GNC
KEPERAWATAN ANAK II
Dosen Pengampu : I Wayan Romantika, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Di Susun Oleh:
Kelompok 2
Elva Vadila
Putri Patrisia
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
Tugas Asuhan Keperawatan Anak Sakit GNC ini.
Saya harapkan Asuhan Keperawatan Anak Sakit ini bermanfaat bagi para
pembaca begitupula diri saya sendiri. Semoga dengan adanya Asuhan
Keperawatan Anak Sakit bisa menambah pengetahuan kita dalam menangani dan
menghadapi GNC pada anak.
Tidak lupa kritik dan saran yang membangun untuk saya, agar dalam
pembuatan Asuhan Keperawatan selanjutnya menjadi lebih baik dan tertata rapi
dari segi penulisan maupun isi. Saya ucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I Konsep Medis........................................................................................ 1
A. Definisi.................................................................................................... 1
B. Etiologi.................................................................................................... 1
C. Patofisiologi............................................................................................ 2
D. Manifestasi Klinis................................................................................... 2
E. Tatalaksana.............................................................................................. 5
BAB II Konsep Keperawatan........................................................................... 7
A. Pengkajian............................................................................................... 7
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 12
C. Outcome.................................................................................................. 12
D. Intervensi Keperawatan........................................................................... 22
Daftar Pustaka................................................................................................... 27
ii
1
BAB I
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Glomerulonefritis Kronis adalah suatu kondisi peradangan yang lama
dari sel-sel glomerulus. Glomerulonefrotik Kronis (GNC) merupakan suatu
istilah untuk menunjukkan gambaran klinis akibat perubahan-perubahan
struktur dan faal dari peradangan akut glomerulus(Pasek, 2013).
Glomerulonefritis adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai macam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan
inflamasi di glomerulus akibat suatu proses imunologis.(Sanusi et al., 2019).
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus adalah penyakit glomerular
yang dimediasi kompleks imun dengan aktivasi jalur komplemen alternatif
yang disebabkan oleh infeksi faring atau kulit oleh ß- hemolytic streptococcus
grup A sebelumnya(Mancilla et al., n.d.).
B. ETIOLOGI
Penyebab yang sering adalah diabetes militus dan hipertensi kronik.
Kedua penyakit ini berkaitan dengan cedera glomerulus yang bermakna dan
berulang. Hasil akhir dari peradangan tersebut adalah pembentukan jaringan
parut dan menurunnya fungsi glomerulus sering diikuti oleh atropi tubulus.
Streptokokus grup A merupakan penyebab tersering kejadian
glomerolunefritis akut pada anak. Streptokokus merupakan bakteri
spherisgram positif yang khasnya berpasangan atau membentuk rantai selama
pertumbuhannya. Terdiri dari dua puluh spesies, termasuk Streptococcus
pyogenes (Grup A).
Glomerulonefritis progresif cepat adalah glomerulonefritis yang disertai
penurunan fungsi ginjal yang cepat dan biasanya ditandai penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG) sebesar 50% dalam waktu tiga bulan. Kelainan
tersebut menunjukkan gambaran histopatologi abnormal berupa gambaran
bulan sabit atau kresentik (crescent) pada sebagian besar glomerulus.
2
C. PATOFISIOLOGI
.penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala,
sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar
mata(kelopak), mual dan muntah-munta. Pada keadaan ini proses kerusakan
ginjal terjadi menahun dan selama itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi
pada akhirnya orang-orang tersebut dapat menderita uremia (darah dalam air
seni) dan gagal ginjal.
Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal
sebagai tempat membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolism tubuh
dan berbagai racun yang diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine
dengan jumlah setiap hari berkisar antara 1-2 liter. Selain fungsi tersebut,
ginjal berfungsi antara lain mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit
(ion-ion), mengatur produksi sel darah merah. Begitu banyak fungsi ginjal
3
sehingga bila ada kelainan yang mengganggu ginjal, berbagai penyakit dapat
ditimbulkan.
Glomerulonefritis merupakan berbagai kelainan yang menyerang sel-sel
penyerang ginjal (sel glomerulus). Glomerulonefritis menahun adalah
penyakit paling sering menimbulkan gagal ginjal dikemudian hari. Kelainan
ini terjadi akibat gangguan utama pada ginjal (primer) atau sebagai
komplikasi penyakit lain (sekunder), misalnya komplikasi penyakit diabetes
militus, kerancunan obat, penyakit infeksi dan lain-lain. Pada penyakit terjadi
kebocoran protein atau kebocoran eritrosit.
Glomerulonfritis merupakan penyebab utana terjadinya gagal binjal
tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada
dewasa. Sebagian besar glomerulonfritis bersifat kronik dengan penyebab
yang tidak jelas dan sebagian besar tampak bersifat imunologis.
Glomerulonfritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada glomerulus, bukan
pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan
interstitial maupun sistem vaskulernya.(medical journal of the christian
university of indonesia, 2014).
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala glomerulonefritis kronis bervariasi. Banyak klien dengan
penyakit yang telah parah memperlihatkan kondisi tanpa gejala sama sekali
untuk beberapa tahun. Kondisi secara incidental dijumpai ketika terjadi
hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum. Indikasi pertama
penyakit dapat berupa pendarahan hidung, stroke atau kejang yang terjadi
secara mendadak.
Pada anak yang menunjukkan gejala berat, tampak sakit parah dengan
manifestasi oliguria, edema, hipertensi, dan uremia dengan proteinuria,
hematuria dan ditemukan cast.
Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan
berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Gejala glomerulonefritis bisa
berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis), seringkali
tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala.
4
E. TATALAKSANA
Penatalaksanaan dibagi menjadi 2, yaitu medic sama perawatan:
a. Medic
1. Pengobatan ditunjukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
2. Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
3. Pengawasan hipertensi antihipertensi.
4. Pemberian antibiotic untuk infeksi.
5. Dialysis berulang untuk memperpanjang harapan hidup pasien.
b. Keperawatan
1. Disesuaikan dengan keadaan pasien
2. Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa control pada
ahlinya.
3. Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
4. Penjelasan kepada pasien tentang pembatasan aktivitas sesuai
5. Kemampuannya.
6. Anjuran control ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke
7. Sindrom nefrotik atau GGK.
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
a. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 6-8
minggu.
b. Pemberian penisilin pada fase akut.
c. Pemberian antibiotic ini tidak mempengaruhi beratnya
glomerulonefritis, melainkan mengurangi penyebaran infeksi
streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin dianjurkan
hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksis yang lama sesudah
nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan, karena
terdapat imunitas yang menetap.
6
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua data – data dikumpulkan secara sistematis guna
menentukan statuskesehatan klien saat ini.Pengkajian harus dilakukan secara komprehensifterkait dengan aspek biologis,
psikologis, sosial, maupun spritual klien.Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat datadasar
klien.Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan dataadalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta
diagnostik. (Asmadi, 2008)
Anamnese
1. Data subjektif
- Klien bisa mengeluh sakit kepala di pagi hari, pruritis, penurunan konsenstrasi, fatique, gangguan pernapasan yang
mengakibatkan sulit melakukan ADL, edema pada wajah, penglihatan buram, edema retina mungkin juga di sampaikan
oleh klien.
2. Kaji apakah baru-baru ini ada riwayat : infeksi kulit atau saluran nafas, apakah baru pulang dari daerah yang sedangan
terjangkit bakteri, virus, jamur dan parasite baru oprasi atau dilakukan tindakan invasive, adanya penyakit sistemik yang
diderita seperti SLE dan penyakit lain yang dapat menyebabkan glomerulusnefritis,
3. Kaji adanya kecemasan terhadap penurunan fungsi ginjal yang dikhwatirkan pasien.
4. Data objektif
8
a. Pemeriksaan fisik untuk mengetahui adanya lesi, adanya edema, hipertensi, adanya perubahan pola eliminasi,
perubahan warna urine (kecoklatan, warna seperti cola), adakah sesak,nohturia, dispnoe dan ortopnoe.
1) Inspeksi
a) Kulit : kaji adakah lesi, warna kulit, adakah ekimosis, kering tidaknya kulit.
b) Konjungtiva pucat atau tidak.
c) Uji penglihatan buram atau tidaknya mata.
d) Ada tidaknya kerontokan rambut yang berlebih.
2) Palpasi
a) Nadi radialis : lemah atau tidak. Wajah, mata, tungkai dan seluruh tubuh lihat adakah edema, kaji derajat
edema, tempat edema.
b) Jantung : apeks jantung, adakah pembesaran jantung atau tidak.
c) Abdomen : ada tidaknya heptomegali, ada tidaknya nyeri tekan dan lepas.
3) Auskultasi
a) Paru ; ada atau tidaknya bunyi crackels pada paru atau adakah retensi cairan.
b) Abdomen : bising usus berlebih atau tidak.
4) Perkusi
a) Paru : terdengar pekak atau tidaknya untuk mengetahui adanya efusi pleura atau tidak, Seperti
glomerulusnefritis kronik berkembang, retensi cairan menjadi jelas, menyebabkan sesak napas terutama pada
malam hari.Tanda-tanda vital di pantau dan biasanya hipertensi hadir, suara paru-paru harus dinilai setiap
9
pergeseran untuk crackels, tanda retensi cairan.Berat badan di pantau setiap hari, setelah berat awal diperoleh
dan derajat edema, lokasi dan jika piting atau nonpiting dicatat.Anasarca adalah edema umum yang muncul
sebagai kondisi klien memburuk.Kulit dinilai untuk warna, kehadiran ecchymosis atau ruam, kekeringan dan
bukti menggaruk, functionimh mental, tremor, ataksia atau bicara cadel dicatat. Sebagai nefron kehilngan
kemampuan mereka untuk berkonsentrasi urine, urin menjadi pucat dan encer, dan output harus di awasi
secara ketat karena pada awalnya poliura berkembang memberikan klien perasaan palsu bahwa pemulihan
akan segera. Hasil dari darah dan tes urine dipantau.
b) Peningkatan cairan tubuh
c) Cek TTV, adakah hipertensi
d) BB di pantau setiap hari, lihat derajat edema, lokasi edema
e) Cek urine dan darah.
Pathway:
Streptokokus
Filtrasi glomerulus
Penumpukkan
cairan Asites Menekan diafragma
Kebocoran kapiler
glomerulus
Rebsorsi Na Ekspansi dada paru
Menekan gaster
dan paru
11
Inkontinensia
Anoreksia
Kelebihan volume cairan urin berlebih
- Tkipneu
Infeksi nutrisi
- Penurunan ventilasi
- Napas sesak Hambatan
eliminasi urine
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan
Hambatan pertukaran
gas
12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inkontinensia urin berlebih b.d obstruksi jalan keluar (D.0043)
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan makan (Domain 2/Kelas 1/KD 00002)
3. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi (Domain 2/Kelas 5/KD 00026)
4. Hambatan eliminasi urine b.d obstruksi anatomik (Domain 3/Kelas 1/KD 00016)
5. Hambatan pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (Domain 3/Kelas 4/KD 00030)
C. OUTCOME
1. Inkontinensia urin berlebih b.d obstruksi jalan keluar (D.0043)
Kontinensia Urine L.04036
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Menurun Sedang Cukup Meningkat Meningkat
Kemampuan berkemih 1 2 3 4 5
Distensi kandung 1 2 3 4 5
kemih
Dribbiling 1 2 3 4 5
Hesitancy 1 2 3 4 5
Enuresis 1 2 3 4 5
Verbalisasi pengeluaran 1 2 3 4 5
tidak tuntas
Desakan berkemih 1 2 3 4 5
(urgensi)
Distensi kandung kemih 1 2 3 4 5
Berkemih tidak tuntas 1 2 3 4 5
(hesitancy)
Volume residu urine 1 2 3 4 5
Urine menetes (dribbling) 1 2 3 4 5
Nokturia 1 2 3 4 5
Mengompol 1 2 3 4 5
Enuresis 1 2 3 4 5
Disuria 1 2 3 4 5
Anuna 1 2 3 4 5
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan makan (Domain 2/Kelas 1/KD 00002)
Nafsu Makan 1014
15
3. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi (Domain 2/Kelas 5/KD 00026)
Keseimbangan cairan 0601
Definisi: Kesimbangan asupan dan luaran cairan dalam tubuh
SKALA TARHET LUARAN: Dipertahankan pada ____ Ditingkatkan ke _____
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu
SKALA LUARAN KESELURUHAN 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Berat badan stabil 1 2 3 4 5
Keseimbangan intake dan ouput dalam 24 1 2 3 4 5
Jam
17
Fungsi ginjal 1 2 3 4 5
Berat jenis urin 1 2 3 4 5
Ouput urin 1 2 3 4 5
4. Hambatan eliminasi urine b.d obstruksi anatomik (Domain 3/Kelas 1/KD 00016)
Eliminasi Urine 0503
Definisi: Pengumpulan dan pengeluaran urine
SKALA TARHET LUARAN: Dipertahankan pada ____ Ditingkatkan ke _____
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu
Skala Luaran Keseluruhan 1 2 3 4 5
Pola eliminasi 1 2 3 4 5
Jumlah urin 1 2 3 4 5
Mengenali keinginan berkemih 1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Berat Cukup Berat Sedang Ringan Tidak ada
Partikel-partikel urin terlihat 1 2 3 4 5
Darah terlibat dalam darah 1 2 3 4 5
Nyeri saat kencing 1 2 3 4 5
19
Frekuensi berkemih 1 2 3 4 5
Retensi urin 1 2 3 4 5
5. Hambatan pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (Domain 3/Kelas 4/KD 00030)
Status Pernafasan 0415
Definisi: Proses keluar masuknya udara ke paru-paru serta pertukaran karbondioksida dan oksigen di alveoli
SKALA TARHET LUARAN: Dipertahankan pada ____ Ditingkatkan ke _____
Deviasi Deviasi yang Deviasi Deviasi Tidak ada
berat dari cukup cukup sedang dari ringan dari deviasi dari
kisaran berat dari kisaran kisaran kisaran
normal kisaran normal normal normal normal
Skala Luaran Luaran 1 2 3 4 5
Frekuensi pernapasan 1 2 3 4 5
Irama pernapasan 1 2 3 4 5
Kedalaman inspirasi 1 2 3 4 5
Suara auskultasi nafas 1 2 3 4 5
Saturasi oksigen 1 2 3 4 5
Sangat berat Berat Cukup Ringan Tidak ada
21
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Inkontinensia urin berlebih b.d obstruksi jalan keluar (D.0043)
Katerisasi urine 1.04148
Tindakan
Observasi
- Periksa kondisi pasien
Terapeutik
- Siapkan peralatan, bahan-bahan dan ruangan tindakan
- Siapakan pasien : bebaskan pakaian bawah dan posisikan dorsal rekumben.
- Pasang sarung tangan
- Bersihkan daerah perineal atau preposium dengan cairan Nacl atau aquades.
- Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan prinsip aseptic
- Isi balon dengan Nacl 0,9 % sesuai ajuran pabrik
- Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau paha
- Pastikan kantung urine ditempatkan lebih rendah dari kandung kemih.
- Berikan label waktu pemasangan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urine
- Anjurkan menarik napas saat insersi selang kateter
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan makan (Domain 2/Kelas 1/KD 00002)
Pemberian Nutrisi Total Parenteral 1200
Definisi : Pemberian nutrisi melalui intravena serta pemantauan respon pasien
Aktivitas-aktivas
- Pastikan inssersi intravena cukup paten untuk pemberian nutrisi intravena.
- Hindari penggunaan jalur intravena untuk cairan infuse lainnya (misalnya, tranfusi darah dan pengambilan
darah).
- Monitor masukan dan output cairan.
- Monitor urine apakah mengandung glukosa, badan-badan keton, dan protein.
24
3. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi (Domain 2/Kelas 5/KD 00026)
Monitor cairan 4130
Aktivitas-aktivitas
- Tentukan jumlah dan jenis intake cairan serta kebiasaan eliminasi.
- Tentukan faktor-faktor risiko yang mungkin menyebabkan ketidakseimbangan cairan.
- Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urin
- Monitor kadar serum dan osmolalitas urin.
- Perbaiki alat medis yang bermasalah (misalnya, kateter tertekuk atau terblokir) pada pasien yang mengalami
berhenti mendadak mengeluarkan urin.
- Berikan agen farmakologis untuk meningkatkan pengeluaran urin.
- Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala kelebihan volume cairan menetap atau memburuk.
4. Hambatan eliminasi urine b.d obstruksi anatomik (Domain 3/Kelas 1/KD 00016)
Manajemen eliminasi 0590
Aktivitas-aktivitas
- Monitor eliminasi urin termasuk frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna.
- Pantau tanda dan gejala retensi urin.
- Ajarkan pasien untuk minum 8 gelas perhari pda saat makan, diantara jam makan dan disore hari.
- Intruksi untuk segera merespon keinginan mendesak untuk berkemih.
5. Hambatan pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (Domain 3/Kelas 4/KD 00030)
Bantuan ventilasi 3390
Aktivitas-aktivitas
- Pertahankan jalan napas.
- Posisikan (pasien) untuk mngurangi dispnea.
26
- Auskultasi suara nafas, catat area-area penurunan atau tidak adanya ventilasi, dan adanya suara tambahan.
- Ajarkan teknik pernapasan dengan mengerucutkan bibir, dengan tepat.
- Ajarkan teknik pernapasan dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan, I., Rsup, A., Kandou, P. R. D., Hidayani, A. R. E., Umboh, A.,
Skripsi, K., Kedokteran, F., Sam, U., Manado, R., Sam, U., & Manado, R.
(2016). Profil glomerulonefrotik akut pasca streptokokus pada anak
Manado, R. D. K., Umboh, V., Umboh, A., & Manado, R. D. K. (2018).
Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut pada Anak di RSUP Prof . Dr . 10,
185–189.
Mancilla, V. Z., Chesney, R. W., & Wyatt, R. J. (n.d.). nephrotic syndrome
related to systemic disorders. https://doi.org/10.1007/s00467-010-1554-6
medical journal of the christian university of indonesia. (2014). MAJALAH
KEDOKTERAN.
Pasek, M. S. (2013). GLOMERULONEFROTIK AKUT PADA ANAK PASCA
INFEKSI. 311–315.
Sanusi, H., Umboh, A., & Umboh, V. (2019). Jurnal KEDOKTERAN KLINIK
(JKK), Volume 3 No 2, Juli - Desember 2019. 3(2), 22–26.
Hediyenin, Novie. 2012. Waspadai Batu Ginjal dan Saluran Kemih.
http://www.dokterkuonline.com/index.php/article/72-waspadai-batu-ginjal-
dan-saluran-kemih. Diakses pada tanggal 10 Maret 2021. Jam: 18:14 WIB