Anda di halaman 1dari 57

KONSEP DASAR

PENYAKIT GLOBAL

TIM PENGAJAR KEPERAWATAN PENYAKIT GLOBAL


Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember
2017
Pokok bahasan
Definisi dan Ruang lingkup penyakit global
Konsep Sehat dan Sakit dan Determinan perilaku
Kesehatan
Pengukuran status kesehatan
Konsep global burden of disease
Pencegahan, Pengendalian, Elimasi, Eradikasi dan
Kepunahan Penyakit Menular
Konsep emerging, re-emerging dan new emerging disease
Non Communicable Disease
Peran perawat dalam penyakit global
1- Global Health
Era modern dan globalisasi : ALAT TRANSPORTASI
memungkinkan orang dan barang dapat berpindah dari satu tempat
ke tempat lain dengan cepat dan dalam jumlah besar

DAMPAKNYA BAGI KESEHATAN


Penyakit didapatkan di negara tujuan, dan tidak bergejala sampai
dengan org tsb kembali ke negara asal dan membuat orang lain ikut
terpapar oleh penyakit
Barang berpindah dengan cepat membawa vektor (nyamuk) atau
bakteri dan virus baru ke suatu negara

PERPINDAHAN PENYAKIT
Communicable disease : negara berkembang negara maju
H5N1 : china, thailand, vietnam
SARS : pedamalan china dunia
Non commnicable disease : (life style) : negara maju negara
berkembang : Hipertensi, DM, Stroke, dll
Global health berbeda : "international health, "geographic medicine
atau "tropical medicine". Contd
GLOBAL HEALTH, ATAU KESEHATAN GLOBAL merupakan masalah
kesehatan populasi dalam konteks global, yang melampaui batas-batas
negara, dan memiliki dampak politik dan ekonomi di seluruh dunia.

KESEHATAN GLOBAL membahas straregi yang efektif untuk


mernperbaiki kesehatan di seluruh dunia, menurunkan disparitas tingkat
kesehatan, dan melindungi manusia dari ancaman-ancaman global

PENYAKIT GLOBAL merupakan suatu kondisi masalah kesehatan yang


terjadi di suatu negara dan sudah melintasi batas negara (pandemi)
dalam penyebarannya baik communicable disease atau non
communicable disease maupun penyakit akibat pemanasan global dan
menjadi perhatian bersama dalam penatalaksanaanya karena
menimbulkan dampak yang merugikan bagi masyarakat dunia
2- Konsep Sehat dan Sakit dan Determinan
perilaku Kesehatan
WHO, 1947
Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya
bebas dari penyakit atau kelemahan

WHO, 1988
Keadaan sejahtera badan, Jiwa, dan Sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif sosial dan ekonomi

UU No.36, 2009
Kesehatan adalah KEADAAN SEHAT, BAIK SECARA FISIK,
MENTAL, SPIRITUAL MAUPUN SOSIAL YANG
MEMUNGKINKAN SETIAP ORANG UNTUK HIDUP
PRODUKTIF SECARA SOSIAL DAN EKONOMIS.
Determinan Perilaku Kesehatan
1. Teori Lawrence Green
2. Teori Snehandu B. Karr
3. Teori WHO
Teori Lawrence Green
1. Predisposing Factors faktor mempermudah/
mempredesposisi tjd perilaku (Pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai2 dll)
2. Enabling Factors faktor2 pemungkin / dalam
memfasilitasi perilaku spt: sarana-sarana, alat
kontrasepsi, jamban dll.
3. Reinforcing Factors faktor2 penguat yg mendorong
terjadinya perilaku spt: sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain.

B = F (Pf, Ef, Rf)


CONTOH
Seseorang ibu tidak mau mengimunisasikan anaknya dapat
disebebkan karena TIDAK TAHU ATAU BELUM
MENGETAHU MANFAAT IMUNISASI bagi anaknya
(PREDISPOSING FACTOR).
Atau alasannya karena rumahnya jauh dari POSYANDU
atau PUSKESMAS tempat mengimunisasikan anaknya
(ENABLING FACTOR).
Sebab lain, karena petugas kesehatan atau tokoh
masyarakat yang ada di daerah tersebut tidak
mengimunisasikan anaknya (REINFORCING FACTOR)
2. Teori Snehandu B. Karr
1. Bi : Intention (niat)
2. Ss : Social Support (Dukungan sekitar)
3. Personal Autonomy (Kebebasan pribadi)
4. Accessibility of Information
(Terjangkaunya/tersedia informasi)
5. Action Situation (Kondisi yg memungkinkan)

B = F (Bi, Ss, Pa, Ai, As)


contoh
seorang ibu tidak mau mengimunisasikan anaknya,
mungkin karena tidak ada niat (behaviour intention), atau
karena tidak ada dukungan dari keluarga atau masyarakat
sekitar (social-support), atau karena kurang atau tidak
memperoleh informasi cukup tentang imunisasi
(accessebility of information), atau mungkin tidak
mempunyai kebebasan untuk mengambil keputusan,
misalnya dilarang suami, mertua atau orang lain yang
disegani (personal autonomy). Faktor lain yang mungkin
menyebabkan ibu tidak mengimunisasikan anaknya adalah
lokasi tempat imunisasi yang jauh (action situation).
3. Teori WHO
1. Thoughts and Feeling (Pemikiran & Perasaan)
2. Personnal References (Referensi seseoarang)
3. Resources (Ketersediaan Sumber Daya)
4. Culture (Sosio Budaya)

B = F (Tf, Pr, R, C)
Contoh
Seorang ibu setelah melahirkan tidak mau menyusui anaknya, karena
berkeyakinan jika menyusui maka keindahan payudaranya akan hilang
(Thoughts and Feeling), atau karena artis yang diidolakan tidak menyusui
sehingga dia mengikuti (Personnal References), atau tidak ada waktu
menyusui karena harus bekerja (Resources), atau karena kebudayaan di
daerah ibu tersebut lebih keren jika memberi susu formula daripada ASI,
makin mahal harga susu maka status sosial makin naik (culture).
Seorang ibu tidak mau mengimunisasikan anaknya karena berkeyakinan
imunisasi menyebabkan anak sakit demam (Thoughts and Feeling), atau
karena teman akrabnya tidak mengimunisasikan anaknya (Personnal
References), atau jarak posyandu yang jauh dari rumah (Resources), atau
karena kebudayaan di daerah ibu tersebut yang tidak memperbolehkan
imunisasi (culture).
Seseorang tidak merokok karena berkeyakinan merokok merusak
kesehatan (Thoughts and Feeling), atau karena tokoh idolanya tidak
merokok(Personnal References), atau tidak ada uang untuk membeli rokok
(Resources), atau karena kebudayaan di daerah tersebut yang melarang
merokok (culture).
3- Pengukuran Status Kesehatan
Pengukuran Kejadian Penyakit di Masyarakat :
Ukuran masalah kesehatan : rate, ratio, proporsi
Ukuran frekuensi penyakit : Insidensi, Prevalensi , Attact
rate Wabah

Pengukuran Derajat Kesehatan Masyarakat


PENGUKURAN KEJADIAN PENYAKIT DI MASYARAKAT
(STATUS KESEHATAN)

Dapat Untuk
Bagian awal dari proses menghitung risiko
kajian epidemiologi(Efek terhadap kesehatan
karena paparan)
Selanjutnya

embandingkan kejadian (insidensi)


pada dua kelompok atau lebih
dengan paparan yang berbeda
Ukuran Frekuensi masalah
Kesehatan PENGUNAAN
1. Ratio X
Rumus umum : ------
Y
- X dan Y saling berbeda (pembilang tdk merupakan bagian
dari penyebut).

- Contoh sex ratio.


- X merupakan bagian dari Y
2. Proporsi - Contoh proporsi penduduk berusia produktif di Kab Gunung
kidul.

- X menyatakan kejadian suatu peristiwa pada suatu periode


3. Rate waktu.
- Y populasi yang berisiko untuk terkena suatu peristiwa
pada suatu periode waktu.
Contoh : Insidens rate, Prevalens rate, case fatality rate
(CFR), Crude death rate (CDR ).
RATIO
Contoh:
Sex ratio DKI Jakarta:
Jika laki-laki ada 40 orang dan
perempuan 60 orang
Maka rationya = 1 : 1,5
PROPORSI
Contoh:
Proposi penduduk wanita dan laki laki: Jika
Penduduk wanita 30 orang dan penduduk
laki laki adalah 50 orang.
Proporsi pddk wanita = 37,5%
Proporsi pddk laki-laki = 62,5%
Distribusi Frekuensi, Proporsi dan Persentase
Responden Menurut Tingkat Pendidikan

SOAL: CARI PROPORSI DAN PRESENTASE KASUS DI ATAS?


Distribusi Frekuensi, Proporsi dan Persentase
Responden Menurut Tingkat Pendidikan

pelajari materi di web:


https://www.cdc.gov/ophss/csels/dsepd/ss1978/lesson3/
INSIDENSI RATE
I R = (X/Y) K

Ket :
X : Jumlah kasus baru penyakit tertentu disuatu wilayah dalam periode tertentu
Y : Populasi beresiko terkena penyakit disuatu wilayah, periode waktu yg sama
Contoh: campak berisiko pada balita, cancer servik berisiko pada wanita bukan
pada pria.
K : Konstanta yang digunakan: 100, 1000, 100000, dst

Manfaat
Potret masalah penyakit tertentu.
Angka beberapa periode dapat digunakan untuk memperkirakan
kecenderungan/fluktuasi penyakit.
Pemantauan evaluasi upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit.
Perbandingan angka insidensi antar wilayah dan antar waktu.

Interprestasi
Makin besar angka insidensi berarti makin besar masalah penyakit tersebut.
contoh
Jumlah penduduk di suatu daerah pada tanggal 1 Juli 2007 sebanyak
100.000 orang, semua rentan terhadap penyakit TBC. Ditemukan laporan
penderita baru pada tahun 2007 sebagai berikut: bulan januari 5 orang,
april 5 orang, Juli 10 orang, September 6 orang dan nopember 4 orang.
Berapakah angka insidensi rate pada tahun tersebut?

IR = [( 5+ 5+10+6 +4) /100.000] X 100 %


= 0,0003 x 100% = 0,03%
Atau jika digunakan konstanta 100.000 maka:
IR = [( 5+ 5+10+6 +4) /100.000] x 100.000
= 0,0003 x 100.000
= 30 per 100.000 orang penduduk
Contoh:
Contoh : tahun 2008, 200 kasus flu burung dilaporkan di
Padang dengan penduduk 200.000 orang. Berapakah
angka insiden per 100.000 penduduk kota Padang selama
tahun tersebut ?
Jawab :

IR = ( 200/200.000) x 100.000 = 100 per 100.000 atau 1


per 1000 orang
Example
In 2003, 44,232 new cases of AIDS were reported in the
United States. The estimated mid-year population of the U.S.
in 2003 was approximately 290,809,777. Calculate the
incidence rate of AIDS in 2003.
Numerator = 44,232 new cases of AIDS
Denominator = 290,809,777 estimated mid-year population
10n = 100,000
Incidence rate = (44,232 290,809,777) 100,000
= 15.21 new cases of AIDS per 100,000 population

Pelajari materi di web:


Pelajari materi di web:
https://www.cdc.gov/ophss/csels/dsepd/ss1978/lesson3/
https://www.cdc.gov/ophss/csels/dsepd/ss1978/lesson3/
section2.html
Prevalensi rate

PR = (X/Y) K

Ket :
X : Jumlah kasus lama dan baru penyakit ttt disuatu wilayah dlm periode ttt
Y : Populasi beresiko terkena penyakit disuatu wilayah, periode waktu yg
sama
K : Konstanta yang digunakan : 10, 100, 1000, 100000, dst

Manfaat
Mengetahui tingkat keganasan dan durasi penyakit

Interprestasi
1. Semakin tinggi prevalensi suatu penyakit, berarti penyakit ganas.
2. Semakin rendah durasi penyakit semakin rendah angka prevalensi
Contoh:
Jumlah penduduk di suatu daerah pada 1 juli 2007 sebanyak
100.000 orang. Jumlah kasus TBC pada tahun 2007 sebagai
berikut: bulan januari 5 orang, april 5 orang, Juli 10 orang,
September 6 orang dan nopember 4 orang. Jumlah kasus lama
sampai dengan tahun 2006 sebanyak 50 orang.
Prevalens rate= [ (5+ 5+10+6 +4 + 50)/100.000] X 100 %
= 0,0008 x 100% =0,08 %
Atau jika digunakan konstanta 100.000 maka:
Prevalens rate = [(5+ 5+10+6 +4 + 50)/100.000] x 100.000
= 0,0008 x 100.000
= 80 per 100.000 orang penduduk

Pelajari materi di web:


https://www.cdc.gov/ophss/csels/dsepd/ss1978/lesson3/
section2.html
Prevalence is often expressed as a percentage, calculated by
multiplying the ratio by 100. Another common way of
expressing prevalence, particularly if the prevalence is low, is
as the number of cases per 100,000 of the population. For
example, it is easier to state the result as 66 cases per
100,000 people than to say the prevalence is 0.00066.

Pelajari materi di web:


http://www.blackwellpublishing.com/specialarticles/jcn
_9_188.pdf
Attact rate Wabah
AR = (X/Y) K
Ket :
X : Jml kasus penyakit sejak ditemukannya kasus penyakit pertama sampai
dengan berakhirnya masa inkubasi kasus terakhir penyakit tersebut dalam
kelompok masyarakat terancam di wilayah tertentu.
Y : Populasi beresiko terkena penyakit disuatu wilayah, periode waktu yg
sama
K : Konstanta yang digunakan : 10, 100, 1000, 100000, dst

Manfaat :
Mengetahui kecepatan dan jangkauan penyebaran suatu penyakit di suatu
wilayah pada suatu wabah.
Mengetahui Keberhasilan upaya pencegahan dan penanggulangan wabah.

Interprestasi :
Bila Attact Rate suatu penyakit tinggi, berarti kecepatan dan
jangkauan penyebaran penyakit tinggi.
Contoh
Dari 500 orang murid yang tercatat pada SD X ternyata 100
orang tiba-tiba menderita muntaber setelah makan nasi
bungkus di kantin sekolah.

Attack rate = 100 / 500 X 100% = 20 %


Attack rate hanya digunakan pada kelompok masyarakat
terbatas, periode terbatas, misal kejadian Kejadian Luas
Biasa (KLB)
Distribusi Frekuensi Kasus Kejadian Luar Biasa Hepatitis A
Berdasarkan Asal Kelas Di SMU N I Temon
Kabupaten Kulonprogo, 2002

Kelas Jml Murid Jml Kasus Persentase (%) Attack Rate (%)
1a 38 6 15,0 15,8
1b 40 5 12,5 12,5
1c 40 10 25,0 25,0
2a 40 0 0,0 0,0
2b 40 10 25,0 25,0
2c 40 1 2,5 2,5
3 ipa 1 34 0 0,0 0,0
3 ips 1 40 7 17,5 17,5
3 ips 2 37 1 2,5 2,7
Total 349 40 100,0 11,46
Attack Rate Kasus Hepatitis A Berdasarkan Jenis Kelamin
Di SMU N I Temon Kabupaten Kulon Progo, 2002

Laki-Laki Perempuan
Kelas Jml Kasus Populasi AR (%) Jml Kasus Populasi AR (%)
1a 3 16 18,75 3 22 13,63
1b 2 13 15,38 3 27 11,11
1c 5 12 41,66 5 28 17,85
2a 0 18 0,00 0 22 0,00
2b 9 17 52,94 1 23 4,34
2c 0 18 0,00 1 22 4,54
3 ipa 1 0 13 0,00 0 21 0,00
3 ips 1 6 19 31,66 1 21 4,76
3 ips 2 1 14 7,14 0 23 0,00
Total 26 140 18,57 14 209 6,69

Pelajari materi di web:


https://www.cdc.gov/ophss/csels/dsepd/ss1978/lesson3/
Indikator Pengukuran Derajat
Kesehatan
PEMBANGUNAN KESEHATAN merupakan pembangunan yang
menyeluruh baik secara individu maupun masyarakat baik ditinjau dari segi
pelayanan maupun dari segi program pembangunan kesehatan itu sendiri.
Maka dari itu perlu adanya sebuah tolak ukur atau indikator derajat
kesehatan di Indonesia

Pengukuran derajat kesehatan bertujuan untuk mengetahui apakah daerah


atau instansi termasuk sehat atau tidak sehat dan untuk memperbaiki
pembangunan kesehatan

Indikator PDK :
1.Indikator Potensi Masyarakat Sehat (IPMS)
2.Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
3.Indikator Tatanan Masyarakat Sehat (IPTS)
4.Indeks Potensi Keluarga Sehat (IPKS)
5.Human Development Indeks (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia
4-GLOBAL BURDEN DISEASE (GBD)
Burden disease = "beban penyakit" adl DAMPAK
KESELURUHAN dari penyakit dan cedera pada tingkat
individu, di tingkat masyarakat, atau untuk biaya ekonomi
dari penyakit.

WHO (1993) menyatakan bahwa GBD atau "beban global


penyakit" adalah total kerugian kesehatan akibat penyakit
dan cedera.

Penelitian terkait GBD memperkenalkan pengukuran


beban baru thd kecacatan , yaitu DALY (Disability
Adjusted Life Year) mengukur beban penyakit dan
efektivitas intervensi kesehatan.
Disability Adjusted Life Year (DALY)
DALY diperkenalkan pada tahun 1996
Mrpkan ukuran kesenjangan kesehatan, yang
menggabungkan informasi tentang: dampak kematian dini,
dan kecacatan dan hasil kesehatan non-fatal lainnya. Juga
statistik inovatif tahun hidup yang hilang (YLL/years of life
lost), indikator yang menunjukkan kerugian dari kematian
dini, berdasarkan kematian dini dinilai terhadap harapan
hidup rata-rata di populasi negara maju.
Dengan demikian beban penyakit adalah pengukuran
kesenjangan antara status kesehatan saat ini dan situasi
yang ideal di mana setiap orang hidup sampai usia tua,
bebas dari penyakit dan kecacatan.
http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/metrics_daly/
en/
http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/metri
Disability-adjusted life expectancy (DALE) dan
Health adjusted life expectancy (HALE)
DALE dipopulerkan oleh WHO pd tahun 2000 merupkan
ukuran kesehatan yang dicapai populasi dan kemudian
diubah menjadi HALE (Health Adjusted Life Expectancy)
pada tahun 2002.
Dalam konsep HALE semua negara dalam perhitungan
kesehatan. HALE didasarkan UHH saat lahir dgn
penyesuaian waktu yang dihabiskan dalam periode
kesehatan yang buruk.
HALE adl jumlah tahun dalam kesehatan penuh yang
baru lahir dapat berharap untuk hidup dibandingkan
dengan taraf saat sakit dan kematian.
http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/metrics_daly/
en/
GBD DI NEGARA MISKIN
Komisi Makroekonomi dan Kesehatan WHO :
Data statistik penyakit untuk menunjukkan bahwa kondisi
kesehatan di negara miskin terutama adalah dipengaruhi
oleh :
HIV / AIDS
Malaria
TB
Penyakit pada anak-anak yang menular
Kondisi ibu dan perinatal
Penyakit yang berhubungan dengan tembakau
Penyakit kekurangan gizi mikro

http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/
en/
5-PENCEGAHAN, PENGENDALIAN, ELIMASI,
ERADIKASI DAN KEPUNAHAN PENYAKIT
MENULAR
PENCEGAHAN (PREVENTION)
merupakan upaya agar tidak terjadi penyakit pada individu dan
komunitas.

Jenis :
pencegahan premordial : mencegah terjadinya faktor risiko atau
kausa penyakit
pencegahan primer : mencegah paparan (exposure) dengan
faktor risiko atau kausa, infeksi, ataupun dimulainya proses
patogenik
pencegahan sekunder; mencegah penyakit klinis menjadi parah,
cth: skrining, deteksi dini
Pencegahan tersier : mencegah akibat-akibat penyakit, seperti
kematian, kecacatan, kekambuhan, komplikasi, dan sebagainya.
pencegahan primer: mencegah penyakit atau cedera sebelum
terjadi. Dilakukan dengan mencegah paparan terhadap penyebab,
mengubah perilaku tidak sehat, meningkatkan ketahanan terhadap
penyakit. Contoh; pendidikan tentang kebiasaan sehat, imunisasi
pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi dampak dari
penyakit atau cedera yang telah terjadi. Dilakukan dengan mendeteksi
dan mengobati penyakit atau cedera sesegera mungkin untuk
menghentikan atau memperlambat keparahan. Contoh: tes skrining
deteksi dini (mammogram).
Pencegahan tersier bertujuan untuk meringankan dampak
penyakit yang sedang berlangsung, untuk meningkatkan kemampuan
untuk berfungsi, kualitas hidup, harapan hidup. Contoh; rehabilitasi

https://www.iwh.on.ca/wrmb/primary-secondary-and-
tertiary-prevention
Primordial prevention
Primordial prevention consists of actions to minimize future hazards
to health and hence inhibit the establishment factors (environmental,
economic, social, behavioural, cultural) known to increase the risk of
disease.
It addresses broad health determinants rather than preventing
personal exposure to risk factors, which is the goal of primary
prevention. Thus, outlawing alcohol in certain countries would
represent primordial prevention, whereas a campaign against
drinking and would be an example of primary prevention.
Examples of primordial include establishing healthy communities,
promoting a healthy lifestyle in childhood (for example, through
prenatal nutrition programs and supporting early childhood
development programmes), or developing green energy approaches,
increasing sports programmes in schools may help reduce obesity

http://phprimer.afmc.ca/Part1-
TheoryThinkingAboutHealth/Chapter4BasicConceptsInPreventionSurveillanceAndHealthPromoti
on/Thestagesofprevention
Disease Intervention Primary Secondary Tertiary
level
Colorectal Individual Counselling on healthy lifestyles: dietary Hemoccult stool testing to Follow-up exams to
cancer counselling for people at risk of detect colorectal cancer early identify recurrence or
colorectal cancer, etc. metastatic disease:
physical examination, liver
enzyme tests, chest x-
rays, etc.

Population Publicity campaigns alerting the public to Organized colonoscopy Implementation of health
the benefits of lifestyle changes in screening programs services organizational
preventing colorectal cancers; promotion models that improve
of high fibre diets; subsidies to help access to high-quality
people access exercise programmes; care
anti-smoking campaigns

Infectious Individual Counselling on safe drug use to prevent Screening for HCV infection HCV therapy to cure
diseases: hepatitis C virus (HCV) transmission; of patients with a history of infection and prevent
hepatitis C counselling on safer sex injection drug use transmission
Population HCV prevention includes safer sex Establish a universal testing (Similar to primary
practices, programmes to discourage system for HCV in high risk prevention): ensuring
needle sharing among intravenous drug groups close control of high risk
users, etc. sites such as tattoo
parlours that have been
associated with outbreaks

Metabolic Individual Nutrition and exercise counselling Screening for diabetes Referral to cardiac
syndrome rehabilitation clinics
Population Built environment favourable for active Community level weight loss Implementation of
transport (walking, bicycling rather than and exercise programs to multidisciplinary c
using a car) control metabolic syndrome
PENGENDALIAN
(CONTROLLING)
merupakan upaya intervensi berkelanjutan (ongoing
operations) yang bertujuan menurunkan insidensi, durasi
dan prevalensi penyakit, risiko transmisi, efek infeksi
(misalnya, efek psikososial infeksi HIV), serta dampak
sosial ekonomi yang diakibatkannya, di suatu wilayah
geografis, sampai pada tingkat yang dipandang tidak
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
(public health importance) oleh pihak berwewenang dan
masyarakat.

Contoh: pengendalian diare, malaria, di suatu wilayah.


ELIMINASI (ELIMINATION)
merupakan upaya intervensi berkelanjutan yang bertujuan menurunkan
insidensi dan prevalensi suatu penyakit sampai pada tingkat nol di suatu
wilayah geografis. Upaya intervensi berkelanjutan diperlukan untuk
mempertahankan tingkat nol.

Contoh: eliminasi tetanus neonatorum, poliomyelitis, di suatu wilayah.

Eliminasi infeksi merupakan upaya intervensi berkelanjutan yang


bertujuan menurunkan insidensi infeksi yang disebabkan oleh suatu
agen spesifik sampai pada tingkat nol di suatu wilayah geografis.
Eliminasi infeksi bertujuan memutus transmisi (penularan) penyakit di
suatu wilayah. Upaya intervensi berkelanjutan diperlukan untuk
mencegah terulangnya transmisi.

Contoh: eliminasi campak, poliomyelitis, dan difteri. Eliminasi penyakit/


infeksi di tingkat wilayah merupakan tahap penting untuk mencapai
eradikasi global.
ERADIKASI (PEMBERANTASAN,
PEMBASMIAN)
merupakan upaya intervensi berkelanjutan yang bertujuan menurunkan
insidensi dan prevalensi penyakit sampai ke tingkat nol secara
permanen di seluruh dunia. Jika eradikasi telah tercapai maka tidak
diperlukan lagi upaya-upaya intervensi. Contoh: cacar (small pox,
variola).
Kebijakan di banyak negara, tujuan intervensi kesehatan dalam jangka
waktu tertentu adalah mengontrol penyakit, bukan eradikasi penyakit.
Eradikasi penyakit dalam jangka waktu tertentu merupakan target yang
terlalu ambisius, tidak realistis, sehingga tidak akan tercapai. Eradikasi
merupakan tujuan jangka panjang intervensi kesehatan untuk waktu
yang tidak terbatas.
Cth: Centers for Disease Control and Prevention (CDC), bukan Center
for Disease Eradication. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP&PL).
KEPUNAHAN (EXTINCTION)
Kepunahan (extinction) merupakan keadaan di mana
tidak ada lagi agen infeksi tertentu di alam maupun di
laboratorium.
6- EMERGING, RE-EMERGING AND
NEW EMERGING
Penyakit penyakit Infektius: masih menjadi penyebab utama
kematian di negara negara berkembang.
Penyakit penyakit Emerging dan Re-emerging:
Abad 20: 1.415 mikroba diketahui menginfeksi manusia, 61% berasal
dari hewan
3 dekade terakhir: 75% microba berasal dari hewan (zoonosis)
Sering terlupakan didaerah Rural.

Intensitas interaksi manusia hewan meningkatkan kerentanan


terhadap munculnya penyakit penyakit zoonosis

Di Kemudian hari: penyakit penyakit infeksius baru akan terus


bermunculan (New Emerging disease; H5N1, H1N1, SARS,
Mers Cov, dst)
Contd
Emerging Disease termasuk salah satu penyakit yang telah
muncul dalam suatu populasi untuk pertama kalinya, atau
yang mungkin telah ada sebelumnya tetapi meningkat dengan
pesat dalam kejadian atau dalam jarak geografis
Cth: hepatitis, HIV/AIDS, TBC

Re-emerging Disease atau yang biasa disebut resurging


disease adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali
setelah penurunan yang signifikan dalam insiden dimasa
lampau.
Cth: Ebola hemorrhagic fever emerged in African villages;
schistosomiasis is re-emerging in Egypt, malaria

New emerging Disease adalah penyakit yang tergolong baru


atau disebabkan peradaban modern
Cth: SARS, flu burung
TUJUAN PENGENDALIAN
Mengancam kehidupan manusia: tingkat kesakitan dan
kematian tinggi berdampak buruk pada sistem kehidupan dan
perekonomian.
Adanya kasus yang tidak terlaporkan dan cenderung timbul
mengelompok
Berpotensi Wabah
Risiko penyebaran melintasi batas wilayah Potensial
Pandemi
Dapat dikendalikan tidak mudah
Kegiatan Pengendalian:
SURVEILENS & RESPONS
TATA LAKSANA KASUS
KONFIRMASI LABORATORIUM
KOMUNIKASI
RESEARCH
PENYEBAB NEW EMERGING
DISEASE
International travelling and migration
Product and Lifestyle and Food Comsumption
Prosperity : pemerataan pembangunan
Environmental Issue and Degradation
Healthy Child
New information and communication technologies will
help government make more effective decision for health
Habitats, Urbanization and Rural Deprivation
Families Structure
Ageing
Violance and Bioterorisme
Weak surveillance system
7-NON COMMUNICABLE DISEASE
(NCDS)
WHO (2015)
Non communicable diseases (NCDs) = a chronic diseases,
are not passed from person to person. They are of long
duration and generally slow progression.
NCDs already disproportionately affect low- and middle-
income countries where nearly three quarters of NCD deaths
28 million occur.
Tipe Utama NCDs :
Cardiovascular diseases (like heart attacks and stroke)
Cancer
Chronic respiratory diseases (such as chronic obstructed pulmonary
disease and asthma), and
Diabetes
Non Communicable Disease
Who is at risk of such diseases?
NCDs bisa mengenai semua kelompok umur dan tjd di
semua Negara
NCDs seringkali berkorelasi dengan umur
"premature" deaths, 82% tjd di low and middle-income
countries.

Driven factors:
Ageing
rapid unplanned urbanization, and
the globalization of unhealthy lifestyles.

For example, globalization of unhealthy lifestyles like unhealthy diets


may show up in individuals as raised blood pressure, increased
blood glucose, elevated blood lipids, and obesity. These are called
'intermediate risk factors' which can lead to cardiovascular disease,
a NCD.
Faktor Resiko NCDs :
Modifiable behavioural risk factors :
1.Unhealthy diet: In 2010, 1.7 million annual deaths from cardiovascular
causes have been attributed to excess salt/sodium intake
2.Physical inactivity: About 3.2 million deaths annually can be attributed to
insufficient physical activity
3.Tobacco use: Tobacco accounts for around 6 million deaths every year
(including from the effects of exposure to second-hand smoke), and is
projected to increase to 8 million by 2030
4.The harmful use of alcohol: More than half of the 3.3 million annual deaths
from harmful drinking are from NCDs

Metabolic/physiological risk factors :


1.Faktor perilaku tsb menyebabkan peningkatan tekanan darah, obesitas,
hyperglycemia dan hyperlipidemia

Note :
1.In terms of attributable deaths, the leading metabolic risk factor globally is
elevated blood pressure (to which 18% of global deaths are attributed),
followed by overweight and obesity and raised blood glucose. Low- and
middle-income countries are witnessing the fastest rise in overweight young
children.
What are the socioeconomic impacts of
NCDs?
NCDs mengancam progres pencapaian MDGs dan SDGs.
NCDs berkaitan erat dengan kemiskinan (biaya besar, krn
chronic disease).
Peningkatan pesat dalam NCD diprediksi menghambat upaya
penanggulangan kemiskinan di negara-negara
berpenghasilan rendah, terutama dengan meningkatkan biaya
rumah tangga berkaitan dengan pelayanan kesehatan. Biaya
kesehatan terlalu tinggi NCD, termasuk pengobatan sering
lama dan mahal dan kehilangan pencari nafkah
a comprehensive approach is needed that requires all sectors,
including health, finance, foreign affairs, education,
agriculture, planning and others, to work together to reduce
the risks associated with NCDs, as well as promote the
interventions to prevent and control them.
An important way to reduce NCDs is to focus on lessening the
Prevention and control of NCDs
risk factors associated with these diseases. Low-cost solutions
exist to reduce the common modifiable risk factors (mainly
tobacco use, unhealthy diet and physical inactivity, and the
harmful use of alcohol) and map the epidemic of NCDs and their
risk factors.
primary health-care approach to strengthen early detection and
timely treatment. if applied to patients early, can reduce the need
for more expensive treatment. The greatest impact can be
achieved by creating healthy public policies.
Lower-income countries generally have lower capacity for the
prevention and control of noncommunicable diseases.
High-income countries are nearly 4 times more likely to have NCD
services covered by health insurance than low-income countries.
Countries with inadequate health insurance coverage are unlikely
to provide universal access to essential NCD interventions.

Under the leadership of the WHO more than 190 countries agreed
in 2011 on global mechanisms to reduce the avoidable NCD
burden including a Global action plan for the prevention and
control of NCDs 2013-2020.
This plan aims to reduce the number of premature deaths from
NCDs by 25% by 2025 through nine voluntary global targets.
The nine targets focus in part by addressing factors such as
tobacco use, harmful use of alcohol, unhealthy diet and physical
inactivity that increase people's risk of developing these diseases.
The plan offers a menu of best buy or cost-effective, high-impact
interventions for meeting the nine voluntary global targets such as
banning all forms of tobacco and alcohol advertising, replacing
trans fats with polyunsaturated fats, promoting and protecting
breastfeeding, and preventing cervical cancer through screening.

Anda mungkin juga menyukai