MUSKULOSKELETAL
Oleh :
1. Kumiyatun 201311056
2. Kritina Loghe 201311054
3. Marselina Edi 201311059
4. Miau Fhiung 201311062
5. Ni Gusti Helsi 201311065
6. Reza Utari 201311074
7. Teresia Riana 201311077
8. Veronika Yuliani 201311081
9. Yasintha Martha 201311086
10. Yesi Pradita 2013110 87
ILMU KEPERAWATAN S1
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam
segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula
terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan keperawatan. Hal in imerupakan tantangan bagi profesi
keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi
pelayanan yang berkualitas.Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan
landasan komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan hukum kesehatan
yang berlaku.
Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan
bagi status profesional dengan cara sebagai berikut:
1. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat
diharuskan memahami dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab
yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat.
2. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin
hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal.
3. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang
harus dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai
advokator,perawat dengan tenaga profesional kesehatan lain sebagai
teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor
dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan.
4. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan dirisebagai
profesi.Perawat di tuntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk
pasien/klien baik secara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dengan memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang
komprehensi.Sebagai tenaga yang professional,dalam melaksanakan
tugasnya diperlukan suatu sikap yang menjamin terlaksananya tugas
tersebut dengan baik dan bertanggungjawab secara moral.
B. TUJUAN
1. Untuk menganalisa etik legal pada pasien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal sesuai kasus.
2. Untuk mengetahui komponen etik legal dalam melakukan tindakan
keperawatan.
C. MANFAAT
1. Dapat mempelajari dan memahami tentang etik legal keperawatan serta
mengembangkan etik legal yang telah dipelajari.
2. Dapat menginterprestasikan kode etik dalam keperawatan serta
menjadikan sebagai landasan dalam melakukan penelitian baik klinik dan
preklinik.
BAB II
ISI
A. KONSEP TEORI
PRINSIP DASAR YANG MELANDASI ETIK LEGAL
1. Otonomi
Adalah hak untuk membuat keputusan mandiri. Perawat yang mematuhi
prinsip ini menyadari bahwa setiap klien unik, berhak menjadi dirinya sendiri
dan berhak memilih tujuan pribadinya. Orang memiliki “otonomi dalam” jika
mereka memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan. “otonomi luar” jika
pilihan mereka tidak terbatas atau ditentukan oleh pihak lain.
2. Beneficient (berbuat baik)
Perawat wajib untuk berbuat baik, yakni melakukan tindakan yang
menguntungkan klien dan orang yang mendukung mereka. Namun berbuat
baik juga dapat menimbulkan resiko bahaya. Sebagai contoh, perawat dapat
menganjurkan klien mengenai program latihan fisik berat untuk
meningkatkan kesehatan umum, tetapi seharusnya tidak memberi anjuran
tersebut jika klien beresiko mengalami serangan jantung.
3. Keadilan
Perawat sering dihadapkan pada keputusan yang menuntut rasa keadilan.
Sebagai contoh, seorang perawat yang mengadakan kunjungan rumah
mengetahui pasiennya dalam keadaan tertekan dan menangis dan tahu bahwa
ia dapat tinggal selama 30 menit untuk berbincang. Namun tindakan itu dapat
mengambil jatah waktu untuk klien berikutnya, yang menyandang diabetes
dan perlu diobservasi serta diberi penyuluhan perawat perlu menimbang fakta
yang ada secara cermat agar dapat membagi waktunya secara adil bagi klien-
kliennya.
4. Tidak merugikan
Kewajiban untuk “tidak membahayakan”. Meski tampak mudah, pada
kenyataanya prinsip ini sulit dilakukan. Bahaya dapat berarti sengaja
menimbulkan bahaya, membuat orang lain beresiko terdapat bahaya, dan
secara tidak sengaja menyebabkan bahaya. Dalam keperawatan, bahaya yang
disengaja tidak berterimal. Namun, membuat seseorang beresiko mengalami
bahaya memiliki beragam sisi. Seorang klien mungkin beresiko mengalami
bahaya sebagai konsekuensi yang diketahui sebelumnya dari suatu intervensi
keperawatan yang bertujuan membantu klien.
5. Kejujuran
Berarti mengatakan yang sebenarnya. Meski tampak mudah, pada praktiknya
pilihan yang ada tidak selalu jelas. Apakah perawat harus mengatakan hal
yang sebenarnya meski hal tersebut diketahui dapat menimbulkan bahaya?
Apakah perawat harus berbohong bila itu diketahui dapat meredakan
kecemasan dan ketakutan? Bergohong kepada orang yang sakit atau sekarat
jarang dibenarkan. Hilangnya rasa percaya pada perawat dan kecemasan
akibat tidak mengetahui kebenaran, misalnya biasanya lebih banyak
merugikan.
6. Menepati janji
Berarti patuh terhadap kesepakatan dan janji. Berdasarkan posisi mereka
sebagai pemberi layanan profesional, perawat bertanggung jawab kepada
klien, atasan, pemerintah, dan masyarakat, serta diri sendiri. Perawat sering
membuat janji seperti, “saya akan kembali dengan obat untuk nyeri anda”.
Atau “saya akan mencarikannya untuk anda.” Klien menganggap serius janji
ini dan perawat juga harus demikian.
7. Rahasia
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada
seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh
klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga
kesehatan lain harus dihindari.
8. Tanggung jawab
Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien
dalam melaksanaan tugas keperawatan serta matang dalam
mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan
tanggung jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
BAB III
PEMBAHASAN
KASUS 1
Seorang laki-laki dirawat karena kecelakaan lalu lintas dan mengalami fraktur cruris dextra.
Dokter merencanakan akan melakukan operasi pada pasien. Pasien dan keluarga tampak
bingung. Keluarga menyampaikan kepada perawat kalau ingin membawa pasien ke
pengobatan alternatif saja karena keterbatasan biaya. Bagaimana etik legal keperawatan
dalam kasus diatas?
KOMPONEN ETIK
NO TINDAKAN PERAWAT
LEGAL
1. Otonomi :
Perawat menjelaskan tentang intervensi yang akan dilakukan misalnya
perawat akan menjelaskan tindakan untuk melakukan rencana operasi
pada pasien karena mengalami fraktur cruris dextra,perawat memberikan
kesempatak kepada pasien maupun keluarga untuk memilih tindakan
tersebut mau diterima atau tidak
2. Berbuat baik :
Melakukan tindakan sepenuh hati tanpa paksaan dari siapapun.dalam hal
ini dokter sudah merencanakan tindakan operasi yang akan dilakukan
untuk membantu mengangani masalah pasien sehingga mendapatkan
pelayanan kesehatan.
KASUS 2
Tn T dirawat di ruang Fransiskus dengan osteomilitis, tampak balutan kotor, ada rembesan,
sepanjang 15 cm, terpasang drain isi cairan serosa 5 cc. Sebelum memulai tindakan merawat
luka, perawat memberikan penjelasan tujuan dan prosedur, tidak melakukan privacy,
menutup pintu dan jendela, tidak memakai sarung tangan steril untuk merawat Tn N.
Perawat menggunakan Nacl steril saat merawat luka. Bagaimana etik legal keperawatan
dalam kasus diatas?
KOMPONEN ETIK
NO TINDAKAN PERAWAT
LEGAL
1. Tidak merugikan :
Dalam hal ini perawat merugikan pasien yaitu dengan tidak melakukan
privacy, menutup pintu dan jendela, selain itu dalam merawat luka perawat
tidak menggunakan sarung tangan yang steril. Dengan merawat luka tanpa
prinsip steril dapat membayakan pasien karena dapat meningkatkan adanya
kontaminasi dan perburukan pada luka.
2. Tanggung Jawab :
Seorang perawat harusnya menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung
jawab. Dalam melakukan suatu tindakan keperawatan harusnya disesuaikan
dengan SOP. Pada kasus ini perwat melakukan tindakan merawat luka tetapi
tindakannya tidak sesuai SOP, yaitu perawat tidak menjaga privaci pasien
seperti menutup pintu dan jendela, selain itu dala merawat luka harusnya
perawat memakai sarung tangan steril.
KASUS 3 yg paling menonjol kerahasiaan
Sdr K (20 tahun) dirawat diruang Xaverius RS Elisabeth karena kecelakaan, dari hasil
pengkajian didapatkan data klien mengeluh nyeri skala 9, nyeri seperti ditusuk pada daerah
kaki kanan, bertambah jika digerakkan. Saat ini klien akan mengalami operasi, tapi ternyata
dari hasil rontgen tulang dikaki kanan sudah hancur dan kemungkinan untuk keberhasilan
operasi dan penyembuhan sedikit. Dari pihak keluarga melarang perawat untuk
memberitahukan hal tersebut pada pasien. Keluarga takut anaknya akan sedih kalau
mengetahui hal tersebut. Bagaimana etik legal keperawatan dalam kasus diatas?
KOMPONEN ETIK
NO TINDAKAN PERAWAT
LEGAL
1. Kejujuran :
Dalam kasus ini perawat diminta oleh keluarga untuk tidak memberitahukan
tentang kondisi pasien dan kemungkinan setelah dilakukan tindakan operasi.
Namun hal ini bertentangan dengan komponen etik legal lain yaitu kejujuran.
Perawat diharuskan untuk tidak menutup-nutupi kondisi pasien dan dampak
dari tindakan yang dilakukan
KASUS 4
Sdr K (20 tahun) dirawat di ruang Xaverius RS Elisabeth karena terjatuh dari tangga, dari hasil
pengkajian didapatkan data klien mengeluh nyeri skala 8, nyeri seperti dipukul pada kaki
kanan, bertambah jika digerakkan. Dari hasil foto rontgen didapatkan fraktur cruris di 1/3
proksimal tibia. Pada saat bed dibersihkan oleh perawat, pasien disuruh banyak bergerak,
posisi pasien belum dibalut bidai. Bagaimana etik legal keperawatan dalam kasus diatas?
KOMPONEN ETIK
NO TINDAKAN PERAWAT
LEGAL
1. Tidak merugikan :
Perawat tidak boleh merugikan klien. Dalam hal ini perawat merugikan pasien
karena pasien yang mengalami fraktur dan merasa nyeri skala 8 malah disusur
banyak bergerak, apa lagi posisi pasien saat itu belum dibalut bidai. Tindakan
perawat tersebut dapat membahayakan kondisi pasien yaitu memperburuk
keadan frakturnya.
2. Tanggung Jawab :
Perawat bertanggung jawab penuh dalam memberikan perawatan kepada
Tn.K selama dalam masa perawatan di rumah sakit.tetapi pada kasus diatas
perawat tidak betanggung jawab atas kondisi pasien yang mengalami
fraktur,malah menyuruh pasien untuk banyak bergerak dengan kondisi yang
sudah sangat tidak memungkinkan untuk bergerak dan juga perawat tidak
menjaga keselamatn pasien.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdf