OLEH :
KELAS B-12B
i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah
satu tugas dari Keperawatan Gawat Darurat.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan
beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, melalui
media ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami
miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Denpasar, 9 April 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iiii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................................2
3.1 Kesimpulan............................................................................................................16
3.2 Saran......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ataupun tidak puas apabila klien sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang
diberikan petugas di IGD, baik yang bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan
serta komunikasi terpeutik yang baik.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui Fungsi Advokasi dan Komunikasi
Pada Kegawat Daruratan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui bagaimana efek kondisi kegawat daruratan terhadap
pasien dan keluarga.
2. Mengetahui bagaimana isu end life pada keperawatan gawat darurat.
3. Mengetahui bagimana komunikasi dalam keperawatan gawat darurat.
4. Mengetahui apa saja peran dan fungsi advokasi perawat gawat darurat.
5. Mengetahui Pendidikan Kesehatan pada Keperawatan Gawat Darurat.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
Fungsi Advokasi dan Komunikasi Pada Kegawat Daruratan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Efek Non Psikologis
1) Ketidakberdayaan
2) Pukulan (perubahan) konsep diri
3) Perubahan citra diri
4) Perubahan pola hidup
5) Perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan, financial
pasien, kesejahteraan pasien dan keluarga)
6) Keterbatasan komunikasi (tidak mampu berkomunikasi),
(Morton et al, 2011).
4
orang-orangyang berada di bulan atau tahun terakhir kehidupan mereka
(NHS Choice, 2015). End of life akan membantu pasien meninggal dengan
bermartabat. Pasien yang berada dalam fase tersebut biasanya
menginginkan perawatan yang maksimal dan dapat meningkatkan
kenyamanan pasien tersebut
Isu End of life merupakan bagian penting dari keperawatan paliatif
yang diperuntukkan bagi pasien yang mendekati akhir kehidupan. Isu End
of life care bertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik-
baiknya dan meninggal dengan bermartabat (Curie, 2014). Isu End of life
care adalah salah satu kegiatan membantu memberikan dukungan
psikososial danspiritual (Putranto, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa
Isu End of life care merupaka salah satu tindakan keperawatan yang
difokuskan pada orang yang telah berada di akhir hidupnya, tindakan ini
bertujuan untuk membuat orang hidup dengan sebaik- baiknya selama sisa
hidupnya dan meninggal dengan bermartabat.
5
utama perawatan untuk mengakomodasi kenyamanan dan martabat,
maka menahan atau menarik intervensi untuk mempertahankan hidup
mungkin diperbolehkan dalam kepentingan terbaik dari pasien yang
sekarat.
d. Sebuah pendekatan kolaboratif dalam perawatan Keluarga dan tenaga
kesehatan memiliki kewajiban untuk bekerja sama untuk membuat
keputusan bagi pasien yang kurang bisa dalam pengambilan
keputusan, dengan mempertimbangkan keinginan pasien.
e. Transparansi dan akuntabilitas dalam rangka menjaga kepercayaan dari
penerima perawatan,dan untuk memastikan bahwa keputusan yang
tepat dibuat, maka proses pengambilan keputusan dan hasilnya harus
dijelaskan kepada para pasien dan akurat di dokumentasikan
f. Perawatan non diskriminatif keputusan pengobatan pada akhir hidup
harus non-diskriminatif dan harus bergantung hanya pada faktor-faktor
yang relevan dengan kondisi medis, nilai-nilai dan keinginan pasien.
g. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan tenaga kesehatan tidak
berkewajiban untuk memberikan perawatan yang tidak rasional,
khususnya, pengobatan yang tidak bermanfaat bagi pasien. Pasien
memiliki hak untuk menerima perawatan yang sesuai, dan tenaga
kesehatan memiliki tanggung jawabuntuk memberikan pengobatan
yang sesuai dengan norma-norma profesional dan standar hokum
h. Perbaikan terus-menerus tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk
berusaha dalam memperbaiki intervensi yang diberikan pada standar
perawatan isu end of life baik kepada pasien maupun kepada keluarga.
3. Kriteria Isu End of Life Teori Peacefull EOL ini berfokus pada
beberapa kriteria utama dalam perawatan isu end of life pasien
yaitu:
a. Terbebas dari Nyeri Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah
hal yang utama diinginkan pasien dalam pengalaman EOL (The
Peaceful End Of Life). Nyeri merupakan ketidaknyamanan sensori
atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan aktual atau
6
potensial kerusakan jaringan (Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan,
1995; Pain terms, 1979).
b. Pengalaman Menyenangkan Nyaman atau perasaan menyenangkan
didefinisikan secara inclusive oleh Kolcaba (1991) sebagai kebebasan
dari ketidaknyamanan, keadaan tenteram dan damai.
7
sering kali kurang mendapatkan perhatian. Kehadiran pasien terlantar
dalam fase menjelang ajal menimbulkan suatu konflik bagi perawat.
Perawat memaknai tetap harus bersikap professional dan bertanggung
jawab walaupun pasien tersebut bukanlah pasien prioritas. Perawat juga
harus mampu dalam mengendalikan perasaan dan mengendalikan sikap
dan tetap berusaha maksimal untuk memberikan perawatan dan tidak
mengacuhkan pasien terlantar ini. Selain harus dapat mengendalikan
perasaan dan sikap, perawat menyadari peran dan tanggung jawab sebagai
pemberi asuhan keperawatan setiap pasien untuk memenuhi hak pasien
dalam memberikan perawatan yang berkualitas. Dengan adanya dukungan
kebijakan dalam penanganan pasien terlantar ini memungkinkan
penerapan caring tetap diberikan walaupun perawatan End of life care
yang diberikan di IGD belum optimal (Ose, 2017).
8
2. Mengubah pendapat (Opinion change)
3. Mengubah perilaku (Behavior change)
4. Mengubah sosial (Social change)
Tujuan:
1. Menginformasikan ( to inform)
2. Mendidik (to educate )
3. Menghibur ( to entertain )
4. Mempengaruhi ( to influence )
2. Proses Komunikasi
Proses komunikasi ini berkembang menurut banyak teori / model
antara lain
1) Model Shannon and Weaver
Claude Shannon and Warren Weaver mengembangkan model ini
dalam lima elemen yaitu :
9
(Purwanto, 1994).
Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan
kepercayaan antara perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis
atau gawat darurat dalam melakakan tindakan, sehingga klien cepat
tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal.
10
pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya informasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk
memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi
e. Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk
mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat
menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan
oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi
dengan lebih baik dan terfokus pada permasalahan yang sedang
dibicarakan
11
Departemen Komunikasi| Vol. 4/ No. 2)
1. Peran Perawat
Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari:
a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan dengan perawat dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan
dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
b. Sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan. Perawat juga berperan dalam mempertahankan dan
melindungi hak – hak pasien meliputi:
a. Hak atas pelayanan sebaik – baiknya
b. Hak atas informasi tentang penyakitnya
c. Hak atas privacy
d. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
e. Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian
c. Sebagai educator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien
e. Sebagai kolaborator
12
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dll, dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
f. Sebagai konsultan
Peran perawat sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan
g. Sebagai pembaharu
Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistemastis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
2. Fungsi Perawat
1. Fungsi independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara
mandiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk
memenuhi KDM
2. Fungsi dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan
atau intruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat
terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam
pemberian pelayanan.
3. Perawat UGD
Tugas utama
1. Menerima datangnya pasien
13
2. Mencatat identitas dan keluhan – keluhan dari pasien atau keluarga
3. Melakukan analisis penyakit atau keluhan pasien
4. Memberi tindakan perawatan gawat darurat awal yang tepat
5. Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
6. Membuat catatan asuhan keperawatan segera setelah tindakan
keperawatan diberikan
7. Merujuk pasien untuk melakukan perawatan inap atau ke spesialis
tertentu
14
Pendidikan kesehatan dalam keperawatan gawat darurat merupakan satu
bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu,
kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui
kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat
pendidik.
Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku
sehingga perilaku individu kelompok atau masyarakat sesuai dengan nila-nilai
kesehatan. Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalah suatu usaha ntuk
menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai
dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan
Konsep pendidikan kesehatan dalam keperawatan gawat darurat adalah
proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang
nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah
kesehatannya sendiri menjadi mampu dan lain sebagainya.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu
melakukan komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan
gambaran situasi yang sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn
kecemasan dan memberikan suport verbal maupun non verbal . Klien dapat
merasakan puas ataupun tidak puas apabila klien sudah mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diberikan petugas di IGD, baik yang bersifat fisik,
kenyamanan dan keamanan serta komunikasi terpeutik yang baik.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah sumber bacaan bagi mahasiswa
keperawatan khusus pada mata kuliah keperawatan gawat darurat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ose, M. I., Ratnawati, R., & Lestari, R. (2016). Studi Fenomenologi Pengalaman
Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam Merawat Pasien Terlantar pada
Fase End of Life di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan,
4(2),171-183
Ose, Maria Imaculata. 2017. Dilema Etik Dalam Merawat pasien Terlantar yang
Menjelang Ajal di IGD. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. 3(2).145-153.
Suryani. (2012). Aspek Psikososial dalam Merawat Pasien Kritis (Converence Paper).
Universitas Padjajaran
17