, 2009).
b. Syarat Melakukan Pemeriksaan Pap Smear
Syarat Pendeteksian pap smear, hal-hal yang penting yang harus
diperhatikan saat melakukan pap smear menurut (Sukaca, 2009) yaitu:
1) Pengambilan dimulai minimal dua minggu setelah dan sebelum
menstruasi sebelumnya.
2) Pasien harus memberitahu kepada petugas mengenai aktivitas
seksualnya.
3) Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1 hari sebelum
pengambialn bahan pemeriksaan.
4) Pembilasan vagina dengan bahan kimia tidak boleh dilakukan dalam
24 jam sebelumnya.
5) Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang pemeriksaan
pap smear
c. Wanita yang dianjurkan tes pap smear untuk melakukan tes pap smear
biasanya mereka yang tinggi aktifitas seksualnya. Namun tidak menjadi
kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya
memeriksakan diri, (Sukaca, 2009) yaitu:
1) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah
atau belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi dan
untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual atau pernah
menderita infeksi HIV atau kutil kelamin
2) Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun.
3) Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
4) Pap tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun.

30
5) Sesudah 2 kali pap tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan
bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap smear.
6) Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun
kanker serviks.
d. Pengelompokan Pap Smear
Pengelompokan atau Pengklasifikasian pap smear (Sukaca, 2009) yaitu:
1) Kelas I, yaitu normal smear, pemeriksaan ulang dilakukan 1 tahun lagi.
2) Kelas II, menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, terkadang
disertai dengan kuman atau virus tertentu, disertai pula dengan kariotik
ringan. Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi. Pengobatanya
disesuaikan dengan penyebabnya. Bila ada radang bernanah maka akan
dilakukan pemeriksaan ulang setelah pengobatan.
3) Kelas III, dapat ditemukan sel diaknostik sedang keradangan berat,
periksa ulang dilakukan setelah pengobatan.
4) Kelas IV, telah ditemukan sel-sel yang telah mencurigakan dan ganas.
5) Kelas V, ditemukan sel-sel ganas
e. Pengkajian Data Fokus Pemeriksaan Pap Smear
Data Subjektif
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat maupun
kondisi kesehatan yang di alami oleh klien, informasi ini dapat ditentukan
melalui informasi atau komunikasi.
1) Identitas pasien
Dikaji agar tidak terjadi kekeliruan antara pasien satu dengan yang
lainnya.
2) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan alasan bagi pasien untuk datang ketempat
bidan/klinik, yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (Varney,
2004).

31
3) Riwayat keluhan utama
Riwayat keluhan utama yaitu berapa lama keluhan yang dialami pasien
dan untuk mengetahui sudah pernah berobat kemana saja
4) Keputihan yang berlebih
Dikaji untuk mengetahui seberapa sering keputihan keluar
5) Keputihan yang berbau tidak biasa dan cenderung berbau menyengat
Dikaji untuk mengetahui keputihan yang keluar apakah berbau
menyengat atau tidak
6) Warna keputihan
Dikaji untuk mengetahui apakah warna dari keputihan yang dialami
fisiologis atau tidak karena fisiologisnya warna keputihan adalah bening
7) Tekstur Keputihan
Dikaji untuk mengetahui bagaimana tekstur keputihan, apakah tekstur
keputihan menjadi lebih kental, dan menggumpal yang disertai rasa gatal
8) Gatal-gatal di sekitar vagina
Dikaji untuk mengetahui apakah pada saat keluar keputihan disertai rasa
gatal – gatal sekitar vagina atau tidak
9) Nyeri saat berhubungan seksual
Dikaji untuk mengetahui apakah ada rasa nyeri saat berhubungan seksual
atau tidak
Data Objektif
Data yang diperoleh melalui hasil observasi tenaga kesehatan dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnosis
lain.
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum dapat diamati meliputi adanya kecemasan yang
dialami pasien.
b) Tekanan darah
Dikaji untuk menetahui tekanan darah klien dalam batas normal atau
sebaliknya yang berhubungan dengan kondisi pasien.
c) Suhu

32
Untuk mengetahui suhu badan, apakah ada normal atau tidak, suhu
normal 36,5–37,5°C
d) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit. Batas
normal 60-100 kali permenit.
e) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam
menit. Batas normal 16-20 kali per menit
f) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan klien, karena jika berat badan klien
berlebih atau kurang dapat beresiko menyebabkan komplikasi
2) Pemeriksaan genetalia
Pemeriksaan genetalia yang dilakukan adalah melakukan pengambilan
specimen atau sediaan dari portio dengan menggunakan bursh kemudian
di usapkan pada objek glass lalu difiksasi dengan alkohol 95 %,
kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut
3) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti melakukan pemeriksaan sediaan atau
apusan ke laboratorium untuk mengetahui apakah ada kelainan atau tidak

A. Interpretasi Data Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi


Interpretasi data (data dari hasil pengkajian) mencakup diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa masalah yang spesifik.
1. Diagnosa dan Masalah
Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup praktek kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan. Dianosa kebidanan
yang ditegakkan pada ibu adalah Ny.... umur.... tahun, dengan.....
Masalah merupakan hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney,
2004).

33
2. Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada masalah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
l yang mungkin terjadi apabila pada saat pemeriksaan terdapat acetowhite
pada porsio akan menyebabkan terjadinya kanker serviks.
B. Perencanaan Asuhan Kesehatan Reproduksi
1. Bila ditemukan bercak putih pada porsio setelah dilakukan pemeriksaan
kemudian dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap untuk
mendapatkan pemeriksaan atau pengobatan yang lebih lanjut
2. Bila ditemukan lesi pra kanker setelah dilakukan pemeriksaan kemudian
lakukan kolaborasi dengan dokter onkologi untuk mendapatkan
pemeriksaan atau pengobatan lebih lanjut

34
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “SW” UMUR 23 TAHUN DENGAN


PEMERIKSAAN IVA DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

Tanggal : 31 Maret 2020


Pukul : 09.40 wita
Tempat Pelayanan : Puskesmas II Denpasar Selatan

A. Data Subjektif
1. Identitas/Biodata
Ibu Suami
Nama Ny. YW Tn “I”
Umur 23 tahun 25 tahun
Agama Hindu Hindu
Suku/Bangsa Bali/ Indonesia Bali/ Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Alamat Rumah Jalan Tukad Yeh Aya 9 Jalan Tukad Yeh Aya 9
No HP/ Telp Rumah 087861554xxx 087861554xxx
Alamat Kerja Swasta Swasta
Jaminan Kesehatan BPJS BPJS

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan mengalami keputihan sejak 4 hari.
3. Riwayat Menstruasi atau Haid
Menarche umur : 12 tahun
Siklus haid : 28 hari
Keluhan saat haid : tidak ada
HPHT : 10 maret 2020

35
4. Riwayat Perkawinan atau pernikahan
Status perkawinan : Menikah sah
5. Riwayat Obstetri
1. Anak pertama umur 7 tahun (10-12-2013)
2. Anak kedua umur 6 tahun (21-04-2014)
6. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah memakai kontrasepsi suntik 3 bulan saat anak
pertama
7. Riwayat Kesehatan lalu dan sekarang
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit yang diderita saat ini maupun
riwayat penyakit.
8. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan tidak ada penyakit keturunan.
9. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan
a. Biologis
1) Nutrisi
Ibu mengatakan makan sebanyak 3 kali perhari dengan posri satu
piring sedang berisi nasi, 1 potong daging ayam, sayur, dan tempe .
2) Eleminasi
Ibu mengatakan BAB sebanyak 1 x/hari bersifat lembek dan tidak
ada keluhan dan untuk BAK ibu mengatakan sebanyak 3x/hari
dengan warna kuning jernih dan tidak ada keluhan
3) Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi sebanyak 2x/hari, keramas 2x/minggu, sikat
gigi 2x/hari,ganti baju 2x/hari dan mengganti pakaian dalam
sebanyak 2x/hari
4) Pola Seksual
Ibu mengatakan berhubungan seksual 2 kali/minggu
b. Psikologis
Ibu mengatakan untuk perasaan saat ini ibu merasa cemas

36
c. Riwayat sosial ekonomi
Ibu mengatakan untuk saat ini tinggal dengan anak dan suami, Ibu
mengatakan Hubungan dengan keluarga tidak baik yaitu dengan mertua,
Ibu mengatakan hubungan dengan tempat kerja baik, ibu mengatakan
kebutuhan ditanggung oleh suami, ibu mengatakan kepemilikan rumah
secara pribadi dan jenis rumah permanen, Ibu mengatakan kondisi
lingkungan tempat tinggal ibu tidak bersih yaitu air yang digunakan
sehari-hari dari sungai dan ibu tidak pernah mengalami kekerasan
d. Riwayat Spiritual
Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat beribadah
10. Pengetahuan
Ibu mengatakan tidak mengetahui tanda-tanda IMS

B. Data Objektif
Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis
BB : 58 kg TB : 160 cm TD : 120/80 mmHg S : 36,00C N: 83 kali/mnt
Res : 16 kali/mnt
1. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala Ibu dalam keadaan normal, tidak ada kelainan
b. Rambut ibu bersih, tidak ada keluhan
c. Wajah ibu Tidak ada kelainan
d. Mata ibu tidak ada kelainan
e. Pada bibir dan mulut ibu tidak ada kelainan
f. Pada gigi ibu bersih tidak ada karies gigi
g. Pada telinga ibu juga bersih, tidak ada kelainan
h. Pada leher ibu Normal tidak ada pembengkakan kelenjar limfe
i. Pada Abdomen tidak ada kelainan
j. Pada Vulva tidak ada kelainan
k. Anus Tidak ada kelainan
2. Pemeriksaan penunjang
Ibu melakukan pemeriksaan IVA

37
C. Analisa :
a. Diagnosis
Ny “YW” umur 23 tahun dengan pemeriksaan IVA
b. Masalah
Ibu belum mengetahui mengenai tanda-tanda IMS

D. Penatalaksanaan
1. Melakukan informed consent mengenai tindakan yang akan dilakukan, ibu
setuju dengan tindakan yang akan dilakukan
2. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan
IVA negatif dan pemeriksaan lainnya dalam batas normal, ibu mengerti
dengan hasil penjelasan
3. Memberikan KIE mengenai keluhan yang dialami ibu saat ini bahwa
keputihan tersebut dalam batas normal, ibu paham
4. Memberikan KIE mengenai tanda-tanda infeksi menular seksual seperti :
keputihan berbau, ada keluar nanah, gatal pada organ reproduksi, ibu paham
dengan penjelasan yang diberikan
5. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kebersihan dan rajin mengganti
pakaian dalam, ibu mengerti dan paham dengan penjelasan yang diberikan
6. Memberikan KIE mengenai pola nutrisi dan istirahat, ibu paham
7. Memberitahu kepada ibu untuk memeriksakan diri jika ada keluhan dan cek
IVA satu tahun kemudian, ibu mengerti dan bersedia melakukannya

38
BAB IV
PEMBAHASAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. YW UMUR 23 TAHUN DENGAN
KEPUTIHAN DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

Asuhan kebidanan pada kesahatan reproduksi yang dilakukan kepada Ny. YW


umur 23 tahun dengan IVA negatif yang dilaksanakan di Puskesmas 2 Denpasar
Selatan tanggal 31 Maret 2020 meliputi pengkajian data subjektif, objektif,
analisa, dan penatalaksanaan.
Data subjektif merupakan data yang diperoleh dari klien dengan cara anamnesa
baik dalam bentuk pertanyaan maupun keluhan yang dialami pasien.
Biodata mencakup nama, umur, agama, pendidikan, status perkawinan, alamat,
no hp. Nama sendiri ditanyakan agar tidak terjadi kekeliruan antara pasien, nama
pasien yang kami dapat adalah Ny. YW. Disini kami mendapatkan Ny. YW
berumur 23 tahun. Agama sendiri penting diketahui oleh seorang bidan agar dapat
dengan mudah melakukan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan budaya
agama yang dimiliki ibu. Disini kami mendapatkan agama ibu adalah agama
Hindu. Hubungan ibu dengan keluarga tidak baik terutama dengan mertua
sehingga ibu menjadi stress dan hal tersebut mengakibatkan terjadinya keputihan
sesuai dengan ajaran Tri Hita Karana hal tersebut disebut dengan Pawongan yaitu
hubungan sesama umat manusia. Selain Powongan penyebab terjadinya keputihan
pada ibu yaitu karena Palemahan dimana lingkungan sekitar ibu tidak bersih
termasuk ibu tidak menggunakan air bersih untuk menjaga kebersihan organ
reproduksi. Pendidikan penting di tanyakan agar bidan dapat menyesuaikan cara
pemberian informasi kepada pasien. Disini kami mendapatkan pendidikan ibu
adalah SMA. Alamat dan no hp sangat penting untuk diketahui agar dapat dengan
mudah menghubungi ibu bila terjadi hal-hal yang penting, disini kami mendapat
alamat ibu berada di Br. Penataran dan No. Telp. 08565047xxx
Sesuai teori keluhan yang mungkin dapat terjadi dan dirasakan oleh ibu perlu
ditanyakan agar dapat memberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan keluhan
ibu. Pada saat pengumpulan data Ny. YW mengalami keluhan berupa keputihan
selama 4 hari.

39
Pada riwayat persalinan sebelumnya, Ny. YW belum menikah dan mempunyai
2 anak.
Riwayat kontasepsi ibu sendiri sebelumnya ibu pernah menggunakan alat
kontrasepsi suntik 3 bulan.
Riwayat Kesehatan lalu dan sekarang, Ibu mengatakan tidak ada riwayat
penyakit yang pernah diderita, tidak ada penyakit yang sedang diderita, dan tidak
ada penyakit keturunan.
Pengetahuan ibu wajib ditanyakan agar kita dapat mengetahui seberapa
mengerti ibu tentang keadaan yang terjadi pada dirinya apabila terjadi hal-hal
seperti yang dijelaskan dapat menangani secara dini bila terjadi komplikasi-
komplikasi. Ny. YW belum mengetahui mengenai tanda-tanda IMS
Data objektif ibu dari keadaan umum, keadaan umum ibu baik dengan
kesadaran composmentis. Vital sign ibu didapatkan, suhu ibu 36,00C, nadi
83x/mnt, tekanan darah 110/70 mmHg, respirasi 16x/mnt. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan dilihat dari kepala ibu simetris, rambut bersih, wajah normal,
konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna putih, hidung bersih, bibir
berwana merah muda, gigi normal, telinga bersih.
Pada leher ibu diperiksa kelenjar limfe normal tidak ada pembesaran, kelenjar
tiroid normal tidak ada pembesaran dan pada vena jugularis normal tidak ada
pelebaran. Tidak ditemukan adanya kelainan pada leher.
Pada payudara diperiksa kebersihan, dan normal tiak ada kelainan payudara.
Pada vulva tidak terdapat kelainan
Pada ekstermitas bawah tidak ditemukan adanya oedema dan varises serta
tungkai ibu simetris.
Pelaksanaannya :
1. Melakukan informed consent mengenai tindakan yang akan dilakukan, ibu
setuju dengan tindakan yang akan dilakukan
2. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan
IVA negatif dan pemeriksaan lainnya dalam batas normal, ibu mengerti
dengan hasil penjelasan
3. Memberikan KIE mengenai keluhan yang dialami ibu saat ini bahwa
keputihan tersebut dalam batas normal, ibu paham

40
4. Memberikan KIE mengenai tanda-tanda infeksi menular seksual seperti :
keputihan berbau, ada keluar nanah, gatal pada organ reproduksi, ibu paham
dengan penjelasan yang diberikan
5. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kebersihan dan rajin mengganti
pakaian dalam, ibu mengerti dan paham dengan penjelasan yang diberikan
6. Memberikan KIE mengenai pola nutrisi dan istirahat, ibu paham
7. Memberitahu kepada ibu untuk melaksanakan pemeriksaan diri jika ada
keluhan dan cek IVA satu tahun kemudian, ibu mengerti dan bersedia
melakukannya

41
BAB V
PENUTUP

A SIMPULAN
Pada tanggal 31 Maret 2020 pukul 09.40 WITA di puskesmas 2 denpasar
selatan dilakukan asuhan kebidanan pada kesehatan repsoduksi pada Ny. YW
umur 23 tahun dengan IVA negatif dengan melakukan pengkajian data
subjektif dan objektif. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, dan hasilnya
IVA negatif dan pemeriksaan lainnya dalam batas normal. Dari data yang
diperoleh pada Ny. YW tidak ditemukan masalah pada Ny. YW.
Penatalaksanaan pada Ny.YW telah dilakukan sesuai dengan rencana
tindakan yang diberikan pada Ny. YW, Ny. YW mengerti dan paham
mengenai penjelasan bidan, serta bersedia melaksanakan anjuran-anjuran
bidan.

B SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan baik teori dan melatih diri
dalam melakukan Asuhan Kebidanan Pada Kesehatan Reproduksi sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan sesuai dengan prosedur yang ada.
2. Bagi Wanita
Diharapkan bagi setiap wanita usia subur maupun wanita menopause agar
bekerjasama dengan bidan dan antusias mengikuti saran bidan dengan baik
sehingga bila terjadi komplikasi dapat terdeteksi secara dini.

42
DAFTAR PUSTAKA

Rahyani, Yuni. 2013. Kesehatan Reproduksi Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC
Rahyani, R. 2016. Modul Perkuliahan Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Pada
Kesehatan Reproduksi. Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar: Poltekkes
Denpasar
Romauli, Suryati. 2012. Kesehatan Reproduksi Buat Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Yanti. (2011). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

43

Anda mungkin juga menyukai