Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ANALISA KASUS END-STAGE HEART DISEASE

Oleh:
Kelompok 2
Dewi Dermawanita
Imam Saputra
Mela Rahmadona
Nanda Indrian
Novita Yanti
Putra Pratama
Pingky Anggraeny
Wulan Safitri
Valentina Jessica Hutapea
Masita Ayumaida

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, karena atas limpahan
rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan judul “Analisa
Kasus End-Stage Heart Disease”. Tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang
dapat di gunakan untuk memperdalam pemahaman mengenai materi ini. Makalah
ini diselesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Modalitas.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 26 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum.................................................................................2
2. Tujuan Khusus................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kondisi Yang Menunjukkan Paliatif Dan End Of Life.........................3
B. Patofisiologi Kondisi Terminal CHF....................................................4
C. Perawatan Paliatif & End Of Life Yang Sesuai Pada CHF ..................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................9

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang
paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di Dunia, 17,5 juta
jiwa (31%) dari 58 juta angka kematian di dunia disebabkan oleh penyakit
jantung (WHO, 2016). Dari seluruh angka tersebut, benua Asia menduduki
tempat tertinggi akibat kematian penyakit jantung dengan jumlah penderita
276,9 ribu jiwa. Indonesia menduduki tingat kedua di Asia Tenggara
dengan jumlah 371 ribu jiwa (WHO, 2014).
Kementerian dasar (Riskesdes) kementerian kesehatan tahun 2018,
data menunjukkan prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis
dokter di Indonesia Prevalensi penyakit gagal jantung berdasarkan
diagnosis dokter Indonesia yaitu sebesar 1,5% dari total penduduk.
Penelitian ini juga melaporkan penderita penyakit jantung coroner
berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi terjadi pada perempuan yaitu 1,6%
dibandingkan laki-laki 1,3% (Riskedas, 2018).
Menurut America Heart Association (AHA) tahun 2012 dilaporkan
bahwa ada 5,7 juta penduduk Amerika Serikat yang menderita gagal
jantung (Padila, 2012). Penderita gagal jantung pada tahun 2012 menurut
data Departemen Kesehatan mencapai 14.449 jiwa penderita yang
menjalani rawat inap di Rumah Sakit. Resiko kematian disebabkan oleh
CHF adalah sekitar 5-10% per tahun pada kasus gagal jantung ringan, dan
meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat.
Menurut data Riskesdes 2018 mengungkapkan tiga provinsi dengan
prevalensi penyakit jantung tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Utara 2,2
persen, Yogyakarta 2 persen, dan Gorontalo 2 persen. Selain dari provinsi
tambahan dengan prevalensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
prevelensi nasional. Delapan provinsi tersebut adalah Aceh 1,6%, Jakarta
1,9%, Jawa Barat 1,6%, Jawa Tengah 1,6%, Kalimantan Timur 1,9%,
Sulawesi Utara 1,8%, dan Sulawesi Tengah 1,9%.

4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami perawatan paliatif dan end of life end-stage heart
disease.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penyebab paliatif dan end of life end-stage
heart disease
b. Untuk mengetahui klasifikasi end of life end-stage heart disease
c. Untuk mengetahui perawatan paliatif dan end of life

5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kondisi Yang Menunjukkan Paliatif Dan End Of Life CHF
Gagal jantung kongestif terjadi manisfestasi gabungan gagal jantung
kiri dan kanan. New York Association (NYHA) membuat klasifikasi
fungsional dalam 4 kelas, yaitu:
1. Kelas I, bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan
2. Kelas II, bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas berat dari
aktivitas sehari-hari tanpa keluhan
3. Kelas III, bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa
keluhan
4. Kelas IV, bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas
apapun harus tirah baring.
Kondisi yang menunjukkan stadium lanjut, pasien dengan penyakit
gagal jantung kongesif tidak hanya mengalami masalah fisik seperti, nyeri,
sempit nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga
memperbaiki gangguan psikososial dan rohani yang berpengaruh. Maka
kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya
pemenuhan atau pengobatan fisik pentingnya dukungan terhadap
kebutuhan psikologis, sosial dan rohani. (Doyle & Macdonald, 2003).
Maka pada stadium akhir atau kelas IV yang menunjukkan keadaan
pasien yang tidak dapat melakukan aktivitas, pada fase ini tindakan
keperawatan paliatif yang dilakukan adalah dengan mengenali tanda-tanda
serangan jantung, memonitor respon terhadap terapi yang dilakukan,
mencegah komplikasi serta membuat dukungan secara psikososialdalam
hal ini, peran keluarga sangat berpengaruh dalam kondisi pasien. (Peeters,
2002).
B. Patofisiologi Kondisi Terminal CHF (Congestive Heart Failure)
Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya
ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan

6
gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung
sisi kiri dan sisi kanan. Secara keseluruhan, penyakit gagal jantung kronis,
termasuk gagal jantung kongestif (Smith, 2011).
Menurut Price (2005) beban pengisian preload dan beban tahanan
afterload pada ventrikel yang mengalami dilatasi dan hipertrofi
memungkinkan adanya peningkatan daya kontraksi jantung yang lebih
kuat sehingga curah jantung meningkat. Pembebanan jantung yang lebih
besar meningkatkan simpatis sehingga kadar katekolamin dalam darah
meningkat simpatis sehingga kadar katekolamin dalam darah meningkat
dan terjadi takikardi dengan tujuan meningkatkan curah jantung.
Pembebanan jantung yang berlebihan dapat meningkatkan curah
jantung menurun, maka akan terjadi redistribusi cairan dan elektrolit (Na)
melalui pengaturan cairan oleh ginjal dan vasokonstriksi perifer dengan
tujuan untuk memperbesar aliran balik vena ke dalam ventrikel sehingga
meningkatkan tekanan akhir diastolik dan menaikkan kembali curah
jantung. Dilatasi, hipertrofi, takikardi, dan redistribusi cairan badan
merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung
dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan. Bila semua kemampuan
mekanisme kompensasi jantung tersebut diatas sudah dipergunakan
seluruhnya dan sirkulasi darah dalam badan belum juga terpenuhi maka
terjadilah keadaan gagal jantung (Ilmi, N. 2016) .

7
Afterload
Kontraktilitas
 Stenosis
WOC
Aterosklerosis Peradangan dan Beban kerja jantung
Preload penyakit meningkat

Retensi cairan Aliran darah ke otot


Merusak serabut Hipertropi miocard
jantung ↓
otot jantung

Hipoksia & asidosis


Kontraksi otot
jantung ↓

Gagal jantung kiri CHF Gagal jantung


kanan

Ventrikel tidak Volume darah yang


mampu diejeksikan oleh atrium Akumulais residu
memompa darah ke ventrikel ↓ ventrikel kanan

Volume residu Darah dari atrium


meningkat Blood Brain Bladder Bone kanan tidak dapat

Tekanan ↑ Tekanan atrium


Dx: Penurunan Perfusi Penurunan aliran Penurunan
ventrikel kiri kanan
curah jantung jaringan otak darah ke ginjal aliran darah
meningkat
sistemik
↑Tekanan vena
Breath Suplai O2 ke Gangguan
Suplai O2 ke tbh ↓ sistemik
otak ↓ pada tubulus
& nefron
↑ permeabilitas
Hipoksia Sianosis, Lelah,
kapiler paru
jaringan otak GFR ↓ Dipsnea

Cairan masuk ke
Pusing, gangguan Dx: Intoleransi
intravaskuler Oliguri,
kesadaran, aktifitas
nokturia
Penurunan
Edema paru
Bedrest
Dx:Perubahan
Dx: Resiko cidera total
pola eliminasi
Proses difusi antara
O2 & CO2 terganggu
Dx: Kerusakan
Sesak, dipsnea, pH↓ integritas kulit
Co2↓, O2 ↓

Bowel Blood Bone


Dx: Gangguan Dx: Pola napas
pertukaran gas tidak efektif
Hepatomegali, Edema di ektremitas Penurunan aliran darah
distensi ke jaringan

Perfusi pada jaringan


Dx: Nutrisi kurang Anoreksia, mual Dx: kelebihan kulit yang tertekan
dari kebutuhan tubuh muntah volume cairan
Dx: Resiko
8 kerusakan
intregitas kulit
C. Perawatan Paliatif
1. Home Based Exercise Training (HBET)
Selama periode ini, gagal jantung Stadium I-II pasien dengan gagal
jantung disarankan untuk bed rest yang bertujuan untuk memperbaiki
status hemodinamik. Setelah fase ini terlewati, pasien berada pada
fase recovery. Pada fase ini, bed rest menjadi suatu saran yang
kontroversial karena dapat memicu menurunnya level toleransi
aktivitas dan memperberat gejala gagal jantung seperti sesak disertai
batuk. Semua otot perlu dilatih untuk mempertahankan kekuatannya
termasuk dalam hal ini adalah otot jantung (Suharsono, 2013).
Kondisi yang menyebabkan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari akan mengganggu rutinitas pasien. Akibatnya, pasien
kehilangan kemampuan fungsional. Pada pasien gagal jantung,
kapasitas fungsional sangat berkaitan erat dengan kualitas hidup
pasien. Kapasitas fungsional dapat ditingkatkan, salah satunya dengan
melakukan latihan fisik. Latihan ini meliputi: tipe, intensitas, durasi,
dan frekuensi tertentu sesuai dengan kondisi pasien [ CITATION Suh13 \l
1057 ].
2. Terapi Penyekat Beta sebagai Anti-Remodelling pada Gagal Jantung
Gagal jantung pada Stadium III merupakan sindrom kompleks yang
ditunjukkan dengan gejala seperti sesak napas saat beraktivitas dan
membaik saat beristirahat, tanda retensi cairan berupa kongesti
pulmoner, edema ekstremitas, serta abnormalitas struktur dan fungsi
jantung. Keadaan tersebut berhubungan dengan penurunan fungsi
pompa jantung. Penurunan fungsi pompa jantung dapat terjadi akibat
infark miokard, hipertensi kronis, dan kardiomiopati. Dalam hal ini,
jantung mengalami remodelling sel melalui berbagai mekanisme
biokimiawi yang kompleks dan akhirnya menurunkan fungsi jantung.
Metroprolol merupakan salah satu jenis beta blocker yang berfungsi
meningkatkan fungsi jantung dengan menghambat remodelling pada
jantung (Amin, 2015).

9
3. End Of Life
Gagal jantung stadium 4 yang artinya stadium itu sudah parah maka
tindakan yang dilakukan yaitu mencegah kompilkasi. Pada kondisi
ini, tindakan yang dilakukan bukan hanya tindakan medis tetapi
membantu pasien mencapai rasa harga dirinya untuk menerima dan
mengenal bahaya gagal jantung. Perawat harus mendorong respon
positif pada keadaan perubahan pasien (Piepolli, 2011)

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut Price (2005) beban pengisian preload dan beban tahanan
afterload pada ventrikel yang mengalami dilatasi dan hipertrofi
memungkinkan adanya peningkatan daya kontraksi jantung yang lebih
kuat sehingga curah jantung meningkat. Pembebanan jantung yang
lebih besar meningkatkan simpatis sehingga kadar katekolamin dalam
darah meningkat simpatis sehingga kadar katekolamin dalam darah
meningkat dan terjadi takikardi dengan tujuan meningkatkan curah
jantung.
2. Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya
ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal.
Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi
gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan. Secara keseluruhan, penyakit
gagal jantung kronis, termasuk gagal jantung kongestif (Smith, 2011).
4. Home Based Exercise Training (HBET)
Selama periode akut pasien dengan gagal jantung disarankan untuk bed
rest yang bertujuan untuk memperbaiki status hemodinamik. Setelah
fase akut terlewati, pasien berada pada fase recovery.
B. Saran
Penulis menyarankan agar beberapa hal terkait dengan penelitian
dimasa mendatang yaitu dalam penerapan sistem yang lebih baik agar
menjadi media pendidikan maka dapat menjadi eksistensi perguruan tinggi
keperawatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amin, 2015. Buku Ajar Terapi Kedokteran. Jakarta: Badan Litbangkes


Jarsman, T. E. (2009). Palliative care in heart failure: a position statement from
the palliative care workshop of the heart failure association of the
European society of cardiology. Europen Journal Of Heart Failure.
Ilmi, N. (2016). Patofisiologi penyakit: Pengantar menuju kedokteran klinis.
Jakarta: EGC.
KEPMENKES RI NO: 812/MENKES/SK/VII/2007. Tentang Kebijakan
Perawatan Paliatif Menteri Kesehatan Repubrik Indonesia.
Nicholson, C. 2007. Heart failure, A Clinical Nursing Handbook. Jhon Willey &
Sons. Jakarta: EGC
Piepolli. M. F. 2011. Exercise Training In Heart Feilure. European Journal Of
Heart Failure, Volume 13.
Price, Sylvia A, et al. (2005). Patofisiologi Penyakit: Penghantar Menuju
Kedokteran Klinis. Jakarta: EGC
Smith, 2011. Core Components Of Cardiac Rehabilitation/Secondary Prevetion
Programs. Corculation AHA, 115.
Sudoyo, Ari W. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC
Suharsono, T. D. 2013. Perawatan Paliatif Pada Gagal. Jurnal keperawatan,
Volume 13.
Yancy, C. e. (2013). ACFF / AHA Guidline For The Management Of Heart
Failure: Executive Summary. Journal of the American College of
Cardiology, Vol. 62, No. 16, 2013 ISSN 0735-109, 1-45.

12

Anda mungkin juga menyukai