Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SAKIT

GNC
KEPERAWATAN ANAK II
Dosen Pengampu : I Wayan Romantika, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Di Susun Oleh:

Kelompok 2
Elva Vadila
Putri Patrisia

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
Tugas Asuhan Keperawatan Anak Sakit GNC ini.

Maksud dan tujuan pembuatan Asuhan Keperawatan ini untuk memenuhi


tugas mata kuliah Keperawatan Anak II yang diberikan oleh Bapak I Wayan
Romantika, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan
Asuhan Keperawatan ini masih banyak terdapat kesalahan mulai dari
penulisannya begitupun dengan isi.

Saya harapkan Asuhan Keperawatan Anak Sakit ini bermanfaat bagi para
pembaca begitupula diri saya sendiri. Semoga dengan adanya Asuhan
Keperawatan Anak Sakit bisa menambah pengetahuan kita dalam menangani dan
menghadapi GNC pada anak.

Tidak lupa kritik dan saran yang membangun untuk saya, agar dalam
pembuatan Asuhan Keperawatan selanjutnya menjadi lebih baik dan tertata rapi
dari segi penulisan maupun isi. Saya ucapkan terima kasih.

Kendari, 19 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I Konsep Medis........................................................................................ 1
A. Definisi.................................................................................................... 1
B. Etiologi.................................................................................................... 1
C. Patofisiologi............................................................................................ 2
D. Manifestasi Klinis................................................................................... 2
E. Tatalaksana.............................................................................................. 5
BAB II Konsep Keperawatan........................................................................... 7
A. Pengkajian............................................................................................... 7
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 12
C. Outcome.................................................................................................. 12
D. Intervensi Keperawatan........................................................................... 22
Daftar Pustaka................................................................................................... 27

ii
1

BAB I
KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Glomerulonefritis Kronis adalah suatu kondisi peradangan yang lama
dari sel-sel glomerulus. Glomerulonefrotik Kronis (GNC) merupakan suatu
istilah untuk menunjukkan gambaran klinis akibat perubahan-perubahan
struktur dan faal dari peradangan akut glomerulus(Pasek, 2013).
Glomerulonefritis adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai macam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan
inflamasi di glomerulus akibat suatu proses imunologis.(Sanusi et al., 2019).
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus adalah penyakit glomerular
yang dimediasi kompleks imun dengan aktivasi jalur komplemen alternatif
yang disebabkan oleh infeksi faring atau kulit oleh ß- hemolytic streptococcus
grup A sebelumnya(Mancilla et al., n.d.).

B. ETIOLOGI
Penyebab yang sering adalah diabetes militus dan hipertensi kronik.
Kedua penyakit ini berkaitan dengan cedera glomerulus yang bermakna dan
berulang. Hasil akhir dari peradangan tersebut adalah pembentukan jaringan
parut dan menurunnya fungsi glomerulus sering diikuti oleh atropi tubulus.
Streptokokus grup A merupakan penyebab tersering kejadian
glomerolunefritis akut pada anak. Streptokokus merupakan bakteri
spherisgram positif yang khasnya berpasangan atau membentuk rantai selama
pertumbuhannya. Terdiri dari dua puluh spesies, termasuk Streptococcus
pyogenes (Grup A).
Glomerulonefritis progresif cepat adalah glomerulonefritis yang disertai
penurunan fungsi ginjal yang cepat dan biasanya ditandai penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG) sebesar 50% dalam waktu tiga bulan. Kelainan
tersebut menunjukkan gambaran histopatologi abnormal berupa gambaran
bulan sabit atau kresentik (crescent) pada sebagian besar glomerulus.
2

Hubungan antara Gn dan infeksi streptococcus ini ditemukan pertama


kali oleh:
Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa:
a. Timbulnya GN setelah terjadinya infeksi skarlatina.
b. Disolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A.
c. Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum pasien.
Penyebab penyakit ini yaitu:
a. Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi (streptococcus beta
hemoticus group A.)
b. Kerancunan (timah hitam, tridion).
c. Penyakit sipilis
d. Diabetes militus
e. Thrombosis vena renalis
f. Hipertensi kronik
g. Penyakit kolagen
Penyebab lain yang tidak di ketahui yang ditemi pada stadium lanjut.

C. PATOFISIOLOGI
.penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala,
sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar
mata(kelopak), mual dan muntah-munta. Pada keadaan ini proses kerusakan
ginjal terjadi menahun dan selama itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi
pada akhirnya orang-orang tersebut dapat menderita uremia (darah dalam air
seni) dan gagal ginjal.
Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal
sebagai tempat membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolism tubuh
dan berbagai racun yang diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine
dengan jumlah setiap hari berkisar antara 1-2 liter. Selain fungsi tersebut,
ginjal berfungsi antara lain mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit
(ion-ion), mengatur produksi sel darah merah. Begitu banyak fungsi ginjal
3

sehingga bila ada kelainan yang mengganggu ginjal, berbagai penyakit dapat
ditimbulkan.
Glomerulonefritis merupakan berbagai kelainan yang menyerang sel-sel
penyerang ginjal (sel glomerulus). Glomerulonefritis menahun adalah
penyakit paling sering menimbulkan gagal ginjal dikemudian hari. Kelainan
ini terjadi akibat gangguan utama pada ginjal (primer) atau sebagai
komplikasi penyakit lain (sekunder), misalnya komplikasi penyakit diabetes
militus, kerancunan obat, penyakit infeksi dan lain-lain. Pada penyakit terjadi
kebocoran protein atau kebocoran eritrosit.
Glomerulonfritis merupakan penyebab utana terjadinya gagal binjal
tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada
dewasa. Sebagian besar glomerulonfritis bersifat kronik dengan penyebab
yang tidak jelas dan sebagian besar tampak bersifat imunologis.
Glomerulonfritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada glomerulus, bukan
pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan
interstitial maupun sistem vaskulernya.(medical journal of the christian
university of indonesia, 2014).
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala glomerulonefritis kronis bervariasi. Banyak klien dengan
penyakit yang telah parah memperlihatkan kondisi tanpa gejala sama sekali
untuk beberapa tahun. Kondisi secara incidental dijumpai ketika terjadi
hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum. Indikasi pertama
penyakit dapat berupa pendarahan hidung, stroke atau kejang yang terjadi
secara mendadak.
Pada anak yang menunjukkan gejala berat, tampak sakit parah dengan
manifestasi oliguria, edema, hipertensi, dan uremia dengan proteinuria,
hematuria dan ditemukan cast.
Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan
berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Gejala glomerulonefritis bisa
berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis), seringkali
tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala.
4

Glomerulonefritis akut (GNA) ditandai oleh onset akut edema,


hematuria, dan hipertensi, dan biasanya berhubungan dengan oliguria dan
azotemia.
1. Edema
Pada awalnya edema timbul sebagai pembengkakan di wajah dan
kelopak mata, tetapi selanjutnya lebih dominan di tungkai dan bisa
menjadi hebat (Lumbanbatu SM, dalam (Pasek, 2013)).
Edema ini disebabkan oleh retensi natrium dan air akibat
kerusakan glomerulus yang mengakibatkan kelebihan cairan.
2. Hematuria
Kerusakan pada dinding kapiler gromelurus mengakibatkan
hematuria/kencing berwarna merah daging dan albuminuria.
3. Hipertensi
Krisis hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu hipertensi
emergensi (darurat) dan hipertensi urgensi (mendesak). Membedakan
kedua golongan krisis hipertensi bukan berdasarkan dari tingginya tekanan
darah, tetapi dari keru- sakan organ sasaran. Penurunan tekanan darah
harus dilakukan secara bertahap(Manado et al., 2018).
4. Oliguria
5. Azotemia
6. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi
gagal ginjal
7. Peningkatan suhu badan
8. Sakit kepala, lemah, gelisah
9. Mual, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun
10. Ureum dan kreatinin meningkat
11. Oliguri dan anuria
12. Suhu subfebril
13. Kolestrol darah naik
14. Fungsi ginjal menurun
15. Anemia
5

16. Gagal jantung kematian


17. Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia).

E. TATALAKSANA
Penatalaksanaan dibagi menjadi 2, yaitu medic sama perawatan:
a. Medic
1. Pengobatan ditunjukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
2. Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
3. Pengawasan hipertensi antihipertensi.
4. Pemberian antibiotic untuk infeksi.
5. Dialysis berulang untuk memperpanjang harapan hidup pasien.
b. Keperawatan
1. Disesuaikan dengan keadaan pasien
2. Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa control pada
ahlinya.
3. Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
4. Penjelasan kepada pasien tentang pembatasan aktivitas sesuai
5. Kemampuannya.
6. Anjuran control ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke
7. Sindrom nefrotik atau GGK.
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
a. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 6-8
minggu.
b. Pemberian penisilin pada fase akut.
c. Pemberian antibiotic ini tidak mempengaruhi beratnya
glomerulonefritis, melainkan mengurangi penyebaran infeksi
streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin dianjurkan
hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksis yang lama sesudah
nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan, karena
terdapat imunitas yang menetap.
6

d. Pengaturan dalam pemberian cairan (perlu diperhatikan keseimbangan


cairan dan elektrilit). Pemberian diet rendah protein 91 gr/kg BB/hari)
dan rendah garam (1 gr/hari). Makanan lunak diberikan pada pasien
dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu normal kembali. Bila
ada anuria/muntah diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10 %.
Komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria maka
jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
e. Pengobatan terhadap hipertensi.
f. Bila anuri berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus dikeluarkan
dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialysis, hemodialisis,
transfuse tukar dan sebagainya.
g. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerolunefritis akut, tetapi
akhir-akhir ini pemberian furosemid (lasix) secara intravena (1 mg/kg
BB/hari) dlam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika
ginjal dan filtrasi glomerulus.(Kesehatan et al., 2016).
7

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua data – data dikumpulkan secara sistematis guna
menentukan statuskesehatan klien saat ini.Pengkajian harus dilakukan secara komprehensifterkait dengan aspek biologis,
psikologis, sosial, maupun spritual klien.Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat datadasar
klien.Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan dataadalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta
diagnostik. (Asmadi, 2008)
Anamnese
1. Data subjektif
- Klien bisa mengeluh sakit kepala di pagi hari, pruritis, penurunan konsenstrasi, fatique, gangguan pernapasan yang
mengakibatkan sulit melakukan ADL, edema pada wajah, penglihatan buram, edema retina mungkin juga di sampaikan
oleh klien.
2. Kaji apakah baru-baru ini ada riwayat : infeksi kulit atau saluran nafas, apakah baru pulang dari daerah yang sedangan
terjangkit bakteri, virus, jamur dan parasite baru oprasi atau dilakukan tindakan invasive, adanya penyakit sistemik yang
diderita seperti SLE dan penyakit lain yang dapat menyebabkan glomerulusnefritis,
3. Kaji adanya kecemasan terhadap penurunan fungsi ginjal yang dikhwatirkan pasien.
4. Data objektif
8

a. Pemeriksaan fisik untuk mengetahui adanya lesi, adanya edema, hipertensi, adanya perubahan pola eliminasi,
perubahan warna urine (kecoklatan, warna seperti cola), adakah sesak,nohturia, dispnoe dan ortopnoe.
1) Inspeksi
a) Kulit : kaji adakah lesi, warna kulit, adakah ekimosis, kering tidaknya kulit.
b) Konjungtiva pucat atau tidak.
c) Uji penglihatan buram atau tidaknya mata.
d) Ada tidaknya kerontokan rambut yang berlebih.
2) Palpasi
a) Nadi radialis : lemah atau tidak. Wajah, mata, tungkai dan seluruh tubuh lihat adakah edema, kaji derajat
edema, tempat edema.
b) Jantung : apeks jantung, adakah pembesaran jantung atau tidak.
c) Abdomen : ada tidaknya heptomegali, ada tidaknya nyeri tekan dan lepas.
3) Auskultasi
a) Paru ; ada atau tidaknya bunyi crackels pada paru atau adakah retensi cairan.
b) Abdomen : bising usus berlebih atau tidak.
4) Perkusi
a) Paru : terdengar pekak atau tidaknya untuk mengetahui adanya efusi pleura atau tidak, Seperti
glomerulusnefritis kronik berkembang, retensi cairan menjadi jelas, menyebabkan sesak napas terutama pada
malam hari.Tanda-tanda vital di pantau dan biasanya hipertensi hadir, suara paru-paru harus dinilai setiap
9

pergeseran untuk crackels, tanda retensi cairan.Berat badan di pantau setiap hari, setelah berat awal diperoleh
dan derajat edema, lokasi dan jika piting atau nonpiting dicatat.Anasarca adalah edema umum yang muncul
sebagai kondisi klien memburuk.Kulit dinilai untuk warna, kehadiran ecchymosis atau ruam, kekeringan dan
bukti menggaruk, functionimh mental, tremor, ataksia atau bicara cadel dicatat. Sebagai nefron kehilngan
kemampuan mereka untuk berkonsentrasi urine, urin menjadi pucat dan encer, dan output harus di awasi
secara ketat karena pada awalnya poliura berkembang memberikan klien perasaan palsu bahwa pemulihan
akan segera. Hasil dari darah dan tes urine dipantau.
b) Peningkatan cairan tubuh
c) Cek TTV, adakah hipertensi
d) BB di pantau setiap hari, lihat derajat edema, lokasi edema
e) Cek urine dan darah.

Pathway:

Streptokokus

Menyerang dinding kapiler


glomerulus
10

Kerusakan dinding kapiler

Filtrasi glomerulus

Glomerulus nefritis akut (GNA)

S. Sirkulasi S. pencernaan S. Pernapasan S. Perkemihan

Filtrasi plasma Retensi cairan Fagosit pada


Retensi cairan di thoraks
diabdomen dan paru membrane
glomerulus

Penumpukkan
cairan Asites Menekan diafragma
Kebocoran kapiler
glomerulus
Rebsorsi Na Ekspansi dada paru
Menekan gaster
dan paru
11

Mual dan muntah Ventilasi tidak Hematuria


Edema anasarka
adekuat, napas sesak

Inkontinensia
Anoreksia
Kelebihan volume cairan urin berlebih

- Tkipneu
Infeksi nutrisi
- Penurunan ventilasi
- Napas sesak Hambatan
eliminasi urine
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan
Hambatan pertukaran
gas
12

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inkontinensia urin berlebih b.d obstruksi jalan keluar (D.0043)
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan makan (Domain 2/Kelas 1/KD 00002)
3. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi (Domain 2/Kelas 5/KD 00026)
4. Hambatan eliminasi urine b.d obstruksi anatomik (Domain 3/Kelas 1/KD 00016)
5. Hambatan pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (Domain 3/Kelas 4/KD 00030)

C. OUTCOME
1. Inkontinensia urin berlebih b.d obstruksi jalan keluar (D.0043)
Kontinensia Urine L.04036
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Menurun Sedang Cukup Meningkat Meningkat
Kemampuan berkemih 1 2 3 4 5

Meningkat Cukup Meningkat Sedang Cukup Menurun Menurun


Noktuuria 1 2 3 4 5
Residu volume urine 1 2 3 4 5
setelah berkemih
13

Distensi kandung 1 2 3 4 5
kemih
Dribbiling 1 2 3 4 5
Hesitancy 1 2 3 4 5
Enuresis 1 2 3 4 5
Verbalisasi pengeluaran 1 2 3 4 5
tidak tuntas

Memburuk Cukup Memburuk Sedang Cukup Membaik Membaik


Frekuensi berkemi 1 2 3 4 5
Sensasi berkemih 1 2 3 4 5

Eliminasi Urine L.04034


Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Menurun Sedang Cukup Meningkat Meningkat
Sensasi berkemih 1 2 3 4 5

Meningkat Cukup Meningkat Sedang Cukup Menurun Menurun


14

Desakan berkemih 1 2 3 4 5
(urgensi)
Distensi kandung kemih 1 2 3 4 5
Berkemih tidak tuntas 1 2 3 4 5
(hesitancy)
Volume residu urine 1 2 3 4 5
Urine menetes (dribbling) 1 2 3 4 5
Nokturia 1 2 3 4 5
Mengompol 1 2 3 4 5
Enuresis 1 2 3 4 5
Disuria 1 2 3 4 5
Anuna 1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Memburuk Sedang Cukup Membaik Membaik


Frekuensi BAK 1 2 3 4 5
Karakteristik urine 1 2 3 4 5

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan makan (Domain 2/Kelas 1/KD 00002)
Nafsu Makan 1014
15

Definisi: Keinginan untuk makan


SKALA TARGET LUARAN: Dipertahankan pada ______ Ditingkatkan ke_____
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu
SKALA LUARAN KESELURUHAN 1 2 3 4 5
Hasrat/keinginan makan 1 2 3 4 5
Mencari makan 1 2 3 4 5
Menyenangi makanan 1 2 3 4 5
Merasakan makanan 1 2 3 4 5
SKALA LUARAN KESELURUHAN
Energi untuk makan 1 2 3 4 5
Intake makanan 1 2 3 4 5
Intake nutrisi 1 2 3 4 5
Intake cairan 1 2 3 4 5
Rangsangan untuk makan 1 2 3 4 5

Status Nutrisi: asupan Makanan & cairan 1008


Definisi: jumlah makanan dan cairan yang masuk ke dalam tubuh lebih dari suatu periode 24 jam
SKALA TARGET LUARAN: Dipertahankan pada _____ Ditingkatkan ke _____
16

Tidak Sedikit Cukup Sebagian Sepenuhnya


Adekuat Adekuat Adekuat besar adekuat adekut
SKALA LUARAN KESELURUHAN 1 2 3 4 5
Asupan makanan secara oral 1 2 3 4 5
Asupan cairan secara oral 1 2 3 4 5

3. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi (Domain 2/Kelas 5/KD 00026)
Keseimbangan cairan 0601
Definisi: Kesimbangan asupan dan luaran cairan dalam tubuh
SKALA TARHET LUARAN: Dipertahankan pada ____ Ditingkatkan ke _____
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu
SKALA LUARAN KESELURUHAN 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Berat badan stabil 1 2 3 4 5
Keseimbangan intake dan ouput dalam 24 1 2 3 4 5
Jam
17

Fungsi ginjal 1 2 3 4 5
Berat jenis urin 1 2 3 4 5
Ouput urin 1 2 3 4 5

Keparahan cairan berlebihan 0603


Definisi: Keparahan tanda dan gejala kelebihan cairan intraselular dan cairan ekstraseluler
SKALA TARHET LUARAN: Dipertahankan pada ____ Ditingkatkan ke _____
Berat Cukup Berat Sedang Ringan Tidak ada
SKALA LUARAN KESELURUHAN 1 2 3 4 5
Edema periorbital 1 2 3 4 5
Edema tangan 1 2 3 4 5
Edema pada sakral 1 2 3 4 5
Edema pergelangan kaki 1 2 3 4 5
Edema kaki 1 2 3 4 5
Asites 1 2 3 4 5
Edema menyeluruh 1 2 3 4 5
Peningkatan tekanan darah 1 2 3 4 5
Penurunan urin output 1 2 3 4 5
18

Penurunan berat jenis urin secara spesifik 1 2 3 4 5


Penurunan warna urin 1 2 3 4 5

4. Hambatan eliminasi urine b.d obstruksi anatomik (Domain 3/Kelas 1/KD 00016)
Eliminasi Urine 0503
Definisi: Pengumpulan dan pengeluaran urine
SKALA TARHET LUARAN: Dipertahankan pada ____ Ditingkatkan ke _____
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu
Skala Luaran Keseluruhan 1 2 3 4 5
Pola eliminasi 1 2 3 4 5
Jumlah urin 1 2 3 4 5
Mengenali keinginan berkemih 1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Berat Cukup Berat Sedang Ringan Tidak ada
Partikel-partikel urin terlihat 1 2 3 4 5
Darah terlibat dalam darah 1 2 3 4 5
Nyeri saat kencing 1 2 3 4 5
19

Frekuensi berkemih 1 2 3 4 5
Retensi urin 1 2 3 4 5

Kontinensia urin 0502


Definisi: Mengendalikan eliminasi urin dari kandung kemih
SKALA TARHET LUARAN: Dipertahankan pada ____ Ditingkatkan ke _____
Tidak Jarang Kadang- Sering Secara
Pernah menunjukan kadang menunjukkan konsisten
Menunjukkan menunjukkan menunjukkan
Skala Luaran Keseluruhan 1 2 3 4 5
Mengenali keinginan berkemih 1 2 3 4 5
Respon berkemih sudah tepat waktu 1 2 3 4 5
Menggunakan strategi training 1 2 3 4 5
kandung kemih
Mengidentifikasi obat yang 1 2 3 4 5
mengganggu control kemih
Secara Sering Kadang- Jarang Tidak
konsisten menunjukan kadang menunjukkan Pernah
20

Menunjukkan menunjukkan menunjukkan


Urin merembes ketika berkemih 1 2 3 4 5
Menunda berkemih 1 2 3 4 5
Infeksi saluran kemih 1 2 3 4 5

5. Hambatan pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (Domain 3/Kelas 4/KD 00030)
Status Pernafasan 0415
Definisi: Proses keluar masuknya udara ke paru-paru serta pertukaran karbondioksida dan oksigen di alveoli
SKALA TARHET LUARAN: Dipertahankan pada ____ Ditingkatkan ke _____
Deviasi Deviasi yang Deviasi Deviasi Tidak ada
berat dari cukup cukup sedang dari ringan dari deviasi dari
kisaran berat dari kisaran kisaran kisaran
normal kisaran normal normal normal normal
Skala Luaran Luaran 1 2 3 4 5
Frekuensi pernapasan 1 2 3 4 5
Irama pernapasan 1 2 3 4 5
Kedalaman inspirasi 1 2 3 4 5
Suara auskultasi nafas 1 2 3 4 5
Saturasi oksigen 1 2 3 4 5
Sangat berat Berat Cukup Ringan Tidak ada
21

Penggunaan otot bantu nafas 1 2 3 4 5


Suara nafas tambahan 1 2 3 4 5
Pernapasan cuping hidung 1 2 3 4 5

Status Pernapasan: Ventilasi 0403


Definisi: keluar masuknya udara dari dan ke dalam paru
SKALA TARHET LUARAN: Dipertahankan pada ____ Ditingkatkan ke _____
Deviasi Deviasi yang Deviasi Deviasi Tidak ada
berat dari cukup cukup sedang dari ringan dari deviasi dari
kisaran berat dari kisaran kisaran kisaran
normal kisaran normal normal normal normal
Skala Luaran Luaran 1 2 3 4 5
Frekuensi pernapasan 1 2 3 4 5
Irama pernapasan 1 2 3 4 5
Kedalaman inspirasi 1 2 3 4 5
Suara perkusi nafas 1 2 3 4 5
Tes faal paru 1 2 3 4 5
Sangat berat Berat Cukup Ringan Tidak ada
Penggunaan otot bantu nafas 1 2 3 4 5
Suara nafas tambahan 1 2 3 4 5
22

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Inkontinensia urin berlebih b.d obstruksi jalan keluar (D.0043)
Katerisasi urine 1.04148
Tindakan
Observasi
- Periksa kondisi pasien
Terapeutik
- Siapkan peralatan, bahan-bahan dan ruangan tindakan
- Siapakan pasien : bebaskan pakaian bawah dan posisikan dorsal rekumben.
- Pasang sarung tangan
- Bersihkan daerah perineal atau preposium dengan cairan Nacl atau aquades.
- Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan prinsip aseptic
- Isi balon dengan Nacl 0,9 % sesuai ajuran pabrik
- Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau paha
- Pastikan kantung urine ditempatkan lebih rendah dari kandung kemih.
- Berikan label waktu pemasangan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urine
- Anjurkan menarik napas saat insersi selang kateter

Perawatan inkontinensia urine 1.04163


Tindakan
Observasi
23

- Identifikasi penyebab inkontinensia urine


- Identifikasi perasaan dan persepsi pasien terhadap inkontinensia urine yang dialaminya
- Monitor keefektifan obat, pembedahan dan terapi modalitas berkemih
- Monitor kebiasaan BAK
Terapeutik
- Bersihkan genital dan kulit sekitar secara rutin
- Berikan pujian atas keberhasilan mencegah inkontinensia
- Buat jadwal konsumsi obat-obat diuretic
- Ambil sampel urine untuk pemeriksaan urine lengkap atau kultur
Edukasi
- Jelaskan definisi, jenis inkontinensia, penyebab inkontinensia urine
- Jelaskan program penanganan inkontinensia urine
- Jelaskan jenis pakaian dan lingkungan yang mendukung proses berkemih
- Anjurkan membatasi konsumsi cairan 2-3 jam menjelang tidur
- Ajarkan memantau cairan keluar dan masuk serta pola eliminasi urine
- Anjurkan konsumsi buah dan sayur untuk menghindari konstipasi

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan makan (Domain 2/Kelas 1/KD 00002)
Pemberian Nutrisi Total Parenteral 1200
Definisi : Pemberian nutrisi melalui intravena serta pemantauan respon pasien
Aktivitas-aktivas
- Pastikan inssersi intravena cukup paten untuk pemberian nutrisi intravena.
- Hindari penggunaan jalur intravena untuk cairan infuse lainnya (misalnya, tranfusi darah dan pengambilan
darah).
- Monitor masukan dan output cairan.
- Monitor urine apakah mengandung glukosa, badan-badan keton, dan protein.
24

Manajemen gangguan makan 1030


Aktivitas-aktivitas
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan rencana perawatan dengan melibatkan klien dan
orang-orang terdekatnya dengan tepat.
- Ajarakan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien.
- Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang disukai bersama dengan ahli gizi.

3. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi (Domain 2/Kelas 5/KD 00026)
Monitor cairan 4130
Aktivitas-aktivitas
- Tentukan jumlah dan jenis intake cairan serta kebiasaan eliminasi.
- Tentukan faktor-faktor risiko yang mungkin menyebabkan ketidakseimbangan cairan.
- Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urin
- Monitor kadar serum dan osmolalitas urin.
- Perbaiki alat medis yang bermasalah (misalnya, kateter tertekuk atau terblokir) pada pasien yang mengalami
berhenti mendadak mengeluarkan urin.
- Berikan agen farmakologis untuk meningkatkan pengeluaran urin.

Manajemen cairan 4120


Aktivitas-aktivitas
- Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
- Masukkan kateter urin.
- Kaji lokasi dan luasnya edema, jika ada
25

- Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala kelebihan volume cairan menetap atau memburuk.

4. Hambatan eliminasi urine b.d obstruksi anatomik (Domain 3/Kelas 1/KD 00016)
Manajemen eliminasi 0590
Aktivitas-aktivitas
- Monitor eliminasi urin termasuk frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna.
- Pantau tanda dan gejala retensi urin.
- Ajarkan pasien untuk minum 8 gelas perhari pda saat makan, diantara jam makan dan disore hari.
- Intruksi untuk segera merespon keinginan mendesak untuk berkemih.

Bantuan berkemih 0640


Aktivitas-aktivitas:
- Pertimbangan kemampuan dalam rangka mengenal keinginan untuk BAK.
- Berikan pendekatan 15 menit interval yang disarankan untuk bantuan berkemih.
- Tetapkan (maksimum 3 kali) untuk menggunakan toilet atau pengganti toilet, tanpa melihat dari status
konstinensia.
- Diskusikan catatan konstinensia dengan staf untuk memberikan penguatan dan dukungan kepatuhan terhadap
jadwal berkemih yang tepat perminggunya dan sesuai dengan kebutuhan.

5. Hambatan pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (Domain 3/Kelas 4/KD 00030)
Bantuan ventilasi 3390
Aktivitas-aktivitas
- Pertahankan jalan napas.
- Posisikan (pasien) untuk mngurangi dispnea.
26

- Auskultasi suara nafas, catat area-area penurunan atau tidak adanya ventilasi, dan adanya suara tambahan.
- Ajarkan teknik pernapasan dengan mengerucutkan bibir, dengan tepat.
- Ajarkan teknik pernapasan dengan tepat.

Terapi oksigen 3320


Definisi: Pemberian oksigen dan pemantauan mengenal efektivitasnya
Aktivitas-aktivitas
- Pertahankan kepatenan jalan napas.
- Monitor aliran oksigen.
- Monitor efektivitas terapi oksigen (misalnya, tekanan oksimetri, (ABGs) dengan tepat.
- Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai penggunaan oksigen tambahan selama kegiatan dan/atau
tidur.
27

DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan, I., Rsup, A., Kandou, P. R. D., Hidayani, A. R. E., Umboh, A.,
Skripsi, K., Kedokteran, F., Sam, U., Manado, R., Sam, U., & Manado, R.
(2016). Profil glomerulonefrotik akut pasca streptokokus pada anak
Manado, R. D. K., Umboh, V., Umboh, A., & Manado, R. D. K. (2018).
Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut pada Anak di RSUP Prof . Dr . 10,
185–189.
Mancilla, V. Z., Chesney, R. W., & Wyatt, R. J. (n.d.). nephrotic syndrome
related to systemic disorders. https://doi.org/10.1007/s00467-010-1554-6
medical journal of the christian university of indonesia. (2014). MAJALAH
KEDOKTERAN.
Pasek, M. S. (2013). GLOMERULONEFROTIK AKUT PADA ANAK PASCA
INFEKSI. 311–315.
Sanusi, H., Umboh, A., & Umboh, V. (2019). Jurnal KEDOKTERAN KLINIK
(JKK), Volume 3 No 2, Juli - Desember 2019. 3(2), 22–26.
Hediyenin, Novie. 2012. Waspadai Batu Ginjal dan Saluran Kemih.
http://www.dokterkuonline.com/index.php/article/72-waspadai-batu-ginjal-
dan-saluran-kemih. Diakses pada tanggal 10 Maret 2021. Jam: 18:14 WIB

Anda mungkin juga menyukai