Anda di halaman 1dari 8

Askep Sehat Jiwa Pada Dewasa

1. Pengkajian

Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus mempertimbangkan perbandingan tugas
perkembangan mereka dan juga membedakan tahap serta konsekuensi perkembangan baik psikologi
dan biologis.

a. Perkembangan Psikologis

Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20 tahun.Pengecualian pada hal ini
adalah wanita hamil dan menyusui. Perubahan fisik, kognitif dan psikososial serta masalah kesehatan
pada wanita hamil dan keluarga usia subur sangat luas. Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami
penyakit berat tidak sesering kelompok usia yang lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala fisik dan
sering menunda dalam mencari perawatan kesehatan. Karakteristik dewasa muda mulai berubah
mendekati usia baya. Temuan pengkajian umumnya dalam batas normal, kecuali klien mempunyai
penyakit. Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat mengambil manfaat dari
pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian gaya hidup dapat membantu perawat dan klien
mengidentifikasi kebiasaan yang meningkatkan resiko penyakit jantung, maligna, paru, ginjal atau
penyakit kronik lainnya. Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa awal meliputi pengkajian kepuasan hidup
secara umum, yaitu :

a) Hobi dan Minat

b) Kebiasaan meliputi : diet, tidur, olah raga, perilaku seksual dan penggunaan

c) kafein, alcohol dan obat terlarang

d) Kondisi rumah meliputi : rumah, kondisi ekonomi, jenis asuransi kesehatan

e) dan hewan peliharaan

f) Lingkungan pekerjaan meliputi : jenis pekerjaan, pemajanan terhadap fisik

g) dan mental

b. Perkembangan Kognitif

Kebiasaan berpikir rasional meningkat secara tetap pada masa dewasa awal dan tengah. Pengalaman
pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara umum dan kesempatan pekerjaan secara
dramatis meningkatkan konsep individu, pemecahan masalah dan keterampilan motoric.
Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas utama dewasa awal. Ketika seseorang
mengetahui persiapan pendidikannya, keahlian, bakat dan karakteristik kepribadian. Pilihan pekerjaan
menjadi lebih muda dan biasanya meraka akan lebih luas dengan pilihannya. Akan tetapi, banyak
dewasa awal kekurangan sumber dan system pendukung untuk memfasilitasi pendidikan lebih lanjut
atau pengembangan keahlian yang diperluhkan untuk berbagai posisi pekerjaan. Akibatnya, beberapa
dewasa awal mempunyai pilihan pekerjaan yang terbatas.

c. Perkembangan Psikososial

Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu mengarahkan dan
memecahkan tugas pribadi dan social. Dewasa awal kadang terjebak antara keinginan untuk
memperpanjang masa remaja yang tidak ada tanggung jawab dan memikul tanggung jawab dewasa.
Namun pola tertentu atau kecenderungan relatif dapat diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, arang
dewasa memperbaiki perpepsi diri dan kemampuan berhubungan. Dari usia 29-34 tahun orang dewasa
mengarahkan kelebihan energinyaterhadap pencapaian dan penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35-43
tahun adalah waktu ujian yang besar dari tujuan hidup dan hubungan. Perubahan telah dibuat dalam
kehidupan pribadi, sosial dan pekerjaan. Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan “krisi usia baya”
ketika pasangan dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah. Selama masa dewasa
awal, seseorang biasanya lebih perhatian pada pengejaran pekerjaan dan sosial. Selam periode ini
individu mencoba untuk membuktikan status sosialekonominya. Mobilitas yang lebih tinggi didapat
melalui pilihan karier. Akan tetapi adanya kecenderungan saat ini terhadap pengecilan perusahaan
menyebabkan posisi yang tinggi lebih sedikit. Kemudian banyak dewasa awal menghadapi
peningkatkann stress karena persaingan yang lebih besar di tempat kerja untuk mencapai dan
mempertahankan status kelasmenengah. Konseling karier dan kepribadian dapat membantu individu
mengidentifikasi pilihan karier dan menentukan tujuan yang realistik. Faktor etnik dan jender
mempunyai dampak sosiologis dan psikologis dalam kehidupan dewasa dan faktor tersebut dapat
merupakan tantangan yang jelas bagi asuhan keperawatan. Dewasa awal harus membuat keputusan
mengenain kerier, pernikahan dan menjadi orang tua. Meskipun setiap orang membuat keputusan
tersebut berdasarkan faktor individu, perawat harus memahami prinsip umum yang tercangkup dalam
aspek pengembangan psikososial dewasa awal.

d. Stress Pekerjaan

Stres pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu. Kebanyakan dewasa awal dapat
mengatasi krisis dari hari ke hari. Stres situasi pekerjaan situasional dapat terjadi ketika atasan baru
memasuki tempat pekerjaan, tenggat waktu hampir dekat, atau seorang pekerja diberi tanggung jawab
baru atau besar. Kecenderungan terbaru pada dunia bisnis saat ini dan faktor risiko stres pekerjaan
menurun, yang memicu peningkatan tanggung jawab pegawai dengan posisinya lebih sedikit dalam
struktur perusahaan. Stres pekerjaan juga terjadi jika seseorang tidak puas pada pekerjaan atau
tanggung jawabnya. Karena setiap individu menerima pekerjaan yang berbeda, maka tiap stresor
bervariasi pada setiap klien. Pengkajian perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi pekerjaan
yang biasa dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda. Pengkajian pekerjaan juga meliputi kondisi dan
jam kerja, durasi bekerja, perubahan pada kebiasaan tidur atau makan, dan tanda peningkatan
iritabilitas dan kegugupan.

e. Stress Keluarga
Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang dapat diprediksi untuk anggota
keluarganya. Peran ini memungkinkan keluarga berfungsi dan menjadi bagian efektif dalam masyarakat.
Salah satu peran penting adalah kepala keluarga. Bagi kebanyakan keluarga, salah satu orang tua adalah
pemimpin keluarga atau kedua orang tua berperan coleader. Dalam keluarga orang tua tunggal, orang
tua atau adakalanya seorang anggota keluarga besar menjadi kepala keluarga. Ketika perubahan akibat
dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi. Perawat harus mengkaji faktor lingkungan dan keluarga
termasuk sistem pendukung, penguasaan mekanisme yang biasa digunakan oleh anggota keluarga.

2. Diagnose Keperawatan

1) Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber psikologi untuk


beradaptasi terhadap proses meninggalkan rumah, pilihan karier

2) Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota keluarga (misalnya


pernikahan)

3) Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah menikah dan pergi dari rumah)

3. Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber psikologi untuk


beradaptasi terhadap proses meninggalkan rumah, pilihan karier.

Intervensi :

a. Kaji status koping individu saat ini

- Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta

- Dengarkan dengan cermat dan amatiwajah, gerak tubuh, kontak mata, intonasi, dan intensitas suara

b. Bicarakan alternative yang mungin timbul (misalnya membicarakan dengan orang terdekat)

c. Berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan teknik pelaksanaan stress (misalnya jogging,
yoga)

2. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota keluarga (misalnya


pernikahan).

Intervensi :

a. Bantu keluarga menghadapi kekhawatirannya terhadap masalah tersebut

b. Dorong keluarga untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah, menyalahkan diri, bermusuhan, dan
mengenal lebih lanjut perasaannya dalam anggota keluarga
c. Bantu keluarga untuk mengenal peran dan menentukan prioritas untuk mempertahankan integritas
keluarga dan menurunkan stress

d. Bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga

3. Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah menikah dan pergi dari rumah).

Intervensi :

a. Identifikasi factor penyebab dan penunjang

b. Beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepian

c. Tingkatkan interksi social

- Kerahkan system pendukung tetangga dan keluarga individu

- Rujuk pada penyuluhan keterampilan social

- Tawarkan umpan balik tentang bagaimana individu menampilkan diri

Askep Sehat Jiwa Pada Lansia

1. Pengkajian

a. Identitas

b. Riwayat

Pernah mengalami perubahan fungsi mental sebelumnya?

Kaji adanya demensia. Dengan alat-alat yang sudah distandardisasi, meliputi Min Mental Status Exam
(MMSE) (Menurut Flostein, MS. Dkk, 1995)

I. Orientasi

 Tanyakan hari ini tanggal berapa?

 Kemudian tanyakan hal-hal terkait, misalnya sekarang ini musim apa?

II. Registrasi
 Bila memungkinkan beri pertanyaan untuk menguji daya ingatnya (memori)

 Ucapkan dengan jelas dan perlahan kata-kata seperti BOLA, BENDERA, POHON. Dengan jarak per kata
1 detik. Sesudah itu minta pasien untuk mengulanginya. Jawaban pertama menentukan skornya, tetapi
mintalah pasien untuk mencoba terus (misalnya hingga 6 kali) bila gagal tes ini kurang bermakna.

III. Perhatian dan Perhitungan

- Minta pasien untuk menghitung mundur dari 100 dengan selisi 7. Berhenti setelah 5 jawaban. Berilah
skor 1 untuk setiap jawaban yang benar

- Bila dia tidak mampu menghintung, mintakan padanya untuk mengeja suatu kata dari arah belakang
(misalnya RUMAH--------H-A-M-U-R), beri skor satu untuk setiap huruf yang ditempatkan benar. Catatlah
jawaban pasien.

IV. Daya Ingat

Minta pasien unutk mengingat kembali ketiga kata yang ditanyakan kepadanya diatas tadi.

V. Bahasa

- Menyebutkan : perlihatkan arloji anda sambil menanyakan : “apa ini?” Ulangi hal yang sama untuk
pensil. Beri skor satu untuk setiap jawaban yang benar.

- Pengulangan : minta pasien untuk mengulangi : ‘bukan, itu bukan……………!,

tetapi itu ………dan………! Beri skor 1 point bila pengulangan benar.

- Perintah tiga langkah. Beri pasien secarik kertas kosong dan katakana :

“ambil kertas ini dengan tangan kanan, lipat dua, dan letakan dilantai.” Beri skor 1 poin untuk setiap
langkah yang benar.

2. Data Demografi

a. Ras dan suku apa ?

b. Jenis kelamin

c. Riwayat pendidikan
3. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas

Intervensi :

a. Jangan menganjurkan klien untuk tidur siang apabila berakibat efek negative terhadap tidur pada
malam hari.

b. Evaluasi efek obat klien yang mengganggu tidur.

c. Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien (member susu hangat).

d. Berikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur.

2. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis daan kognitif

Intervensi :

a. Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi visual. Bantu
keluarga mengidentifkasi risiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul.

b. Hilangkan sumber bahaya lingkungan.

c. Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi atau berbahaya, seperti memanjat pagar tempat tidur.

d. Gunakan pakaian sesuai dengan lingkungan fisik atau kebutuhan klien.

e. Kaji efek samping obat, tanda keracuna (tanda ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan
penglihatan, gangguan gastrointestinal).

3. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan

ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.

Intervensi :

a. Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri.

b. Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan.

c. Lakukan pengawasan dan berikan kesempatan untuk melakukan sendiri sesuai kemampuan.

d. Bantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam pembuatan askep sehat jiwapengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan jiwa yang terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan. Setelah data
dikelompokkan baik data subjektif maupun data objektif, maka masalah dirumuskan dan membuat
daftar masalah keperawatan, membuat pohon masalah, dan menegakkan diagnosis keperawatan
dengan menetapkan core problem (masalah utama). Langkah selanjutnya setelah menegakkan
diagnosiskeperawatan adalah: 1.Membuat rencana tindakan keperawatan 2.Melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana tindakan dan melaksanakan terapi modalitas serta melaksanakan
pemberian obat sesuai dengan instruksi dokter 3.Mengevaluasi keberhasilan pasien dan keluarga.
4.Menuliskan pendokumentasian pasien sesuai dengan format yang ada. Kesehatan jiwa mencakup
disetiap perkembangan individu di mulai sejak dalam kandungan kemudian dilanjutkan ke tahap
selanjutnya dimulai dari bayi (0-18 bulan), masa toddler(1,5-3 tahun), anak-anak awal atau pra sekolah
(3-6 tahun), usia sekolah (6-12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa muda (18-35 tahun), dewasa
tengah (35-65 tahun), sehingga dewasa akhir (>65 tahun).

DAFTAR PUSTAKA

Stuart & Sundeen. 2000. Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Beck, A. T. (1967). Depression: Causes and treatment. Philadelphia: University of


Pennsylvania Press

Wilkinson, Judith M. Ahern, Nancy R. (2012). Buku Saku Diagnosis

Keperawatan.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai