Anda di halaman 1dari 4

Schim dan Miller mengembangkan model kompetensi budaya, dimana model tersebut

mencakup empat komponen, yaitu:

 Keragaman budaya, mengenal dan memahami keragaman populasi dengan keunikan


nilai dan kepercayaannya serta adat istiadatnya.
 Kesadaran akan budaya, yang mana ditunjukkan dengan adanya pertukaran
pengetahuan dan informasi mengenai kesehatan, kepercayaan, dan praktik khusus
dalam berbagai komunikasi serta variasi budaya dalam grup.
 Sensitifitas terhadap budaya, hal ini membutuhkan upaya untuk mengenal perilaku
atau tingkah laku dan kepercayaan, serta upaya untuk menghindari beberapa hal yang
terkait proses komunikasi dan keterampilan komunikasi terutama yang berhubungan
dengan mendengar aktif, hening dan sentuhan, jarak dalam berkomunikasi, pada
bahasa atau aksen, penggunaan penerjemah bahasa.
 Kompetensi budaya, hal ini melibatkan keragaman budaya sebagai fakta, kesadaran
akan budaya sebagai pengetahuan, dan sensitifitas budaya melalui tingkah laku
menjadi suatu praktik dan perilaku kesehatan.

Model kompetensi budaya yang dijelaskan di atas serupa dengan yang dikemukakan oleh
McGee & Johnson (2014) dimana mereka memperkenalkan bahwa Kompetensi budaya
merupakan proses untuk mengembangkan sesuatu yang mana hal tersebut tergantung pada
kesadaran diri, pengetahuan dan keterampilan. Ketiga poin tersebut dapat diaplikasikan
dalam suatu organisasi secara menyeluruh maupun secara individu.

Selain model kompetensi budaya yang dikemukan oleh Schim dan Miller, berikut beberapa
model kompetensi budaya yang juga sering digunakan untuk pengajaran kompetensi budaya
bagi para profesional kesehatan, dan untuk mengkaji latar belakang budaya pasien, yaitu:

 The model of cultural competency dari Campinha-Bacote.


 A model of culturally competent health care practice dari Papadopoulos.
 Taxonomy for culturally competent care dari Lister.
 Model for the development of culturally competent community care dari Kim-Godwin.
 Trancultural model dari Giger and Davidhizar.
 Four-step approach to providing culturally sensitive patient teaching dari Kittler and
Sucher.
 Model of cultural competence dari Purnell and Paulanka.
 Sunshine model dari Leininger (Evans, Menaca, Koffman, Harding, Higginson, Pool
& Gysels, 2012).

Peran budaya sangatlah penting dalam perawatan paliatif dan hospis, dan bagaimana budaya
tersebut di konseptualkan dan di aplikasi dalam kehidupan sehari-hari telah memberikan
dampak yang sangat besar pada pasien, keluarga, dan penyedia layanan kesehatan (Bosma,
Apland & Kazanjian, 2010). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa kompetensi budaya dalam pelayanan kesehatan dan perawatan dapat meningkatkan
layanan perawatan, hasil akhir terhadap pasien, dan tingkat kepuasan pasien beserta petugas
kesehatan itu sendiri termasuk perawat (Bhat, McFarland, Keiser, Wehbe-Alamah & Filter,
2015). Namun berbagai faktor sosial, ekonomi, dan politik, dimana faktor-faktor tersebut
melekat dan menjadi hal permanen dalam suatu masyarakat yang dengannya pula akan
merubah cara pandang masyarakat terhadap sesuatu (Yapp, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Bhat, A. M., McFarland, M., Keiser, M., Webhe-Alamah, H., & Filter, M. (2015). Advancing
cultural assessment in palliative care using web-based education. Journal of Hospice and
Palliative Nursing, 17(4). 348-355.

Bosma, H., Apland, L., & Kazanjian, A. (2010). Cultural conceptualizations of hospice
palliative care; more similarities than differences. Palliative Medicine, 24(5). 510-522.

Clark, K., & Philips, J. (2010). End of life care; the importance of culture and ethnicity.
Australian Family Physician, 39(4). 210-213.

Clarke, A. (2010). The sociology of healthcare second edition. Henry Ling Itd. Essex,
England.

Evans, N., Menaca, A., Koffman, J., Harding, R., Higginson, I. J., Pool, R., & Gysels, M.
(2012). Cultural competence in end of lif care; terms, definition, and copceptual models
from the British literature. Journal Palliative Medicine, 15(7). 812-820.

Lloyd-Williams, M. (2003). Psychosocial issues in palliative care. Oxford University Press.


New York, USA.

Lum, H., & Arnold, R. M. (2012). Asking about cultural beliefs in palliative care. Journal of
Palliative Medicine, 15(6). 714-715.

Matzo, M., & Sherman, D. W. (2010). Palliative care nursing; quality care to the end of life
third edition. Springer publishing company. New York. USA.

McGee, P., & Johnson, M. R. D. (2014). Developing cultural competence in palliative care.
British Journal of Community Nursing, 19(2). 91-93.

Pesut, B., Beswick, F., Robinson, C, A., & Bottorff, J. L (2012). Philosophizing social justice
in rural palliative care: Hayek’s moral stone?. Nursing Philosophy, 13. 46-55.

Selman, L., Speck, P., Barfield, R. C., Gysels, M., Higginson, I. J., & Harding, R. (2014).
Holistic models for end of life care establishing the place of culture. Progress in
Palliative Care, 22(2). 80-87.

Sobo, E. J., & Loustaunau, M. O. (2010). The cultural context of healt, illness, and medicine
second edition. Praeger. California. USA.
Wals, M. (2004). Foundations in nursing and health care; introduction to sociology for
health carers. Cengage Learning. Hampshire, UK.

Yapp, A. K. (2012). Culture and end-of-life care; an epidemiological evaluation of


physicians. American Journal of Hospice & Palliative Medicine, 29(2). 106-111.

Anda mungkin juga menyukai