Anda di halaman 1dari 20

SIMULASI ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN DISTRES SPIRITUAL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Jiwa

Dosen pembimbing :
Ns. A. Habib, S.Kep

NAMA KELOMPOK :

1. Apritiana Eka P. (10217007) 12. Maulidiyatul A (10217041)


2. Atria Dhara Sekar A. (10217008) 13. Nadya Dwi S. (10217042)
3. Diah Fitri Istifarin (10217015) 14. Reda Ayu S. (10217051)
4. Dian Wulandari (10217016) 15. Rokhimatul F. (10217052)
5. Etik Dwi Rohmita (10217022) 16. Sabrina Aoelia W (10217053)
6. Eva Purnamasari (10217023) .17. Sukma Putri S. (10217059)
7. Fanesa Kusumastini (10217024) 18. Timing Dwi N.S (10217060)
8. Gilang Prasetyo (10217030) 19. Vriyanka Oki N (10217061)
9. Gintan Adisty (10217031) 20. Yuni Sulistrorini (10217067)
10. Guci Niken M. (10217032) 21. Ratna S. (10218063)
11. Maria Ines Azi Goo (10217040)

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
KEDIRI
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Simulasi Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Distres Spiritual” dengan baik dan tepat waktu.
Simulasi asuhan keperawatan ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan jiwa. Selain itu, simulasi asuhan keperawatan ini disusun
untuk memperluas ilmu tentang “Simulasi Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Distres Spiritual”.
Kami mengakui masih banyak kekurangan dalam pembuatan simulasi
asuhan keperawatan ini karena pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki
masih kurang. Oleh karena itu, kami berharap kepada pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan simulasi
asuhan keperawatan ini.
Kami berharap simulasi asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dalam rangka menambah pengetahuan juga wawasan tentang klien
dengan distres spiritual.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Distress Spititual.........................................................................................3
2.2 Etiologi Distress Spititual........................................................................................3
2.3 Manifestasi Klinis Distress Spititual.......................................................................4
2.4 Pemeriksaan Penunjang Distress Spititual...............................................................5
2.5 Penatalaksanaan Distress Spititual...........................................................................5
2.5 Patofisiologi Distress Spititual.................................................................................6
2.7 WOC Distress Spititual............................................................................................7
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian................................................................................................................8
3.2 Analisa Data...........................................................................................................13
3.3 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................14
3.4 Intervensi................................................................................................................14
3.5 Implementasi..........................................................................................................16
3.6 Evaluasi..................................................................................................................16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai klien yang merupakan makhluk bio-psiko-sosio dan
spiritual merupakan kesatuan dari aspek jasmani dan rohani yang memiliki
sifat unik dengan kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat
perkembangan masingmasing (Achir Yani H, 2008). Sakit merupakan suatu
keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan
atau spiritual seseorang berkurang atau terganggu bila dibandingkan dengan
kondisi sebelumnya (Potter & Perry, 2005).
Seseorang yang sakit berupaya mencari penyembuhan dan pemulihan
kesehatan yang berkualitas dan cepat tanggap atas keluhan klien, serta
penyediaan pelayanan kesehatan yang nyaman. Bentuk pelayanan di rumah
sakit antara lain pelayanan Intensive Care Unit (ICU) dan Ruang Intermediate
Care (IMC). Seseorang yang berada di dalam ruang ICU dan ruang IMC
umumnya merasakan ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, kematian
dan ancaman terhadap integritas. Klien mungkin mempunyai ketidakpastian
tentang makna kematian sehingga mereka menjadi rentan terhadap distress
spiritual. Terdapat juga klien yang mempunyai rasa spiritual tentang
ketenangan yang membuat mereka mampu untuk menghadapi kematian tanpa
rasa takut (Potter & Perry, 2005)
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha
Kuasa dan Maha Pencipta. (Achir Yani H, 2008) spiritualitas meliputi aspek
berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam
kehidupan, menemukan arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, mempunyai perasaan
keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi. Menurut
Dadang H (2005) pakar dan praktisi konseling dan psikoterapi Islam,
menyatakan bahwa doa dapat memberikan rasa optimis, semangat hidup dan
menghilangkan perasaan putus asa ketika seorang menghadapi keadaan atau
masalahmasalah yang kurang menyenangkan baginya (Bachtiar, 2012).

