Oleh :
ARI ANDINI
PENDAHULUAN
sering disebut dengan stres akademik. Stres akademik adalah stres yang dirasakan
remaja yang bersumber dari proses belajar atau dari permasalahan yang
berhubungan dengan kegiatan akademik seperti: tekanan untuk naik kelas, lama
Okwara−Kalu (2021) didapatkan data tingkat stres akademik pada siswa di salah
satu SMA di Abuja, Nigeria bahwa 10,8% memiliki tingkat stres yang baik,
37,3% memiliki tingkat stres yang rendah, 45,6% memiliki tingkat stres yang
sedang dan 6,3% memiliki tingkat stres yang tinggi. Selanjutnya peneliti P
Nadu, India memiliki tingkat stres akademik sebesar 45,7% memiliki tingkat stres
sedang dari 612 siswa. Lebih lanjut, hasil penelitian Minani Gurung, Natkamol
tergolong tinggi, Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 521 siswa,
terdapat 138 siswa yang mengalami stres dalam belajar sebanyak (26,5%).
Kemudian, hasil penelitian Suseno dan Hartati (2019) pada variabel stres
akademik sedang yaitu 35,1% (20 dari 57 siswa) berada dalam kategori sedang
diri sendiri seperti pola pikir, kepribadian, keyakinan dan berpikir positif,
sedangkan faktor eksternal penyebab stres akdemik diantaranya jam belajar yang
lama, tekanan penguasaan ilmu, dorongan status sosial, dan orang tua yang terlalu
optimis. Adapun penyebab stres akademik lainnya yaitu tuntutan akademik yang
tinggi, hasil ujian yang buruk, pekerjaan rumah yang menumpuk, dan lingkungan
(Rahmawati 2017 dalam Adawiyah 2020)
sosial . Gejala yang dialami remaja
akibat stres akademik antara lain: ekspresi ketakutan, pusing, keluhan, perasaan
tidak nyaman dan gelisah. Selain itu, hal ini terkait dengan apa yang dijelaskan
oleh Cannon bahwa reaksi tubuh terhadap situasi darurat dan persepsi negatif
memilih solusi yang efektif akan berdampak jangka panjang pada kesehatan fisik
(Handarini, 2019).
dan psikologis remaja di masa depan Tingkat stres yang tinggi
akan mengakibatkan remaja mempunyai permasalahan yang lebih rumit. Hal ini
akan berdampak pada lemahnya daya tahan tubuh remaja, rentan terhadap
farmakologis yang dapat mencegah dan mengatasi stres pada remaja adalah terapi
psikodinamik, terapi kognitif beck, terapi perilaku, terapi humanistic eksistensial,
psikoterapi interpersonal dan terapi butterfly hug (Setyoadi, 2011 dalam Afifa
Thohiroh, 2021).
Terapi Butterfly Hug atau pelukan kupu-kupu merupakan terapi stimulasi diri
yang dapat mengurangi stres dan membuat seseorang merasa lebih rileks. Terapi
memberikan apresiasi dan berterima kasih pada dirinya sendiri karena mampu
(Effendi 2023)
mengatasi berbagai hal dalam hidup . Terapi butterfly hug
dilakukan dengan cara menyilangkan tangan di depan dada seperti sayap kupu-
kupu lalu saling menepuk lembut mengikuti irama yang konsisten selama 8-15
menit. Terapi ini dilakukan sambil menarik napas perlahan dan menghembuskan
bilateral langsung yang berfokus pada sesuatu yang dilihat, didengar dan
sensitive. Terapi butterfly hug merupakan salah satu jenis rangsangan bilateral
yang melewati garis tengah tubuh, yaitu garis tengah sistem saraf pusat. Penelitian
telah menunjukkan bahwa ketika salah satu anggota tubuh melintasi garis tengah
tubuh, sisi tubuh yang berlawanan menjadi aktif. Artinya, kedua belahan otak
(Gazzaniga, 2019). Selain itu, dalam teknik buttefly hug tidak hanya berfokus
dan pengungkapan perasaan seperti afirmasi positif (Artigas & Jarero, 2021)
mengurangi kecemasan, depresi, dan stres (Brown & Gerbarg, 2023). Sedangkan
Afirmasi positif dapat mengurangi perasaan tertekan seperti stres, karena afirmasi
Tingkat Stres Akademik Pada Remaja Kelas XII di SMA Negeri 3 Tuban
stres akademik
serta sebagai bahan rujukan untuk dapat mengatasi masalah stres akademik
jiwa yang meneliti tentang Pengaruh terapi butterfly hug terhadap stres
akademik pada remaja kelas XII. Objek yang dijadikan unit analisis dalam
7. Independe
n:
Dependen:
8. Independe
n:
Dependen:
9. Independe
n:
Dependen:
10