Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

FUNGSI ADVOKASI DAN KOMUNIKASI PADA KEGAWAT


DARURATAN

OLEH :
KELAS B-12B

NI PUTU NOPINDRAWATI (193223149)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah
satu tugas dari Keperawatan Gawat Darurat.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan
beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, melalui
media ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami
miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Om Santih, Santih, Santih Om                                                

         
Denpasar, 9 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2

1.3 Tujuan......................................................................................................................2

1.4 Manfaat....................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efek Kondisi Kegawat Daruratan Terhadap Pasien dan Keluarga.......................... 3

2.2 Isu End of Life pada Keperawatan Gawat Darurat..................................................5

2.3 Komunikasi dalam Keperawatan Gawat Darurat.................................................... 8

2.4 Peran dan Fungsi Advokasi Perawat Gawat Darurat............................................. 12

25 Pendidikan Kesehatan pada Keperawatan Gawat Darurat……………………….15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................................16

3.2 Saran......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan
informasi yang akurat dan membina hubungan saling percaya dengan klien
sehingga klien akan merasa puas dengan pelayanan keperawatan yang
diterimanya. Pada pasien gawat darurat perlu memperhatikan tehnik-tehnik dan
tahapan baku komunikasi terapeutik yang baik dan benar.
Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan  kesehatan
di Rumah Sakit, sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus –
menerus ( Kariyo, 1998 ).   Hubungan antara perawat dan klien  yang terapeutik
bisa terwujud dengan adanya interaksi yang terapeutik antar keduanya, interaksi
tersebut harus dilakukan sesuai dengan tahapan – tahapan baku interaksi
terapeutik perawat klien, tahapan  itu adalah tahap pre orientasi, tahap orientasi,
tahap kerja dan tahap terminasi ( Stuart and Sunden.1998 ).   Pelayanan kesehatan
menggunakan komunikasi yang langsung seperti pelayanan kesehatan, Rumah
Sakit  merupakan tempat untuk mendapatkan pelayanan baik yang bersifat medik
maupun keperawatan.
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut
(UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya
mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan /
pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila
tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau cacat /
kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.
Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu melakukan
komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan gambaran
situasi yang sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn kecemasan
dan memberikan suport verbal maupun non verbal . Klien dapat merasakan puas

1
ataupun tidak puas apabila klien sudah mendapatkan pelayanan kesehatan  yang
diberikan petugas di IGD, baik yang bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan
serta komunikasi terpeutik yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana efek kondisi kegawat daruratan terhadap pasien dan
keluarga?
2. Bagaimana isu end life pada keperawatan gawat darurat?
3. Bagimana komunikasi dalam keperawatan gawat darurat?
4. Apa saja peran dan fungsi advokasi perawat gawat darurat?
5. Bagaimana Pendidikan Kesehatan pada Keperawatan Gawat Darurat?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui Fungsi Advokasi dan Komunikasi
Pada Kegawat Daruratan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui bagaimana efek kondisi kegawat daruratan terhadap
pasien dan keluarga.
2. Mengetahui bagaimana isu end life pada keperawatan gawat darurat.
3. Mengetahui bagimana komunikasi dalam keperawatan gawat darurat.
4. Mengetahui apa saja peran dan fungsi advokasi perawat gawat darurat.
5. Mengetahui Pendidikan Kesehatan pada Keperawatan Gawat Darurat.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
Fungsi Advokasi dan Komunikasi Pada Kegawat Daruratan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Efek Kondisi Kegawat Daruratan Terhadap Pasien dan Keluarga


Kondisi kritis adalah kondisi yang mengarah pada keadaan gawat
dan kritis, serta membahayakan hidup bagi pasien dan keluarga yang
mengancam ekuilibrium internal, yang biasanya terpelihara dalam unit
keluarga tersebut. Kejadian tersebut dapat berupa sakit akut atau trauma &
perburukan akut penyakit kronis (Morton et al, 2011). Pada kondisi pasien
yang kritis penanganan keperawatannya berfokus pada kondisi pasien
yang tidak stabil dan kritis, serta pernyataan paling penting yang harus
dipahami yaitu waktu adalah vital. Keadaan ini mengancam kesejahteraan
keluarga dan dapat memicu respon stres pada pasien maupun keluarga
(Morton et al, 2011).
1. Efek Kondisi Terhadap Pasien
Efek kondisi terhadap pasien dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
psikologis dan non psikologis.
a. Efek Psikologis
1) Stres akibat kondisi penyakit
2) Rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian)
3) Perasaan isolasi
4) Depresi
5) Perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional
(Morton et al, 2011).
Sebuah penelitian di Norwegia yang mereview beberapa
penelitian kualitatif pada pasien yang dirawat diruang ICU
menemukan bahwa pasien mengalami stres yang berhubungan dengan
3 tema besar, yaitu:
1) Stres berkaitan dengan tubuh mereka
2) Stres berkaitan dengan ruangan ICU
3) Stres berkaitan dengan relationship dengan orang lain
(Jastremski, 2000 dalam Suryani, 2012)

3
b. Efek Non Psikologis
1) Ketidakberdayaan
2) Pukulan (perubahan) konsep diri
3) Perubahan citra diri
4) Perubahan pola hidup
5) Perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan, financial
pasien, kesejahteraan pasien dan keluarga)
6) Keterbatasan komunikasi (tidak mampu berkomunikasi),
(Morton et al, 2011).

2. Efek Kondisi Kritis Terhadap Keluarga


Efek kondisi terhadap keluarga juga dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu psikologis dan non psikologis.
a. Efek Psikologis
1) Stres akibat kondisi penyakit pasien (anggota keluarga),
prosedur penanganan
2) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien
(anggota keluarga)
3) Pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga)
(Morton et al, 2011).
b. Efek Non Psikologis
1) Perubahan struktur peran dalam keluarga
2) Perubahan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga
3) Terbatasnya komunikasi dan waktu bersama
4) Masalah financial keluarga
5) Perubahan pola hidup keluarga (Morton et al, 2011)
B. Isu end of life pada keperawatan gawatdarurat
1. Pengertian
Isu End of life merupakan salah satu tindakan yang membantu
meningkatkan kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup
(Ichikyo, 2016). End of life care adalah perawatan yang diberikan kepada

4
orang-orangyang berada di bulan atau tahun terakhir kehidupan mereka
(NHS Choice, 2015). End of life akan membantu pasien meninggal dengan
bermartabat. Pasien yang berada dalam fase tersebut biasanya
menginginkan perawatan yang maksimal dan dapat meningkatkan
kenyamanan pasien tersebut
Isu End of life merupakan bagian penting dari keperawatan paliatif
yang diperuntukkan bagi pasien yang mendekati akhir kehidupan. Isu End
of life care bertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik-
baiknya dan meninggal dengan bermartabat (Curie, 2014). Isu End of life
care adalah salah satu kegiatan membantu memberikan dukungan
psikososial danspiritual (Putranto, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa
Isu End of life care merupaka salah satu tindakan keperawatan yang
difokuskan pada orang yang telah berada di akhir hidupnya, tindakan ini
bertujuan untuk membuat orang hidup dengan sebaik- baiknya selama sisa
hidupnya dan meninggal dengan bermartabat.

2. Prinsip-Prinsip Isu End Of Life Menurut NSW Health (2005) Prinsip


End Of Life antara lain:
a. Menghargai kehidupan dan perawatan dalam kematian. Tujuan utama
dari  perawatan adalah menpertahankan kehidupan,namun ketika hidup
tidak dapat dipertahankan, tugas perawatan adalah untuk memberikan
kenyamanan dan martabat kepada pasien yangsekarat, dan untuk
mendukung orang lain dalam melakukannya.
b. Hak untuk mengetahui dan memilih semua orang yang menerima
perawatan kesehatan memiliki hak untuk diberitahu tentang kondisi
mereka dan pilihan pengobatan mereka. Mereka memiliki hak untuk
menerima atau menolak pengobatan dalam memperpanjang hidup.
Pemberi perawatan memiliki kewajiban etika dan hukum untuk
mengakui dan menghormati pilihan- pilihan sesuai dengan pedoman.
c. Menahan dan menghentikan pengobatan dalam mempertahankan hidup
perawatan isu end of life yang tepat harus bertujuan untuk memberikan
pengobatan yang terbaik untuk individu. Ini berarti bahwa tujuan

5
utama perawatan untuk mengakomodasi kenyamanan dan martabat,
maka menahan atau menarik intervensi untuk mempertahankan hidup
mungkin diperbolehkan dalam kepentingan terbaik dari pasien yang
sekarat.
d. Sebuah pendekatan kolaboratif dalam perawatan Keluarga dan tenaga
kesehatan memiliki kewajiban untuk bekerja sama untuk membuat
keputusan bagi pasien yang kurang bisa dalam pengambilan
keputusan, dengan mempertimbangkan keinginan pasien.
e. Transparansi dan akuntabilitas dalam rangka menjaga kepercayaan dari
penerima perawatan,dan untuk memastikan bahwa keputusan yang
tepat dibuat, maka proses pengambilan keputusan dan hasilnya harus
dijelaskan kepada para pasien dan akurat di dokumentasikan
f. Perawatan non diskriminatif keputusan pengobatan pada akhir hidup
harus non-diskriminatif dan harus bergantung hanya pada faktor-faktor
yang relevan dengan kondisi medis, nilai-nilai dan keinginan pasien.
g. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan tenaga kesehatan tidak
berkewajiban untuk memberikan perawatan yang tidak rasional,
khususnya, pengobatan yang tidak bermanfaat bagi pasien. Pasien
memiliki hak untuk menerima  perawatan yang sesuai, dan tenaga
kesehatan memiliki tanggung  jawabuntuk memberikan pengobatan
yang sesuai dengan norma-norma  profesional dan standar hokum
h. Perbaikan terus-menerus tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk
berusaha dalam memperbaiki intervensi yang diberikan pada standar
perawatan isu end of life baik kepada pasien maupun kepada keluarga.

3. Kriteria Isu End of Life Teori Peacefull EOL ini berfokus pada
beberapa kriteria utama dalam  perawatan isu end of life pasien
yaitu:
a. Terbebas dari Nyeri Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah
hal yang utama diinginkan pasien dalam pengalaman EOL (The
Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan ketidaknyamanan sensori
atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan aktual atau

6
potensial kerusakan jaringan (Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan,
1995; Pain terms, 1979).
b. Pengalaman Menyenangkan Nyaman atau perasaan menyenangkan
didefinisikan secara inclusive oleh Kolcaba (1991) sebagai kebebasan
dari ketidaknyamanan, keadaan tenteram dan damai.

4. Perawatan End Of Life di Instalasi Gawat Darurat

Instalasi gawat darurat merupakan unit pertama dalam pelayanan


kesehatan dirumah sakit yang memprioritaskan pasien berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan yang dialami pasien. Peran perawat diharapkan mampu
berkomunikasi dan memberikan pelayanan kesehatan secara professional.
Banyak pasien datang ke IGD dengan kondisi yang bervariasi , mulai dari
kondisi yang mengancam nyawa maupun menjelang ajal. Pada kondisi
yang mengancam nyawa biasanya berfokus pada resusitasi, sedangkan
pada pasien menjelang ajal lebih berfokus pada perawatan end of life (Ose
dkk, 2016).

Di IGD terdapat hambatan dalam memberikan pelayanan End of


life yang baik pada keperawatan kegawatdaruratan salah satu contohnya
adanya pasien yang tidak memiliki identitas, datang tanpa pendamping
serta terlantar. Kesulitan yang dialami pada saat perawat mengumpulkan,
klarifikasikan data riwayat kesehatan pasien dan tanggung jawab dalam
pengambilan keputusan akan tindakan yang akan dilakukan.
Ketidakhadiran keluarga dalam untuk mendampingi pasien dan tinggi nya
beban kerja perawat yang tidak seimbang dengan banyaknya pasien
menyebabkan perawat tidak focus memberikan pendampingan bagi pasien.

Kondisi IGD menggambarkan lingkungan perawatan yang sibuk


dan lebih focus pada kecepatan dan ketepatan dalam menjaga kestabilan
kondisi pasien, mencegah kecacatan dan penyelamatan jiwa yang
berkaitan dengan respon time, sementara pasien yang menjelang ajal

7
sering kali kurang mendapatkan perhatian. Kehadiran pasien terlantar
dalam fase menjelang ajal menimbulkan suatu konflik bagi perawat.
Perawat memaknai tetap harus bersikap professional dan bertanggung
jawab walaupun pasien tersebut bukanlah pasien prioritas. Perawat juga
harus mampu dalam mengendalikan perasaan dan mengendalikan sikap
dan tetap berusaha maksimal untuk memberikan perawatan dan tidak
mengacuhkan pasien terlantar ini. Selain harus dapat mengendalikan
perasaan dan sikap, perawat menyadari peran dan tanggung jawab sebagai
pemberi asuhan keperawatan setiap pasien untuk memenuhi hak pasien
dalam memberikan perawatan yang berkualitas. Dengan adanya dukungan
kebijakan dalam penanganan pasien terlantar ini memungkinkan
penerapan caring tetap diberikan walaupun perawatan End of life care
yang diberikan di IGD belum optimal (Ose, 2017).

C. Komunikasi dalam Keperawatan Gawat Darurat


1. Pengertian Komuikasi
Dalam Encyclopedia Americana ditulis, komunikasi adalah
serangkaian kejadian- kejadian yang dihubungkan oleh pesan-pesan.
Rangkaian ini menghubungkan sumber (komunikator) yang menjadi
sumber pesan dan tujuan pesan (komunikan) yang diterjemahkan di
tujuannya.
Menurut Lee Iacocca yang dikutip oleh Ramesh,G and Ramesh,M
dalam bukunya,”The ACE of Soft Skill “(2011) : “You can have brilliant

ideas,but if you can,t get them across,you won’t get anywhere.”


(Bagaimanapun bagusnya ide yang anda miliki, tapi jika anda tidak bisa
meneruskannya kepada orang lain, maka anda tidak akan mendapat apa-
apa atau tidak akan kemana-mana).
Menurut Onong, Uchyana, Efendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi
Teori dan Praktek (2004), komunikasi mempunyai fungsi dan tujuan.
Fungsi:
1 Mengubah sikap (Attitude change)

8
2. Mengubah pendapat (Opinion change)
3. Mengubah perilaku (Behavior change)
4. Mengubah sosial (Social change)
Tujuan:
1. Menginformasikan ( to inform)
2. Mendidik (to educate )
3. Menghibur ( to entertain )
4. Mempengaruhi ( to influence )

2. Proses Komunikasi
Proses komunikasi ini berkembang menurut banyak teori / model
antara lain
1) Model Shannon and Weaver
Claude Shannon and Warren Weaver mengembangkan model ini
dalam lima elemen yaitu :

a. Sumber informasi (information source), yang menghasilkan


sebuah pesan.
b. Sebuah transmitter, yang meng encode (merubah) pesan jadi
sinyal.
c. Saluran (channel), dimana sinyal disesuaikan unruk
pengiriman.
d. Sebuah penerima (receiver), yang meng 'decodes'
(reconstructs) membentuk kembali) pesan dari sinyal.
e. Tujuan (destination), dimana pesan tiba.

3. Tujuan komunikasi pada gawat darurat


Penanggulangan penderita Gawat Darurat yaitu suatu pertolongan
yang cepat dan tepat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Fungsi
komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerjasama antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien.
Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji
masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan

9
(Purwanto, 1994).
Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan
kepercayaan antara perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis
atau gawat darurat dalam melakakan tindakan, sehingga klien cepat
tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal.

4. Tehknik komunikasi pada gawat darurat


a.  Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang
disampaikan oleh klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat
ditunjukkan dengan memandang kearah klien selama berbicara,
menjaga kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan
menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan
penting atau memerlukan ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk
memberikan rasa aman kepada klien dalam mengungkapkan  perasaan
dan menjaga kestabilan emosi klien.
b. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau
penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan
ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan.
Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau
membantah. Untuk menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya  perawat
menganggukkan kepala dalam merespon pembicaraan klien.
c.  Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an
berharap komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien
menunjukkan indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien. 
d. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan
pembicaraan untuk meminta penjelasan dengan menyamakan

10
pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya informasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk
memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi
e.  Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk
mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat
menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan
oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi
dengan lebih baik dan terfokus  pada permasalahan yang sedang
dibicarakan

5. Prinsip komunikasi gawat darurat


Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan
sikap
a. Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin
memberikan bantuan)
b. Acceptance (menerima pasien apa adanya)
c. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)
d. Empaty (merasakan perasaan pasien)
e. Trust (memberi kepercayaan)
f. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)
g. Identifikasikan bantuan yang diperlukan
h. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya,  dan validasi
i. Bahasa yang mudah dimengerti
j. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
k. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
l. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang
negatif.
Komunikasi antara perawat terhadap pasien di IGD dilaksanakan
sesuai dengan kategori usia, kegawatan kondisi pasien dan jenis kelamin.
Selain itu pelayanan komunikasi perawat terhadap pasien juga sudah
sesuai dengan prosedur tetap keperawatan (Anita, Commonline

11
Departemen Komunikasi| Vol. 4/ No. 2)

D. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

1. Peran Perawat
Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari:
a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan dengan perawat dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan
dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
b. Sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan. Perawat juga berperan dalam mempertahankan dan
melindungi hak – hak pasien meliputi:
a. Hak atas pelayanan sebaik – baiknya
b. Hak atas informasi tentang penyakitnya
c. Hak atas privacy
d. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
e. Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian
c. Sebagai educator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien
e. Sebagai kolaborator

12
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dll, dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
f. Sebagai konsultan
Peran perawat sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan
g. Sebagai pembaharu
Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistemastis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.

2. Fungsi Perawat
1. Fungsi independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara
mandiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk
memenuhi KDM
2. Fungsi dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan
atau intruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat
terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam
pemberian pelayanan.

3. Perawat UGD
Tugas utama
1. Menerima datangnya pasien

13
2. Mencatat identitas dan keluhan – keluhan dari pasien atau keluarga
3. Melakukan analisis penyakit atau keluhan pasien
4. Memberi tindakan perawatan gawat darurat awal yang tepat
5. Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
6. Membuat catatan asuhan keperawatan segera setelah tindakan
keperawatan diberikan
7. Merujuk pasien untuk melakukan perawatan inap atau ke spesialis
tertentu

4. Peran dan Fungsi perawat kegawatdaruratan


1. Fungsi independen
Fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian asuhan (care)
2. Fungsi dependen
Fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagaian dari profesi lain
3. Fungsi kolaboratif
Kerjasama saling membantu dalam program kesehatan ( Perawat
sebagai anggota Tim Kesehatan).

E. Pendidikan Kesehatan pada Keperawatan Gawat Darurat


Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam
keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi
keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok,
maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan
pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik.
Menurut (Notoatmodjo. S, 2003: 20)
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu
menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yg
dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yg ada pada
mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan
yg tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan
masyarakat (Mubarak, 2009).

14
Pendidikan kesehatan dalam keperawatan gawat darurat merupakan satu
bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu,
kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui
kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat
pendidik.
Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku
sehingga perilaku individu kelompok atau masyarakat sesuai dengan nila-nilai
kesehatan. Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalah suatu usaha ntuk
menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai
dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan
Konsep pendidikan kesehatan dalam keperawatan gawat darurat adalah
proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang
nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah
kesehatannya sendiri menjadi mampu dan lain sebagainya.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu
melakukan komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan
gambaran situasi yang sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn
kecemasan dan memberikan suport verbal maupun non verbal . Klien dapat
merasakan puas ataupun tidak puas apabila klien sudah mendapatkan
pelayanan kesehatan  yang diberikan petugas di IGD, baik yang bersifat fisik,
kenyamanan dan keamanan serta komunikasi terpeutik yang baik.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah sumber bacaan bagi mahasiswa
keperawatan khusus pada mata kuliah keperawatan gawat darurat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anita Dhaneswari (071115080) Komunikasi Antara Perawat Terhadap Pasien Di


Igd Rsu Jati Husada Karanganyarcommonline Departemen Komunikasi| Vol. 4/
No. 2, 2015

G.Ramesh, M Ramesh,;The Ace Of Skills Attitude,Communication And Atiquette


For Success Pearson; India; 2010
Mardiyono. 2018. Perawatan End of Life Instalasi Gawat Darurat Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
http://blog.umy.ac.id/ararindjani/2018/09/04/perawatan-end-of-life-di-instalasi-
gawat-darurat/

Morton, et al. (2011). Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi 8.


Volume 1. Jakarta: EGC

Ose, M. I., Ratnawati, R., & Lestari, R. (2016). Studi Fenomenologi Pengalaman
Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam Merawat Pasien Terlantar pada
Fase End of Life di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan,
4(2),171-183

Ose, Maria Imaculata. 2017. Dilema Etik Dalam Merawat pasien Terlantar yang
Menjelang Ajal di IGD. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. 3(2).145-153.

Thamiiaaa. 2013. KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT.


[online]. http://thamiiaaa.blogspot.com/2013/03/konsepdasar-keperawatan-
gawat-2.html. [24 Mei  2015]

Suryani. (2012). Aspek Psikososial dalam Merawat Pasien Kritis (Converence Paper).
Universitas Padjajaran

17

Anda mungkin juga menyukai