1
Namun masih banyak pasien yang perilakunya dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual tidak menempuh cara ini.
Perawat sebagai tenaga kesehatan profesional mempunyai kesempatan
paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan
keperawatan yang komprehensif meliputi biopsiko-sosio-spiritual. Perawat
harus berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai
bagian dari kebutuhan menyeluruh klien. Kesejahteraan spiritual dari individu
dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan pperilaku perawatan diri yaitu
sumber dukungan untuk dapat menerima perubahan yang dialami (Achir Yani
H, 2005). Perawatan yang berkualitas harus memasukkan aspek spiritual
dalam interaksi antara perawat dan klien dalam bentuk hubungan saling
percaya, memfasilitasi lingkungan yang mendukung dan memasukkan aspek
spiritual dalam perencanaan jaminan yang berkualitas (Azis, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi distress spiritual?
1.2.2 Bagaimana etiologi distress spiritual?
1.2.3 Bagaimana manifestasi klinis distress spiritual?
1.2.4 Apa pemeriksaan penunjang distress spiritual?
1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan distress spiritual?
1.2.6 Bagaimana WOC distress spiritual?
1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan distress spiritual?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui definisi distress spiritual
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi distress spiritual
1.3.3 Untuk mengetahui manifestasi klinis distress spiritual
1.3.4 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang distress spiritual
1.3.5 Untuk mengetahui penatalaksanaan distress spiritual
1.3.6 Untuk mengetahui WOC distress spiritual
1.3.7 Untuk mengetahui asuhan keperawatan distress spiritual

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Definisi Distress Spititual
Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan
prinsip-prinsip kehidupan, atau keagamaan dari pasien yang menyebabkan
gangguan pada aktifitas spiritual, yang merupakan akibat dari masalah-
masalah fisik atau psikososial yang dialami. (Dochterman, 2004: 120).
Distress spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, dengan orang
lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lenih besar dari dirinya.
(Nanda, 2005).
Distress spiritual adalah gangguan pada prinsip hidup yang meliputi
aspek dari seseorang yang menghubungkan aspek psikososial dan biologis
seseorang. (Wilkinson, Judith M., 2007: 490).
Dengan kata lain dapat kita katakan bahwa distress spiritual adalah
kegagalan dalam menemukan arti kehidupannya.

2.2 Etiologi Distress Spititual


Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian Fisik  Abuse
b. Pengkajian Psikologis  Status mental, mungkin adanya depresi, marah,
kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah,
dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2012).
c. Pengkajian Sosial Budaya  dukungan sosial dalam memahami
keyakinan klien (Spencer, 1998).
1. Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi
kognitif seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana
dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang
penting bagi perkembangan spiritual seseorang.
Faktor predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender,
pendidikan, pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya,
keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.
2. Faktor Presipitasi

3
a. Kejadian Stresfull
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi
karena perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang
yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan
baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha
tinggi.
b. Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap
terjadinya distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan
ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan
menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun
komunitas.

2.3 Manifestasi Klinis Distress Spititual


1. Selalu menanyakan kebenaran dari keyakinan yang dianutnya
2. Merasa tidak nyaman terhadap keyakinan agama yang dianutnya
3. Ketidakmampuan melakukan kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukannya secara rutin
4. Perasaan ragu terhadap agama/keyakinan yang dimilikinya
5. Menyatakan perasaan tidak ingin hidup
6. Merasakan kekosongan jiwa berkaitan dengan keyakinan atau agamanya
7. Mengatakan putus hubungan dengan orang lain atau Tuhan
8. Mengekspresikan perasaan marah, takut, cemas terhadap arti hidup,
penderitaan atau kematian.

2.4 Pemeriksaan Penunjang Distress Spititual


1. Lab
2. Foto Rontgen
3. USG

2.5 Penatalaksanaan Distress Spititual


1. Tindakan Psikoterapeutik

4
A. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah
agar pasien:
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang
diyakininya.
d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah
atau penyakit atau perubahan spiritual dalam kehidupan.
e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.
f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
B. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.
c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran akan terhadapspi
ritual yang diyakininya.
d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan
spiritualdalam kehidupan.
e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau
agamayang dianut oleh pasien.
f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang
lain
g. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
h. Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan
ibadah atau kegiatan spiritual lainnya.
2. Terapi aktifitas
A. Psikofarmako
a. Memberikan obat - obatan sesuai program pengobatan pasien.
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara
tersendiri.Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa(PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual

5
tidak digolongkan secara jelasabuah masuk kedalam aksis satu,
dua, tiga, empat atau lima.
b. Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum.
c. Mengukur vital sign secara periodik.
B. Manipulasi Lingkungan
a. Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.
b.Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan
spiritual.
c. Melibatkan pasien dalam kegiatan spiritual secara berkelompok.

2.5 Patofisiologi Distress Spititual


Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan
struktur serta fungsi otak. Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-
hari. Setiap orang tidak dapat dapat menghindari stres, namun setiap orang
diharpakan melakukan penyesuaian terhadap perubahan akibat stres. Ketika
kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai
dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-
kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri”
sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan
seseorang menghadapi ancaman yaitu stres.
Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya
ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk
melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh
sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang
bertangung jawab terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada
sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan kepribadian.
Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan dan
perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi,
nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor
akan menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering
dihubungkan dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi

6
kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-
hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat
dihubungkan dengan timbulnya depresi. Tidak diketahui secara pasti
bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi. Namun ada beberapa
faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor genetik,
lingkungan dan neurobiologi. Perilaku ini yang diperkirakan dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan
spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus depresi
seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya
termasuk kebutuhan spritual.

2.7 WOC Distress Spititual


resiko penelantaran diri perubahan persepsi sensori
↑ ↑
distress spiritual isolasi sosial
↑ ↑
koping individu tidak efektif harga diri rendah

BAB 3
ASUHAN KEPERAAWATAN

Kasus :
Ny. W usia 55 tahun menderita penyakit kanker serviks stadium akhir, pasien
merasa tidak memiliki tujuan hidup dan merasa tidak berdaya. Pasien tidak bisa

7
menerima penyakit yang dideritanya dengan pasrah, pasien sering menyendiri dan
menolak berinteraksi dengan orang sekitar. Saat dilakukan pengkajian oleh
perawat, pasien mengaku bahwa dirinya tidak terima atas kehendak Tuhan, pasien
marah karena Tuhan memberikan penyakit seperti ini, saat ditanya kegiatan
beribadah, pasien mengaku jarang beribadah. Hasil TTV diperoleh : TD : 140/70
MmHg, Nadi : 90x/menit, RR : 22x/menit, Suhu : 370C.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny. W
Umur : 55 tahun
Alamat : Bandar Lor, Mojoroto, Kota Kediri
Pendidikan : SMA sederajat
Agama : Islam
Status : Kawin
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 10217099
Tanggal Dirawat : 29 Juni 2019
Tanggal Pengkajian : 29 Juni 2019
Ruang Rawat : Ruang Mawar
3.1.2 Alasan Masuk
Karena pasien pada awalnya menderita penyakit kanker serviks stadium
akhir, pasien merasa tidak memiliki tujuan hidup dan merasa tidak berdaya
sehingga pasien merasa pasrah karena penyakit yang dideritanya.

3.1.3 Riwayat Kesehatan


1. Keluhan Utama : Pasien tidak bisa menerima penyakit yang dideritanya
dengan pasrah, dan pasien mengaku bahwa dirinya tidak terima atas
kehendak Tuhan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien merasakan timbulnya stress sejak
di diagnose medis menderita penyakit kanker serviks stadium akhir
3. Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
lainnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit yang sama.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
a. Arti sehat dan sakit
b. Pengetahuan status kesehatan saat ini

8
c. Perlindungan terhadap kesehatan : program skrining ke pusat
pelayanan kesehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen, stress,
faktor ekonomi
d. Pemeriksaan diri sendiri : riwayat, medis keluarga, pengobatan yang
telah dilakukan
e. Perilaku untuk mengatasi masalah
f. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
2. Pola Nutrisi / Metabolisme
a. Menggambarkan masukan nutrisi dan keseimbangan cairan
b. Intake nutrisi (frekuensi, jumlah dan komposisi) : (makan sehari
berapa kali, jumlahnya berapa porsi dalam satu kali makan, jenis
makanan apa saja yang dimakan)
c. Intake cairan (frekuensi, jumlah dan jenis) : (minum sehari berapa
kali, jumlahnya berapa porsi dalam satu kali makan, jenis minum
apa yang diminum)
d. Nafsu makan : (baik, tidak ada, berlebihan, kurang atau sedang)
e. Masalah dengan makan : (ada atau tidak masalah dalam makan)
f. Makanan kesukaan : (mempunyai alergi makanan apa tidak)
3. Pola Eliminasi
a. Eliminasi Urin
a) Pola BAK (frekuensi, waktu, jumlah) : (BAK sehari berapa kali,
kapan saja waktu untuk BAK, jumlahnya brapa ml)
b) Karakteristik (warna, kejernihan, bau, endapan)
c) Faktor yang memengaruhi BAK
d) Masalah eliminasi urin : (ada atau tidak)
b. Eliminasi Alvi
a) Pola BAB (frekuensi, waktu)
b) Karakteristik keluaran feses (bau, jumlah)
c) Masalah dengan BAB
d) Faktor yang memengaruhi BAB
4. Pola Aktivitas – Latihan
a. Pola aktivitas yang dilakukan
b. Aktivitas di waktu luang
c. Masalah dalam aktivitas
d. Penggunaan alat bantu
e. Aktivitas sejak sakit
5. Pola istirahat Tidur
a. Kebiasaan pola tidur (waktu, jumlah, kualitas)
b. Dampak pola istirahat tidur terhadap aktivitas sehari-hari
c. Kesulitan tidur : (merasa kesulitan tidur atau tidak)
d. Alat bantu tidur : (menggunakan alat bantu tidur atau tidak)
6. Pola kognitif perseptual
a. Kemampuan panca indra (pendengaran, penglihatan,penciuman)
b. Pemakaian alat bantu pendengaran, penglihatan

9
c. Masalah perceptual : (mempunyai persepsi masalah perseptual)
d. Perubahan memori : (selama sakit mengalami perubahan memori
atau tidak)
e. Persepsi nyeri dan penanganan nyeri (P,Q,R,S,T)

7. Konsep Diri atau Persepsi Diri


a. Konsep Diri :
Body Image : (gambaran tubuh datau diri ketika sakit)
Self Ideal : (ideal diri ketika sakit)
Self Esteem : (harga diri ketika sakit)
Role : (peran selama sakit terganggu atau tidak)
Identitas : (menjelaskan tentang identitas)
8. Pola Hubungan-Peran
a. Keefektifan peran : (selama sakit peran yang dilakukan efektif atau
tidak)
b. Hubungan dengan orang terdekat
c. Efek perubahan peran terhadap hubungan
9. Pola Seksualitas-Reproduksi
a. Dampak sakit terhadap seksualitas
b. Riwayat haid : (masih mengalamihaid atau tidak)
c. Tindakan pengendalian kelahiran : (ada atau tidak tindakan yang
dilakukan untuk pengendalian kelahiran)
d. Riwayat penyakit hubungan seksual
10. Pola Koping-Toleransi Stress
a. Penggunaan sistem pendukung : (sistem pendukung apa yang
digunakan)
b. Stressor sebelum sakit : (adakah stress atau penyebab lain yang dapat
menyebabkan sakit)
c. Metode koping yang biasa digunakan
d. Faktor-faktor yang memengaruhi koping
e. Efek penyakit terhadap tingkat stress
f. Penggunaan alcohol dan obat lain untuk mengatasi stress
11. Pola Nilai-Kepercayaan
a. Agama : (agama apa yang dianut)
b. Kegiatan keagamaan dan budaya : (bagaimana kegiatan dalam
keagamaan dan budayanya selama sakit)

3.1.5 Pemeriksaan Fisik


1. Kepala dan Leher : (rambut, wajah, mata, hidung, telinga, mulut, gigi,
leher)
2. Pemeriksaan Thoraks :
a. Pulmonum :
Inspeksi : bentuk dada simetris atau tidak, frekuensi pernafasan
Palpasi : tactil fremitus

10
Perkusi : suara paru sonor, redup, pekak
Auskultasi : suara nafas (wheezing, ronkhi)
b. Jantung :
Inspeksi : bentuk precodium simetris atau tidak, denyut jantung
normal berbentuk tonjolan kecil
Palpasi : denyut apeks jantung normal
Perkusi : jantung kondisi normal bila tidak ada suara bising dan
tidak terdengar melemah
Auskultasi : suarajantung normal apabila tidak ada suara bising dan
tidak terdengar melemah
3. Abdomen :
Inspeksi : bentuk abdomen simetris atau tidak, datar, cekung, atau
buncit
Palpasi : ada nyeri tekan apa tidak, ada pembesaran hepar atau tidak
Perkusi : normal (timpani), pekak, atau redup
Auskultasi : peristaltic usus
4. Genetalia Anus :
Genetalia : Pernah mengalami atau ada kelainan genetalia atau tidak
Anus : pernah mengalami atau ada kelainan pada anus apa tidak
5. Ekstremitas :
Kekuatan otot lemah apa tidak, kekuatan ototnya pada skala berapa
6. Integumen :
Turgor kulit baik apa tidak, sianosis apa tidak.

3.2 Analisa Data


No. Data Etiologi Masalah
1. DS : resiko penelantaran Distress Spiritual
pasien mengaku
diri
bahwa dirinya tidak ↑
distress spiritual
terima atas kehendak

Tuhan, pasien marah koping individu
karena Tuhan tidak efektif
memberikan penyakit
seperti ini, saat
ditanya kegiatan
beribadah, pasien
mengaku jarang
beribadah.

11
DO :
TTV :
TD : 140/70 MmHg,
Nadi : 90x/menit,
RR : 22x/menit,
Suhu : 370C.

2. DS : perubahan persepsi Isolasi Sosial


Pasien sering
sensori
menyendiri dan ↑
isolasi sosial
menolak berinteraksi

dengan orang sekitar harga diri rendah
DO :
TTV :
TD : 140/70 MmHg,
Nadi : 90x/menit,
RR : 22x/menit,
Suhu : 370C.
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Distres Spiritual b.d koping individu tidak efektif
2. Isolasi soasial b.d harga diri rendah

3.4 Intervensi
No Diagnosa Tujuan / Keriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Distres Setelah diberikan asuhan 1. Gunakan komuniasi
Spiritual b.d keperawatan selama 1x24 terapeutik untuk
koping inividu jam diharapkan Distres membangun kepercayaan
tidak efektif Spiritual pada pasien dan kepedulian empatik
2. Bantu untuk
kembali normal dengan
meningkatkan koping
kriteria hasil:
3. Dukung dalam
1. Mampu mengontrol
pengambilan keputusan
kecemasan
4. Mendorong individu untuk
2. Mampu mengontrol
meninjau kehidupan masa
tingkat depresi dan
lalu dan fokus pada

12
level stres peristiwa dan hubungan
3. Penerimaan atau
yang memberikan
kesiapan menghadapi
kekuatan spiritual dan
kematian
dukungan
4. Berpartisipasi dalam
5. Menyediakan privasi dan
pengambilan keputusan
cukup waktu untuk
untuk mendapatkan
kegiatan spiritual
pelayanan kesehatan 6. Ajarkan metode
5. Penerimaan terhadap
relaksasi,meditasi,dan
status kesehatan
tujuan
6. Kesehatan spiritual
7. Menyediakan music
7. Menunjukkan harapan
spiritual, sastra atau
arti hidup
8. Terlibat dalam program radio atau TV ke
lingkungan sosial individu

2. Isolasi social Setelah diberikan asuhan 1. Fasilitasi dukungan


b.d harga diri keperawatan selama 1x24 kepada pasien oleh
rendah jam diharapkan Isolasi keluarga
2. Dorong melakukan
Sosial pada pasien kembali
aktivitas soisal dan
normal dengan kriteria
komunitas
hasil:
3. Berikan umpan balik
1. Tingkat persepsi positif
tentang peningkatan dalam
tentang status
perawatan dan penampilan
kesehatan dan status
diri atau aktivitas lain
hidup individ.
4. Gali kekuatan dan
2. Mampu menyesuaikan
kelemahan pasien dalam
terhadap emosi sebagai
berinteraksi social.
respon terhadap
5. Membantu pasien
keadaan tertentu
mengembangkan atau
3. Mengendalikan
meningkatkan
keparahan respon
keterampilan social
emosi, sosial atau
interpersonal.
eksistensi terhadap
isolasi
4. Tingkat persepsi positif

13
tentangstatus kesehatan
dan status hidup
individu

3.5 Implementasi
NO. Implementasi Evaluasi
DX
1. 1. Tunjukan sikap empati S : pasien tidak terima atas kehendak Tuhan,
dan perhatikan pasien marah karena Tuhan memberikan
kebutuhan dasar pasien. penyakit seperti ini, dan pasien mengaku
2. Membantu untuk
jarang beribadah.
mendapatkan dan
menggunakan
O : Pasien mulai menerima kehendak Tuhan.
informasi.
3. Informasikan pada
A : Masalah teratasi sebagian
pasien mengenai
pandangan-pandangan
P : Lanjutkan intervensi No. 1 dan 4.
atau solusi alternative
dengan cara yang jelas
dan mendukung.
4. Bantu pasien
mengidentifikasikan
halangan dan sikap yang
menghalangi
pertumbuhan dan
penemuan diri.
2. 1. Yakinkan keluarga S : Pasien sering menyendiri dan menolak
bahwa pasein sedang berinteraksi dengan orang sekitar
diberikan perawatan
terbaik O : Pasien sudah bisa bersosialisasi dengan
2. Anjurkan kegiatan

14
social dan masyarakat orang lain dan keluarga.
3. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
A : Masalah teratasi
perilaku-perilaku yang
diperlukan untuk
P : Intervensi dihentikan.
mengembangkan peran
4. Anjurkan pasien untuk
berpartisipasi dalam
kegiatan social dan
masyarakat
5. Anjurkan hubungan
dengan orang-orang
yang memiliki minat
dan tujuan yang sama

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perawat sebagai tenaga kesehatan profesional mempunyai kesempatan
paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan
keperawatan yang komprehensif meliputi biopsiko-sosio-spiritual. Perawat
harus berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai
bagian dari kebutuhan menyeluruh klien. Kesejahteraan spiritual dari individu
dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan pperilaku perawatan diri yaitu
sumber dukungan untuk dapat menerima perubahan yang dialami
Perawatan yang berkualitas harus memasukkan aspek spiritual dalam
interaksi antara perawat dan klien dalam bentuk hubungan saling percaya,
memfasilitasi lingkungan yang mendukung dan memasukkan aspek spiritual
dalam perencanaan jaminan yang berkualitas

16
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Bachtiar, Doni. 2012. Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap
Kinerja
Karyawan. Management Analysis Journal.
Dochterman, etc. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa
Indonesia. Yogyakarta. Mocomedia.
Dwi Ristianingsih1, Cahyu Septiwi2, Isma Yuniar. Jurusan Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Gombong. Gambaran Motivasi Dan Tindakan
Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Di Ruang
Icu Pku Muhammadiyah Gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan,
Volume 10, No 2. Juni 2014
Hamid, Achir Yani. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC.
Kaplan, Robert S, et al. 1996. Balanced Scorecard : Menerapkan Strategi
Menjadi Aksi. Jakarta : Erlangga.
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction
Jogja.
Otis-Green, S. & Juarez, G. 2012. Enhacing the Social Well-Being of Family
Caregivers. Semin Oncol Nurs, 28 (4), 246-255.
Potter, P.A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik Edisi 4. Jakarta : EGC.
Varcarolis, E. M. 2000. Psychiatric Nursing Clinical Guide : Assesment Tools &
Diagnosis. Philadelphia : W. B. Saunders Company.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Jakarta : EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai