Anda di halaman 1dari 131

EPIDEMIOLOGI LANJUTAN

FRANS YOSEP SITEPU


Pompa Air Broad Street – Cholera
London

 Kematian cholera
digambarkan sebagai
titik-titik hitam.
 Lingkaran-lingkaran
hitam adalah pompa
air.
 Pompa air Broad Street
di bagian tengah peta
diduga menjadi sumber
kontaminasi.
 Kotak abu-abu adalah
makam penderita
sampar.
Snow’s finding:
Epidemiologi
Epidemiology is the study of how disease is
distributed in the populations and the factors what
influence or determine this distribution.

Epidemiology is the study of the distribution and


determinants of the health related states or events
in specified populations and the application of this
study to control of health problems.
(A Dictionary of Epidemiology, ed2. New York, Oxford University Press, 1988)
WHO
The study of the distribution and determinants
of health and disease in human populations to
enable health services to be planned rationally,
disease surveillance to be carried out, and
preventive and control programs to be
implemented and evaluated.
Variabel Epidemiologi
• Orang (person)
• Tempat (place)
• Waktu (time)
By Person
By Place
By Time
EPIDEMIOLOGI LANJUTAN

FRANS YOSEP SITEPU


NATURAL HISTORY OF DISEASE
(RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT)
RAP
• Proses terjadinya suatu penyakit dimulai dari seseorang
yang rentan terhadap penyakit dan diserang oleh suatu agen
patogen yang cukup virulen untuk menimbulkan penyakit
• Suatu perkembangan dari sehat ke sakit pada individu
sepanjang waktu tertentu, tanpa pengaruh intervensi medis
sehingga suatu penyakit terjadi secara natural.
• Tanpa intervensi medis, proses berakhir dengan:
– Sembuh sempurna
– Sembuh dengan cacat
– Karier
– Kronis
– Meninggal
Riwayat Alamiah Penyakit pada Pasien
Iceberg Concept of Disease

1/10

9/10
Latent, subclinical,
undiagnosed & carriers
in the community/population
Models of Disease Causation
• Germ theory
• Epidemiological triad
• BEINGS theory
• Web of causasation
• Wheel theory
Germ Theory

Diajukan oleh Robert Koh dan Louis Pasteur


 Setiap penyakit pada manusia disebabkan oleh
mikroba atau kuman, yang spesifik terhadap suatu
penyakit dan pasti dapat diisolasi
Epidemiological Triad
BEINGS Theory
• Biological factors innate in a human being
• Behavioural factors concerned with individual
lifestyles
• Environmental factors as physical, chemical and
biological aspects of environment
• Immunological factors
• Nutritional factors
• Genetic factors
• Social factors
• Spiritual factors
• Service factors
Web of Causation
Wheel Theory
PENGUKURAN MASALAH KESEHATAN
Masalah kesehatan
• Disease : Penyakit
• Death: Kematian
• Disability : Kecacatan
Ilustrasi
• Kecamatan A, penderita diare sebanyak 500
orang dan terdapat 2 orang yang meninggal
akibat diare.
• Kecamatan B, penderita diare sebanyak 200
orang dan terdapat 10 orang yang meninggal
akibat diare.

Menurut Anda, kecamatan yang mana yang paling


bermasalah?
Pengukuran masalah kesehatan
• Epidemiologi deskriptif
• Menggambarkan keadaan masalah kesehatan
dalam suatu populasi
• Macam ukuran:
1. Angka mutlak
2. Angka relatif:
a. Rate
b. Ratio
c. proporsi
Rate
• Menggambarkan
  frekuensi distribusi penyakit
pada masyarakat
• Menggambarkan kecepatan kejadian
• Perbandingan yang terdiri dari 3 elemen:
1. Pembilang (numerator): jumlah kasus penyakit
2. Penyebut (denominator): jumlah populasi dalam
wilayah dimana penyakit tersebut ada
3. Periode waktu
Rate
• Contoh:
  jumlah penderita diare di Kec. A
sebanyak 50 orang. Jumlah penduduk di Kec, A
sebesar 20.000 orang.

