WAHAM
V. RENCANA KEPERAWATAN
I. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan
dengan waham....
A. Tujuan umum :
Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
B. Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
a. Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksinya
b. Tindakan:
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).
Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan
perawat menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan
anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan
isi waham klien.
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi :
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat
yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan
klien sendirian.
Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
a. Rasional :
Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan
memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat
bagi klien dari pada hanya memikirkannya
b. Tindakan:
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu
dan saat ini yang realistis.
Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien
sangat penting.
3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
a. Rasional :
Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat
dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan
kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman
b. Tindakan:
Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas.
a. Rasional :
Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih
benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat
menghilangkan waham yang ada
b. Tindakan:
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
a. Rasional :
Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi
proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat
b. Tindakan:
Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping minum obat.
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien,
obat, dosis, cara dan waktu).
Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6. Klien dapat dukungan dari keluarga.
a. Rasional :
Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu
proses penyembuhan klien
b. Tindakan:
Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang :
gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow
up obat.
Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
II. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri
rendah
A. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat
harga dirinya.
B. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya
sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
a. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis
c. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien.
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI
Isolasi Sosial
DS:
- Terlampir.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta: EGC
Kelliat Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan dan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
Rentan respon sosial individu berada dalam rentang adaptif sampai dengan
maladaptif.
1. Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima
oleh norma-norma sosial dan kebudayaan meliputi:
a. Solitude (Merenung)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah dilakukannya di lingkungan sosialnya, dan merupakansuatu
cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Autonomi (Kebebasan)
Respon individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran
dan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Mutuality
Respon individu dalam berhubungan interpersonal dimana individu saling
memberi dan menerima.
d. Interdependence (Saling ketergantungan)
Respon individu dimana terdapat saling ketergantungan dalam melakukan
hubungan interpersonal.
2. Respon Antara Adaptif dan Maladaptif
a. Aloness (Merasa sendiri)
Dimana individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan tersisihkan
dari lingkunagan.
b. Withdrawl (Menarik diri)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang menentukan kesulitan dalam
membina hubungan saling terbuka dengan orang lain, diman individu
sengaja menghindari hubungan interpersonal ataupun dengan
lingkungannya.
c. Dependence (Ketergantungan)
Individu mulai tergantung kepada yang lain dan mulai tidak
memperhatikan kemampuan yang dimilikinya.
3. Respon maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang
dari norma-norma sosial dan budaya lingkungannya.
a. Loneliness (Kesepian)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain atau tanpa bersama orang lain untuk
mencari ketenangan waktu sementara.
b. Manipulation (Manipulasi)
Hubungan berpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu
cenderung nerorientasi pada diri sendiri atau tujuan bukan pada orang lain.
c. Narkisisme
Rasa cinta pada diri sendiri yang berlebihan
d. Mekanisme Koping
Individu mempunyai respon sosial maladaptive menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme koping
yang disajikan disisni berkaitan dengan jenis spesifik dari masalah-
masalah berhubungan.
1. Koping yang berkaitan dengan gangguan kepribadian antisosial
a) Proyeksi
b) Pemisahan
c) Merendahkan orang lain
2. Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian borderline
a) Pemisahan
b) Reaksi formasi
c) Proyeksi
d) Isolasi
e) Idealisasi orang lain
f) Merendahkan orang lain
g) Identifikasi proyeksi
Data Subyektif:
1. Mengatakan malas berinteraksi
2. Klien mengatakan tidak mau berinteraksi dengan orang lain
Data Obyektif:
1. Mematung
2. Mondar mandir tanpa arah
3. Menyendiri
4. Mengurung diri
5. Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
6. Tidak berinisiatif berhubungan sosial
V. REFERENSI
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PRILAKU KEKERASAN
Faktor perilaku
Reinforcement perilaku kekerasan terpapar perilaku kekerasan.
B. Faktor presipitasi
1. Klien
- Kelemahan fisik
- Keputus asaan
- Ketidak berdayaan
- Percaya diri kurang
2. Interkasi
- Kritikan, penghinaan
- Kekerasan orang lain
- Kehilangan orang yang dicintai
- Provokatif dan konflik
3. Lingkungan
- Padat
- Ribut
C. Mekanisme koping
Refresi yaitu penekanan di alam bawah sadar dan berusaha
melupakan masalah
Supresi yaitu penekanan alam sadar sesaat yang lama kelamaan
akan menyelesaikan masalahnya sendiri
Denial (penyangkalan) yaitu memblokir hal0hal yang
menyakitkan atau menimbulkan kecemasan.
Disosiasi yaitu respon yang tidak sesuai dengan stimulus
Sumber koping :
- Status sosial ekonomi
- Keluarga
- Jaringan interpersonal
D. Rentang Respon
Respon adaftif respon maladaptive
Isolasi sosial
HDR
Koping
keluarga tidak
efektif Berduka disfungsional
masalah keperawatan
resiko PK
V. RENCANA KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Copernito Lyndha Juall (2000), buku saku diagnosa keperawatan, jakarta: EGC
Kualtrat Budi Anna (2006) Proses Keperawatan dan Kesehatan Jiwa. Jakarta EGC
Prodona Dr, (1998), Pedoman Teknik Penerapan Proses keperawatan Jiwa di RS Jiwa .
jakarta, EGC
II. KARAKTERISTIK.
a. Bicara pasien tidak ada hubungan ide yang satu dengan ide yang lainnya
(inkoheren)
b. Menggunakan kata-kata yang berarti simbolik untuk individu tersebut
(neologisme)
c. Menggunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti dan tidak ada hubungan
(bahasa gado-gado)
d. Menggunakan kata-kata bersajak dengan bentuk tidak umum (assosiasi gema)
e. Mengulang kata-kata yang didengar (ekolalia)
f. Menggunakan kata-kata yang tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan orang lain
g. Ketidak mampuan berrpikir abstrak (mengungkapkan refleksi pikiran konkret)
h. Berbicara berbelit-belit tanpa tujuan
i. Tidak ada kontak mata dengan lawan bicara (tidak mu menatap langsung lawan
bicara)
j. Saat berbicara, secara tiba-tiba berhenti dan meneruskan kembali berbicara tapi
tidak ada hubungannya dengan pembicaraan awal (blocking).
k. Tidak mau berbicara sama sekali (mutism).
Pertemuan/ SP : I/I
Hari / Tanggal : 24 Desember 2012
Nama Klien :
Ruang :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan mendengar suara-suara. Klien mengatakan mendengar suara yang
tidak jelas, klien mengatakan suara itu datang setiap saat, klien mengatakan suara itu
muncul sekitar 5-10 menit, klien mengatakan bila suara itu muncul saya gelisah tidak
bisa tidur, saya biasanya saya lakukan adalah berdo’a, klien terlihat tersenyum
sendiri, klien tampak senang berbicara sendiri klien tampak mondar-mandir.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasi
c. Klien dapat mengendalikan halusinasi
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mendiskusikan jenis halusinasi klien
c. Mendiskusikan isi halusinasi
d. Mendiskusikan waktu halusinasi
e. Mendiskusikan frekuensi halusinasi
f. Mendiskusikan situasi yang menimbulkan halusinasi
g. Mendiskusikan respon klien terhadap halusinasi
h. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
i. Mengajarkan klien memesukan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
B. Proses Pelaksanaan Tindakan.
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya Pak Imam, sering dipanggil pak
mantri. Nama ibu siapa? Lebih suka dipanggil siapa? Ibu N saya adalah
mahasiswa S1 Keperawatan STIKIM Jakarta Selatan, saya praktek disini
selama 1 minggu dari tanggal 24 Desember sampai dengan 28 Desember
2012. Saya praktek pada pagi hari dari pukul 08.00 sampai pukul 14.00 WIB”.
“Hobby ibu apa?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan ibu N pagi ini?” Bagaimana tidurnya semalam?”
c. Kontrak
Topik :“Ibu N pagi ini kita bertemu untuk berkenalan dan berbincang
bincang mengenai permasalahan yang ibu N hadapi.”
Waktu : “Berapa lama kita berbincang-bincang?” 10 atau 15 menit?”
Bagaimana kalau 10 menit, dari jam 10.00-10.10 WIB.”
Tempat : “Tn mau berbincang-bincang dimna?” bagaimana kalau diruang
makan?”
Tujuan : “ Tujuan kita berbincang-bincang hari ini agar kita kenal lebih dekat
satu sama lain dan mengetahui permasalahan yang Ibu N hadapi.”
2. Fase Kerja
“Tn sudah berapa lama Ibu N disini?”
“Coba Ibu N ceritakan, apa yang menyebabkan Ibu N dibawa kesini?”
“Sekarang ini permasalahan apa yang Ibu N hadapi?”
“Apa Ibu N mendengar suara-suara atau sesuatu yang mengganggu Ibu N?”
“Bapak percaya dengan apa yang Ibu N dengar, tetapi bapak tidak mendengarkan,
berati suara-suara yang Ibu N dengar itu adalah halusinasi.”
“Tn suara apa yang Ibu N dengar?”
“Apa yang dikatakan oleh suara-suara tersebut?”
“Oh begitu ya Ibu.....”
“Biasanya jam berapa suara-suara itu muncul? Kira-kira berapa lama suara-suara
itu muncul?”
“Tn dalam satu hari, berapa kali suara-suara itu muncul?”
“Mmmmmmm........”
“Pada saat ngapain suara-suara itu muncul?”
“Apa yang Ibu N rasakan?”
“Apakah Ibu N merasa tenang atau merasa tidak nyaman?”
“Terus apa yang Ibu N lakukan saat suara-suara itu muncul? Apa Ibu N marah-
marah, memukul-mukul sesuatu atau Ibu N diam saja?”
“Oh...... jadi begitu ya Ibu N.........!”
“Sekarang bapak akanmengajarkan Ibu N cara mengusir suara-suara tersebut
dengan menghardik bila suara-suara itu muncul.
Caranya: Tn tutup telinga dengan menggunakan kedua tangan, kemudian
katakanlah : pergi-pergi, saya tidak maumendengarkanmu, suaramu
palsu.”
“Apakah Ibu N sudah mengerti?”
“Nah coba sekarang Tn lakukan cara menghardik halusinasi seperti yang saya
ajarkan tadi.”
“Benar sekali Ibu N, Ibu N sudah bisa memperagakan cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik.”
“Sekarang mari kita masukkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
kedalam jadwal kegiatan harian Ibu N.”
“Apakah Tn tau cara mengisi jadwal kegiatan?” caranya yaitu: Apabila Ibu N bisa
mempraktekkannya sendiri Ibu N tuliskan dalam jadwal M, bila Ibu N
melakukannya dengan bantuan orang lain Ibu N tulis B dan bila Ibu N tergantung
sepenuhnya pada orang lain Ibu tulis T.”
“Ibu N sudah mengerti?”
“Bagus........”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektif
“Bagaimana persaan Ibu N setelah berkenalan dengan pak mantri dan
berbincang-bincang tentang cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik?”
Evaluasi Objektif
“Coba Ibu N sebutkan lagi siapa nama Pak mantri”
“Tadikan kita sudah mempelajari cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik, sekarang coba Ibu N peragakan kepada bapak caranya seperti
yang bapak ajarkan.”
“Bagus Ibu N sudah dapat memperagakannya.”
b. Rencana tindak lanjut
“Ibu N, bapak harap bila Ibu N mendengar suara-suara ibu dapat mengusirnya
dengan menghardik dan jangan lupa memeasukkannya kedalam jawal kegiatan
harian Ibu N.”
c. Kontrak yang akan datang.
Topik : “Ibu N besok kita akan bertemu lagi dan berbincang-bincang
tentang cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.”
Waktu : “Besok kita bertemu jam berapa? Jam 10.00 WIB, berapa lama Ibu
N mau berbincang-bincang?” 10 atau 15 menit?”
Tempat : “Ibu N mau berbincang-bincang dimana?” di ruang makan atau di
taman?”
Baiklah Ibu N pak mantri pamit dulu samapai bertemu lagi besok pagi.
Selamat pagi..............
STRATEGI PELAKSANAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan :
Hari/Tanggal :
Ruang :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien mengatakan malas bila harus bergaul dengan orang lain, klien
mengatakan lebih senang menyendiri, klien mengatakan tidak pernah mengikuti
kegiatan apapun di lingkungan, klien tampak senang menyendiri, klien tampak duduk
disudut ruangan, klien tampak tidak mau memulai suatu pembicaraan.
2. Diagnosa Keperawatan : Iolasi Sosial
3. Tujuan khusus
1. Klien mampu membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
5. Klien dapat menghubungkan perasaannnya setelah berhubungan dengan orang
lain
4. Tindakan keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
4. Mendiskusikan dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
5. Mengajarkan pasein cara berkenalan dengan 1 orang
6. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Selamat pagi Ibu, apakah Ibu masih ingat dengan saya, betul nama saya pak
imam saya bertugas di ruangan ini nselama 2 minggu, mulai hari senin sampai
jum’at dari jam 08.00 – 14.00 WIB.
b. Evaluasi Validasi
“ Bagaimana perasaan Ibu N pagi ini?”
c. Kontrak
1) Topik : “ Ibu N pagi ini kita akan berbincang-bincang masalah yang
Ibu N hadapi?
2) Waktu : “Ibu N berapa lama Ibu N mau berbincang-bincang dengan
bapak? Bagaimana kalau 10 menit? Dari jam 09.40 – 09.50 WIB
3) Tempat : “ Ibu N mau berbincang-bincang dimana? Disisni atau dimeja
makan? “ bagaimana kalau disisni saja.
4) Tujuan : Ibu N, tujuan kita berbincang-bincang untuk saling mengenal
dan mengetahui kenapa ibu menarik diri.
2. Kerja
Bapak lihat Ibu N duduk dan menyendiri apa yang membuat ibu meneynsiei?”
selama disini sudah berapa teman yang ibu N kenal?’ apakah ibu mengetahui
keuntungan kita berinteraksi?” ya bagus ibu dapat menyebutkan keuntungan
berinteraksi.
Selanjutnya apakah ibu N tau kerugian kita bila tidak berinteraksi?” betul Ibu
N, Ibu dapat meneyebutkan kerugian dan keuntungan berinteraksi. Sekarang mari
kita belajar berkenalan uya Ibu N?’
Nama :
Hobby :
Alamat :
“Bagus Ibu”
3. Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi Subjektif
“ Bagaimana perasaan Ibu N setelah kita berbincang-bincang dan belajar
berkenalan.”
b. Evaluasi Objektif
“ Ibu N masih ingat nama Bapak?” sekarang coba Ibu N lakukan kembali
cara berkenalan yang bapak ajarkan tadi!” bagus, Ibu N masih ingat”
2. Rencana tindak lanjut
“ Ibu N, bapak harap setelah ini Ibu N dapat latihan berkenalan. “ bapak harap
Ibu K mencatatnya dalam jadwal kegiatan harian.
3. Kontrak yang akan datang
1. Topik : “ Ibu N besok kita akan berbincang-bincang lagi dan berlatih
berkenalan dengan 1 orang
2. Waktu : “ Ibu N mau berbincang-bincang jam berapa? Jam 09.00 atau
jam 10.00 WIB? Dan berapa lama? 10 atau 15 menit?
3. Tempat : “ Ibu N mau berbincang-bincang dimana? Diruang makan?