Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPERAWATAN PALIATIF
KEGAWATAN DALAM ASUHAN PALIATIF

KELOMPOK IX

RAMELAN 2014901034
NURLELA 2014901030
YUSUF WAHYUDI 2014901047
TUKIRAN 2014901042
MA’RUF SAHRONI 2014901025
KHOIRIYAH 2014901020

POLITEKNIK KESEHATANTANJUNGKARANG

JURUSAN KEPERATAN TANJUNGKARANG

PRODI NERS KEPERAWATAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan karunianya penulis
telah dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kegawatan dalam asuhan
paliatif.” Selawat beriring salam penulis kirimkan kepada junjungan Alam Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat beliau sekalian.
Dalam penyelesaian penulisa makalah ini, penulis mendapat bimbingan,
arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-sebesarnya.

Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini.


Namun penulis menyadari bahwa dalam makalah ini mungkin masih ditemukan
kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang dapat dijadikan masukan guna perbaikan di masa yang akan datang.

Bandar Lampung, September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 2

1.4 Manfaat Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Manfaat dan Efek Samping Tindakan Keperawatan Paliatif 3

2.3 Manajemen yang Efektif untuk Kegawatan dalam Keperawatan Paliatif 7

2.4 Tanda-Tanda Keperawatan Paliatif yang Memerlukan Rujukan 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 11

3.2 Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam
jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian
yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
atau spiritual. (World Health Organization (WHO), 2016).

Latar belakang perlunya perawatan paliatif adalah karena meningkatnya jumlah


pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti
penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke,
parkinson, gagal jantung (heart failure), penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti
HIV/AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, di samping kegiatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.

Tujuan perawatan paliatif untuk mengurangi penderitaan pasien, meningkatkan


kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Jadi, tujuan utama
perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit dan yang ditangani bukan hanya
penderita, tetapi juga keluarganya. Meski pada akhirya pasien meninggal, yang terpenting
sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stress
menghadapi penyakit yang dideritanya.

Pada pasien paliatif akan mengalami kegawatan. Kegawatan ini dapat membuat
pasien merasa takut, begitu pun dengan keluarganya. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan
manajemen dengan tim kesehatan lainnya. Manajemen ini perlu diketahui oleh seorang
perawat karena perawat yang menemani pasien selama 24 jam. Oleh karena itu, seorang
perawat harus memahami manajemen yang efektif yang harus dilakukan dalam kegawatan
perawatan paliatif. Hal ini harus dilakukan agar kegawatan yang dialami oleh pasien dapat
diatasi dengan sesegera mungkin.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil yaitu :
1. Apa manfaat dan efek samping tindakan keperawatan paliatif?
2. Bagimana manajemen penyakit yang life limiting pada renal failure?
3. Bagaimana manajemen yang efektif untuk kegawatan dalam keperawatan paliatif?
4. Bagaimana tanda-tanda kegawatan pada keperawatan paliatif yang mendapat
rujukan?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Memenuhi penugasan mata kuliah Keperawatan Paliatif.
2. Mengembangkan materi tentang manfaat dan efek samping tindakan keperawatan
paliatif.
3. Mengembangkan materi tentang manajemen yang efektif untuk kegawatan dalam
keperawatan paliatif.
4. Mengembangkan materi tentang tanda-tanda kegawatan pada keperawatan paliatif
yang mendapat rujukan.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini yaitu :
1. Agar dapat mengetahui tentang manfaat dan efek samping tindakan keperawatan
paliatif.
2. Agar dapat menjelaskan tentang manajemen yang efektif untuk kegawatan dalam
keperawatan paliatif.
3. Agar dapat menjelaskan tentang tanda-tanda kegawatan pada keperawatan paliatif
yang mendapat rujukan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Paliatif Care
1. Definisi
Pelayanan paliatif pasien kanker adalah pelayanan terintegrasi oleh tim paliatif untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan dukungan bagi keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan kondisi pasien dengan mencegah dan
mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini, penilaian yang seksama serta
pengobatan nyeri dan masalah masalah lain, baik masalah fisik, psikososial dan
spiritual (WHO, 2002), dan pelayanan masa duka cita bagi keluarga (WHO 2005).

Pelayanan paliatif pasien kanker anak adalah pelayanan aktif, menyeluruh meliputi
badan, pikiran, semangat anak serta melibatkan dukungan pada keluarganya, dimulai
sejak diagnosis ditegakkan dan terus berlanjut; terlepas pasien anak menerima
perlakuan seperti dimaksud dalam standar penanganan penyakitnya; yang bertujuan
untuk mencapai kualitas hidup terbaik bagi anak dan keluarganya. (WHO, 1998)

2. Indikasi pelayanan paliatif


Pelayanan paliatif dimulai sejak diagnosis kanker ditegakkan bila didapatkan satu atau
lebih kondisi di bawah ini :
a. Nyeri atau keluhan fisik lainnya yang tidak dapat diatasi
b. Stres berat sehubungan dengan diagnosis atau terapi kanker
c. Penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang diakibatkannya
d. Permasalahan dalam pengambilan keputusann tentang terapi yang akan atau
sedang dilakukan
e. Pasien/keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan paliatif
f. Angka harapan hidup < 12 bulan (ECOG > 3 atau kanofsky < 50%, metastasis
otak, dan leptomeningeal, metastasis di cairan interstisial, vena cava superior
sindrom, kaheksia, serta kondisi berikut bila tidak dilakukan tindakan atau tidak
respon terhadap tindakan yaitu: kompresi tulang belakang, bilirubin ≥2,5 mg/dl,
kreatinin ≥3 mg/dl ). *tidak berlaku pada pasien kanker anak
g. Pada pasien kanker stadium lanjut yang tidak respon dengan terapi yang
diberikan .
3. Langkah-langkah dalam pelayanan paliatif
Langkah-langkah dalam pelayanan paliatif :
a. Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien
b. Membantu pasien dalam membuat Advanced care planning (wasiat atau
keingingan terakhir)
c. Pengobatan penyakit penyerta dan aspek sosial yang muncul
d. Tata laksana gejala ( sesuai panduan dibawah )
e. Informasi dan edukasi perawatan pasien
f. Dukungan psikologis, kultural dan social
g. Respon pada fase terminal: memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan
keluarga bila wasiat belum dibuat, misalnya: penghentian atau tidak memberikan
pengobatan yang memperpanjang proses menuju kematian (resusitasi, ventilator,
cairan, dll)
h. Pelayanan terhadap pasien dengan fase terminal

B. Manfaat dan Efek Samping Tindakan Keperawatan Paliatif

1. Operasi

a. Manfaat: meningkatkan fungsi tubuh atau memperbaiki bagian tubuh yang rusak
atau hancur.

b. Efek Samping:

1) Rasa nyeri karena sayatan pada kulit.

2) Efek samping obat bius yang bisa menyebabkan mual dan muntah.

3) Infeksi akibat luka operasi yang bisa menyebabkan sakit.

4) Terjadi penggumpalan pembuluh darah.

2. Kemoterapi

 Manfaat:

a. Menyembuhkan kanker: kemoterapi dapat menghancurkan sel kanker secara


lengkap hingga tidak dapat lagi terlihat. Prosedur kemoterapi dikatakan berhasil
menyembuhkan penyakit jika sel kanker tidak dapat tumbuh lagi.
b. Merawat kanker: kemo dapat menghambat penyebaran lebih jauh dari sel kanker
dengan cara mengecilkan pertumbuhannya. Bagaimanapun, pada beberapa kasus,
tindakan ini hanya bekerja selama pasien tersebut melakukannya secara
berkelanjutan. Saat perawatan berhenti, sel-sel kanker dapat tumbuh lagi.

c. Meringankan gejala kanker: kemo dapat digunakan secara khusus untuk


menargetkan tumor tertentu yang menyebabkan tekanan atau nyeri pada bagian
tubuh yang terkena.

d. Meningkatkan kerentanan terhadap infeksi

 Efek samping: mual, muntah, kelelahan, hilangnya rambut, anemia, memar,


pendarahan, hilangnya nafsu makan, gangguan tidur, sembelit, dan depresi.

3. Radioterapi

 Manfaat:

a. Sebagai satu-satunya jenis pengobatan untuk kanker.

b. Kombinasi dengan jenis pengobatan lain seperti kemoterapi untuk


menghancurkan sel kanker.

c. Menghentikan pertumbuhan sel kanker yang masih ada setelah operasi (terapi
adjuvant).

d. Memperkecil ukuran kanker sebelum operasi (terapi neoadjuvant).

e. Pada kanker stadium lanjut, guna meringankan gejala yang disebabkan oleh
kanker.

 Efek Samping:

a. Radioterapi yang dilakukan di sekitar kepala dan leher, kemungkinan efek


samping antara lain kondisi mulut kering, air liur yang mengental, sakit
tenggorakan, sulit menelan, perubahan rasa pada makanan yang dikonsumsi,
mual, sariawan, dan kerusakan pada gigi.

b. Terapi radiasi yang dilakukan pada bagian dada dapat menyebabkan efek
samping berupa batuk, napas yang pendek, dan kesulitan menelan.
c. Di bagian perut, efek samping yang terjadi biasanya mual, muntah, dan diare.

d. Efek samping dapat berupa iritasi kandung kemih, sering buang air kecil, diare,
dan disfungsi seksual sebagai efek dari terapi radiasi yang dilakukan di sekitar
panggul.

4. Terapi imun

 Manfaat: merangsang sistem kekebalan tubuh sendiri untuk menghentikan


pertumbuhan dan perkembang biakan sel kanker dalam tubuh.

 Efek samping: demam, mual dan muntah, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, gejala
flu, sulit bernapas, dan tekanan darah tinggi atau rendah.

5. Terapi hormon

 Manfaat: mencegah penyakit jantung dan osteoporosis pada wanita yang sudah
menopause, mengurangi gangguan di masa menopause seperti semburan panas (hot
flashes), dan kekeringan vagina.

 Kerugian: perut kembung, mual, sakit kepala, perubahan suasana hati (mood) dan
emosi, perdarahan vagina, pembengkakan atau pengerasan payudara.

6. Terapi radioisotope

 Manfaat:

a. Membasmi berbagai jenis kanker pada organ dan jaringan di dalam tubuh.

b. Selama terapi, pasien dapat berawat jalan.

c. Jangka waktu pengobatan tidak lama.

d. Pemulihan setelah terapi menjadi lebih cepat.

e. Efek samping yang sangat kecil.

f. Tidak merusak sel-sel sehat akibat radiasi implan.

 Kerugian: mual, muntah, kulit kering, sering buang air kecil, pendarahan vagina,
muncul cairan berbau pada vagina, nyeri perut, demam, diare, dan cepat lelah.
C. Manajemen yang Efektif untuk Kegawatan dalam Keperawatan Paliatif
Manajemen yang efektif pada kegawatan adalan dengan tindakan keperawatan dan
kolaborasi meliputi:

1. Manajemen Untuk Sindroma Vena Kava Superior

Perikardiosentesis : meringankan temponade.


Penatalaksanaan definitif : operasi.
Pada kondisi hemodinamik yang stabil : kemoterapi dan radioterapi pada jenis kanker
yang responsif.

2. Manajemen adanya Masa Trakeal atau Mediastinum

Radioterapi : mengecilkan masa pada trakeal atau mediastinum.

3. Pemantauan balans cairan dan status kardiopulmoner untuk mencegah kelebihan


cairan dan gagal jantung.

4. Terapi furosemid dan hidrasi dengan cairan saline dapat menurunkan hiperkalsemia.

5. Manajemen hidrasi intra vena bila kadar > 7 mg/dl: alkalinisasi dengan Na
bicarbonate.

6. Hemodialisa untuk indikasi kasus yang berat terutama gagal ginjal kronik.

7. Manajemen hidrasi dan alkalinisasi hemodialisa jika diperlukan untuk penyakit gagal
ginjal kronik.

8. Manajemen untuk Hiponatremia

Batasi intake cairan 500 m/hri. Terapi radiasi dan pemberian kortikosteroid dapat
mengurangi sindroma berat hormon diuretik karena metastase ke otak.

9. Manajemen untuk Hiponatremia Berat dan Hipoglikemia

Manajemen : mengatasi kekurangan darah adalah tindakan yang pertama kali


dilakukan. Bila kelebihan cairan dapat diberikan furosemid.

10. Manajemen Mengatasi Asites

Mengatasi tumor primernya paresentesis, dapat memberikan keringanan simptomatik


yang dramatik, tetapi pengumpulan kembali cairan asites juga akan sangat cepat.
Paresentesis yang berulang akan menyebabkan kehilangan protein yang sangat
mengganggu dan disetai oleh angka kompliasi yang tinggi.

11. Manajemen Efusi Pleura

Torakosintesis: memberikan keringanan pada penderita, torakosintesis berulang tidak


dianjurkan karena resiko terjadi infeksi, kehilangan protein, dan komplikasi lainnya.

12. Manajemen Obstruksi Jalan Nafas

Terapi oksigen kortikosteroid: mengurangi edema jalan nafas.

13. Manajemen penderita metastasis otak dan tumor: terapi radiasi.

14. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan:


a. Dukungan psikososial: bahas tentang kecemasan dan ketakutan dengan
mendengarkan secara aktif, pemberian penjelasan dan yakinkan.
b. Atur posisi nyaman
c. Ajarkan cara menggunakan dan menyimpan energi
d. Fisioterapi: cara bernafas Relaxasi: terapi musik, aromaterapi

2.4 Tanda-Tanda Keperawatan Paliatif yang Memerlukan Rujukan

1. Efusi perikardial dan temponade jantung terjadi pengumpulan cairan dan infiltrasi sel-
sel ganas metastatik ke jaringan perikardium. Gejala: sesak nafas, ortopnea, nyeri dada
dan perubahan status kejiwaan. Pemeriksaan fisik : takikardi, takipnea, hipotensi,
pulsus paradoksus, suara jantung yang menghilang dan gesekan perikardial. Foto
thoraks : pembesaran kontur jantung, disertai efusi pleura.

2. Sindroma vena kava superior. Biasanya disebabkan oleh kanker paru terutama small
cell lung carsinoma (SLCC). Berat ringannya ditentukan oleh besarnya obstruksi vena
kava dan keberhasilan sistem kolateral vena kompensatorik yang terjadi.
Ekhokardiografi : dapat dilihat kolaps atrium kanan dan ventrikel pada saat diastolik.

3. Diagnosis : sakit kepala, mual, muntah, gangguan penglihatan dan sinkop. suara serak,
sesak nafas, disfagia atau sakit punggung. Thoraks: adanya masa trakeal atau di
mediastinum. Pemeriksaan biopsi: untuk histopatologi. Hiperkalsemia sebagai akibat
metabolik dari keganasan yang tidak terkontrol, dapat terjadi secara mendadak dan
memburuk dengan sangat cepat. diagnosis: anoreksia, mual, muntah, poliuria, dan
perubahan kesadaran.
4. Sindroma lisis tumor adalah sekelompok gangguan metabolik yang dapat menjadi
penyulit pada pengobatan kanker. Lisis tumor yang terjadi akan melepaskan dalam
jumlah besar beberapa bahan-bahan tertentu seperti asam urat, fosfat, dan kalium ke
dalam sirkulasi.

5. Hiperurisemia kelainan akibat pengobatan leukimia, gangguan mieloproliferatif,


limfoma atau mieloma. Diagnosis : uremia, hematuri, dan rasa nyeri menandakan
adanya batu ginjal. Asam urat >10: oliguri atau anuri dengan atau tanpa adanya kristal
asam urat, kadar nitrogen, dan kreatinin serum meningkat.

6. Hiponatremia disebabkan oleh seleksi atopik atau tidak normal dari hormon
antidiuretik (ADH). Diagnosis: anoreksia, mual, muntah, dan rasa lemah. Na <130
mEq/L atau kurang, kadar <115 mEq/L biasanya sudah disertai dengan gangguan
kesadaran atau kejang.

7. Hiponatremia berat bila disertai komplikasi gangguan neurologik dapat merupakan


indikasi pemberian infus salin hipertonik.

8. Hipoglikemia merupakan efek langsung dari penyakit keganasan dan tidak jarang
dilaporkan. Hipoglikema yang diakibatkan oleh tumor biasanya dicetuskan oleh puasa
atau olahraga, dimana hipoglikemi berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan
otak secara permanen.

9. Asites, biasanya disebabkan oleh karsinoma peritoneal yang seringkali menyertai


kanker ovarium, payudara, dan gastrointestinal. Diagnosis: pada pemeriksaan fisik
menunjukkan abdomen yang membuncit, shifting dullness dan penemuan-penemuan
lain yang lazim didapatkan pada asites.

10. Efusi pleura merupakan proses eksudatif yang biasanya dihubungkan dengan adanya
implantasi sel kanker pada pleura viseral atau parietal. Doagnosis: gejala-gejala sesak
nafas, batuk kering, dan rasa tidak enak di dada merupakan gejala awal. Pada perkusi
akan didapatkan suara redup. Torakosintesis diperlukan untuk mengkonfirmasi adanya
keganasan dan cairan efusi dalam jumlah cukup untuk pemeriksaan sitologi dan
kimiawi.

11. Obstruksi jalan nafas, dapat disebabkan oleh tumor yang berkembang dari tempat-
tempat laring hingga karina. Pemeriksaan fisik: riwayat gangguan dicurigai atau
bronkoskopi yang disertai penyikatan, pengecatan/pewarnaan serta biopsi. Pernafasan
yang berat. Pada radiografi thoraks: ditemukan massa mediastinum atas massa
melebar dan deviasi atau kompresi dari kolom trakea. Diagnosa histopatologi dapat
dibuat dari sitologi cairan ludah, aspirasi jarum, biopsi.

12. Peningkatan tekanan intrakranial merupakan komplikasi metastasis dari tumor pada
sistem saraf naiknya tekanan pada otak termasuk papiledema dan rigiditas leher.
Diagnosis MRI atau CT pada otak perlu dilakukan. Penyebabnya adalah tumor-tumor
yang berlokasi di parenkim otak. Gejala peningkatan TIK: sakit kepala, muntah,
pandangan mata kabur, diplopia, kelambanan pada fungsi mental, dan berkurangnya
kecepatan. Sakit kepala yang hebat terjadi pada pagi hari diikuti dengan batuk dan
muntah.

13. Kompresi pada simpul saraf disebabkan oleh tumor yang menimbulkan kerusakan
yang berat, termasuk paraplegi, inkontinensia dan kuadriplegi. Diagnosis: Mengalami
sakit pada bagian punggung atau kepala yang bersifat sentral.

14. Pemeriksaan MRI : deteksi dan lokalisasi kompresi tulang belakang dan nyeri berat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tindakan perawatan paliatif antara lain operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi imun,
terapi hormon, dan terapi radioisotope. Masing-masing tindakan tersebut memiliki manfaat
dan efek samping. Manajemen perawatan paliatif dalam kasus gagal ginjal kronik antara lain
manajemen diet, dialisis, transplantasi ginjal, dukungan social, dan dukungan spiritual.
Manajemen efektif untuk kegawatan dalam perawatan paliatif antara lain perikardiosentesis,
operasi, kemoterapi, pemantauan balans cairan dan status kardiopulmoner, terapi furosemid,
manajemen hidrasi intra vena, hemodialisa, pemberian kortikosteroid, torakosintesis, dan
terapi oksigen kortikosteroid. Tanda-tanda kegawatan dalam perawatan yang harus mendapat
rujukan adalah efusi perikardial dan temponade jantung, sindroma vena kava superior,
hiperkalsemia, sindroma lisis tumor, hiperurisemia, hiponatremia, hiponatremia berat,
hipoglikemia, asites, efusi pleura, obstruksi jalan nafas, peningkatan tekanan intracranial,
kompresi pada simpul saraf, dan nyeri berat.

B. Saran
Perawatan paliatif sangat identik dengan keadaan kegawatan dari pasien. Keadaan
kegawatan ini akan menyebabkan rasa cemas pada pasien dan keluarganya. Sebagai seorang
perawat harus memahami dan melaksanakan manajemen yang efektif untuk tindakan yang
harus dilakukan untuk mangatasi kegawatan dalam keperawatan paliatif.
DAFTAR PUSTAKA

Alodokter. 2018. Manfaat Pengobatan Radioterapi untuk Kanker. Tersedia Pada


alodokter.com/manfaat-radioterapi-untuk-pengobatan-kanker. Diakses pada Selasa, 2
September 2020 Pukul 10.00 WIB

Alodokter. 2018. Terapi Penggantian Hormon. Tersedia Pada alodokter.com/terapi-


penggantian-hormon. Diakses Pada Selasa, 2 September 2020 Pukul 10.00 WIB

Eli. 2015. Keperawatan Paliatif Gagal Ginjal Kronik. Tersedia Pada


scribd.com/doc/290956458/keperawatan-paliatif-Gagal-Ginjal-Kronik. Diakses Pada
Selasa, 2 September 2020 Pukul 10.00 WIB

Irene. 2019. Imunoterapi Bagi Pasien Kanker. Tersedia Pada hellosehat.com/hidup-sehat/tips-


sehat/imunoterapi-untuk-kanker/. Diakses Pada Selasa, 2 September 2020 Pukul 10.00
WIB

Kompas. 2015. Terapi Hormon Bukan Untuk Cegah Penyakit. Tersedia Pada
lifestyle.kompas.com/read/2012/10/23/16355866/Terapi.Hormon.Bukan.untuk.Cegah.Penyak
it. Diakses Pada Selasa, 2 September 2020 Pukul 10.00 WIB
.

Nimas. Efek Samping Pengobatan Radioterapi untuk Pasien Kanker. Tersedia Pada
hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/efek-samping-radioterapi-kanker/. Diakses Pada
Selasa, 2 September 2020 Pukul 10.00 WIB

Rahman, Lanny. 2016. Kegawatan dalam Paliatif Care. Tersedia Pada


slideplayer.info/slide/5304339/. Diakses Pada Selasa, 2 September 2020 Pukul 10.00
WIB
Veronica., dkk. 2018. Perawatan Paliatif. Tersedia Pada rscarolus.or.id/article/perawatan-
paliatif. Diakses Pada Selasa, 2 September 2020 Pukul 10.00 WIB

World Health Organization. (2017). Definition of Palliative Care. Tersedia Pada


who.int/cancer/palliative/definition/en/. Selasa, 2 September 2020 Pukul 10.00 WIB

Yuliati. 4 Komplikasi yang Mungkin Terjadi Setelah Operasi. Tersedia Pada


hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/komplikasi-setelah-operasi-yang-terjadi//
Daikses Pada Selasa, 2 September 2020 Pukul 10.00 WIB

------. 2016. Apa Itu Bedah: Gambaran Umum, Keuntungan, dan Hasil yang Diaharpkan.
Tersedia Pada docdoc.com/id/info/procedure/bedah/. Diakses pada Selasa, 2
September 2020 Pukul 10.00 WIB

------. 2016. Apa Itu Kemoterapi: Gambaran Umum, Keuntungan, dan Hasil yang
Diaharpkan. Tersedia Pada docdoc.com/id/info/procedure/kemoterapi/. Diakses
pada Selasa, 2 September 2020 Pukul 10.00 WIB
------. 2018. Manfaat, Efek Samping, Dosis Brachytherapy. Tersedia Pada
honestdocs.id/brachytherapy. Diakses Pada Selasa, 2 September 2020 Pukul 10.00
WIB

Anda mungkin juga menyukai