Anda di halaman 1dari 18

SOCIAL EPIDEMIOLOGY

dan LIFE-COURSE EPIDEMIOLOGY

Disusun oleh :
RUMEYDA CHITRA PUSPITA
S021508055
PEMINATAN : EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIKA
SEMESTER 1

PROGRAM PASCASARJANA
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
1. Definisi Epidemilogi Sosial (Social Epidemiology)

Beberapa definisi dari epidemiologi sosial (social epidemiology);


Epidemiologi sosial yaitu cabang epidemiologi yang berfokus terutama
pada efek dari struktur sosial faktor-faktor di Serikat kesehatan. Sosial epidemiologi
mengasumsikan bahwa distribusi keuntungan dan kerugian dalam suatu masyarakat
yang mencerminkan distribusi kesehatan dan penyakit (Honjo, 2004).
Murti (2011) dalam resensi buku sosial epidemiologi, mengatakan bahwa
epidemiologi sosial adalah cabang dari epidemiologi yang mempelajari distribusi
dan determinan sosial dari kesehatan. Dengan kata lain epidemiologi sosial
merupakan cabang epidemiologi yang mendeskripsikan distribusi kesehatan pada
populasi berdasarkan faktor-faktor sosial, dan menganalisis faktor-faktor sosial
yang mempengaruhi perbedaan distribusi kesehatan itu pada berbagai populasi.
Epidemiologi sosial mempelajari proses kejadian penyakit dalam natural
history of diseases dan bagaimana perilaku dan struktur sosial menjadi faktor yang
sangat penting dalam mengelola situasi epidemiologis (Hasanbasri, 2012).
Menurut kamus epidemiologi, sosial epidemiologi adalah cabang atau
spesialisasi epidemiologi yang mempelajari peran sosial struktur, proses, dan
faktor-faktor dalam produksi kesehatan dan penyakit dalam populasi. Dengan
pengetahuan epidemiologi, penalaran dan metode untuk mempelajari mengapa dan
bagaimana distribusi kesehatan serikat dipengaruhi oleh faktor etnis, status sosial
ekonomi, kelas sosial, atau konsisi lingkungan dan perumahan (Porta, 2014).
Dari ketiga sumber diatas, dapat disimpulkan bahwa sosial epidemiologi
merupakan cabang ilmu epidemiologi yang berhubungan dengan distribusi
kesehatan dan penyakit, mempelajari faktor-faktor kesehatan, perilaku atau peran
sosial dalam kesehatan, status ekonomi sosial, dan kondisi lingkungan dalam
lingkup epidemiologi, sehingga dengan mengidentifikasi karakteristik masyarakat
dapat mempengaruhi perbedaan (menimbulkan keuntungan dan kerugian) dalam
penyebaran kesehatan dan penyakit dalam suatu populasi (masyarakat).
Hasanbasri, Mubasysyir. 2012. Teaching Social Epidemiology and Social Determinants of Health
in the MPH Program of Gadjah Mada University – Indonesia. Paper Indonesian Network for
Epidemiologists National Meeting in Surakarta of Central Java. Hh 2.
Honjo, Kaori. 2004. Social Epidemiology: Definition, History, and Research Examples.
Environmental Health And Preventive Medicine 9, Hh 193.
Murti, Bhisma. 2011. Social Epidemiology (Resensi). Jurnal Kedokteran Indonesia, Vol. 2/No. 1.
Hh 102.
Porta, Miquel. 2014. A Dictionary of Epidemiology. International Epidemiological Association.
Sixth edition. Hh 264

2. Konsep epidemiologi sosial

Ada beberapa konsep-konsep yang signifikan dibidang epidemiologi sosial


(Honjo, 2004) antara lain:

a. Paradigma Bio-Psikososial
Paradigma bio-psikososial berbeda dengan paradigma biologis yang
mengasumsikan bahwa penyakit merupakan satu-satunya faktor resiko yang
ditimbulkan oleh individu, sehingga faktor-faktor sosial seakan tidak nyata atau
tidak terlibat didalamnya. Sedangkan pradigma bio-psikologi menganggap bahwa
biologi organisme ditentukan oleh tingkat lingkungan dan interaktif, dengan kata
lain, berasumsi bahwa penyakit merupakan produk yang dihasilkan dari interaksi
antara faktor-faktor sosial, faktor-faktor individu dan faktor biologis. Setiap
individu memiliki sejarah budaya masing-masing yang menentukan mengapa dan
bagaimana individu tersebut terkena penyakit sebagai faktor resiko, serta
ditambah interaksi faktor sosial dan biologis

b. Populasi Perspektif
Populasi perspektif merupakan suatu konsep yang signifikan dibidang
epidemiologi sosial. GeoffreyRose menunjukkan bahwa individu dalam suatu
populasi tidak dapat dipisahkan dari faktor risiko timbulnya penyakit, sehingga
populasi perspektif memiliki arti penting dalam sosial epidemiologi. Sebuah
populasi memiliki tingkat resiko penyakit yang tinggi, dapat dilihat dari
keseluruhan masyarakatnya, faktor-faktor sosial yang mempengaruhi, sehingga
dapat dibandingkan dalam sosial epidemiologi, mengapa suatu populasi X
memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas lebih tinggi daripada populasi Y.
c. Menggunakan Pendekatan Statistik Multilevel Analisis
Penggunaan pendekatan statistik baru, seperti multilevel analisis untuk
menentukan dampak dari faktor-faktor sociostructural (struktur sosial) pada
kesehatan merupakan konsep penting dalam epidemiologi sosial. Analisis
multilevel memungkinkan beberapa tingkat analisis harus diperhitungkan secara
bersamaan dan lebih efektif daripada analisis multivariat konvensional. Pada
pendekatan ini ditekankan pada komposisi penjelasan yaitu dalam suatu populasi
masyarakat terdapat beberapa individu yang terdapat variasi perbedaan
didalamnya, serta pada penjelasan kontekstual, yaitu tingkat faktor sosial,
seperti fitur lingkungan sosial dan fisik, yang berpengaruh pada kesehatan dalam
interaksi dengan karakteristik individu. Sosial epidemiologi sangat bersangkutan
dengan fitur efek sosial, dengan pendekatan statistik baru seperti analisis
multilevel memungkinkan utuk memeriksa pentingnya individu dan faktor-faktor
sosial atau inetraksi keduanya, sehingga dapat dikontrol dengan analisis
multilevel secara bersamaan.
Pendekatan ini memungkinkan epidemiologi untuk mengembangkan
analisis kuantitatif dan struktural dari faktor-faktor sosial yang dapat
mempengaruhi kesehatan, dan telah memberikan kontribusi signifikan terhadap
perkembangan sosial epidemiologi.

d. Pentingnya Teori
Epidemiologi sosial mengharuskan penggunaan teori membuat hipotesis
dan menginterpretasikan hasil. Sosial epidemiologi menentukan variabel dalam
model statistik berdasarkan kerangka kerja konseptual yang menunjukkan
hubungan hirarkis di antara faktor-faktor sosial epidemiologi. Kerangka kerja
ini dibangun di atas teori.
Teori merupakan alat penting dalam studi sosial epidemiologi. Berkman
dalam sosial epidemiologi mengatakan bahwa, tanpa hipotesis yang jelas, teori
dapat didukung maupun disangkal, tanpa memiliki pemahaman yang jelas tentang
fosil sekuensing atau biologis yang masuk akal dan tanpa diartikulasikan dalam
teori dan konsep yang spesifik untuk memandu penyelidikan, maka tidak akan
dapat membuat kemajuan.

Murti (2011) menambahkan modal sosial (social capital) sebagai konsep


penting dalam sosial epidemiologi. Model sosial merupakan sebuah topik hangat
riset epidemiologi sosial dalam dua dekade terakhir, yang diteliti pengaruhnya
terhadap kesehatan. Modal sosial merupakan variabel pada level populasi, merujuk
kepada sifat-sifat yang terdapat dalam struktur sosial dari sebuah masyarakat,
meliputi tingkat kepercayaan antar individu, norma timbal-balik, dan tingkat saling
tolong-menolong, yang dapat berperan sebagai sumberdaya bagi individu-individu.
Sehingga dapat disimpulkan masyarakat dengan modal sosial tinggi memiliki
tingkat kesehatan lebih baik.

