Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tutorial
Keperawatan Menjelang Ajal dan Palliative yang berjudul “Skenario I”.
Makalah ini kami susun guna untuk mengetahui dan memahami tentang perawatan
pasien palliative. Selain itu, juga menyelesaikan skenario disertai asuhan keperawatan yang
diperlukan dalam kasus.
Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang skenario Perawatan Palliative ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyakit yang belum bisa disembuhkan adalah kanker, kanker adalah
proses yang bermula ketika abnormal diubah oleh mutase genetic dan DNA seluler. Pada
saat stadium akhir yaitu stdium IV terjadi penurunan yang sangat signifikan di dalam fisik,
social dan spiritual. Salah satu penyakit yang belum bisa diesembuhkan adalah kanker,
Knaker adalah proses yang bermula ketika sel abnormal diubah mutasi genetic dari DNA
seluler. Sel abnormal ini membentuk klo dan mulai berproliferasi secara abnormal, sel-sel
dapat terbawa karena lain dalam tubuh untuk metastase (penyebaran kanker) pada bagian
tubuh yang lain (Brunner and Suddart, 2011)
Kanker merupakan penyakit dengan karakteristik adanya gangguan atau
kegagalan mekanisme pengaturan multiplikasi pada organisme multiseluler sehingga
terjadi perubahan perilaku sel yang tidak terkontrol. Perubahan tersebut
disebabkan adanya perubahan atau transformasi genetik, terutama pada gen-gen
yang mengatur pertumbuhan, yaitu protoonkogen dan gen penekan tumor.Sel-sel yang
mengalami transformasi terus-menerus berproliferasi dan menekan pertumbuhan sel
normal. Kanker merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang tinggi. Data
Global action against canser (2005) dari WHO (World Health Organization)
menyatakan bahwa kematian akibat kanker dapat mencapai angka 45% dari tahun
2007 hingga 2030, yaitu sekitar 7,9 juta jiwa menjadi 11,5 juta jiwa kematian. Di
Indonesia, menurut laporan Riskesdes (2007) prevalensi kanker mencapai 4,3 per 1000
penduduk dan menjadi penyebab kematian nomor tujuh (5,7%) setelah sroke,
tuberkulosis, hipertensi, trauma, perinatal dan diabetes melitus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi karsinoma skuamosa oral?
2. Apa etiologi karsinoma skuamosa oral?
3. Apa klasifikasi karsinoma skuamosa oral?
4. Apa pemeriksaan penunjang dari karsinoma skuamosa oral?
5. Apa patofisiologi dari karsinoma skuamosa oral?
6. Bagaimana pathways dari karsinoma skuamosa oral?
7. Apa tanda dan gejala pada pasien karsinoma skuamosa oral?
8. Asuhan keperawatan pada pasien karsinoma skuamosa oral?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi karsinoma skuamosa oral
2. Untuk mengetahui etiologi karsinoma skuamosa oral
3. Untuk mengetahui klasifikasi karsinoma skuamosa oral
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala karsinoma skuamosa oral
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari karsinoma skuamosa oral
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari karsinoma skuamosa oral
7. Untuk mengetahui pathways dari karsinoma skuamosa oral
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien karsinoma skuamosa oral
D. Manfaat Penulisan
Mahasiswa mampu memahami karsinoma skuamosa oral patofisiologi dan serta
asuhan keperawatan pada pasien palliative dengan karsinoma skuamosa oral.
BAB II
SKENARIO DAN PEMBAHASAN
A. Skenario
Seorang pria berusia 58 tahun dengan riwayat merokok seratus pak selama
setahun, riwayat Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Sekitar dua tahun yang lalu
lidah pasien sudah mulai nampak ada warna merah dan hitam namun tidak segera
mencari pertolongan medis. Ia terus merokok. Sekitar enam bulan yang lalu pasien
berobat setelah muncul tanda dan gejala seperti berikut ini:
Perasaan bahwa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan.
