Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH SKENARIO I

Untuk Memenuhi Tugas Tutorial Keperawatan Menjelang Ajal dan Palliative

Dosen Pengampu :

Dafik Ya’lu Ulinnuha, S.Kep.,Ns

Disusun oleh :

 A’inuun P (1610201001)  Rizki Ediasih P. (1610201009)


 Luluk Nur K. (1610201002)  Widria Nova A. (1610201010)
 Nur Sa’adah M. (1610201003)  Nur Hidayah (1610201011)
 Supriyati (1610201004)  Catur Retno P. (1610201012)
 Astriningrum T. K. (1610201005)  Nabillah Alif A. (1610201013)
 Ogi Oprilia Wahyu (1610201006)  Devi R. M. (1610201014)
 Annisa Fatonah (1610201008)  Wahyu Aji S. (1610201069)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2019

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tutorial
Keperawatan Menjelang Ajal dan Palliative yang berjudul “Skenario I”.
Makalah ini kami susun guna untuk mengetahui dan memahami tentang perawatan
pasien palliative. Selain itu, juga menyelesaikan skenario disertai asuhan keperawatan yang
diperlukan dalam kasus.
Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang skenario Perawatan Palliative ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 9 Maret 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit yang belum bisa disembuhkan adalah kanker, kanker adalah
proses yang bermula ketika abnormal diubah oleh mutase genetic dan DNA seluler. Pada
saat stadium akhir yaitu stdium IV terjadi penurunan yang sangat signifikan di dalam fisik,
social dan spiritual. Salah satu penyakit yang belum bisa diesembuhkan adalah kanker,
Knaker adalah proses yang bermula ketika sel abnormal diubah mutasi genetic dari DNA
seluler. Sel abnormal ini membentuk klo dan mulai berproliferasi secara abnormal, sel-sel
dapat terbawa karena lain dalam tubuh untuk metastase (penyebaran kanker) pada bagian
tubuh yang lain (Brunner and Suddart, 2011)
Kanker merupakan penyakit dengan karakteristik adanya gangguan atau
kegagalan mekanisme pengaturan multiplikasi pada organisme multiseluler sehingga
terjadi perubahan perilaku sel yang tidak terkontrol. Perubahan tersebut
disebabkan adanya perubahan atau transformasi genetik, terutama pada gen-gen
yang mengatur pertumbuhan, yaitu protoonkogen dan gen penekan tumor.Sel-sel yang
mengalami transformasi terus-menerus berproliferasi dan menekan pertumbuhan sel
normal. Kanker merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang tinggi. Data
Global action against canser (2005) dari WHO (World Health Organization)
menyatakan bahwa kematian akibat kanker dapat mencapai angka 45% dari tahun
2007 hingga 2030, yaitu sekitar 7,9 juta jiwa menjadi 11,5 juta jiwa kematian. Di
Indonesia, menurut laporan Riskesdes (2007) prevalensi kanker mencapai 4,3 per 1000
penduduk dan menjadi penyebab kematian nomor tujuh (5,7%) setelah sroke,
tuberkulosis, hipertensi, trauma, perinatal dan diabetes melitus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi karsinoma skuamosa oral?
2. Apa etiologi karsinoma skuamosa oral?
3. Apa klasifikasi karsinoma skuamosa oral?
4. Apa pemeriksaan penunjang dari karsinoma skuamosa oral?
5. Apa patofisiologi dari karsinoma skuamosa oral?
6. Bagaimana pathways dari karsinoma skuamosa oral?
7. Apa tanda dan gejala pada pasien karsinoma skuamosa oral?
8. Asuhan keperawatan pada pasien karsinoma skuamosa oral?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi karsinoma skuamosa oral
2. Untuk mengetahui etiologi karsinoma skuamosa oral
3. Untuk mengetahui klasifikasi karsinoma skuamosa oral
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala karsinoma skuamosa oral
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari karsinoma skuamosa oral
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari karsinoma skuamosa oral
7. Untuk mengetahui pathways dari karsinoma skuamosa oral
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien karsinoma skuamosa oral

D. Manfaat Penulisan
Mahasiswa mampu memahami karsinoma skuamosa oral patofisiologi dan serta
asuhan keperawatan pada pasien palliative dengan karsinoma skuamosa oral.
BAB II
SKENARIO DAN PEMBAHASAN
A. Skenario
Seorang pria berusia 58 tahun dengan riwayat merokok seratus pak selama
setahun, riwayat Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Sekitar dua tahun yang lalu
lidah pasien sudah mulai nampak ada warna merah dan hitam namun tidak segera
mencari pertolongan medis. Ia terus merokok. Sekitar enam bulan yang lalu pasien
berobat setelah muncul tanda dan gejala seperti berikut ini:
 Perasaan bahwa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan.
 Kesulitan mengunyah atau menelan.
 Kesulitan menggerakkan lidah.
 Kesulitan mengartikulasikan kata
 lidah Mati rasa.
Hasil pemeriksaan menunjukkan karsinoma skuamosa oral dari dua pertiga
anterior lidah dan lantai mulut yang telah menyebar ke kelenjar getah bening servikal.
Ia diobati dengan reseksi bedah pada lidah reseksi luas tulang dan jaringan lunak.
Keganasan tumbuh: Keganasan berkembang dengan cepat meskipun pengobatan telah
didapatkan dan menghasilkan nekrosis jaringan luas yang mengakibatkan gejala
tambahan.
 Komunikasi sudah tidak dapat dipahami dengna baik.
 Kehilangan gigi secara ekstensif disertai dengan rusaknya lidah sehingga sangat
sulit untuk menelan
 Cacat wajah yang parah
 Nyeri ulkus non-nekrotik yang tinggi.
 Sakit wajah.

Pengoabatan yang diberikan:

 Metadon (50 mg tiga kali sehari),


 morfin sulfat (50 mg setiap empat jam,) untuk nyeri terobosan
 haloperidol (0,5 mg setiap enam jam) untuk mual dan muntah,
 lorazepam (0,5 mg setiap empat jam) untuk kegelisahan Kondisi pasien semakin
parah sehinga mendapatkan terapi tambahan
 konversi dari metadon oral ke infus morfin subkutan terus menerus (6 mg / jam)
 anestesi terkontrol pasien (PCA) infus morfin sulfat 2 mg setiap 15 menit sesuai
kebutuhan
 lorazepam (0,5 mg setiap 4 jam);
 gel metronidazol yang dioleskan ke jaringan ulserasi pada wajah (untuk
mengendalikan infeksi lokal dan dengan demikian bau busuknya)
 oksigen melalui kanula hidung; dan
 kipas angin dengan lembut meniup wajahnya.

Gejala memburuk:

Pasien sangat menderita dan ini menyebabkan penderitaan yang parah bagi istri
tercintanya dan anak-anak tercinta yang tidak tahan melihatnya menderita dengan cara
ini.

 Karena rasa sakit yang tidak dapat diatasi dan refrakter terhadap semua tindakan
paliatif, sedasi paliatif diajukan sebagai pendekatan manusiawi dan welas asih
untuk menghilangkan penderitaannya.
 Setelah penjelasan prosedurnya, dia dan keluarganya dengan mudah menyetujui
sedasi paliatif yang dalam dan terus-menerus. Dokumen informed consent
ditandatangani dan sebuah catatan yang menjelaskan indikasi dan rencana untuk
sedasi paliatif dicatat di tabel pasien.
 bolus midazolam 4-mg kemudian diberikan, dilanjutkan dengan infus subkutan
terus menerus sebesar 1.5 mg midazolam per jam. Skala Sedasi Ramsay digunakan
untuk memantau kedalaman sedasi, dan dosis midazolam dititrasi ke atas untuk
mempertahankan tingkat sedasi yang dalam (bolus 4 mg setiap 30-60 menit, sesuai
kebutuhan, digunakan, dengan infus terus menerus meningkat. dengan 0,5 mg /
jam setelah setiap bolus).
 Ia dibius dalam waktu 10 menit, namun setelah 30 menit ia masih terangsang
dengan stimulasi verbal dan mengeluhkan rasa sakit. Jadi bolus kedua midazolam
diberikan dan infusnya meningkat menjadi 2 mg / jam.
 Titrasi berlanjut selama beberapa jam berikutnya sampai dia sangat terbius,
dengan dosis 5 mg / jam yang dibutuhkan untuk mempertahankan obat penenang
dalam dan terus-menerus. • Dia meninggal 4 hari kemudian
 Pilihan obat penenang

STEP 1 : Mengklarifikasi istilah atau konsep

1. Metronidazol (Astri)
Jawab : antibiotic untuk mengobati akibat dari berbagai infeksi karena bakteri (Devi)
Obat anti mikroba (nur saadah)
2. Karsinoma skuamosa oral ( Devi)
Jawab : jenis kanker kulit yang menyerang sel skuamosa dibagian mulut (Catur)
3. Bolus midazolam (risky)
Jawab : Cairan infuse yang mengandung midazolam (luluk )
Biasanya digunakan untuk orang-orang yang kesulitan tidur (Astry)
4. Refrakter (Ogi)
Jawab : ketika membrane sel syaraf tidak peka terhadap rangsangan sehingga tidak
dapat mencetuskan impuls (Supri)
Kebal terhadap rangsangan (Ainun)
5. Sedasi palliative (Annisa)
Jawab : Perawatan yang dilakukan ketika pasien dalam kondisi tidur atau tidak sadar
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Aji)
Diajukan sebagai pendekatakan manusiawi untuk menghilangkan penderitaannya
(Supri)
6. Titrasi (Catur)
Jawab : sebuah metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
(risky)
7. Skala sedasi ramsay (luluk)
Jawab : Untuk memantau kedalaman sedasi (Ainun)
8. Reseksi bedah (nur saadah)
Jawab : Tindakan bedah untuk mengambil sebagian atau seluruh organ yang
bermasalah (Nabillah)
9. Metadon (ainun)
Jawab : obat yang mengobati nyeri berat (anisa)
Obat-obat opioid sintetik digunakan sebagai analgesic dan untuk merawat kecanduan
dari penggunaan golongan opioid (ida)
Termasuk jenis narkotika golongan IV (Aji )
10. Lorazepam (nabillah)
Jawab : obat untuk mengobati kecemasan (Rizky) dan kegelisahan (Ainun)
11. Jaringan ulserasi (widria)
Jawab : jaringan ulserasi adalah jaringan dalam bentuk luka terbuka (astry)

STEP 2 : Mendifinisikan masalah

1) Apa yang mengakibatkan kanker menyebar sampai ke kelenjar getah bening ?


(Devi)
2) Apa itu penyakit PPOK ? (Ogi)
3) Apakah tanda dan gejala awal pasien mengalami SSC? (Widria)
4) Bagaimana peran perawat pada pasien yang terindikasi kanker ? (Astry)
5) Apa yang menyebabkan lidah pasien berwarna merah dan hitam? (Annisa)
6) Bagaimana cara perawat untuk mengatasi keluarga (istri dan anak) yang tidak
tahan melihat penderitaan pasien? (Ainun)
7) Bagaimana cara menngkatkan kualitas hidup pasien disaat menjelang ajal ?
(nur saadah )
8) Bagaimana pendekatan biopsikososialspiritual pada pasien palliative? (Aji)
9) Apa saja persiapan menjelang ajal bagi pasien dan keluarga pasien? (Nabillah )
10) Bagaimana bentuk kerja sama tim palliative dalam menangani pasien ? (Nur
hidayah)
11) Apa saja yang dibutuhkan seorang perawat dalam melakukan perawatan
palliative ? (Supri)
12) Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien palliative? (Ogi)
13) Apa saja masalah keperawatan pada kasus ? (Astry)

STEP 3 : Menganalisis masalah

1) Apa yang mengakibatkan kanker menyebar sampai ke kelenjar getah bening ?


(Devi)
Jawab : sifat kanker dapat bertahan hidup sampai membuat pembuluh darah
baru sehingga dapat menyebar dengan cepat ke organ yang lainnya (Aji)
2) Apa itu penyakit PPOK ? (Ogi)
Jawab : Peradangan paru yang menghalangi aliran udara dari paru-paru karena
tersumbat oleh lender sehingga kesulitan untuk bernafas (Astry )
3) Apakah tanda dan gejala awal pasien mengalami SSC? (Widria)
Jawab : terdapat benjolan daerah tentu, perubahan warna kulit dan tekstur,
nyeri, berat badan turun (Supri)
Anemia, keletihan, kaheksia (nabillah)
System imun menurun (Devi)
4) Bagaimana peran perawat pada pasien yang terindikasi kanker ? (Astry)
Jawab :
Sebagai pemberi bimbingan konseling
Sebagai advocad pasien
Membantu dalam meningkatkan kesehatan
Membantu dalam memecahkan masalah pasien (Annisa)
Mengembangkan kepercayaan, tunjukkan empati kepedulian dan perhatian,
perhatikan hal-hal yang bersifat cultural dan sensitive, berikan waktu pasien
untuk berbicara (nur saadah)
5) Apa yang menyebabkan lidah pasien berwarna merah dan hitam? (Annisa)
Jawab :
Karena adanya inflamasi, jika hitam selnya sudah mati (Nur saadah)
6) Bagaimana cara perawat untuk mengatasi keluarga (istri dan anak) yang tidak
tahan melihat penderitaan pasien? (Ainun)
Jawab :
Mengajarkan keluarga pasien untuk mulai mengikhlaskan, mendoakan yang
terbaik untuk pasien (Rizky)
7) Bagaimana cara menngkatkan kualitas hidup pasien disaat menjelang ajal ?
(nur saadah )
Jawab :
Memberikan motivasi pasien dan keluarga, memberikan rasa nyaman (Devi)
Menawarkan system dukungan untuk membantu pasien hidup seaktif mungkin
sampai akhir hayatnya (Nur hidayah)
Melakukan pendekatan manusiawi dan welas asih untuk menghilangkan
penderitaannya (Ogi)
Memberikan kesempatan pasien untuk berbicara dan mengungkapkan
emosinya secara bebas (Ainun)
Berikan pemahaman bahwa semua yang hidup akan kembali (Aji)
Menghadirkan keluarga terdekat untuk memberikan dukungan (Widria)
8) Bagaimana pendekatan biopsikososialspiritual pada pasien palliative? (Aji)
Jawab :
Dengan cara meningkatkan rasa nyaman pada pasien, mengurangi srasa sakit,
meningkatkan spiritual dengan mengajarkan beribadah ( Luluk)
Meningkatkan rasa aman, mendengarkan keluh kesah pasien, menerima dalam
fase pengingkaran, kemarahan, tawar menawar, depresi dan penerimaan
(Ainun)
Melakukan tindakan sedasi palliative (Ogi)
9) Apa saja persiapan menjelang ajal bagi pasien dan keluarga pasien? (Nabillah )
Jawab :
Meningkatkan ibadah
Mengajarkan talkin
Perawat mengajarkan keluarga agar bersabar dan tetap tenang (u/ keluarga)
(Astry)
Memberikan edukasi pada keluargatentang kehilangan, menciptakan meninggal
dalam keadaan bahagia (Aji)
Menciptakan lingkungan yang nyaman (Rizky)
10) Bagaimana bentuk kerja sama tim palliative dalam menangani pasien ? (Nur
hidayah)
11) Apa saja yang dibutuhkan seorang perawat dalam melakukan perawatan
palliative ? (Supri)
12) Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien palliative? (Ogi)
13) Apa saja masalah keperawatan pada kasus ? (Astry)
Jawab :
 Nyeri kronis
 Gangguan rasa nyaman
 Gangguan pola tidur
 Ansietas kematian
 Gangguan integritas jaringan
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 Hambatan mobilitas fisik (Catur)
 Resiko infeksi (Nur saadah)
STEP 4 : Menyusun urutan penjelasan masalah

1) Apa yang mengakibatkan kanker menyebar sampai ke kelenjar getah


bening ?
Jawab :
Penyebaran kanker di seluruh tubuh dikenal sebagai metastasis.
Penyebaran kanker dimulai ketika sel-sel kanker memisahkan diri dari tumor
awal, dan menyerang jaringan normal di dekatnya. Dari sini, sel kanker
kemudian berkembang biak dan mungkin memproduksi senyawa tertentu yang
merangsang pergerakan sel menuju tempat lainnya. Sel-sel kanker dapat
menyebar melalui satu dari beberapa rute umum metastasis (aliran darah,
sistem limfatik, atau menembus lapisan penutup rongga organ tubuh) untuk
menuju bagian tubuh lainnya.
Ini adalah perjalanan yang cukup rumit dan sebagian besar sel kanker
tidak dapat bertahan hidup. Beberapa sel kanker mungkin dibunuh oleh sistem
kekebalan tubuh atau terperangkap dalam kelenjar getah bening untuk
kemudian dihancurkan, tetapi beberapa dapat bertahan hidup dan tumbuh untuk
membentuk tumor baru. Dari ribuan sel-sel kanker yang berhasil melepaskan
dari kanker induk, mungkin hanya akan ada beberapa yang mampu bertahan
untuk membentuk kanker sekunder (metastasis).
Setelah di tempat baru, sel kanker mulai berkembang biak membentuk
tumor-tumor kecil yang disebut micrometastases. Kelompok tumor kecil ini
kemudian bergabung dan bertumbuh menjadi sel tumor “dewasa”, dan
menyelesaikan proses siklus metastatik. Ketika diamati di bawah mikroskop
dan diuji dengan cara-cara tertentu, sel-sel kanker metastatik membawa
karakteristik yang menyerupai kanker induk, bukannya menyerupai ciri sel-sel
di tempat baru di mana kanker metastatik ditemukan. Ini yang menjadi pertanda
untuk dokter bisa memastikan bahwa kanker tersebut adalah kanker yang telah
menyebar dari sumber inti di tempat lain dari tubuh, dan bukan jenis kanker
yang benar-benar baru.
Kanker mulut dapat berkembang dalam setiap bagian dari rongga mulut
atau orofaring. Kebanyakan kanker mulut dimulai di lidah dan di dasar mulut.
Hampir semua kanker mulut dimulai dalam sel datar ( sel skuamosa ) yang
menutupi permukaan mulut, lidah, dan bibir. Kanker ini disebut karsinoma sel
skuamosa. Ketika kanker menyebar oral (metastasizes), biasanya perjalanan
melalui sistem limfatik . Kanker sel-sel yang memasuki sistem limfatik yang
terbawa oleh getah bening, cairan, jelas berair. Sel-sel kanker sering muncul
pertama pada kelenjar getah bening terdekat di leher. Sel kanker juga dapat
menyebar ke bagian lain dari leher, paru-paru, dan bagian lain dari tubuh.

Sumber : Jong, Wim de. 2005. KANKER, APAKAH ITU?. Jakarta:Arcan. Hal
7

2) Apa itu penyakit PPOK ?


Jawab :
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran nafas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel
parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan
keduanya. Hambatan aliran udara biasanya bersifat progresif dan dikaitkan
dengan respon inflamasi yang abnormal dari paru-paru terhadap partikel atau
gas yang bersifat iritatif, terutama disebabkan oleh rokok. Walaupun PPOK
berefek pada paru-paru, penyakit ini juga menimbulkan efek sistemik.
Hambatan aliran udara biasanya disebabkan oleh penyakit paru dan emfisema.
Gangguan pada jalan nafas utamanya akibat dari berkurangnya diameter lumen
akibat dari penebalan dinding, peningkatan produksi mukus intralumen, dan
perubahan pada cairan yang melapisi jalan nafas kecil.
PPOK saat ini merupakan penyakit pernapasan yang merupakan
penyebab utama angka kesakitan dan kematian di dunia (Russell, 2002).
Perkembangan gejala dari penyakit ini progresif sehingga menimbulkan
kerugian yang besar terhadap kualitas hidup penderita dan menjadi beban
ekonomi bagi bangsa dan negara (IPCRG, 2006). Data yang dikeluarkan oleh
World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa pada tahun 2010 .
PPOK telah menempati peringkat keempat sebagai penyakit penyebab
kematian, dan penyakit paru ini semakin menarik untuk dibicarakan oleh
karena prevalensi dan angka mortalitas yang terus meningkat (Sudoyo et al,
2007). PPOK merupakan penyebab morbiditas dan kematian ke-4 terbesar
didunia. WHO memprediksi pada tahun 2020, PPOK akan meningkat dari
peringkat 12 menjadi peringkat 5 penyakit terbanyak dan dari peringkat 6
menjadi peringkat 3 penyebab kematian diseluruh dunia (PDPI, 2011).
Sumber:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/23f8d4e4236fc8d9f53f
0832bf8aba04.pdf
http://eprints.ums.ac.id/22569/3/File_4._Bab_I_-_Pendahuluan.pdf

3) Apakah tanda dan gejala awal pasien mengalami SSC?


Jawab :
Menurut Neville, et al. Squamous cell carcinoma memiliki beragam
gambara klinis yaitu:
a. Exophytic (pembentuk massa)
b. Endophytic (berlubang dan ulserasi).
c. Leukoplakia (bercak putih)
d. Erythroplakia (bercak merah)
e. Erythroleukoplakia (kombinasi bercak merah dan putih)
Sedangkan menurut Van Zyl (2012), gambaran klinis dari squamous
cell carcinoma seperti (Zyl, 2012):

a. Leukoplakia (bercak putih), eritroplakia (bercak merah),


eritroleukoplakia (kombinasi bercak merah dan putih).
b. Pertumbuhan eksofitik (lesi superfisial) dapat berbentuk bunga kol atau
papiler, dan mudah berdarah. Sedangakn untuk pertumbuhan endofitik
biasanya terdapat batas tegas antara lesi dan jaringan normal, invasinya
dapat merusak tulang yang dapat menyebabkan nyeri dan penampakan
pada radiografnya adalah radiolusen.
c. Ulser dengan ukuran 1-2cm, kebanyakan berwarna merah dengan atau
tanpa disertai komponen putih, licin, halus dan memperlihatkan elevasi
yang minimal, biasanya terdapat pada bagian bawah bibir.
d. Terdapat lesi luas pada dorsum lidah yang bersifat hyperkeratosis dan
memiliki permukaan yang kasar.
e. Karakteristik dari lesi karsinoma adalah berwarna merah dan ditutupi
oleh krusta karena hiposalivasi. Karsinoma sel skuamosa rongga mulut
yang telah berinfiltrasi sampai ke jaringan ikat hanya menyebabkan
sedikit perubahan pada permukaan, tetapi timbul sebagai daerah yang
berbatas tegas dengan hilangnya mobilitas jaringan.
Gambaran klinis. Nodula berwarna seperti kulit normal,
permukaannya halus tanpa ada krusta atau ulkus dengan tepi yang berbatas
kurang jelas. Nodula kemerahan dengan permukaan yang papilomatosa atau
verukosa, menyerupai bunga kol. Ulkus dengan kusta pada permukaannya, tepi
meninggi, berwarna kuning kemerahan. Dalam perjalanan penyakitnya lesi
akan meluas dan mengadakan metastase ke kelenjar limfe regional atau
organ-organ dalam.
Sumber : http://simdos.unud.ac.id
4) Bagaimana peran perawat pada pasien yang terindikasi kanker ?
Jawab :
1. Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan pasien
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan. Mengkoordinasikan asuhan keperawatan kepada profesi lain
dalam Tim.
2. Advocat
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya
dalam pengambilan persetujuan atas tindakan atau pengobatan yang akan
dilakukan kepada pasien.
3. Pendidik / Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.
4. Koordinator
Mengarahkan, merencanakan, mengorganisasi pelayanan kesehatan dari
tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan pasien kanker atau pasien Paliatif
5. Kolaborator
Peran ini dilakukan ketika perawat bekerja sebagai bagian dari tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi, Apoteker dll
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
dalam hal ini pesien dengan kanker atau dalam fase paliatif.
6. Konsultan
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi untuk masalah-masalah yang
berkaitan dengan kompetensi perawat.
7. Pembaharu
Perawat membuat perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis &
terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
8. Peneliti
Perawat melakukan riset dalam memberikan asuhan pada pasien dengan
masalah paliatif .Menemukan metode-metode yang efektif dan efisien
dalam rangka mencapai kualitas hidup pasien yang optimal.
Mengembangkan cara berfikir kritis dalam melaksanakan asuhan termasuk
ketika berperan sebagai anggota.

Sumber : https://id.scribd.com/document/322884161/Fungsi-Dan-Peran-
Perawat-Dalam-Menghadapi-Pasien-Penyakit-Kanker

5) Apa yang menyebabkan lidah pasien berwarna merah dan hitam?


Jawab :
 Jika warna merah dipengaruhi obat-obatan psikologis yang dapat
mengubah aliran saliva dan hidrasi mulut.
 Jika lidah warna hitam disebabkan oleh bakteri dan jamur berkembang
subur di permukaan lidah sehingga membuat lidah berwarna hitam. Selain
penyebab tersebut kebiasaan merokok, sering minum kopi dan kerap
mengonsumsi makanan yang nggak sehat juga dapat berkontribusi terhadap
masalah kesehatan

Sumber : Amerongen, Van, Nieuw.1992:Ludah dan Kelenjar


Ludah.Yogyakarta: Gajah Mada University Press

6) Bagaimana cara perawat untuk mengatasi keluarga (istri dan anak) yang
tidak tahan melihat penderitaan pasien?
Jawab :
 dukungan social,cultural,dan spiritual pada keluarganya
 dukungan psikologi pada keluarga.
7) Bagaimana cara menngkatkan kualitas hidup pasien disaat menjelang ajal
?
Jawab :
Perawatan paliatif memainkan peran besar dalam meningkatkan kualitas
hidup para pasien tersebut. Penting bagi pasien agar bisa memiliki akses ke
ahli kesehatan yang mengkhususkan diri dalam kesehatan mental, sehingga
mampu membantu mereka agar lebih kuat menjalani setiap masalah psikologis
yang harus mereka hadapi. Ketakutan tentang masa depan sering menjadi
perhatian besar bagi pasien, dan tak jarang mereka kadang merasa perlu untuk
mengungkapkan hal tersebut.
Untuk membantu kecemasan mereka, perawatan ini menawarkan:
 Konseling
 Visualisasi
 Terapi kognitif
 Terapi obat
 Terapi manajemen relaksasi stres juga bagian dari perawatan paliatif yang
melibatkan pemberian dukungan emosional, bagi pasien yang merasa
membutuhkannya.

Selain kepada penderitanya, perawatan ini juga memberi dukungan


kepada seluruh anggota keluarga dan pelaku rawat lainnya. Perawatan ini
dilakukan mulai dari tahap diagnosis, sepanjang pengobatan, hingga jelang ajal
dan pasca kematian. Hal ini bertujuan agar pasien bisa mendapatkan kualitas
hidup yang baik sebelum menghadapi kematian yang tidak pernah diketahui
waktu pastinya.

Sumber: https://www.scribd.com/document/321468321/Konsep-Kematian-
Atau-Menjelang-Ajal

8) Bagaimana pendekatan biopsikososialspiritual pada pasien palliative?


Jawab :
 Paliative Care Plan : Paliative Care Plan dapat dilaksanakan dengan
partnership antara pasien, keluarga, orang tua, teman sebaya dan petugas
kesehatan yang professional, suport fisik, emosinal, pycososial, dan spiritual
khususnya. Melibatkan pasien dalam kebutuhan memahami gambaran dan
kondisi penyakit terminalnya secara bertahap, tepat dan sesuai. Menyediakan
diagnostik atau kebutuhan intervensi terapeutik guna
memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengaharapan dari pasien
dan keluarga (Doyle, Hanks and Macdonald, 2003: 42)
 Peran Spiritual Dalam Palliative Care :
Beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dramatis dalam agama
dan keyakinan spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam
penyakit fisik yang serius. Profesional kesehatan yang memberikan
perawatan medis menyadari pentingnya memenuhi kebutuhan spiritual dan
keagamaan pasien (Wooddruff, 2004) .
Sebuah pendekatan kasih sayang akan meningkatkan kemungkinan
pemulihan atau perbaikan. Dalam contoh terburuk, ia menawarkan
kenyamanan dan persiapan untuk individu melalui proses traumatis penyakit
terakhir sebelum kematian (Doyle, Hanks and Macdonald, 2003 :101). Studi
pasien dengan penyakit kronis atau terminal telah menunjukkan kejadian
insiden tinggi depresi dan gangguan mental lainnya. Dimensi lain
menunjukkan bahwa tingkat depresi sebanding dengan tingkat keparahan
penyakit dan hilangnya fungsi tambahan. Sumber depresi adalah sekitar isu
yang berkaitan dengan spiritualitas dan agama. Pasien di bawah perawatan
palliative dan dalam keadaan seperti itu sering mempunyai keprihatinan
rohani yang berkaitan dengan kondisi mereka dan mendekati kematian
(Ferrell & Coyle, 2007: 848).
Spiritual dan keprihatinan keagamaan dengan pasien biasanya
bersinggungan dengan isu sehari-hari penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, dengan orang tua dan mereka yang menghadapi kematian
yang akan datang. Kekhawatiran semacam itu telah diamati, bahkan pada
pasien yang telah dirawat di rumah sakit dengan penyakit serius non-
terminal (Ferrell & Coyle, 2007: 52). Studi lain telah menunjukkan bahwa
persentase yang tinggi dari pasien di atas usia 60 tahun menemukan hiburan
dalam ketekunan bergama yang memberi mereka kekuatan dan kemampuan
untuk mengatasi kehidupan, sampai batas tertentu. Kekhawatiran di saat
sakit parah mengasumsikan berbagai bentuk seperti hubungan seseorang
dengan Allah, takut akan neraka dan perasaan ditinggalkan oleh komunitas
keagamaan mereka. Sering menghormati dan memvalidasi individu pada
dorongan agama dan keyakinan adalah setengah perjuangan ke arah
menyiapkan mereka pada sebuah kematian yang baik (Ferrell & Coyle,
2007: 1171 8).
Sumber : http://www.syauqiya.com/2015/03/peran-perawat-dalam-paliative-
care.html
9) Apa saja persiapan menjelang ajal bagi pasien dan keluarga pasien?
Jawab :
 Disiapkan sesuai agama dan kepercayaan.
Pasien didampingi oleh keluarga dan petugas. Usahakan pasien dalam
keadaan bersih dan suasana tenang.
 Keluarga pasien diberitahu secara bijaksana.
Memberi penjelasan kepada keluarga tentang keadaan pasien. Berikan
bantuan kepada keluarga klien untuk kelancaran pelaksanaan upacara
keagamaan.

Smber : https://www.academia.edu/8991970/Perawatan_menjelang_ajal_jadi_

STEP 5 : Menetapkan tujuan belajar

1) Bagaimana bentuk kerja sama tim palliative dalam menangani pasien ?


Jawab :
Perawatan paliatif merupakan tanggung jawab multidisiplin dan
multiagency. Tim perwatan paliatif meliputi tenaga profesional dari yang
umum sampai spesialis dan dapat berasal dari rumah sakit, komunitas, hospice,
atau tempat perawatan lainnya seperti home care keperawatan.
Bentuk tim multidisiplin dapat terdiri dari dokter, perawat, terapis,
apoteker, ahli gizi, sosial woker serta tokoh spiritual. Bentuk kerjasama
multidisiplin yang sudah dikenalkan merupakan salah satu elemen kunci dari
kesuksesan perawatan. Tujuan adanya model multidisiplin adalah untuk
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas pasien dan keluarga.
Bentuk Kerja tim :
 Berkomunikasi dengan baik
 Memberikan kenyamanan pada pasien
 Bekerjasama dan mengetahui apa yang pasien lakukan
 Komunikasi yang efektif antara perawat kepada pasien untuk
mengetahui kebutuhan pasien
 Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain
Sumber : (fk.ugm.ac.id/seminar-nasional-keperawatan-pelayanan-paliatif-
dengan-pendekatan-interdisipliner/)

2) Apa saja yang dibutuhkan seorang perawat dalam melakukan perawatan


palliative?
Jawab :
Jenis kegiatan perawatan palliative menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 812/Menkes/sk/VII/2007 tentang
kebijakan lingkup kegiatan perawatan palliative, meliputi :
1. pengelolaan keluhan nyeri,
2. pengelolaan keluhan fisik lain,
3. asuhan keperawatan,
4. dukungan psikologis,
5. dukungan sosial, kultural dan spiritual,
6. dukungan persiapan dan selama masa duka cita (bereavement).

Perawatan palliative dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan


kunjungan /rawat. Perawatan palliative dapat dilaksanakan melalui pendekatan
sebagai berikut, :

1. Menyediakan bantuan untuk rasa sakit dan gejala lain yang menganggu
klien.
2. Menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai proses yang normal
3. Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian
4. Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
5. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu
Sumber : http://www.syauqiya.com/2015/03/peran-perawat-dalam-paliative-
care.html

STEP 7 : Menyusun Asuhan Keperawatan

A. Definisi
Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal
sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker.
Kanker adalah sekelompok penyakit kompleks yang dicirikan dengan
pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang tidak terkontrol (ACSI, 2010)
Squamous Cell Carcinomaatau disebut juga Karsinoma Sel
Skuamosamerupakan kanker yang sering terjadi pada rongga mulut yang secara klinis
terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi, tepi lesi yang indurasi, dan kemerahan.
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar
penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilahlain yang
digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker
adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas
normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke
organ lain. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama
kematian akibat kanker (WHO,2009).
B. Etiologi
 Tembakau dan Alkohol : 75% dari seluruh kanker mulut dan faring di Amerika
Serikat berhubungan dengan penggunaan tembakau yaitu termasuk merokok dan
mengkonsumsi alkohol. Penggunaan alkohol dengan rokok bersama-sama secara
signifikan memiliki resiko yang lebih tinggi daripada digunakan secara terpisah.
Merokok cerutu dan merokok menggunakan pipa mempunyai resiko yang lebih
tinggi terhadap kanker mulut dibandingkan dengan merokok kretek.
 Bahan Kimia : Sebagian besar bahan-bahan kimia berhubungan dengan terjadinya
kanker. Bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker di lingkungan antara lain,
seperti cool tar, polycylic aromatic hydrocarbons, aromatic amines, nitrat, nitrit,
dan nitrosamin.
 Infeksi : Beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan kanker mulut
adalah candida albicans. Hubungan antara candida albicans dengan penyakit
speckled leukoplakia pertama kali ditemukan oleh Jespen dan Winter pada tahun
1965. Beberapa studi menunjukkan bahwa, sekitar 7-39% dari leukoplakia
dijumpai adanya candida hyphae. Penyakit ini mempunyai kecenderungan berubah
menjadi kanker.
 Nutrisi : Pola diet makanan sangat berpengaruh terhadap timbulnya kanker.
Defisiensi dari beberapa mikronutriensi seperti vitamin A, C, E, dan Fe dilaporkan
mempunyai hubungan dengan terjadinya kanker. Vitamin-vitamin tersebut
mempunyai efek antioksidan. Defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia.
Radiasi sinar ultraviolet adalah suatu bahan yang diketahui bersifat karsinogenik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Takeichi dkk, (1983) terhadap efek
radiasi di Hiroshima dan Nagasaki Jepang, melaporkan bahwa terjadi peningkatan
insidensi kanker kelenjar ludah pada orang yang selamat setelah terkena radiasi
bom atom pada periode antara 1957-1970, terjadinya kanker 2,6 kali lebih tinggi
dibandingkan yang tidak terkena radiasi.
 Faktor genetik : Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker
memiliki risiko terkena kanker sebanyak 3 sampai 4 kali lebih besar dari yang
tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker.
 Sistem Kekebalan Tubuh : Dilaporkan bahwa ada peningkatan insidensi kanker
pada pasien yang mendapat penekanan sistem kekebalan tubuh, seperti pada
penderita transplantasi, AIDS, dan defisiensi kekebalan genetik. Insidensi tumor
pada pasien yang mendapat tekanan sistem kekebalan tubuh sebesar 10%.
Gangguan sistem kekebalan selain disebabkan kerusakan genetik juga disebabkan
oleh penuaan, obat-obatan, infeksi virus.
 Penggunaan obat rekreasional
 Obesitas (Lemak tubuh yang berlebihan berhubungan dengan peningkatan
risiko kanker yang bergantung dengan hormone. Karena hormone seks
disintesis dari lemak, individu yang gemuk sering kali memiliki jumlah
hormone yang berlebih dan mendukung keganasan bergantung hormone pada
payudar, usus, ovarium, endometrium, dan prostat)
 Pemajanan matahari (Sinar uv—kanker kulit)
C. Klasifikasi
1. Kanker pada bibir
Bibir terutama bibir bagian bawah merupakan tempat terjadinya kerusakan karena
cahaya matahari atau actinic keratosis sehingga bibir tampak pecah dan kemerahan,
keputihan atau campuran merah dan putih. Kanker di bibir sebelah luar lebih sering
terjadi pada daerah beriklim panas. Kelainan pada bibir atas lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan bibir bawah, tetapi lebih mungkin menjadi ganas dan
memerlukan perhatian medis. Pada perokok, bisa tumbuh benjolan putih di bagian
dalam bibir. Benjolan ini bisa tumbuh menjadi squamous cell carcinoma (Wiliams,
1990)
2. Kanker pada lidah
Kanker lidah adalah suatu keganasan yang timbul dari jaringanepitel mukosa lidah
dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (sel epitel gepen berlapis) dan
terjadi akibat rangsangan menahun, juga beberapa penyakit- penyakit tertentu
(premalignant) seperti sifilis dan plumer vision syndrom, leukoplakia, serta
eritoplakia. Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah di sekitarnya,
disamping itu dapatmelakukan metastasis secara limfogen dan hematogen
(Sciubba, 1999)
3. Kanker dasar mulut
Kanker dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaanalkohol dan
tembakau. Pada tingkat awal mungkin tidak menimbulkan gejala.Bila lesi
berkembang, pasien akan mengeluhkan adanyagumpalan dalam mulut atau
perasaan tidak nyaman (Daftary, 1992) .
Pada pemeriksaan klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi berupa nodul
dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak dekatfrenulum lingual.Bentuk
yang lain adalah penebalan mukosa yang kemerah- merahan,nodul yang tidak sakit
atau dapat berasal dari leukoplakia.
4. Kanker pada mukosa pipi
Pada beberapa pasien yang mempunyai kebiasaan mengunyahcampuran pinang,
daun sirih, kapur dan tembakau akan memberikanrisiko peningkatan kanker pada
mukosa pipi. Dengan kondisi materialyang melakukan kontak langsung dengan
mukosa pipi kiri dan kananselama beberapa jam dan trauma pada mengunyah
memberikan dampak terhadap perubahan sel mukosa pipi (Daftary,1992). Pada
pemeriksaan fisik rongga mulut, bagian pipi akan didapatkan adanya lesi
ulserasi,nodular dan infiltratif.
5. Kanker pada gusi
Kanker pada gusi biasanya dihubungkan dengan riwayat pasien mengisap pipa
tembakau. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering pada gusi bawah
(mandibular) daripada gusi atas (maksila) (Daftary, 1992). Pada pemeriksaan fisik,
lesi awal terlihat sebagai ulkus, granulomakecil atau sebagai nodul. Sekilas lesi
terlihat sama dengan lesi yang dihasilkan oleh trauma kronis atau hyperplasia
inflamatori (Daftary,1992). Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan eksofitik
atau pertumbuhan infiltrative yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik terlihat
seperti bunga kol dan mudah berdarah. Pertumbuhan infiltrative biasanya tumbuh
invasive pada tulang mandibula dan menimbulkan dekstruktif (Tambunan, 1993)
6. Kanker pada palatum
Predisposisi merokok meningkatkan risiko kanker pada palatum.Kebanyakan
kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dengandasar yang luas dan
permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang mungkin akan mengisi seluruh
palatum. Kanker pada palatum dapat menyebabkan perforasi palatum dan meluas
sampai ke rongga hidung(Daftary, 1992)
D. Tanda dan Gejala
 Sariawan pada bibir yang lama tidak sembuh.
 Bercak di dalam mulut atau bibir berwarna putih, merah, atau campuran merah dan
putih.
 Nyeri pada bibir atau mulut.
 Pendarahan di mulut
 Kehilangan gigi.
 Sulit atau nyeri saat menelan.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi CT Scan atau MRI dapat digunakan untuk menentukan batas
dan ukuran tumor serta keterlibatan kelenjar getah bening leher. Pembesaran kelenjar
getah bening lebih dari satu sentimeter dapat dideteksi pada pemeriksaan CT scan.
Pemeriksaan CT scan juga dapat mendeteksi penjalaran karsinoma lidah ke tulang
berupa nekrosis tulang, sedangkan MRI dapat mendeteksi luasnya suatu massa pada
jaringan lunak. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
metastasis jauh adalah foto toraks dan pemeriksaan fungsi hati.
F. Patofisiologi
1. Pertumbuhan sel normal
 Sel normal yang matur berukuran sama dan memiliki nucleus yang
merupakan ciri jaringan yang dimiliki sel.
 Di dalam nucleus yang normal terdapat kromosom berisi molekul asama
deoksiribonukleat (DNA) yang membawa informasi genetic dan
mengendalikan sistesis protein.
 Setiap perubahan atau kerusakan pada gen dapat mengakibatkan
ketidakakuratan “cetak biru” yang dapat menghasilkan sel abnormal,
kemungkinan nantinya kanker.
2. Siklus sel
 Malfungsi pada setiap pengatur pertumbuhan dan pembelahan sel ini dapat
menyebabkan proliferasi sel tidak matur yang cepat, biasanya namanya
kanker (maligna).
3. Diferensiasi
 Proses normal yang terjadi pada banyak siklus sel yang memungkinkan sel
untuk berfokus pada tugas tertentu.
 Hiperplasia
- Peningkatan jumlah atau densitas sel normal.
- Terjadi saat merespon stress, meningkatkan kebutuhan
metabolic, atau meningkatkan kadar hormone.
 Metaplasia
- Perubahan pola pembelahan normal.
- Beberapa sel metaplastik kurang berfungsi dibandingkan sel
yang mereka gantikan.
- Respon protektif terhadap kondisi yang merugikan, dapat
kembali jika stressor atau kondisi yang mengganggu terhenti.
 Diplasia
- Kehilangan pengendalian DNA selama pembelahan yang terjadi
dalam merespons kondisi yang merugikan.
- Menunjukkan variasinukuran, bentuk, dan tampilan yang
abnormal, serta gangguan dalam susunan mereka yang biasa.
 Anaplasia
- Perburukan pada sel terhadap jenis sel imatur atau yang tidak
membelah. Pembelahan anaplastic tidak lagi dibawah
pengontrolan DNA.
- Biasanya terjadi ketika kejadian kerusakan atau perubahan
terjadi di dalam proses pembelahan, masih sel yang tidak
berdiferensiasi, mengakibatkan kehilangan fungsi yang
bermanfaat.
- Dapat terjadi ketika merepon kondisi perusakan yang berlebihan
di dalam sel atau jaringan sekitar.
4. Teori Karsinogenesis
 Mutasi selular
 Onkogen
 Gen supresor tumor
5. Karsinogen yang dikenal :
 Obat
 Agens kimia
 Agen Fisik
6. Jenis Neoplasma
 Neoplasma benigna
 Neoplasma maligna
7. Invasi tumor dan metastasis
8. Efek fisiologis dan psikologis kanker
 Gangguan fungsi
 Perubahan hemotologi
 Infeksi
 Hemoragi
 Sindrom kakeksia-anoreksia
 Sindrom paraneoplastic
 Nyeri : Jenis nyeri akibat kanker dan Penyebab nyeri akibat kanker
 Stress fisik
 Stress psikologis
9. Pathways
Jawab : Terlampir
10. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Tn. Z
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Alamat : Gamping
b. Diagnose medis : Karsinoma Skuamosa Oral
c. Keluhan utama
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sulit mengunyah dan menelan, sulit
megerakan lidah, sulit mengartikulasikan kata. Pasien mengatakan merasa ada sesuatu
yang menganjal di tenggorokan, dan lidah mati rasa.
d. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sulit
mengunyah dan menelan, sulit megerakan lidah, sulit mengartikulasikan kata. Pasien
mengatakan merasa ada sesuatu yang menganjal di tenggorokan, dan lidah mati rasa.
 Riwayat kesehatan yang lalu : Keluarga mengatakan bahwa pasien mempunyai
riwayat merokok seratus pak selama setahun, riwayat Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK). Sekitar dua tahun yang lalu lidah pasien sudah mulai nampak ada
warna merah dan hitam namun tidak segera mencari pertolongan medis. Ia terus
merokok.
 Riwayat penyakit keluarga :Keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami
sakit apapun.
e. Pemeriksaan fisik
Tanggal : 17 Febuari 2019
Jam : 09.20 WIB
Keadaan umum sadar penuh (compos mentis)
Tanda-tanda Vital
 Suhu : 39 ºC
 Nadi : 98 x/menit
 Pernapasan : 24 x/menit
 Tekanan darah :110/70 mmhg
Antropometri
 BB : 60 kg
 Tinggi Badan : 170 cm
Pemeriksaan Head To Toe
 Inspeksi
 Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih dan tidak ada ketombe
Warna rambut : Hitam
Jumlah : Jarang-jarang
Rontok/Tidak : Rontok
Ubun-ubun : Tidak cekung
 Muka
Kebersihan : kurang bersih
Pucat : Pucat
Oedema : Ada oedema pada rahang pasien
 Mata
Bentuk : Tidak ada cekung dan hitam
Conjungtiva : Tidak ada pucat
Sklera : Tidak ada kuning
Palpebra : Tidak ada oedema
 Mulut
Bentuk : Simetris
Bibir : Tidak ada stomatitis ,membran mukosa kering
Gigi : kehilangan gigi secara ekstensif disertai dengan
rusaknya
lidah sehingga sangat sulit untuk menelan
Lidah : Ada karsinoma Skuamosa oral dari dua pertiga anterior
lidah
 Abdomen
Kebersihan : Bersih
Pembesar Abdomen : Ada
 Anus
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak ada oedema
Kelainan : Tidak ada
 Palpasi
 Abdomen
Nyeri Tekan : Ada
Turgor Kulit : kembali segera
Kembung : Tidak ada
 Auskultasi
 Abdomen
Bising Usus : Hiperaktif

f. Terapi
 Metadon (50 mg tiga kali sehari),
 morfin sulfat (50 mg setiap empat jam,) untuk nyeri terobosan
 haloperidol (0,5 mg setiap enam jam) untuk mual dan muntah,
 lorazepam (0,5 mg setiap empat jam) untuk kegelisahan
 konversi dari metadon oral ke infus morfin subkutan terus menerus (6 mg / jam)
 anestesi terkontrol pasien (PCA) infus morfin sulfat 2 mg setiap 15 menit sesuai
kebutuhan
 lorazepam (0,5 mg setiap 4 jam);
 gel metronidazol yang dioleskan ke jaringan ulserasi pada wajah (untuk
mengendalikan infeksi lokal dan dengan demikian bau busuknya)
 oksigen melalui kanula hidung; dan
 kipas angin dengan lembut meniup wajahnya.
 bolus midazolam 4-mg kemudian diberikan, dilanjutkan dengan infus subkutan
terus menerus sebesar 1.5 mg midazolam per jam. Skala Sedasi Ramsay
digunakan untuk memantau kedalaman sedasi, dan dosis midazolam dititrasi ke
atas untuk mempertahankan tingkat sedasi yang dalam (bolus 4 mg setiap 30-60
menit, sesuai kebutuhan, digunakan, dengan infus terus menerus meningkat.
dengan 0,5 mg / jam setelah setiap bolus).
 Ia dibius dalam waktu 10 menit, namun setelah 30 menit ia masih terangsang
dengan stimulasi verbal dan mengeluhkan rasa sakit. Jadi bolus kedua midazolam
diberikan dan infusnya meningkat menjadi 2 mg / jam.
 Titrasi berlanjut selama beberapa jam berikutnya sampai dia sangat terbius,
dengan dosis 5 mg / jam yang dibutuhkan untuk mempertahankan obat penenang
dalam dan terus-menerus.
II. Analisis Data
 Data Fokus
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DO : Ansietas Ancaman pada status
1. Kesulitan mengunyah dan terkini
menelan
2. Kesulitan menggerakan lidah
3. Kesulitan mengartikulasi
kata
4. Hasil pemeriksaan
menunjukan karsinoma
skuamosa oral dari dua
pertiga anterior lidah dan
lantai mulut
5. Komunikasi sudah tidak
dapat dipahami dengan baik
6. Kehilangan gigi secara
ekstensif disertai dengan
rusaknya lidah sehingga
sangat sulit untuk menelan
7. Pemberian obat lorazepam
(0,5 mg setiap 4 jam) untuk
kegelisahan
DS :
1. Keluarga pasien mengatakan
tidak tahan melihat pasien
menderita dengan cara ini
2. DO :

DS :

 Diagnosa keperawatan yang muncul :


1. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini

 Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan/ Intervensi


Keperawatan Hasil
Ansietas Setelah dilakukan asuhan Pengurangan kecemasan :
berhubungan keperawatan selama 3x24 - Gunakan pendekatan yang tenang
dengan jam diharapkan status dan meyakinkan
ancaman pada - Identifikasi pada saat terjadi
kenyamanan bisa
status terkini perubahan tingkat kecemasan
terpenuhi dengan kriteria :
- Bantu klien mengidentifikasi situasi
1. Kesejahteraan fisik (1- yang memicu kecemasan
3) - Dukung penggunaan mekanisme
2. Kontrol terhadap gejala koping yang sesuai
(2-4) - Intrusikan klien untuk menggunakan
3. Kesejahteraan teknik relaksasi
psikologis (2-4) - Atur penggunaan obat-obatan untuk
mengurangi kecemasan secara tepat
4. Dukungan sosial dari
- Kaji untuk tanda verbal dan non
keluarga (3-4) vernal kecemasan
5. Kehidupan spiritual (2-
4)
6. Perawatan sesuai
dengan kebutuhan (3-5)
7. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuhan (1-3)

 Implementasi dan Evaluasi


Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Ansietas O: Monitor klien pada saat terjadi S : pasien mengatakan sedikit
berhubungan perubahan tingkat kecemasan nyaman dari sebelumnya
dengan ancaman N: Berikan obat-obatan untuk O : Telah diajarkan teknik
pada status relaksaki untuk menurunkan
mengurangi rasa kecemasan secara
terkini tingkat kecemasan
tepat A : masalah ansietas belum
E : Berikan edukasi kepada klien teratasi
tentang teknik relaksasi P : lanjutkan intervensi
C : Kolaborasikan dengan - Monitor ttv
farmakologi - Berikan teknik relaksasi
saat pasien mengalami
tidak nyaman pada
tubuhnya

Anda mungkin juga menyukai