3. Contoh Penelitian Epidemiologi Sosial.

Berdasarkan penelitian Kaplan et al,. (1996) yang berjudul Inequality in


income and mortality in the United States: analysis of mortality and potential
pathways, penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara hasil kesehatan
dan kesetaraan pendapatan yang didistribusikan di Amerika Serikat. Dari penelitian
ini didapatkan hasil korelasi antara pendapatan dengan kesehatan yang dapat
menyebabkan kematian, tidak terpengaruh oleh penyesuaian untuk negara rata-rata
pendapatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi ketidak setaraan distribusi
pendapatan secara signifikan anatara hasil kesehatan, indicator sosial dan kematian.
Dalam penelitian ini kebijakan ekonomi dapat mempengaruhi ketidaksetaraan
pendapatan dan kekayaan yang kemungkinan berdampak pada kesehatan. Indicator
sosial yang mempengaruhi ketidaksetaraan distribusi pendapatan dapat
dikaitkan dengan usia orang meninggal karena spesifik dan tingkat berat
lahir rendah, pembunuhan, kejahatan kekerasan, pekerjaan kecacatan, pengeluaran
perlindungan polisi, dan perawatan medis. Selain itu rokok dan kegiatan yang
menetap, tingkat pengangguran, penjara, serta dalam hal penerima bantuan
pendapatan dan makanan stamps, kurangnya asuransi kesehatan, dan hasil
pendidikan juga lebih buruk sebagai faktor ketidaksetaraan distribusi pendapatan
meningkat.
Penelitian kedua oleh Macintyre et al,. (1998) yang berjudul do housing
tenure and car access predict health because they are simply markers of income or
self esteem? A scottish study. Merupakan penelitian sosial epidemiologi tentang
kelas sosial dengan mengamati hubungan bivariate yang signifikan antara akses
kepemilikan mobil dengan langkah-langkah kesehatan dengan penyesuaian usia,
jenis kelamin dan interaksi (kecuali tekanan darah sistolik dan rasio
pinggang/pinggul) dan pengaruhnya terhadap pendapatan atau harga diri (status
sosial). Misalnya orang dengan kesehatan yang buruk mungkin dengan kelas sosial
yang rendah karena kesempatannya untuk memiliki pekerjaan mungkin terbatas
karena status kesehatan yang buruknya. Kepemilikan perumahan dan akses mobil
hanya penanda terhadap status pendapatan (kelas sosial) dan tidak memiliki
relevansi terhadap kesehatan atau kebijakan kesehatan cenderung kepada
pertanyaan tentang bagaimana pendapatan atau kelas sosial mempengaruhi
kesehatan jika tidak melalui potensi akses untuk mempromosikan kesehatan.
(artikel terlampir…)

4. Penelitian Epidemiologi Menggunakan Perspektif Epidemilogi Sosial

Geoffrey Rose dalam Berkman (2000) menunjukkan bahwa populasi


perspektif memiliki arti penting dalam sosial epidemiologi, karena setiap individu
dalam suatu populasi tidak dapat dipisahkan dari faktor risiko timbulnya penyakit.
Implikasi penting dari teori Rose yaitu epidemiologi sosial adalah bahwa kita harus
memasukkan konteks sosial kedalam penjelasan tentang mengapa
beberapa orang tetap sehat sementara orang lain mendapatkan sakit. Menerapkan
perspektif populasi kepenelitian epidemiologi dapat diartikan dalam pertanyaan:
1. Mengapa populasi X memiliki distribusi tertentu terhadap suatu risiko
penyakit?
2. Mengapa dengan melakukan sesuatu individu tertentu dapat terkena resiko
sakit?
Untuk menjawab pertanyaan pertama kita memungkinkan untuk
mengetahui leih lanjut tentang epidemiologi pada populasi tersebut, bagaimana
perilaku individunya, lingkungannya, demografinya, sosial ekonomi penduduk
tersebut yang berhubungan dengan penyebaran dan determinan suatu penyakit,
sehingga sangat penting penelitian epidemiologi menggunakan perspektif
epidemiologi sosial. Dengan demikian sangat pentingnya peran epidemiologi sosial
dalam menunjang kesehatan bagi seluruh dunia.

5. Tantangan Penelitian Epidemiologi Sosial


Beberapa tantangan sosial epidemiologi menurut Kaplan (2006) antara lain:
a. Rendahnya pemahaman dan pengetahuan tentang proses pathobiologic,
terlibat dalam penyakit kronis seperti, peningkatan pemahaman sosial faktor,
secara luas dianggap, dapat menjelaskan proses setiap bit sebagai bagian
integral pemahaman tentang etiologi penyakit
b. Mempromosikan melanjutkan pengembangan sosial epidemiologi yang
bersifat ilmiah dan mencerahkan berguna, produktif, dan iuran kesehatan
publik.
c. Menggambarkan pemeriksaan peran yang luas berbagai faktor sosial dalam
pengembangan dan perkembangan banyak masalah kesehatan yang penting,
dan faktor risiko bagi mereka penyakit dan kondisi, seperti adanya kesenjangan
sosial, ketidaksetaraan pendapatan
Analisis multilevel bermanfaat bagi sosial epidemiologi, karena teori
maupun model analisis multilevel ini menjadi point penting dalam diskusi dan tepat
waktu. Dalam sosial epidemiologi perubahan pribadi sangat penting dalam
mencerminkan atau menyiratkan perubahan di tingkat masyarakat atau penduduk.
Penjelasan atas perubahan sosial yang berhenti pada perubahan dalam dan antara
individu yang terdiri dari masyarakat. Dalam adopsi dan internalisasi etika agama
oleh individu yang akhirnya menyebabkan pertumbuhan dan dominasi kapitalisme
ditingkat masyarakat (Oakes, 2006).
6. Definisi Epidemilogi Sepanjang Hayat (Life-Course Epidemiology)

Dalam epidemiologi pendekatan life-course berguna dalam pembelajaran


bahaya fisik dan sosial selama kehamilan, anak-anak, remaja, dewasa yang
mempengaruhi hasil kesehatan dikemudian hari guna mengidentifikasi proses
biologis, perilaku dan psikososial. Paparan lingkungan juga berpengaruh dalam
perkembangan maupun kerusakan kesehatan dalam jangka panjang, dimana pada
masa kanak-kanak dan remaja sedang mengalami masa perkembangan sensitive
berupa ketrampilan sosial dan kognitif, kebiasaan, strategi-strategi nilai-nilai dan
sikap dalam menerima respon. Sehingga dengan kemampuan dan keterampilan
sangat mempengaruhi kehidupan life-course dengan implikasi untuk kesehatan
dikemudian hari (WHO, 2000).
Menurut Kuh et al., (2003) definisi dari life course epidemiologi adalah
studi tentang efek jangka panjang terhadap risiko kesehatan atau penyakit kemudian
eksposur fisik atau sosial selama kehamilan, masa kanak-kanak, remaja, dewasa
muda dan dewasa nanti.
Life course epidemiologi dapat disimpulkan sebagai salah satu studi tentang
dampak yang dialami sejak kehamilan/janin, anak-anak, remaja, dewasa oleh
adanya paparan lingkungan (biologis, perilaku, psikososial) yang berpengaruh
terhadap kesehatan/ resiko kesehatan jangka panjang.
Kuh, D., Shlomo, Y Ben., Lynch, J., Hallqvist, J., Power, C. 2003. Life Course Epidemiology. J
Epidemiol Community Health;57:778
World Health Organization (WHO), 2000. A Life Course Approach To Health. The Implications For
Training of Embracing. Hh 4-5

7. Konsep Epidemiologi Sepanjang Hayat

Model konseptual dari life course epidemioogi mennurut WHO (2000) antara lain:
1. Sebuah model periode kritis
2. Sebuah model masa kritis dengan pengubah efek kemudian
3. Akumulasi risiko dengan penghinaan independen dan tidak berkorelasi
4. Akumulasi risiko dengan penghinaan berkorelasi ( clustering, rantai atau
jalur risiko )
Model masa kritis adalahketika penghinaan selama tertentu periode
perkembangan memiliki efek abadi atau seumur hidup pada struktur atau fungsi
organ, Jaringan dan sistem tubuh. Bukti menunjukkan bahwa faktor-faktor
kehidupan yang kemudian dapat mengubah risiko ini awal (model 2).
Sebaliknya, akumulasi bertahap model risiko mendorong para peneliti untuk
belajar bagaimana faktor risiko kehidupan setiap tahap menggabungkan untuk
meningkatkan risiko penyakit. Melakukan penghinaan terpisah dan independen
secara bertahap menyebabkan jangka panjang kerusakan kesehatan (model 3).
Faktor risiko cenderung cluster dalam hal sosial bermotif,sebagai contoh,
mereka yang tinggal di masa kanak-kanak yangmerugikan keadaan sosial lebih
mungkin untuk lahir rendah berat danterkena miskin diet, masa kanak-kanak infeksi
dan merokok pasif. Eksposur ini dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan
yang dewasa, mungkin melalui rantai risiko atau jalur dari waktu ke waktu dimana
salah satu efek samping (atau pelindung) mengalami akan cenderung menyebabkan
lagi pengalaman (pelindung) yang merugikan secara kumulatif (model 4).

Konsep-konsep penting dalam penelitian life course menurut Braveman (2009):


1. Periode sensitif/kritis
2. Efek kumulatif
3. Selama waktu, lintasan atau jalur
4. Antar generasi model

Sumber: Kuh et al., (2003)

8. Contoh Hasil Penelitian Epidemiologi Sepanjang Hayat.


Penelitian Leon et al,. (1998) dalam menetapkan/menilai apakah
pertumbuhan janin terkait dengan mortalitas dari penyakit jantung iskemik.
Penelitian ini memberikan bukti persuasif hubungan yang nyata antara ukuran
kelahiran dan kematian dari penyakit jantung iskemik pada laki-laki, yang tidak
bisa dijelaskan oleh metodologis artefak maupun sosial ekonomi. Hal ini
menunjukkan bahwa variasi dalam tingkat pertumbuhan janin mulai dari kelahiran
diperluas dari segi etiologi sangat penting. Kesimpulan bahwa kematian dari kasus
penyakit jantung iskemik meningkat ukuran di kelahiran menurun, atau dapat
dikatakan berkurangnya tingkat pertumbuhan janin dengan mortalitas penyakit
jantung iskemik yang lebih tinggi, namun faktor penentu relevan dari laju
pertumbuhan janin yang mendorong penelitian ini belum menjadi diidentifikasi.
Sehingga penelitian ini sangat mendukung peran epidemiologi sepanjang hayat,
yaitu perlunya pembelajaran bahaya fisik, dan sosial selama kehamilan, jadi status
kesehatan seseorang dapat dipantau sejak masih janin.
Penelitian kedua oleh Eriksson et al., (2001), bertujuan untuk menentukan
bagaimana pertumbuhan selama masa kanak-kanak dalam memodifikasi
peningkatan risiko penyakit jantung koroner terkait ukuran tubuh yang kecil
pada saat lahir. Dalam penelitian ini terlepas dari ukuran saat lahir, berat
badan rendah selama masa kanak-kanak dikaitkan dengan peningkatan risiko
penyakit jantung koroner. Setelah usia 1 tahun, berat badan yang bertambah besar
dikaitkan dengan peningkatan risiko lebih lanjut, tetapi hanya diantara laki-laki
yang kurus pada saat lahir. Dampak bertambahnya berat badan terhadap penyakit
jantung koroner sudah jelas pada usia 3 tahun. Perbaikan di janin, bayi, dan anak
selama masa pertumbuhan dapat menyebabkan pengurangan substansial insiden
penyakit jantung koroner. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa berat badan dan
indeks massa tubuh selama masa kanak-kanak dikaitkan dengan penurunan risiko
penyakit jantung koroner. Proteksi terhadap pertumbuhan janin dan bayi adalah
area kunci dalam strategi utama untuk pencegahan penyakit jantung koroner.
Penelitian ini dinilai mendukung peran epidemiologi sepanjang hayat dalam hal
pembelajaran faktor resiko penyakit yang dimulai saat janin, anak anak, dan belum
lagi adanya paparan dari lingkungan luar.

9. Persamaan Konsep Epidemiologi Sepanjang Hayat dan Pendekatan


Perkembangan (Development Approach)

Perspektif life course meliputi pendekatan perkembangan dan


menambahkan unsur-unsur baru yang penting. Perkembangan perspektif umumnya
berfokus pada pengembangan selama masa kecilnya atau masa remaja (kadang-
kadang memperluas ke awal dewasa), life course belajar umumnya memanjang di
beberapa tahap kehidupan, biasanya meneliti hubungan antara anak usia dini
kesehatan hingga dewasa. Sebuah studi life course berfokus pada memahami
bagaimana pengalaman awal hidup dapat membentuk kesehatan seumur hidup dan
berpotensi ke lintas generasi. Mungkin studi life course memeriksa kesehatan anak
atau remaja sebagai hasil sementara (hipotesis) dalam menyelidiki hubungan antara
pengalaman masa kecil dan kesehatan masa dewasa. Perspektif life course dapat
dianggap sebagai kelanjutan dari perspektif/pendekatan perkembangan di seluruh
rentang hidup (Braveman, 2009).

10. Penelitian Epidemiologi Menggunakan Perspektif Epidemilogi Sepanjang


Hayat

Perspektif life course epidemiologi berfokus pada bagaimana pengalaman


awal dapat membentuk kesehatan seumur hidup dan berpotensi di seluruh generasi.
Hal ini secara sistematis mengarahkan perhatian peran konteks, termasuk konteks
sosial dan fisik bersama dengan faktor biologis, dari waktu ke waktu. Pendekatan
ini sangat relevan memahami dan mengatasi kesehatan kesenjangan, karena sosial
dan faktor-faktor kontekstual fisik mendasari sosial ekonomi dan ras/etnis
kesenjangan dalam kesehatan. Selain itu Perspektif life course epidemiologi juga
berfokus pada bagaimana pengalaman awal-hidup (terutama pengalaman kesulitan
berhubungan dengan sosial ekonomi dan kerugian yang sering kali menyertainya)
membentuk kesehatan semasa dewasa, penyakit kronis terutama saat dewasa dan
faktor-faktor risiko dan konsekuensi (Braveman, 2009).

11. Tantangan Penelitian Epidemiologi Sepanjang Hayat


Adapun tantangan dalam melakukan penelitian epidemiologi sepanjang
hayat menurut Kuh et al., (2003) antara lain:
a. Pengembangan lebih lanjut dari uji teoritis dalam menjelaskan risiko dan faktor
pelindung pada setiap tahap kehidupan, dari segi biologis, psikologis, dan
sosial yang mendasari dan menghubungkan satu atau lebih generasi.
b. Kemampuan membantu menjelaskan pola temporal, geografis, dan sosial dari
distribusi penyakit.
c. Mengubah individu melalui pendekatan yang terintegrasi dalam studi
kesehatan kontekstual secara luas
d. Pengetahuan dan pengembangan metode dalam menganalisis genetik (DNA)
pada sampel populasi yang besar, serta mempelajari kemungkinan efek
interaktif dari faktor genetik dan lingkungan di seluruh perjalanan hidup
e. Kebutuhan untuk menerjemahkan pengetahuan baru ke dalam intervensi dan
rekomendasi kebijakan yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan jangka
panjang dari individu, kelompok sosial dan masyarakat
Model statistik dapat menawarkan hanya representasi yang disederhanakan
dari realitas. Klasifikasi relevan dalam life course epidemiologi menurut sejauh
mengakui hubungan antara komponen-komponen tersebut. Misalnya model
bersyarat untuk satu hasil (model regresi multivariat), dan model
bersama/gabungan (variable laten) (De Stavola et al., 2005).

12. Menganalisis Penelitian Epidemiologi Sepanjang Hayat Sekaligus


Perspektif Epidemiologi Sosial untuk Menjawab Masalah Penelitiannya

Kepentingan life course epidemiologi tumpang tindih dengan epidemiologi


sosial, bahwa cabang epidemiologi yang mempelajari peran faktor sosial dalam
produksi kesehatan dan penyakit dalam populasi. Studi life course epidemiologi
bagaimana eksposur/paparan bermotif sosial selama masa kanak-kanak, remaja,
dan dewasa menjadi awal pengaruh terhadap risiko penyakit dan posisi sosial
ekonomi, oleh sebab itu dapat menjelaskan kesenjangan sosial dalam kesehatan dan
kematian orang dewasa. Faktor sosial ekonomi pada tahap kehidupan yang berbeda
dapat beroperasi baik melalui rantai sosial dari risiko atau dengan mempengaruhi
eksposur ke kausal faktor pada tahap kehidupan sebelumnya yang membentuk
bagian dari rantai biologis atau psikologis jangka panjang risiko. Efek kesehatan
diferensial sesuai dengan waktu atau durasi paparan situasi sosial ekonomi dapat
memberikan petunjuk penting untuk etiologi. Life course epidemiologi juga
memberikan perspektif pada penjelasan untuk tren penyakit sekuler dan untuk jenis
kelamin, etnis dan geografis ketidaksetaraan dalam kesehatan (Kuh et al., 2003).
Penerapan pendekatan life course dengan epidemiologi sosial dapat
dianalisis secara konseptualisasi sistematis antara kesenjangan sosial dalam
kesehatan masyarakat. Data longitudinal dengan informasi kontekstual yang
dikumpulkan berulang dan pendekatan statistik yang canggih dapat membantu
memperoleh bukti penelitian. Walaupun belum semua masalah terjawab dalam
analisis tersebut, namun resolusi yang akan membantu para peneliti memperbaiki
kerangka teoritis pendekatan life course. Secara keseluruhan, dengan data
longitudinal yang dikumpulkan menggunakan pendekatan life course dapat
mengurangi kesenjangan kesehatan yang dialami seseorang selama
hidup. Kolaborasi kedua perspektif ini dapat bermanfaat dalam mencapai
kesetaraan dalam kesehatan penduduk, seperti dikutip dalam artikel Life Course
Approach in Social Epidemiology: An Overview, Application and Future
Implications oleh Cable (2014).
Sebagai contoh kasus yang menganalisis life course sekaligus sosial
epidemiologi dalam artikel berjudul Life Course models of socioeconomic position
and cardiovascular risk factors: 1946 Birth Cohort oleh Murray et al., (2011) yang
bertujuan mengidentifikasi life course model yang menggambarkan hubungan
antara posisi sosial ekonomi kehidupan dan faktor risiko kardiovaskular (CVD)
dilihat dari segi indeks massa tubuh (BMI), tekanan darah sistolik dan diastolik,
kolesterol total, low-density lipoprotein, tinggi density lipoprotein, trigliserida,
hemoglobin terglikasi dan menjelajahi BMI di seluruh perjalanan hidup sebagai
mediator hubungan.
13. Tabel Daftar Penyakit/ Kematian di Usia Dewasa yang Berhubungan
dengan Keadaan Sosial Ekonomi di Usia Kanak-Kanak Dan Prenatal

Daftar Penyakit/ Kematian di Usia Dewasa yang


Berhubungan dengan Keadaan Sosial Ekonomi di Usia
Kanak-Kanak dan Prenatal

Kematian

Specific penyebab kematian


Beralkohol sirosis
Kanker, berhubungan dengan merokok
Kanker, perut
Penyakit kardiovaskular
Diabetes
Penyakit pernapasan
Penyakit kardiovaskular
Karotid aterosklerosis
Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung iskemik
Infark miokard
Stroke

Hasil metabolisme
Resistensi insulin
Obesitas
Diabetes tipe 2

Hasil Perilaku
Alkohol atau penyalahgunaan obat
Rokok

Hasil kesehatan lainnya


Depresi
Keterbatasan fungsional
Tanda-tanda Inflammatory
Penyakit periodontal
Rating Kesehatan sendiri

Sumber :
Braveman, Paula and Barclay, Colleen. (2009). Health Disparities Beginning in Childhood: A Life-
Course Perspective. Pediatrics Volume 124, Supplement 3. Hh S165.
14. Tabel Daftar Penyakit/ Kematian Di Usia Dewasa yang Berhubungan
dengan Berat Badan Lahir Rendah (Low Birth Weight)

Daftar Penyakit/ Kematian di Usia Dewasa yang


Berhubungan dengan Berat Badan Lahir Rendah
(Low Birth Weight)

Kematian

Specific penyebab kematian


Penyakit kardiovaskular
Penyakit pernapasan
Penyakit kardiovaskular
Penyakit jantung koroner
Hipertensi
Penyakit jantung iskemik
Hasil metabolisme
Gangguan toleransi glukosa
Sindrom metabolik
Diabetes tipe 2
Hasil kesehatan lainnya
Penyakit ginjal kronis
Depresi
Spontan hipotiroidisme

Sumber :
Braveman, Paula and Barclay, Colleen. (2009). Health Disparities Beginning in Childhood: A Life-
Course Perspective. Pediatrics Volume 124, Supplement 3. Hh S165.
DAFTAR PUSTAKA

Berkman Lisa F. and Kawachi Ichiro. 2000. (Eds) Social Epidemiology. Newyork:
Oxford University Press. Hh 3-12
Braveman, Paula and Barclay, Colleen. (2009). Health Disparities Beginning in
Childhood: A Life-Course Perspective. Pediatrics Volume 124, Supplement
3. Hh S165.
Cable, Noriko. 2014. Life Course Approach in Social Epidemiology: An Overview,
Application and Future Implications. J Epidemiol;24(5):347-352
De Stavola, Bianca L., Nitsch, Dorothea., Silva, Isabel dos Santos. 2005. Statistical
Issues in Life Course Epidemiology. American Journal of Epidemiology:
163(1) 84-96
Eriksson, J G., Forsén, T., Tuomilehto, J., Osmond, C., Barker, D J P. 2001. Early
growth and coronary heart disease in later life: longitudinal study. National
Public Health Institute, Department of Epidemiology and Health Promotion,
Diabetes and Genetic Epidemiology Unit,. BMJ;322:949–53
Hasanbasri, Mubasysyir. 2012. Teaching Social Epidemiology and Social
Determinants of Health in the MPH Program of Gadjah Mada University –
Indonesia. Paper Indonesian Network for Epidemiologists National Meeting in
Surakarta of Central Java. Hh 2.
Honjo, Kaori. 2004. Social Epidemiology: Definition, History, and Research
Examples. Environmental Health And Preventive Medicine 9, Hh 193.
Kaplan, George A., Pamuk, Elsie R., Lynch, John W., Cohen, Richard D., Balfour,
Jennifer L. 1996. Inequality in income and mortality in the United States:
analysis of mortality and potential pathways. Paper of National Center for
Health Statistics, Centers for Disease Control and Prevention. Vol. 312:999-
1003
Kuh, D., Shlomo, Y Ben., Lynch, J., Hallqvist, J., Power, C. 2003. Life Course
Epidemiology. J Epidemiol Community Health;57:778–783
Leon, David A., Lithell, Hans O., Vågerö, Denny., Koupilová, Ilona., Mohsen,
Rawya., Berglund, Lars., Lithell, Ulla-Britt., McKeigue, Paul M. 1998.
Reduced fetal growth rate and increased risk of death from ischaemic heart
disease: cohort study of 15 000 Swedish men and women born 1915-29.
Department of Epidemiology and Population Health, London School of
Hygiene and Tropical Medicine, London. BMJ;317:241–5
Macintyre, Sally., Ellaway, Anne., Der, Geoff., Ford, Graeme and Hunt, Kate.
1998. Do housing tenure and car access predict health because they are simply
markers of income or self esteem? A Scottish study. J Epidemiol Community
Health;52:657–664
Murray, Emily T., Mishra, Gita D., Kuh, Diana., Guralnik, Jack., Black, Stephanie.,
and Hardy, Rebecca. 2011. Life Course models of socioeconomic position and
cardiovascular risk factors: 1946 Birth Cohort. Ann Epidemiol:(8): 589–597.
Murti, Bhisma. 2011. Social Epidemiology (Resensi). Jurnal Kedokteran
Indonesia, Vol. 2/No. 1. Hh 102.
Oakes, J. Michael., Kaufman, Jay S. 2006. Methods in Social Epidemiology.
Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. Hh 10-11
Porta, Miquel. 2014. A Dictionary of Epidemiology. International Epidemiological
Association. Sixth edition. Hh 264

Anda mungkin juga menyukai