Kesulitan mengunyah atau menelan.
Kesulitan menggerakkan lidah.
Kesulitan mengartikulasikan kata
lidah Mati rasa.
Hasil pemeriksaan menunjukkan karsinoma skuamosa oral dari dua pertiga
anterior lidah dan lantai mulut yang telah menyebar ke kelenjar getah bening servikal.
Ia diobati dengan reseksi bedah pada lidah reseksi luas tulang dan jaringan lunak.
Keganasan tumbuh: Keganasan berkembang dengan cepat meskipun pengobatan telah
didapatkan dan menghasilkan nekrosis jaringan luas yang mengakibatkan gejala
tambahan.
Komunikasi sudah tidak dapat dipahami dengna baik.
Kehilangan gigi secara ekstensif disertai dengan rusaknya lidah sehingga sangat
sulit untuk menelan
Cacat wajah yang parah
Nyeri ulkus non-nekrotik yang tinggi.
Sakit wajah.
Gejala memburuk:
Pasien sangat menderita dan ini menyebabkan penderitaan yang parah bagi istri
tercintanya dan anak-anak tercinta yang tidak tahan melihatnya menderita dengan cara
ini.
Karena rasa sakit yang tidak dapat diatasi dan refrakter terhadap semua tindakan
paliatif, sedasi paliatif diajukan sebagai pendekatan manusiawi dan welas asih
untuk menghilangkan penderitaannya.
Setelah penjelasan prosedurnya, dia dan keluarganya dengan mudah menyetujui
sedasi paliatif yang dalam dan terus-menerus. Dokumen informed consent
ditandatangani dan sebuah catatan yang menjelaskan indikasi dan rencana untuk
sedasi paliatif dicatat di tabel pasien.
bolus midazolam 4-mg kemudian diberikan, dilanjutkan dengan infus subkutan
terus menerus sebesar 1.5 mg midazolam per jam. Skala Sedasi Ramsay digunakan
untuk memantau kedalaman sedasi, dan dosis midazolam dititrasi ke atas untuk
mempertahankan tingkat sedasi yang dalam (bolus 4 mg setiap 30-60 menit, sesuai
kebutuhan, digunakan, dengan infus terus menerus meningkat. dengan 0,5 mg /
jam setelah setiap bolus).
Ia dibius dalam waktu 10 menit, namun setelah 30 menit ia masih terangsang
dengan stimulasi verbal dan mengeluhkan rasa sakit. Jadi bolus kedua midazolam
diberikan dan infusnya meningkat menjadi 2 mg / jam.
Titrasi berlanjut selama beberapa jam berikutnya sampai dia sangat terbius,
dengan dosis 5 mg / jam yang dibutuhkan untuk mempertahankan obat penenang
dalam dan terus-menerus. • Dia meninggal 4 hari kemudian
Pilihan obat penenang
1. Metronidazol (Astri)
Jawab : antibiotic untuk mengobati akibat dari berbagai infeksi karena bakteri (Devi)
Obat anti mikroba (nur saadah)
2. Karsinoma skuamosa oral ( Devi)
Jawab : jenis kanker kulit yang menyerang sel skuamosa dibagian mulut (Catur)
3. Bolus midazolam (risky)
Jawab : Cairan infuse yang mengandung midazolam (luluk )
Biasanya digunakan untuk orang-orang yang kesulitan tidur (Astry)
4. Refrakter (Ogi)
Jawab : ketika membrane sel syaraf tidak peka terhadap rangsangan sehingga tidak
dapat mencetuskan impuls (Supri)
Kebal terhadap rangsangan (Ainun)
5. Sedasi palliative (Annisa)
Jawab : Perawatan yang dilakukan ketika pasien dalam kondisi tidur atau tidak sadar
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Aji)
Diajukan sebagai pendekatakan manusiawi untuk menghilangkan penderitaannya
(Supri)
6. Titrasi (Catur)
Jawab : sebuah metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
(risky)
7. Skala sedasi ramsay (luluk)
Jawab : Untuk memantau kedalaman sedasi (Ainun)
8. Reseksi bedah (nur saadah)
Jawab : Tindakan bedah untuk mengambil sebagian atau seluruh organ yang
bermasalah (Nabillah)
9. Metadon (ainun)
Jawab : obat yang mengobati nyeri berat (anisa)
Obat-obat opioid sintetik digunakan sebagai analgesic dan untuk merawat kecanduan
dari penggunaan golongan opioid (ida)
Termasuk jenis narkotika golongan IV (Aji )
10. Lorazepam (nabillah)
Jawab : obat untuk mengobati kecemasan (Rizky) dan kegelisahan (Ainun)
11. Jaringan ulserasi (widria)
Jawab : jaringan ulserasi adalah jaringan dalam bentuk luka terbuka (astry)
Sumber : Jong, Wim de. 2005. KANKER, APAKAH ITU?. Jakarta:Arcan. Hal
7
Sumber : https://id.scribd.com/document/322884161/Fungsi-Dan-Peran-
Perawat-Dalam-Menghadapi-Pasien-Penyakit-Kanker
6) Bagaimana cara perawat untuk mengatasi keluarga (istri dan anak) yang
tidak tahan melihat penderitaan pasien?
Jawab :
dukungan social,cultural,dan spiritual pada keluarganya
dukungan psikologi pada keluarga.
7) Bagaimana cara menngkatkan kualitas hidup pasien disaat menjelang ajal
?
Jawab :
Perawatan paliatif memainkan peran besar dalam meningkatkan kualitas
hidup para pasien tersebut. Penting bagi pasien agar bisa memiliki akses ke
ahli kesehatan yang mengkhususkan diri dalam kesehatan mental, sehingga
mampu membantu mereka agar lebih kuat menjalani setiap masalah psikologis
yang harus mereka hadapi. Ketakutan tentang masa depan sering menjadi
perhatian besar bagi pasien, dan tak jarang mereka kadang merasa perlu untuk
mengungkapkan hal tersebut.
Untuk membantu kecemasan mereka, perawatan ini menawarkan:
Konseling
Visualisasi
Terapi kognitif
Terapi obat
Terapi manajemen relaksasi stres juga bagian dari perawatan paliatif yang
melibatkan pemberian dukungan emosional, bagi pasien yang merasa
membutuhkannya.
Sumber: https://www.scribd.com/document/321468321/Konsep-Kematian-
Atau-Menjelang-Ajal
Smber : https://www.academia.edu/8991970/Perawatan_menjelang_ajal_jadi_
1. Menyediakan bantuan untuk rasa sakit dan gejala lain yang menganggu
klien.
2. Menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai proses yang normal
3. Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian
4. Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
5. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu
Sumber : http://www.syauqiya.com/2015/03/peran-perawat-dalam-paliative-
care.html
A. Definisi
Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal
sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker.
Kanker adalah sekelompok penyakit kompleks yang dicirikan dengan
pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang tidak terkontrol (ACSI, 2010)
Squamous Cell Carcinomaatau disebut juga Karsinoma Sel
Skuamosamerupakan kanker yang sering terjadi pada rongga mulut yang secara klinis
terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi, tepi lesi yang indurasi, dan kemerahan.
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar
penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilahlain yang
digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker
adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas
normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke
organ lain. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama
kematian akibat kanker (WHO,2009).
B. Etiologi
Tembakau dan Alkohol : 75% dari seluruh kanker mulut dan faring di Amerika
Serikat berhubungan dengan penggunaan tembakau yaitu termasuk merokok dan
mengkonsumsi alkohol. Penggunaan alkohol dengan rokok bersama-sama secara
signifikan memiliki resiko yang lebih tinggi daripada digunakan secara terpisah.
Merokok cerutu dan merokok menggunakan pipa mempunyai resiko yang lebih
tinggi terhadap kanker mulut dibandingkan dengan merokok kretek.
Bahan Kimia : Sebagian besar bahan-bahan kimia berhubungan dengan terjadinya
kanker. Bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker di lingkungan antara lain,
seperti cool tar, polycylic aromatic hydrocarbons, aromatic amines, nitrat, nitrit,
dan nitrosamin.
Infeksi : Beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan kanker mulut
adalah candida albicans. Hubungan antara candida albicans dengan penyakit
speckled leukoplakia pertama kali ditemukan oleh Jespen dan Winter pada tahun
1965. Beberapa studi menunjukkan bahwa, sekitar 7-39% dari leukoplakia
dijumpai adanya candida hyphae. Penyakit ini mempunyai kecenderungan berubah
menjadi kanker.
Nutrisi : Pola diet makanan sangat berpengaruh terhadap timbulnya kanker.
Defisiensi dari beberapa mikronutriensi seperti vitamin A, C, E, dan Fe dilaporkan
mempunyai hubungan dengan terjadinya kanker. Vitamin-vitamin tersebut
mempunyai efek antioksidan. Defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia.
Radiasi sinar ultraviolet adalah suatu bahan yang diketahui bersifat karsinogenik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Takeichi dkk, (1983) terhadap efek
radiasi di Hiroshima dan Nagasaki Jepang, melaporkan bahwa terjadi peningkatan
insidensi kanker kelenjar ludah pada orang yang selamat setelah terkena radiasi
bom atom pada periode antara 1957-1970, terjadinya kanker 2,6 kali lebih tinggi
dibandingkan yang tidak terkena radiasi.
Faktor genetik : Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker
memiliki risiko terkena kanker sebanyak 3 sampai 4 kali lebih besar dari yang
tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker.
Sistem Kekebalan Tubuh : Dilaporkan bahwa ada peningkatan insidensi kanker
pada pasien yang mendapat penekanan sistem kekebalan tubuh, seperti pada
penderita transplantasi, AIDS, dan defisiensi kekebalan genetik. Insidensi tumor
pada pasien yang mendapat tekanan sistem kekebalan tubuh sebesar 10%.
Gangguan sistem kekebalan selain disebabkan kerusakan genetik juga disebabkan
oleh penuaan, obat-obatan, infeksi virus.
Penggunaan obat rekreasional
Obesitas (Lemak tubuh yang berlebihan berhubungan dengan peningkatan
risiko kanker yang bergantung dengan hormone. Karena hormone seks
disintesis dari lemak, individu yang gemuk sering kali memiliki jumlah
hormone yang berlebih dan mendukung keganasan bergantung hormone pada
payudar, usus, ovarium, endometrium, dan prostat)
Pemajanan matahari (Sinar uv—kanker kulit)
C. Klasifikasi
1. Kanker pada bibir
Bibir terutama bibir bagian bawah merupakan tempat terjadinya kerusakan karena
cahaya matahari atau actinic keratosis sehingga bibir tampak pecah dan kemerahan,
keputihan atau campuran merah dan putih. Kanker di bibir sebelah luar lebih sering
terjadi pada daerah beriklim panas. Kelainan pada bibir atas lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan bibir bawah, tetapi lebih mungkin menjadi ganas dan
memerlukan perhatian medis. Pada perokok, bisa tumbuh benjolan putih di bagian
dalam bibir. Benjolan ini bisa tumbuh menjadi squamous cell carcinoma (Wiliams,
1990)
2. Kanker pada lidah
Kanker lidah adalah suatu keganasan yang timbul dari jaringanepitel mukosa lidah
dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (sel epitel gepen berlapis) dan
terjadi akibat rangsangan menahun, juga beberapa penyakit- penyakit tertentu
(premalignant) seperti sifilis dan plumer vision syndrom, leukoplakia, serta
eritoplakia. Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah di sekitarnya,
disamping itu dapatmelakukan metastasis secara limfogen dan hematogen
(Sciubba, 1999)
3. Kanker dasar mulut
Kanker dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaanalkohol dan
tembakau. Pada tingkat awal mungkin tidak menimbulkan gejala.Bila lesi
berkembang, pasien akan mengeluhkan adanyagumpalan dalam mulut atau
perasaan tidak nyaman (Daftary, 1992) .
Pada pemeriksaan klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi berupa nodul
dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak dekatfrenulum lingual.Bentuk
yang lain adalah penebalan mukosa yang kemerah- merahan,nodul yang tidak sakit
atau dapat berasal dari leukoplakia.
4. Kanker pada mukosa pipi
Pada beberapa pasien yang mempunyai kebiasaan mengunyahcampuran pinang,
daun sirih, kapur dan tembakau akan memberikanrisiko peningkatan kanker pada
mukosa pipi. Dengan kondisi materialyang melakukan kontak langsung dengan
mukosa pipi kiri dan kananselama beberapa jam dan trauma pada mengunyah
memberikan dampak terhadap perubahan sel mukosa pipi (Daftary,1992). Pada
pemeriksaan fisik rongga mulut, bagian pipi akan didapatkan adanya lesi
ulserasi,nodular dan infiltratif.
5. Kanker pada gusi
Kanker pada gusi biasanya dihubungkan dengan riwayat pasien mengisap pipa
tembakau. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering pada gusi bawah
(mandibular) daripada gusi atas (maksila) (Daftary, 1992). Pada pemeriksaan fisik,
lesi awal terlihat sebagai ulkus, granulomakecil atau sebagai nodul. Sekilas lesi
terlihat sama dengan lesi yang dihasilkan oleh trauma kronis atau hyperplasia
inflamatori (Daftary,1992). Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan eksofitik
atau pertumbuhan infiltrative yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik terlihat
seperti bunga kol dan mudah berdarah. Pertumbuhan infiltrative biasanya tumbuh
invasive pada tulang mandibula dan menimbulkan dekstruktif (Tambunan, 1993)
6. Kanker pada palatum
Predisposisi merokok meningkatkan risiko kanker pada palatum.Kebanyakan
kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dengandasar yang luas dan
permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang mungkin akan mengisi seluruh
palatum. Kanker pada palatum dapat menyebabkan perforasi palatum dan meluas
sampai ke rongga hidung(Daftary, 1992)
D. Tanda dan Gejala
Sariawan pada bibir yang lama tidak sembuh.
Bercak di dalam mulut atau bibir berwarna putih, merah, atau campuran merah dan
putih.
Nyeri pada bibir atau mulut.
Pendarahan di mulut
Kehilangan gigi.
Sulit atau nyeri saat menelan.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi CT Scan atau MRI dapat digunakan untuk menentukan batas
dan ukuran tumor serta keterlibatan kelenjar getah bening leher. Pembesaran kelenjar
getah bening lebih dari satu sentimeter dapat dideteksi pada pemeriksaan CT scan.
Pemeriksaan CT scan juga dapat mendeteksi penjalaran karsinoma lidah ke tulang
berupa nekrosis tulang, sedangkan MRI dapat mendeteksi luasnya suatu massa pada
jaringan lunak. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
metastasis jauh adalah foto toraks dan pemeriksaan fungsi hati.
F. Patofisiologi
1. Pertumbuhan sel normal
Sel normal yang matur berukuran sama dan memiliki nucleus yang
merupakan ciri jaringan yang dimiliki sel.
Di dalam nucleus yang normal terdapat kromosom berisi molekul asama
deoksiribonukleat (DNA) yang membawa informasi genetic dan
mengendalikan sistesis protein.
Setiap perubahan atau kerusakan pada gen dapat mengakibatkan
ketidakakuratan “cetak biru” yang dapat menghasilkan sel abnormal,
kemungkinan nantinya kanker.
2. Siklus sel
Malfungsi pada setiap pengatur pertumbuhan dan pembelahan sel ini dapat
menyebabkan proliferasi sel tidak matur yang cepat, biasanya namanya
kanker (maligna).
3. Diferensiasi
Proses normal yang terjadi pada banyak siklus sel yang memungkinkan sel
untuk berfokus pada tugas tertentu.
Hiperplasia
- Peningkatan jumlah atau densitas sel normal.
- Terjadi saat merespon stress, meningkatkan kebutuhan
metabolic, atau meningkatkan kadar hormone.
Metaplasia
- Perubahan pola pembelahan normal.
- Beberapa sel metaplastik kurang berfungsi dibandingkan sel
yang mereka gantikan.
- Respon protektif terhadap kondisi yang merugikan, dapat
kembali jika stressor atau kondisi yang mengganggu terhenti.
Diplasia
- Kehilangan pengendalian DNA selama pembelahan yang terjadi
dalam merespons kondisi yang merugikan.
- Menunjukkan variasinukuran, bentuk, dan tampilan yang
abnormal, serta gangguan dalam susunan mereka yang biasa.
Anaplasia
- Perburukan pada sel terhadap jenis sel imatur atau yang tidak
membelah. Pembelahan anaplastic tidak lagi dibawah
pengontrolan DNA.
- Biasanya terjadi ketika kejadian kerusakan atau perubahan
terjadi di dalam proses pembelahan, masih sel yang tidak
berdiferensiasi, mengakibatkan kehilangan fungsi yang
bermanfaat.
- Dapat terjadi ketika merepon kondisi perusakan yang berlebihan
di dalam sel atau jaringan sekitar.
4. Teori Karsinogenesis
Mutasi selular
Onkogen
Gen supresor tumor
5. Karsinogen yang dikenal :
Obat
Agens kimia
Agen Fisik
6. Jenis Neoplasma
Neoplasma benigna
Neoplasma maligna
7. Invasi tumor dan metastasis
8. Efek fisiologis dan psikologis kanker
Gangguan fungsi
Perubahan hemotologi
Infeksi
Hemoragi
Sindrom kakeksia-anoreksia
Sindrom paraneoplastic
Nyeri : Jenis nyeri akibat kanker dan Penyebab nyeri akibat kanker
Stress fisik
Stress psikologis
9. Pathways
Jawab : Terlampir
10. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Tn. Z
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Alamat : Gamping
b. Diagnose medis : Karsinoma Skuamosa Oral
c. Keluhan utama
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sulit mengunyah dan menelan, sulit
megerakan lidah, sulit mengartikulasikan kata. Pasien mengatakan merasa ada sesuatu
yang menganjal di tenggorokan, dan lidah mati rasa.
d. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sulit
mengunyah dan menelan, sulit megerakan lidah, sulit mengartikulasikan kata. Pasien
mengatakan merasa ada sesuatu yang menganjal di tenggorokan, dan lidah mati rasa.
Riwayat kesehatan yang lalu : Keluarga mengatakan bahwa pasien mempunyai
riwayat merokok seratus pak selama setahun, riwayat Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK). Sekitar dua tahun yang lalu lidah pasien sudah mulai nampak ada
warna merah dan hitam namun tidak segera mencari pertolongan medis. Ia terus
merokok.
Riwayat penyakit keluarga :Keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami
sakit apapun.
e. Pemeriksaan fisik
Tanggal : 17 Febuari 2019
Jam : 09.20 WIB
Keadaan umum sadar penuh (compos mentis)
Tanda-tanda Vital
Suhu : 39 ºC
Nadi : 98 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Tekanan darah :110/70 mmhg
Antropometri
BB : 60 kg
Tinggi Badan : 170 cm
Pemeriksaan Head To Toe
Inspeksi
Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih dan tidak ada ketombe
Warna rambut : Hitam
Jumlah : Jarang-jarang
Rontok/Tidak : Rontok
Ubun-ubun : Tidak cekung
Muka
Kebersihan : kurang bersih
Pucat : Pucat
Oedema : Ada oedema pada rahang pasien
Mata
Bentuk : Tidak ada cekung dan hitam
Conjungtiva : Tidak ada pucat
Sklera : Tidak ada kuning
Palpebra : Tidak ada oedema
Mulut
Bentuk : Simetris
Bibir : Tidak ada stomatitis ,membran mukosa kering
Gigi : kehilangan gigi secara ekstensif disertai dengan
rusaknya
lidah sehingga sangat sulit untuk menelan
Lidah : Ada karsinoma Skuamosa oral dari dua pertiga anterior
lidah
Abdomen
Kebersihan : Bersih
Pembesar Abdomen : Ada
Anus
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak ada oedema
Kelainan : Tidak ada
Palpasi
Abdomen
Nyeri Tekan : Ada
Turgor Kulit : kembali segera
Kembung : Tidak ada
Auskultasi
Abdomen
Bising Usus : Hiperaktif
f. Terapi
Metadon (50 mg tiga kali sehari),
morfin sulfat (50 mg setiap empat jam,) untuk nyeri terobosan
haloperidol (0,5 mg setiap enam jam) untuk mual dan muntah,
lorazepam (0,5 mg setiap empat jam) untuk kegelisahan
konversi dari metadon oral ke infus morfin subkutan terus menerus (6 mg / jam)
anestesi terkontrol pasien (PCA) infus morfin sulfat 2 mg setiap 15 menit sesuai
kebutuhan
lorazepam (0,5 mg setiap 4 jam);
gel metronidazol yang dioleskan ke jaringan ulserasi pada wajah (untuk
mengendalikan infeksi lokal dan dengan demikian bau busuknya)
oksigen melalui kanula hidung; dan
kipas angin dengan lembut meniup wajahnya.
bolus midazolam 4-mg kemudian diberikan, dilanjutkan dengan infus subkutan
terus menerus sebesar 1.5 mg midazolam per jam. Skala Sedasi Ramsay
digunakan untuk memantau kedalaman sedasi, dan dosis midazolam dititrasi ke
atas untuk mempertahankan tingkat sedasi yang dalam (bolus 4 mg setiap 30-60
menit, sesuai kebutuhan, digunakan, dengan infus terus menerus meningkat.
dengan 0,5 mg / jam setelah setiap bolus).
Ia dibius dalam waktu 10 menit, namun setelah 30 menit ia masih terangsang
dengan stimulasi verbal dan mengeluhkan rasa sakit. Jadi bolus kedua midazolam
diberikan dan infusnya meningkat menjadi 2 mg / jam.
Titrasi berlanjut selama beberapa jam berikutnya sampai dia sangat terbius,
dengan dosis 5 mg / jam yang dibutuhkan untuk mempertahankan obat penenang
dalam dan terus-menerus.
II. Analisis Data
Data Fokus
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DO : Ansietas Ancaman pada status
1. Kesulitan mengunyah dan terkini
menelan
2. Kesulitan menggerakan lidah
3. Kesulitan mengartikulasi
kata
4. Hasil pemeriksaan
menunjukan karsinoma
skuamosa oral dari dua
pertiga anterior lidah dan
lantai mulut
5. Komunikasi sudah tidak
dapat dipahami dengan baik
6. Kehilangan gigi secara
ekstensif disertai dengan
rusaknya lidah sehingga
sangat sulit untuk menelan
7. Pemberian obat lorazepam
(0,5 mg setiap 4 jam) untuk
kegelisahan
DS :
1. Keluarga pasien mengatakan
tidak tahan melihat pasien
menderita dengan cara ini
2. DO :
DS :
Intervensi