• Morbidity rate diare = 25 per 10.000 penduduk


Ratio
• Nilai yang diperoleh dengan membandingkan
pembilang (numerator) dan penyebut
(denominator) : X / Y
• Contoh: kematian akibat diare sebanyak 3
orang, yang terdiri dari 2 laki-laki dan 1
perempuan.
Ratio kematian diare berdasarkan jenis kelamin: 2/1
= 2  ratio kematian akibat diare pada laki-laki 2x
lebih besar dibanding perempuan
Ratio Berdasarkan kelompok umur
No Kelompok Umur Kasus Diare
1 <5 tahun 10
2 5-10 tahun 20
3 11-20 tahun 30
4 >20 tahun 40
Total 100

Ratio Umur < 5 tahun: Ratio Umur 5-10 tahun:


10/90= 0,11 20/80= 0,25
Proporsi
• Suatu perbandingan dimana pembilang
(numerator) merupakan bagian dari penyebut
(denominator)  dinyatakan dengan
persentase
• Contoh: kematian akibat diare sebanyak 3
orang, yang terdiri dari 2 laki-laki dan 1
perempuan.
Proporsi kematian pada laki-laki = 2/3 x 100% =
66,7%
Proporsi Berdasarkan kelompok umur
No Kelompok Umur Kasus Diare
1 <5 tahun 10
2 5-10 tahun 20
3 11-20 tahun 30
4 >20 tahun 40
Total 100

Proporsi Umur < 5 tahun: Proporsi Umur 5-10 tahun:


10/100 x 100%= 10% 20/100 x 100%= 20%
Incidence rate (IR)
• Menggambarkan
  angka perkembangan
penyakit pada suatu kelompok populasi
tertentu dalam periode waktu tertentu
• Elemen penting:
1. Pembilang: jumlah kasus baru
2. Penyebut: jumlah populasi berisiko
3. Periode waktu kasus terjadi
Incidence rate (IR)
• Contoh:
  pada tahun 2018 di Kec. X terdapat 10
kasus baru penyakit TB paru, jumlah populasi
di Kec. X tersebut sebesar 20.000 orang.
Attack rate (AR)
• Lebih
  umum digunakan untuk mengetahui
kejadian suatu penyakit pada saat terjadinya
KLB dan pada penyakit yang berlangsung
dalam durasi yang singkat
• Contoh: Terjadi KLB DBD di Kec. X dengan
jumlah kasus 100 orang, jumlah populasi di
Kec. X tersebut sebesar 20.000 orang.
Incidence density (ID)
••  Sebuah studi kohort dilakukan untuk mengevaluasi
hubungan antara asupan lemak makanan dengan kanker
prostat pada pria. 200 pria dengan asupan tinggi lemak
dibandingkan dengan 200 pria yang melakukan asupan
rendah lemak. Kedua kelompok mulai pada usia 55 tahun
dan diikuti selama 10 tahun. Selama masa tindak lanjut, 10
pria dalam kelompok asupan tinggi lemak didiagnosis
dengan kanker prostat dan 4 pria dalam kelompok asupan
rendah lemak didiagnosis kanker prostat.
Prevalence rate
• Lebih banyak digunakan untuk perencanaan dan
evaluasi program
• Elemen penting:
1. Pembilang: jumlah kasus baru dan lama
2. Penyebut: jumlah populasi
• Prevalence rate:
1. Point prevalence
2. Period prevalence
Prevalence rate
• Point
  prevalence

• Period prevalence
Mortalitas
Mortalitas
Mortalitas
Mortalitas
Hitunglah
Jumlah populasi di Kec. X sebesar 20.000 orang.
Jumlah penderita PJK: 100 orang, dan yang
meninggal sebanyak: 10 orang. Jumlah seluruh
kematian di Kec. X sebesar 40 orang.
Hitunglah:
1. CFR PJK
2. CSDR PJK
3. Proportional mortality rate PJK
4. Prevalence rate PJK
5. Crude death rate
Surveilans?
• Epidemiologic surveillance is the ongoing systematic
collection, recording, analysis, interpretation, and
dissemination of data reflecting the current health status
of a community or population.

• Surveilans epidemiologi adalah suatu rangkaian proses


pengamatan yang terus menerus, sistematik dan
berkesinambungan dalam pengumpulan data, analisis dan
interpretasi data kesehatan dalam upaya untuk
menguraikan dan memantau suatu peristiwa kesehatan
agar dapat dilakukan penanggulangan yang efektif dan
efisien terhadap masalah kesehatan masyarakat tersebut.
Kegiatan analisis secara sistematis dan terus
menerus terhadap penyakit dan masalah-
masalah kesehatan
EPIDEMIOLOGI
SURVEILANS

Kegiatan analisis terhadap kondisi yang


memperbesar risiko terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit serta masalah-masalah
kesehatan

Melakukan tindakan penanggulangan secara


efektif dan efisien melalui proses pengumpulan
data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan.

53
Dimulai ketika William Farr,
mengembangkan sistem pengumpulan
data
rutin tentang jumlah dan penyebab
kematian dibandingkan pola kematian
antara orang-orang yang menikah dan
SURVEILANS

tidak, dan antara pekerja yang berbeda


SEJARAH

jenis pekerjaannya. Upaya yang telah


dilakukan untuk mengembangkan sistem
pengamatan penyakit secara terus
menerus
dan menggunakan informasi itu untuk
perencanaan dan evaluasi program telah
mengangkat nama William Farr sebagai
the
founder of modern epidemiology
54
Tujuan SE

Mendapatkan informasi epidemiologi


tentang masalah kesehatan meliputi
gambaran masalah kesehatan menurut
waktu, tempat dan orang, diketahuinya
determinan, faktor risiko dan penyebab
langsung terjadinya masalah kesehatan
tersebut.
Manfaat SE

• UMUM:
1.perencanaan,
2.implementasi,
3.evaluasi kegiatan kesehatan masyarakat.
• KHUSUS:
1. Memperkirakan kuantitas masalah
2. Menggambarkan riwayat alamiah penyakit
3. Mendeteksi wabah/KLB
4. Menggambarkan distribusi masalah kes
5. Memfasilitasi penelitian epidemiologis dan
laboratoris
6. Membuktikan hipotesis
7. Menilai kegiatan pencegahan dan penanggulangan
8. Memonitor perubahan agen infeksius
9. Memonitor upaya isolasi
10. Mendeteksi perubahan kegiatan
11. Merencanakan kegiatan
Konsep Dasar Surveilans

1. Pengumpulan data
2. Pengolahan data, analisis dan interpretasi
data
3. Umpan balik dan diseminasi yang baik serta
respon yang cepat
1. Pengumpulan data
• Dilakukan melalui surveilans aktif dan surveilans
pasif.
• Data yang dikumpulkan • :Penyelidikan KLB
• Survei
– Pencatatan kematian • Laporan penyelidikan vektor
– Laporan penyakit • Pemakaian obat atau vaksin
– Laporan KLB/wabah • Keterangan penduduk
– Hasil pemeriksaan lab atau kondisi lingkungan
– Penyelidikan kasus
2. Pengolahan data, analisis & interpretasi data
• Aspek yang perlu dipertimbangkan : ketepatan
waktu & sensitifitas data.
• Ketepatan waktu pengolahan data berkaitan dengan
periode waktu penerimaan data.
• Analisis dan interpretasi data tergantung tingkat unit
kesehatan serta keterampilan petugas surveilans.
• Hasil dari analisis dan interpretasi dapat dibuatkan
rekomendasi atau saran untuk menentukan tindakan
yang perlu dilakukan oleh pihak yang
berkepentingan.
3. Umpan balik & diseminasi informasi yang baik
serta respon yang cepat
• Umpan balik dilakukan kepada sumber-
sumber data agar mudah memberikan
kesadaran kepada sumber data tentang
pentingnya proses pengumpulan data.
• Diseminasi informasi yang dilakukan :
– Membuat laporan hasil kajian yang disampaikan
kepada atasan
– Membuat suatu tulisan di majalah rutin
– Membuat laporan kajian untuk seminar dan
pertemuan
– Memanfaatkan media internet
LANGKAH – LANGKAH SURVEILANS
Gambar: Prinsip Umum Surveilans
Monitor trend penyakit
endemis
SURVEILANS

Deteksi dini & Prediksi


TUJUAN

adanya KLB

Monitor kemajuan kinerja


program

Evaluasi program intervensi

64
Ruang Lingkup
 SE Penyakit Menular
 SE Penyakit Tidak Menular
 SE Kesehatan Lingkungan dan Perilaku
 SE Masalah Kesehatan
 SE Kesehatan matra
SE Penyakit Menular
1. PD3I 8. Filariasis
2. AFP 9. Tuberkulosis
10. Diare, Tifus perut,
3. Penyakit Potensial Kecacingan, Peny. Perut
Wabah/KLB Peny. Lain
Menular 11. Kusta
4. Keracunan 12. HIV/AIDS
5. DBD/DSS 13. PMS
6. Malaria 14. Pneumonia (termasuk
SARS)
7. Zoonosis (Antraks,
Rabies, Leptospirosis)
SE Penyakit Tidak Menular
1. Hipertensi, Stroke dan PJK
2. DM
3. Neoplasma
4. Penyakit Paru Obstruksi Kronis
5. Gangguan mental
6. Masalah Kesehatan Akibat Kecelakaan
SE Kesehatan Lingkungan dan Prilaku

1. Sarana Air Bersih


2. TTU
3. Pemukiman dan Lingk. Perumahan
4. Limbah industri, RS dan kegiatan lain
5. Vektor penyakit
6. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
7. RS dan sarana yankes lain --> termasuk INOS
SE Masalah Kesehatan
1. SKPG
2. Gizi mikro (Kekurangan Yodium, Anemia Gizi Besi,
KVA)
3. Gizi lebih
4. KIA (termasuk Kespro)
5. Usila
6. Penyalahgunaan napza
7. Penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisional,
bahan kosmetika dan alkes
8. Kualitas makanan dan bahan tambahan makanan
SE Kesehatan Matra

1. SE Kesehatan Haji
2. SE Kesehatan Pelabuhan dan Lintas Batas
Perbatasan
3. SE Bencana dan masalah sosial
4. SE Kesehatan matra laut dan udara
5. SE pada KLB Penyakit dan Keracunan
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
Pengertian
Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan
merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah. Disamping penyakit menular,
penyakit yang juga dapat menimbulkan KLB adalah
penyakit tidak menular, dan keracunan. Keadaan
tertentu yang rentan terjadinya KLB adalah keadaan
bencana dan keadaan kedaruratan.
Kriteria
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu dalam jam, hari atau
minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan 2x atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan menunjukkan kenaikan 2x atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 tahun menunjukkan kenaikan 2x atau
lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun
sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (CFR) dalam 1 kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama.
Wabah
Undang‑undang RI No 4 th. 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Perbedaan antara wabah & KLB

Wabah harus mencakup:


 Jumlah kasus yang besar
 Daerah yang luas
 Waktu yang lebih lama
 Dampak yang ditimbulkan lebih berat

Penetapan :
 KLB : Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Daerah
 Wabah : Menteri Kesehatan
Tujuan Penyelidikan KLB
Tujuan Umum:
- Mencegah meluasnya (penanggulangan)
- Mencegah terulangnya KLB di masa yad (pengendalian)

Tujuan Khusus:
- Diagnosis kasus yg terjadi & mengidentifikasi penyebab
penyakit
- Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB
- Mengidentifikasikan sumber & cara penularan
- Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
- Mengidentifikasi populasi yang rentan atau daerah yang
berisiko akan terjadi KLB
Penetapan KLB

• Dilakukan dengan membandingkan insidensi


penyakit yang sedang terjadi dengan insidensi
penyakit dalam keadaan biasa pada populasi yang
dianggap berisiko, pada tempat dan waktu
tertentu.
• Dengan pola maksimum dan minimum dari data 5
tahun atau 3 tahun.
• Membandingkan frekuensi penyakit pada tahun
yang sama bulan berbeda atau bulan yang sama
tahun yang berbeda.
Penting diingat

• KLB tersembunyi, sering terjadi pada penyakit


yang belum dikenal atau penyakit yang tidak
mendapat perhatian karena dampaknya
belum diketahui.
• Pseudo epidemic (KLB palsu), terjadi karena:
– Perubahan cara mendiagnosis penyakit
– Perubahan perhatian terhadap penyakit tersebut
atau perubahan organisasi pelayanan kesehatan
– Perhatian yang berlebihan.
PENYELIDIKAN KLB
(OUTBREAK INVESTIGATION)
Kenapa dilakukan penyelidikan?
1. Mencegah bertambahnya kasus
2. Mencegah outbreak di masa mendatang, dengan cara memperbaiki
program kesehatan, sistem surveilans, dan sistem kesehatan;
3. Menerapkan sistem surveilans (merupakan bagian dari sistem
surveilans);
4. Mempelajari penyakit baru;
5. Mempelajari aspek baru dari penyakit lama;
Kenapa dilakukan penyelidikan?
6. Memberi keyakinan kepada publik bahwa telah diambil langkah-
langkah yang diperlukan untuk mengatasi outbreak, agar tidak
terjadi situasi panik;
7. Minimalisasi disrupsi ekonomi dan sosial akibat outbreak;
8. Mengajarkan apa dan bagaimana epidemiologi (karena merupakan
“prototipe” epidemiologi, mencakup epidemiologi deskriptif,
epidemiologi analitik, dan penerapan hasil studi untuk
mengendalikan dan mencegah penyakit).
Tujuan dilakukan penyelidikan?
1.Tujuan Utama
a) Mencegah meluasnya KLB (penanggulangan)
b) Mencegah terulangnya KLB di masa yad (pengendalian)
2.Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi agent penyebab KLB
b) Mengidentifikasi cara penularan
c) Mengidentifikasi sumber KLB
d) Mengidentifikasi penderita carrier
e) Mengidentifikasi populasi yang berisiko
f) Mengidentifikasi faktor risiko
Langkah2 Penyelidikan KLB
1. Persiapan penelitian lapangan
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3. Memastikan diagnosis etiologis
4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan waktu, tempat & orang
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika
diperlukan)
7. Mengidentifikasi sumber & cara penyebaran
8. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB
9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan
11. Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau kasus dengan
komplikasi
12. Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi kesehatan setempat
dan kepada sistem pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
Persiapan Penelitian Lapangan
Dikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam pertama sesudah
adanya informasi.
1. Pemantapan (konfirmasi) informasi
a. Asal informasi
b. Gambaran ttg penyakit yg sedang terjangkit
c. Keadaan geografi
2. Pembuatan rencana kerja
a. Tujuan penyelidikan KLB
b. Definisi kasus awal
c. Hipotesis awal
d. Macam & sumber data yg diperlukan
e. Strategi penemuan kasus
f. Sarana & tenaga yang diperlukan
3. Pertemuan dengan pejabat setempat
Pemastian diagnosis penyakit & penetapan KLB

Pemastian diagnosis penyakit:


a. Mencocokkan gejala klinis yang terjadi pada
individu
b. Menyusun distribusi frekuensi gejala klinis

Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda2 &


gejala klinis pada kasus adalah:
1. Buat daftar gejala yang ada pada kasus
2. Hitung persen kasus yang mempunyai gejala
tersebut
3. Susun ke bawah menurut urutan frekuensinya.
Definisi KLB Keracunan Pangan (KP)
(PP 28 Thn 2004 ttg Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan)

Suatu kejadian dimana terdapat 2 orang atau lebih yang menderita


sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah
mengkonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi,
pangan tersebut terbukti sebagai sumber penularan.

Berdasarkan definisi tersebut, apakah contoh kasus termasuk KLB KP?


1. Terdapat > 2 org yang menderita sakit dengan gejala yang mirip.
2. Orang2 tersebut makan makanan yang sama
3. Makan tersebut dimakan sebelum sakit, sehingga azas sebab
mendahului akibat  terpenuhi.
4. Secara epidemiologi  orang, tempat dan waktu.
Definisi kasus/tersangka kasus KLB KP

Definisikan dengan 3 penjelasan (apa, dimana, &


kapan)
“seseorang yang menderita sakit/meninggal
dengan gejala dan tanda sakit tertentu, yang
disebabkan karena atau diduga karena makan
makanan yang tercemar bahan beracun, terjadi
pada daerah atau populasi tertentu dan periode
waktu tertentu”
Desain Penelitian

Observasional Eksperimental

Quasi
Eksperimental
Deskriptif

Cross sectional True


Eksperimental
Analitik Case control

Cohort
Epidemiologi Analitik
• Mengapa dilakukan penelitian epidemiologi?
• Apa perbedaan epidemiologi deskriptif dan
epidemiologi analitik?
• PE KLB umumnya dilakukan epidemiologi
deskriptif, mengapa perlu dilakukan penelitian
epidemiologi analitik?
Epidemiologi Analitik
• Cross sectional
• Case control
• Cohort
EPIDEMIOLOGI LANJUTAN

FRANS YOSEP SITEPU


UJI PENAPISAN / SKRINING
(SCREENING TEST)
Apa itu screening?
• Screening adalah cara untuk mengidentifikasi
penyakit yang belum tampak melalui suatu tes
atau pemeriksaan atau prosedur lain yang
dapat dengan cepat memisahkan antara
orang yang mungkin menderita penyakit
dengan orang yang mungkin tidak menderita.
Screening

• Screening bukan mendiagnosa penyakit tetapi untuk


menentukan apakah ybs tersebut benar-benar sakit atau tidak.
• Bila hasil screening positif maka dilakukan pengobatan secara
intensif agar tidak membahayakan diri ataupun lingkungannya.
Macam Screening

• Mass screening : dilakukan pada seluruh populasi


• Selective screening: dilakukan secara selektif berdasarkan
kriteria tertentu, mis: pemeriksaan Ca paru pada perokok;
pemeriksaan Ca serviks pada wanita yang sudah menikah
• Single disease screening: dilakukan untuk satu jenis penyakit.
• Multiphasic screening: dilakukan untuk lebih dari satu jenis
penyakit contoh pemeriksaan IMS
• Pemeriksaan screening al:
- pemeriksaan gula darah
- Pemeriksaan radiologis untuk penyakit TBC

Syarat uji screening:


- dengan cepat dapat memilih sasaran untuk
pemeriksaan lebih lanjut
- tidak mahal
- mudah dilakukan oleh petugas kesehatan
- tidak membahayakan yang diperiksa dan
pemeriksa
Tujuan Screening
• Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala
yang tidak khas pada orang yang tampak sehat tetapi
mungkin menderita penyakit.
• Bila penderita tanpa gejala dan hasilnya positif
ditemukan maka dilakukan pengobatan secara tuntas
sehingga mudah disembuhkan

Dapat dilakukan secara massal atau selektif


Proses Screening
Kriteria Uji

• Validitas
• Reliabilitas, dan
• Yield
Tabel screening
Gejala Klinis
Hasil Tes Total
Positif Negatif
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d

a : True Positive (TP)


b : False Positive (FP)
c : False Negative (FN)
d : True Negative (TN)
Validitas
• Sensitivitas : persentase hasil positif apabila suatu cara uji
dilakukan terhadap penderita yang berpenyakit dengan kata
lain: kemampuan suatu alat untuk menentukan orang yang
sakit benar-benar sakit.
a/(a+c) x 100%

• Spesivisitas : persentase hasil negatif apabila suatu cara uji


tersebut dilakukan terhadap orang yang tidak sakit  dengan
kata lain: kemampuan suatu alat untuk menentukan orang
yang tidak sakit benar-benar tidak sakit.
d/(b+d) x 100%
Validitas = keakuratan alat ukur
Perkiraan nilai kecermatan
1. Nilai duga positif (positive predictive value) :
adalah proporsi orang yang benar-benar sakit diantara gejala
klinis positif
PPV = a/(a+b) x 100%

2. Nilai duga negatif (negative predictive value) : adalah


proporsi yang benar-benar tidak sakit diantara gejala klinis
negatif
NPV = d/(c+d) x 100%
Prevalensi
Persentase antara hasil uji positif menggunakan gold standard
(alat skrining) dari semua sampel yang diuji
Prevalensi = a+c /a+b+c+d x 100%
• Misalkan dilakukan tes screening terhadap 200 org dicurigai
menderita penyakit dan 40 org positif benar, 20 org positif palsu,
30 org negatif palsu, dan 110 org negatif benar.

Gejala
Hasil tes Total
Positif Negatif
Positif
Negatif
Total
• Misalkan dilakukan tes screening terhadap 200 org dicurigai
menderita penyakit dan 40 org positif benar, 20 org positif palsu,
30 org negatif palsu, dan 110 org negatif benar.

Gejala
Hasil tes Total
Positif Negatif
Positif 40 20 60
Negatif 30 110 140
Total 70 130 200
Hasil skrining
• Sensitivitas = 40/70 = 57.14%
• Spesivisitas = 110/130 = 84,62%
• Nilai duga positif = 40/60 = 66,67%
• Nilai duga negatif = 110/140 = 78,57%
• Prevalensi = 70/200 = 35%
Reliabilitas
Hasil yang konsisten apabila tes dilakukan secara
berulang-ulang dan hasilnya konsisten.
Reliabilitas dipengaruhi oleh:
1.Variabilitas alat yg digunakan dipengaruhi oleh :
– stabilitas reagen
– stabilitas alat ukur yg digunakan
2. Variabilitas orang yg diperiksa :
kondisi fisik, psikis, stadium penyakit, atau penyakit dlm
masa tunas. Umumnya variasi ini sulit diukur terutama
faktor psikis.
3.Variabilitas pemeriksa  internal dan eksternal
Upaya mengurangi variasi

1. Standardisasi reagen dan alat ukur


2. Pelatihan intensif pemeriksa
3. Penentuan kriteria yg jelas
4. Penerangan kepada orang yg diperiksa
5. Pemeriksaan dilakukan dengan cepat
Yield
• Jumlah penyakit yg terdiagnosis dan diobati sebagai
hasil dari screening.
Dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Sensitivitas alat uji
2. Prevalensi penyakit yg tidak nampak
3. Screening yg dilakukan sebelumnya
4. Kesadaran masyarakat

Bila alat yg digunakan sensitivitas rendah 


disebut screening tes dgn Yield rendah
Latihan

• Dilakukan pemeriksaan screening anemia


terhadap 200 anak sekolah dasar. Didapatkan
hasil bahwa prevalensi anemia sebesar 30%.
Terdapat 65 orang anak hasil tes positif dan 50
orang diantaranya memiliki gejala anemia.
Gejala
Hasil tes Total
Positif Negatif
Positif 50 15 65
Negatif 10 125 135
Total 60 140 200
The point
• Sensitivitas dan spesivisitas adalah
karakteristik dari suatu tes, populasi tidak
mengalami efek dari hasil tes tersebut.
• PPV dan NPV dipengaruhi oleh prevalensi
suatu penyakit di populasi. Semakin tinggi
prevalensi penyakit di suatu populasi 
PPV akan semakin tinggi dan NPV 
semakin rendah
Let’s prove it
• Suatu alat tes memiliki sensitivitas sebesar 95%
dan spesifisitas 85%, didapatkan prevalensi
penyakit sebesar 40%. Hitunglah PPV dan NPV
bila dilakukan tes terhadap 100 orang.
• Suatu alat tes memiliki sensitivitas sebesar 95%
dan spesifisitas 85%, didapatkan prevalensi
penyakit sebesar 60%. Hitunglah PPV dan NPV
bila dilakukan tes terhadap 100 orang.
Relationship between disease prevalence and predictive value in a test with 95% sensitivity and 85%
specificity. (From Mausner JS, Kramer S: Mausner and Bahn Epidemiology: An Introductory Text.
Philadelphia, WB Saunders, 1985, p. 221.)
The point
• Sensitivitas dan spesivisitas adalah
karakteristik dari suatu tes, populasi tidak
mengalami efek dari hasil tes tersebut.
• PPV dan NPV dipengaruhi oleh prevalensi
suatu penyakit di populasi. Semakin tinggi
prevalensi penyakit di suatu populasi 
PPV akan semakin tinggi dan NPV 
semakin rendah
Desain Penelitian???
Apakah desain penelitian itu?
• The plan of form and structure of research
• The plan for a research to be executed
Desain Penelitian Ditentukan oleh:

1. Rumusan masalah yang hendak dijawab


lewat penelitian (research question)
2. Tujuan penelitian yang ingin dicapai
Desain Penelitian Menentukan :

1. Perlu /tidaknya metode sampling


2. Perlu/tidaknya rumus besar sampel
3. Perlu/tidaknya alokasi random
Desain Penelitian

Observasional Eksperimental

Quasi
Eksperimental
Deskriptif

Cross sectional True


Eksperimental
Analitik Case control

Cohort
Deskriptif
• Penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi
mengenai fenomena yang ditemukan, baik
yang berupa faktor risiko maupun efek atau
hasil.
• Tidak memerlukan hipotesis penelitian,
sehingga tidak melakukan uji hipotesis (uji
statistika)
Deskriptif
• Mempelajari distribusi penyakit menurut
karakteristik demografis dan geografis
• Demografis : umur, sex, jenis pekerjaan
• Geografis : tropis, subtropis, pantai,
pegunungan
Analitik
• Peneliti berupaya mencari hubungan antar
variabel (hubungan sebab-akibat).
• Dilakukan analisis terhadap data yang telah
terkumpul, memerlukan hipotesis dan
dilakukan uji statistika
1. Cross Sectional (potong lintang)

• Disebut juga prevalence study atau


correlational study
• Faktor dan penyakit diamati pada waktu yang
bersamaan Penelitian dimulai
(saat sekarang)
2. Case-control (kasus kontrol)
• Diawali dengan penentuan kasus dan kontrol
• Selanjutnya dilacak di masa lalu tentang kemungkinan
ada/tidak adanya faktor yang kemungkinan menimbulkan
kasus pada kedua kelompok
Variabel bebas Penelitian dimulai
(faktor risiko) diukur (saat sekarang)
pada masa lalu
Faktor
risiko (+)
Kasus
Faktor
risiko (-)

Faktor
risiko (+)
Kontrol
Faktor
risiko (-)
3. Cohort
• Disebut juga incidence study
• Diawali dengan pemilihan kelompok dengan dan faktor yang
kemungkinan menyebabkan penyakit di masa mendatang
• Kemudian diikuti ke depan hingga batas waktu yang ditentukan

Penelitian dimulai Variabel terikat


(saat sekarang) (efek) diukur pada waktu yad

Kelp. Efek(+)
Terpapar
(+) Efek (-)

Kelp. Efek (+)


Terpapar
(-) Efek (-)

Anda mungkin juga menyukai