Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH

PSIKOSOSIAL: DISTRESS SPIRITUAL

MAKALAH

Oleh

Kelompok 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH
PSIKOSOSIAL: DISTRESS SPIRITUAL

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa

dengan dosen: Ns. Erti Ikhtiarini D., M.Kep.,Sp.Kep.J.

Oleh:

Shynta Eka Wahyuningtyas NIM 152310101044


Ardhia Christie Femila Surya NIM 152310101264
Dyan Ayu Pusparini NIM 152310101258

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER

2017
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Spiritual adalah suatu akitivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidup
yang berhubungan dengan kegiatan spiritual atau agama. Distress Spiritual
merupakan merupakan suatu respons akibat dari suatu kejadian yang traumatis baik
fisik maupun emosional yang tidak sesuai dengan keyakinan atau kepecayaan pasien
dalam menerima kenyataan yang terjadi . Bagi individu yang mengalami masalah
bencana, Ketidaknyamanan akibat permasalahan-permasalahan akan menimbulkan
pertanyaan bagi klien tentang kejadian yang akan terjadi selanjutnya terhadap
dirinya. Klien terkadang ragu terhadap spiritual atau agama yang dianutnya. Menurut
Rousseau (2003) distress spiritual harus pula diperhatikan atau dipertimbangkan bila
klien mengeluh gejala-gejala fisik dan tidak berespon terhadap intervensi yang
efektif. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual
keluarga. Seseorang belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai
moral dari hubungan keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi agama
atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik
bagi setiap individu. Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman
negatif dapat mempengaruhi spiritual seseorang. Peristiwa buruk dianggap sebagai
suatu cobaan yang diberikan Tuhan pada manusia untuk menguji imannya. Krisis
dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering
dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan,
kehilangan, dan bahkan kematian.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang distress spiritual
2. Untuk mengetahui tentang psikopatologi atau psikodinamika
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang diagnosa medis dan diagnosa
keperawatan
4. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan distress spiritual
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Contoh Kasus
Seorang pasien wanita berusia 25 tahun di diagnosa medis menderita
AIDS. Pasien tersebut dibawa keluarganya ke RS dalam keadaan lemas, pucat,
dan kurus. Setelah dilakukan perawatan, pasien menolak untuk makan, pasien
juga sering menangis dan berteriak-teriak. Setelah dilakukan pengkajian,
keluarganya mengatakan bahwa dia belum menikah dan memiliki seorang
kekasih. Namun, sejak pasien sakit, kekasihnya tidak pernah datang ke rumahnya
baik untuk menjenguk ataupun menelepon. Keluarga juga mengatakan bahwa
pasien tidak mau berdoa lagi karena pasien berkata bahwa Tuhan sudah jahat
kepadanya. Pasien tersebut ingin segera meninggal karena ingin segera bertemu
Tuhan untuk protes mengenai masalahnya.
2.2 Pengertian
Menurut Mirowsky dan Ross (2003) distress diakibatkan oleh dua bentuk
utama yaitu depresi dan kecemasan. Depresi adalah perasaan sedih, kehilangan
semangat, kesepian, putus asa, atau tidak berharga, berharap orang lain mati,
kesulitan tidur, menangis, merasa segala sesuatu adalah sebuah usaha, dan tidak
mampu untuk pergi. Kecemasan adalah ketegangan, gelisah, khawatir, marah, dan
takut.
Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh
seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi tuhan, yang
menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya tuhan, dan
permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Alimul, 2006).
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni,
musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005).
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan
individu dalam menemukan arti kehidupannya.
Karakteristik pasien yang mengalami distres spiritual menurut Dover
(2001) antara lain: pasien putus asa, tidak memiliki tujuan dalam hidupnya,
menganggap dirinya dijauhi Tuhan, dan tidak melakukan kegiatan ibadah.
2.3 Psikopatologi/Psikodinamika
A. Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif
seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses
interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang penting bagi
perkembangan spiritual seseorang.
Faktor Predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan,
pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik,
pengalaman sosial, tingkatan sosial.
Faktor Predisposisi psikologi meliputi kecerdasan, keterampilan verbal,
moral, pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi, pola asuh, pertahanan
psikologi, dan kontrol.
B. Faktor Presipitasi
 Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena
perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat
karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri
sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
 Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya
distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan,
perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik
dalam keluarga, kelompok maupun komunitas
Penilaian Terhadap Stressor :
• Respon Kognitif
• Respon Afektif
• Respon Fisiologis
• Respon Sosial
• Respon Perilaku
2.4 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan
2.4.1 Diagnosa Medis
1. Stress
2. Depresi
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Keputusasaan yang berhubungan dengan keyakinan bahwa tidak ada
yang peduli, termasuk Tuhan
2. Distress Spiritual berhubungan dengan: tantangan sistem keyakinan
dan nilai, tes keyakinan spiritual (Sumber: Wilkinson, 2005)
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Terapi Medis
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.
Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara
jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima
2.5.2 Terapi Keperawatan
Pada fase rencana keperawatan, perawat membantu pasien untuk
mencapai tujuan yaitu memelihara atau memulihkan kesejahteraan
spiritual sehingga kepuasan spiritual dapat terwujud. Rencana
keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA
(2012) meliputi :
a. Mengkaji adanya indikasi ketaatan pasien dalam beragama, mengkaji
sumber-sumber harapan dan kekuatan pasien, mendengarkan pendapat
pasien tentang hubungan spiritual dan kesehatan, memberikan privasi,
waktu dan tempat bagi pasien untuk melakukan praktek spiritual,
menjelaskan pentingnya hubungan dengan Tuhan, empati terhadap
perasaan pasien, kolaborasi dengan pemuka agama, meyakinkan pasien
bahwa perawat selalu mendukung pasien.
b. Menggunakan pendekatan yang menenangkan pasien, menjelaskan
semua prosedur dan apa yang akan dirasakan pasien selama prosedur,
mendampingi pasien untuk memberikan rasa aman dan mengurangi
rasa takut, memberikan informasi tentang penyakit pasien, melibatkan
keluarga untuk mendampingi pasien, mengajarkan dan menganjurkan
pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi, mendengarkan pasien
dengan aktif, membantu pasien mengenali situasi yang menimbulkan
kecemasan, mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, dan persepsi.
c. Membantu pasien untuk beradaptasi terhadap perubahan atau ancaman
dalam kehidupan, meningkatkan hubungan interpersonal pasien,
memberikan rasa aman.
Menurut jurnal The spiritual distress assessment tool: an instrument to
assess spiritual distress in hospitalised elderly persons (2010) Distress spiritual
bisa dinilai dengan menggunakan model kebutuhan spiritual yang disebut dengan
SDAT (Spiritual Distress Assessment Tool). SDAT adalah prosedur penilaian
formal untuk mengidentifikasi kebutuhan rohani yang belum terpenuhi, mencetak
hasil sejauh mana kebutuhan rohani tetap terpenuhi dan untuk menentukan
kehadiran distress spiritual. Hasil awal menunjukkan bahwa SDAT adalah
instrumen yang diterima untuk menilai distress spiritual seseorang di rumah sakit.
Instrumen ini menyediakan alat untuk komunikasi dengan kosakata yang baik ,
dan memberikan dasar baru untuk mengintegrasikan spiritualitas ke dalam
rencana pasien perawatan.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Distress spiritual adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan
gangguan kemampuan memaknai hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang
lain, atau dengan kekuatan yang lebih tinggi. Masalah yang sering terjadi pada
pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress spiritual, yaitu kerusakan kemampuan
dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang
dihubungkan dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam, atau kekuatan
yang lebih besar dari dirinya. Pengalaman hidup baik yang positif maupun
pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritual seseorang. Krisis dan perubahan
dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika
seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan
bahkan kematian.

3.2 Saran
Perawat sebagai satu-satunya petugas kesehatan yang berinteraksi dengan pasien
selama 24 jam maka perawat adalah orang yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
spiritual pasien. Oleh karena itu, sebagai perawat yang profesional harus memiliki
pengetahuan dan skill menangani klien dengan distress spiritual. Ketika memberikan
asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan peka terhadap kebutuhan
spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru
menghindar untuk memberi asuhan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul.H. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Manod.S,Jobin.G,dkk.2010.The spiritual distress assessment tool: an instrument to
assess spiritual distress in hospitalised elderly persons. Jurnal BMC Geriatrics,
10:88
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2005 -
2006. Editor : Budi Sentosa. Jakarta : Prima Medika
Nursalam dan Dian N.2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV. Jakarta
: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai