Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN IDEOPATIK TROMBOSITOPENI PURPURA PADA


ANAK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

1. Ricka Ardila Susanti


2. Putu Santika Dewi
3. Ni Made Sri Wahyuni
4. Devi Harmita
5. Erna Sri Lestari
6. Khotimatul Mu`alifah
7. Liliatul Maulidina
8. Mislikah Ida Mugi R
9. Nathaya Enggar Ningrum
10. Nia Puspita Utami
11. Nivea Paula Dewi
12. Nunink Tri Nur Lili
13. Diyah Septina Hartiwi
14. Efi Ika Elyariza
15. Elia Ratnawati
16. Eva Kurniasari
17. Galih Mahendra W

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PRODI PROFESI NERS
.... JULI 2018
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Ideopatik Trombositopeni

Purpura Pada Anak” telah disetujui oleh dosen pembimbing Keperawatan Anak pada

Tanggal : …….. Juli 2018

Dosen Pembimbing

……………………

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 2
C. TUJUAN ............................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 4
A. Konsep Dasar Ideopatik Trombositopeni Purpura (ITP) ................................... 4
1. Pengertian ITP ................................................................................................ 4
2. Etiologi ........................................................................................................... 8
3. Patofisiologi.................................................................................................... 9
4. Pathway ........................................................................................................ 11
5. Manifestasi Klinis......................................................................................... 12
6. Komplikasi ................................................................................................... 15
7. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 16
8. Penatalaksanaan Medis ................................................................................. 17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................... 25
A. Pengkajian ........................................................................................................ 25
B. Riwayat Keperawatan ...................................................................................... 27
C. Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 28
D. Intervensi Keperawatan .................................................................................... 29
BAB III STUDI KASUS ............................................................................................. 35
A. Identitas ............................................................................................................ 35
B. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................ 40
ii
C. Analisa Data ..................................................................................................... 42
D. Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 44
E. Intervensi .......................................................................................................... 44
BAB IV KESIMPULAN & SARAN .......................................................................... 48
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 48
B. Saran ................................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 50

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah

dengan judul “Asuhan Keperawatan Ideopatik Trombositopeni Purpura Pada Anak”

disusun dalam rangka memenuhi tugas Keperawatan Anak

Dalam menyusun makalah, berbagai upaya telah penulis lakukan,namun tentu

saja masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan masukan demi

penyempurnaan makalah ini akan penulis terima dengan tangan terbuka. Tak lupa

penulis sampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, khususnya kepada :

1. Kepala Prodi Profesi Ners yang telah memberikan kesempatan untuk belajar di

Politeknik Kesehatan Semarang Prodi Profesi Ners

2. Dosen Keperawatan Anak yang telah memberikan bimbingan dan membantu

dan memberikan motifasi untuk terwujudnya makalah ini.

3. Keluarga tercinta yang telah membantu dan memberikan motifasi sehingga

terwujud makalah ini.

4. Rekan-rekan di Profesi Ners

5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

iv
Harapan penulis,semua makalah yang cukup singkat dan sederhana ini dapat

bermanfaat bagi para rekan-rekan dan dunia pendidikan pada umumnya.

Amin.

Semarang, ... Juli 2018

Penulis

v
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

ITP atau Imun (Idiopatik) Trombositopeni Purpura (Immune

Thrombocytopenic Purpura = Primary Essential Thrombocytopenic Purpura =

Purpura Hemmorrhagica = Werlhof’s Diseases) adalah penyakit purpura

disertai dengan penurunan jumlah trombosit. ITP ditemukan pertama kali pada

orang dewasa tahun 1735 oleh Werlhof. Dia menemukan seorang pasien yang

mengalami pendarahan mendadak yang spontan seperti petekiae, ekimosis dan

pendarahan membran mukosa. Pasien ini mengalami remisi spontan dan

lengkap, sedangkan penyakit purpura yang terjadi pada saat itu seperti typhoid

fever dan plague tidak mengalami remisi spontan. Pada kasus ITP terjadi

trombositopeni yang diakibatkan oleh meningkatnya destruksi trombosit

karena reaksi imun. Antibodi yang berperan adalah IgG. Tahun 1951

Harrington menemukan bahwa transfusi plasma maupun whole blood dari

pasien ITP dapat menginduksi trombositopeni pada orang normal. ITP dapat

menyerang anak-anak dan dewasa. ITP pada anak biasanya adalah bentuk akut

yang dapat sembuh spontan dalam beberapa bulan, bentuk kronis didapatkan

pada dewasa dan memiliki onset yang lebih lambat.

Trombositopeni adalah penurunan jumlah trombosit yang disebabkan

oleh : artifactual thrombocytopenia, penurunan produksi trombosit,

1
2

peningkatan destruksi trombosit, dan distribusi abnormal dari trombosit/pooling.

Trombositopeni yang terjadi dalam ITP disebabkan oleh peningkatan destruksi

trombosit karena reaksi autoimun. Sistem imun mengenali trombosit sebagai benda

asing dan dihancurkan di limpa serta di hepar. Penghancuran trombosit akan

menyebabkan trombositopeni karena pembentukan antibodi IgG anti-trombosit. ITP

menyebabkan pendarahan masif pada : waktu operasi, kehamilan terutama dengan pre-

eklamsia, pendarahan intraserebral, menorrhagia dan pencabutan gigi. ITP tidak selalu

menyebabkan pendarahan masif, seringkali hanya berupa pendarahan-pendarahan

ringan misal petekiae pada kulit, mukosa mulut, kaki, epistaksis dan gusi berdarah.

Pasien yang sering mengalami pendarahan ringan dapat mengalami anemia karena

kehilangan darah yang terus-menerus. Pasien dengan jumlah trombosit dibawah

10.000/mm3 mempunyai resiko tinggi terjadi mortalitas dan morbiditas akibat

pendarahan yang terjadi. Perjalanan klinis ITP akut bersifat ringan, kurang dari 6 bulan

dan dapat sembuh sendiri. ITP kronis terjadi lebih dari 6 bulan dan memerlukan terapi

untuk memperbaiki kondisi trombositopeninya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan ITP?

2. Apa penyebab ITP?

3. Bagaimana manifestasi klinis ITP?

4. Bagaimana patofisiologi ITP?

5. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada kasus ITP ?


3

C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian ITP

2. Mengetahui penyebab ITP

3. Mengetahui bagaimana manifestasi klinis ITP

4. Mengetahui bagaimana patofisiologi ITP

5. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan ITp


BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Ideopatik Trombositopeni Purpura (ITP)

1. Pengertian ITP

Iditopatik Trombositopenic Purpura (ITP) adalah gangguan hemoragik

yang ditandai dengan 1) Penghancuran platelet yang berlebihan

(Trombositopenia) 2) Purpura (perbahan warna yang disebabkan oleh ptechiae

dibawah kulit 3) sumsum tulang yang normal dengan peningkatan pada trombosit

muda (Wong, 2011).

ITP merupakan penyebab pal ing umum gangguan hemoragik dan

penurunan jumlah trombosit da lam sirkulasi. (Kapita Selekta, 2008 :

1035) ITP adalah trombositopeni dengan peny ebab proses imun (a danya

antibodi terhadap trotnbosit). (Wiwik dan Sulistyo, 2008 : 129)

ITP merupakan s ngkatan dari Idiopa tik Tro1nbositopenia

Purpura. Idiopatik artinya penyebabnya tidak diketahui. Trombositopenia

merupakan berkurangnya jurnlah b·ombosit da larn darah atau darah tid ak

metnpunyai platelet y ang cukup. Purp ura a1tinya perdarahan kecil y ang ada

di dalam kulit, 1ne1nbrane mukosa atau pem1uka an serosa (Dorland , 2009)

Trombositopenia a dalah suatu kekurangan trombo sit, yang

merupakan bagian dari pembekuan darah. ITP adalah jenis trornbositopenia

4
5

berat yang dapat mengancatn kehidupan dengan ju 1nlah trotnbosit <

10.000 1ru113 yang ditanda i dengan mudalmya timbul memar serta

perdar·ahar1 subkutaneus yang 1nultiple. Bia sanya penderita menampakkan

bercak-bercak kecil berwaman ungu. Karena jumlah trombosit sangat rend

ah, maka pembentukan bekuan tidak memadai dan kontriksi pembuluh yang

tidak adekuat.

ITP adalah suatu kea da an perdarahan berupa petekie atau ekitnosis

di ku lit maupun selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penu1unan

jumlah trombosit karena sebab y ang tidak dik etahui. Purpura

Trombositopenia Idiopatika adalah suatu kela in an yang didapat, yang

ditanda i oleh b·o1nbositopenia, purpura, dan etiologi yang tidak jelas. ITP

a dalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenia Purpura . Idiopathic

berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenia berarti darah yang

tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang

merniliki Iuka mernar y ang bany ak (berlebihan)

ITP ada lah syndrome yang di da larnnya terdapat penurunan

jumlah trombosit y a n g bersikulasi dalam keadaan sum-sum normal. ITP

adalah suatu kea da an perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kul it

I selaput lendir dan berbagai jarin gan dengan penurunan jumlah trombosit

kar·ena sebab yang tidak diketahui. (ITP pada anak sering terjadi pada

umur 2 - 8 tahun), leb ih sering terjadi pada wanita . (Kapita Selekta,


6

2008). ITP ada lah salah satu gangguan perdarahan didapat yang pa ling

umum terjadi.

Adanya trombositopenia pada ITP ini akan mengakibatkan gangguan

pada sistem hemostasis karena trombosit bersatna dengan sistem vaskular

faktor koagulasi darah terlibat secara bersama an dalam 1mempertahankan

hemostasis normal.

Klasifikasi ITP adalah sebaga i berikut (Wiwik dan Sulistyo, 2008 : 130) :

1. Akut

a. Pada anak dan dewasa muda

b. Riwayat infeksi virus 1-3 minggu sebelumnya

c. Gejala pendarahan bersifat mendadak

d. Lama penyakit 2-6 minggu atau 6 bulan, remisi spontan pada 80%

kasus.

e. Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya

2. Kronik

a. Paling banyak terjadi pada wanita muda dan pertengahan

b. Jarang terdapat riwayat infeksi sebelumnya

c. Gejala perdarahan bersifat menyusup, pada wanita berupa

menomethoragi

d. Trombositopeni berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis


7

e. Jumlah trombosit tetap dibawah normal selama penyakit

f. Jarang terjadi remisi spontan

Prognosis ITP sebagai berikut :

1. Pada anak-anak 89% sembuh, 54% sembuh dalam 4-8 minggu, 2%

meninggal.

2. Bila pasien tidak mengalami perdarahan dan memiliki jumlah trombosit

diatas 20.000/UL, harus dipertimbangkan untuk tidak memberikan terapi

karena banyak pasien trombositopenia kronik yang parah dapat hidup

selama dua sampai tiga dekade.

Tabel Perbedaan ITP Akut dengan ITP Kronik

(Bakta, 2006; Mehta , et. al, 2006)

Perbedaan ITP AKUT ITP KRONIS


Awal penyakit 2-6 tahun 20-40 tahun
Rasio L : P 1:1 1:2-3
Trombosit <20.000/mL 30.000-100.000/mL
Lama Penyakit 2-6 minggu Beberapa tahun
Perdarahan Berulang Beberapa hari/ minggu

Orang dengan ITP kronis yang tidak berespon terhadap penanganan

mempunyai resiko perdarahan intracranial (Brunner & Syddarth, 2001). Adapun

insiden yangditemui antara lain :

a. Insiden puncak terdapat pada usia 2 sampai 6 tahun.


8

b. Gangguan ini lebih banyak mengenai pada wanita.

c. Sekitar 80 gangguan ini pada anak adalah dari jeni s akut.

d. Insidennya m usiman, lebih sering terjadi dalam musim dingin dan musim

sem i.

e. 50-85% anak yang t erkena me miliki penyakit virus sebelumnya.

f. 10 -25% anak-anak y ang terkena m enderita gangguan yang kr onik. (Betz,

Cecily L. 2002)

2. Etiologi

Banyak hal yang dapat melatarbelakangi terjadinya trombositopenia.

Pada kondisi normal, sumsum tulang akan memproduksi dan menggantikan

trombosit yang sudah rusak. Tetapi jika mengalami trombositopenia, jumlah

trombosit dalam darah penderita tidak mencukupi angka yang seharusnya.

Kekurangan ini dapat disebabkan oleh produksi trombosit yang menurun

atau proses hancurnya trombosit lebih cepat dari proses produksi. Kondisi ini

dapat dipicu oleh beberapa faktor yang meliputi:

1. Penyakit tertentu, seperti kanker darah, limfoma, atau purpura

trombositopenik trombotik.

2. Kelainan darah, contohnya anemia aplastik.

3. Konsumsi alkohol yang berlebihan.

4. Proses kemoterapi atau radioterapi.


9

5. Infeksi virus, seperti HIV, cacar air, dan hepatitis C.

6. Infeksi bakteri dalam darah.

7. Obat-obatan tertentu, misalnya heparin, kina, atau obat antikonvulsan.

8. Kondisi autoimun, contohnya lupus.

Trombositopenia juga dapat muncul ketika banyak trombosit yang

terperangkap dalam limfa yang membengkak. Ini bisa terjadi pada seorang

wanita selama masa kehamilan. Tetapi kondisi ini akan berangsur-angsur

membaik setelah wanita tersebut melahirkan (Alodokter, 2016).

3. Patofisiologi

Trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang

diakibatkan oleh obat (seperti yang ditemukan pada kinidin dan senyawa emas)

atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringnnya sendiri).

Antibodi tersebut menyerang trombosit sehingga lama hidup trombosit

diperpendek. Seperti kita ketahui bahwa gangguan–gangguan autoimun yang

bergantung pada antibodi manusia, paling sering menyerang unsur-unsur darah,

terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini terkait dengan penyakit ITP,

yang memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam sirkulasi dengan trombosit

hospes.

Meskipun terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak

menyebabkan lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi


10

bebas. Namun, trombosit yang mengandung molekul-molekul IgG lebih mudah

dihilangkan dan dihancurkan oleh makrofag yang membawa reseptor membran

untuk IgG dalam limpa dan hati. Manifestasi utama dari ITP dengan trombosit

kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petechiae. Petechiae ini dapat

muncul karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit

yang akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan

pembuangan serta penghancuran trombosit oleh sistem makrofag. Agregaasi

trombosit yang terganggu ini akan menyebabkan penyumbatan kapiler-kapiler

darah yang kecil. Pada proses ini dinding kapiler dirusak sehingga timbul

perdarahan dalam jaringan.

Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan

berdasarkan pemeriksaan pada penderita ITP dan orang-orang percobaan yang

menunjukkan kekurangan trombosit berat tetapi singkat, setelah menerima serum

ITP. Trombositopenia sementara, yang ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh

ibu dengan ITP, juga sesuai dengan kerusakan yang disebabkan oleh IgG, karena

masuknya antibodi melalui plasenta. ITP dapat juga timbul setelah infeksi,

khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa peristiwa

pendahuluan dan biasanya mereda setelah beberapa hari atau beberapa minggu

(Wariin, 2014).
11

4. Pathway
12

5. Manifestasi Klinis

Pada purpura trombositopenik idiopatik yang akut, gejalanya dapat timbul

secara mendadak. Sementara pada stadium kronis gejala akan timbul secara perlahan.

Pendarahan biasanya terjadi bila jumlah trombosit <50.000/mm3, dan perdarahan

spontan terjadi jika jumlah trombosit < 10.000/mm3.

Gejala klinis termasuk ptechiae, memar, perdarahan dari selaput lendir dan

perdarahan berkepanjangan akibat lecet. Gejala perdarahan biasanya tidak terjadi

sampai jumlah trombosit lebih rendah dari 20000/mm3. Perdarahan fatal telah

dilaporkan kurang dari 1% dari semua pasien. (Wong, 2011).

Geja la klinis pada klien dengan ITP ya itu (Wiwik dan Sulistyo, 2008 : 131) :

a. Ptek ie, ekirnosis, dan purpura

Peningkatan permeabilitas mengakibatkan keluarnya darah berupa petekie,

purpura,dan ekimosis yang besar. Titik perdarahan yang dapat dilihat pada

permukaan kulit atau pada potongan permukaan organ disebut petekie.

Bercak perdarahan yang lebih besar disebut ekimosis dan keadaan yang

ditandai dengan bercak-bercak perdarahan yang ter sebar luas disebut

purpura.

b. Keletihan, kelemahan dan anoreksia

c. Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik


13

d. Lepuhan kecil berisi cairan y ang ber d iameter kurang dari 0,5 cm.

Sedangkan bulae merupakan lesi menonjol (> 0,5 c m ) yang berisi cairan

serosa di atas dennis.

e. Epitaksis dan pendarah an gusi

Epitaksis terjadi sebagai gejala awal pada s e p e r t i g a dari penderita

anak-anak

f. Menometroraghia

g. Hematuri

Kondisi dimana urin mengandung darah atau sel-sel darah merah.

Keberadaan darah adalah urin biasanya akibat perdarahan di suatu

tempat di sepanjang saluran kemih . Pendarahan traktu s urinarius cukup

jarang terja di pa da penderita ITP.

h. Melena

Pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti akibat

pendarahan pa da saluran pencemaan.

i. Pendarahan intrakranial (merupakan penyulit berat, terjadi 1% pada

kasus).

j. Tidak ada limfadenopati

Limfadenopati merupakan proses penyakit yang menyerang satu

atau beberapa kelenjar bening.


14

k. Spenomegali ringan, pembesaran limfa dua kali ukuran normal. Merupakan

bentuk patologi, pembesaran pada limpa terjadi karena adanya peningkatan

jumlah sel fagosit dan jumlah sel darah. Limpa memiliki peranan penting

dalam pathogenesis pada ITP. Limpa merupakan terutama produksi

antibodi, antitrombosit dan deslluksi trombosit yang dilapisi oleh Ig G.


15

6. Komplikasi

Komplikasi dari ITP yang paling sering terjadi adalah perdarahan. Apabila

perdarahan terjadi di otak (perdarahan intrakranial), efeknya bisa mematikan.

Sedangkan komplikasi dari ITP kronis dan parah akan muncul sebagai akibat dari

pengobatan yang dilakukan. Meskipun kortikosteroid cukup efektif dalam

mengobati ITP, obat ini berpotensi menyebabkan efek samping yang berbahaya

jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Contohnya adalah osteoporosis, katarak,

dan kadar gula tinggi yang bisa menyebabkan diabetes tipe 2.

Sedangkan prosedur splenektomi yang membantu mencegah hilangnya

trombosit akan membuat Anda lebih rentan terkena infeksi. Limpa bertanggung

jawab melawan infeksi, jadi apabila limpa diangkat, Anda akan kehilangan salah

satu fungsi alami tubuh dalam melawan infeksi. Penderita ITP yang sedang hamil

umumnya bisa menjalani proses kehamilan dan persalinan yang normal. Namun

jika jumlah trombositnya sangat rendah, perdarahan berlebih pada saat

melahirkan lebih berisiko untuk terjadi. Selain itu, wanita penderita ITP juga

berpotensi memiliki bayi dengan jumlah trombosit yang rendah pula. Jika ini

terjadi, dokter bayi akan mengawasi bayi selama beberapa hari. Jumlah trombosit

bayi akan mengalami penurunan sebelum akhirnya naik kembali. Namun jika

jumlah trombosit bayi masih sangat rendah, penanganan akan dilakukan untuk

mempercepat pengembalian jumlah trombosit pada bayi.


16

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemer iksaan pengobatan pasien dianggap penting karena terdapat beber

apa obat y ang dapat meny ebabkan trombositopenia . Pemeriksaan darah sangat

diperlukan untuk menentukan kadar atau jumlah platelet dalam darah.

Rendahnya jumlah platelet dalam darah dapat meny ebabkan terjadinya

trombositopenia purpura. Prosedur berikutnya yaitu pemeriksaan sumsum tulang

belakang untuk membuktikan bahwa adanya platelet yangadekuat.

Uji laboratorium menunjukkan :

1. Jumlah trombosit menurun sampai kurang dari 40.000 mm3, dan sering

kurang dari 20.000 mm3.

2. Hitung darah lengkap, terdiri dari hemoglobin, hematrokit,leukosit,

trombosit dan eritrosit.

3. Aspirasi sumsum tulang peningkatan megakariosit.

4. Jumlah leukosit-leukositosis ringan sampai sedang; consinofilia ringan.

5. Uji anti bodi trombosit; dilakukan bila diagnosis diragukan:

a. Biopsi jaringan pada kulit dan gusi: diagnostik.

b. Uji anti bodi.

c. Pemeriksaan dengan slip lamp: untuk melihat adany a uveitis.

d. Biopsi ginjal: untuk mendiagnosis keterlib atan ginjal

e. Foto thorax dan uji paru: diagnostik untuk manifestasiparu (evusi,

fibrosis interstitial paru) ( Betz, Cecily, 2002).


17

8. Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan pada ITP ini adalah m engurangi produksi antibodi

dan destruksi trombosit, serta m eningkatkan dan me mpertahankan ju mlah

trombosit. Penatalaksanaan m edis dari ITP y ang diduga penyebabnya

bersumber dari penggunaan obat, maka penggunaan obat tersebut harus

dihentikan. Seb agian besar ka sus ITP pada an ak tidak perlu dirawat di

R u m a h sakit, oleh karena dapat sembuh sempuma secara spontan dalam

waktu kurang dari 6 bulan . Pada bebera pa kasus ITP pa da anak

didapatkan perdarahan kulit yang menetap , perdarahan mukosa, atau

perdaran internal yang m e n ga nc a m jiwa y ang memerlukan tindakan atau

pengobatan segera.

Transfusi trombosit jarang dilakukan dan bia sanya tidak efektif,

karen a trombosit y ang ditransfusikan langsung dirusak .Pada penderita

y ang jumlah trombositnya tidak mencapai nilai normal da lam 6 b ulan ,

maka diagnosa berubah menjadi ITP kronik. Perdarahan yang serius jarang

didapatkan pa da ITP, insiden perdarahan otak p a da ITP dalam minggu

p e r t a m a hanya berkisar 0,1-0,2%, namun meningkat 1% pada mereka

dengan jumlah trombosit kurang dari 20.000/tnm3 setelah 6-12 bulan.

Pen atalaksanaan IT P pada anak meliputi tindakan suportif dai1

terapi f arm akologis.Tindakan suportif m erupakan hal yang sangat penting

dalam penatalaksanaa n ITP pada anak, diantaranya m e mbatasi aktif itas


18

fisik, m encegah perdarahan akibat trauma, m enghindari obat y an g dapat

menekan produksi trombosit atau m erubah fungsinya, dan y ang tidak kalah

penting adalah me mberi pengertian pada penderita dan orang tua tentang

peny akitnya.

Tindakan preventif ini untuk mencegah terjadinya komplikasi dan

meningkatnya tingkat keparahan .

a. Memb eri pengertian pada pa sien dan atau orang tua tentang

penyakitnya .

b. Membatasi gerakan fisik

c. Mencegah pendarahan akibat trauma

d. Melindungi dari Iuka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan

e. Menghindari ob a t - obatan seperti aspirin atau ibuprofen y ang

dapat mempengaruhi platelet dan meningkatkan risiko pendarahan

f. Menghindari obat yang dapat menekan produksi trombosit atau

mengubah fungsinya

Terapi farmakologi;

a. Apabila terjadi gangguan produksi trombosit, maka tranfusi trombosit

mena ikkkan angka trombosit dan menghentikan perdarahan atau

mencegah perd arahan intracranial.


19

b. Kortikosteroid merupakan pengobatan pilihan untuk ITP, perdarahan

akan berhenti dalam 1 sampai 2 hari, angka trombosit akan meningkat

dalam seminggu atau lebih.sekitar 3/4 kortikosteroid memberikan respon,

namun jika di hentikan akan terjadi relaps. Dapat diberikan imunoglobin

intravena pada pasien yang tidak berespons terhadap kortikosteroid.

Pengobatan tersebut potensial memb erikan efek samping yang serius,

sehingga penting bagi kita untuk mempertimbngkan resiko-resiko

tersebut agar tidak merugikan pasien .

c. Pengangkatan splenektomi atau limpa merupakan pengobatan alternative

yang dapat menimbulkan remisi jangka panjang 75% p asien.

d. Perdarahan otak pa da ITP tidak selalu berakibat fatal,dan pengobatan

tidak mengurangi risiko terjadinya perdarahan otak pada ITP.

e. Jika terjadi perdarah an yang lebih berat berat (epistaksis, perd arahan

kulit yang luas,perdarahan gusi serta melena) , diberi prednison 60 mg/m2

/hr selama 4 minggu dan suspensi trombosit jika dicurigai ada perdarahan

intra krania l. Bila tidak terjadi kesembuhan dalam waktu 12-24 minggu

maka pengobatan prednison diberikan bersama azathiophrine 1-2 mg/kg

bb, Pada ITP kronis diberi IVIG 400-600 mg/kgbb/hr selatna 3-5 hari.

f. Buchanan dan Holtkamp Obat-obat yang dapat 1menyebabkan

trombositopeni adalah obat yang dapat menurunkan produksi trotnbosit ;

Obat-obat kemoterapi, Thiazide, Alkohol, Estrogen, Klora1nfenikol.


20

Radiasi Obat yang dapat meningkatkan destruksi trombosit, Sulfonamid,

Quinidine, Quinine, Carbamazepin, Asam Valproat, Heparin, Digoksin.

Sedangkan, obat yang berhubungan dengan perubahan fungsi trombosit ;

Aspirin, Dipiridamol.

g. Sebagian dokter meyakini perja lanan alami yang ringan penyak it

tersebut dan menganjurkan pengobatan hanya untuk mereka yang

mengalami perdarahan secara klinis berupa petekie dan atau purpura yang

banyak sampai perdarahan hebat yang mengancarn jiwa. Sedangkan

sebagian yang lain menganjurkan tindakan dan p engobatan dini pa da

semua anak dengan trombosit kurang dari 20.000- 30.000/mm3 tanpa

menghiraukan tingkat perdarahan.

Tranfusi darah , dimana darah y ang mengandung bany ak trombosit

merupakan hal penting dalam perawatan penderita dengan kelainan he m atologis

dan merupakan s u a t u terapi suportif y ang akan m enentukan dalam tindakan

atau pengobatan selanjutny a. Tr ombost diberi bila terjadi trombositopenia ber at

dan perdarahan m a ss if ( Mansjoer , 2000).

Tindakan control infeksi perlu dilakukan jika tejadi inf eksi mata.

Penatalaksanaan lain dari ITP tergantung dari gejala y ang muncul. Dalam beber

apa kasus terapi pengobatan sangat dibutuhkan. Pengobatan pada IT P dapat

m enggunakan "prednison" atau ter api IV d ari gaina globulin untuk

m eningkatkan juml ah platelet lebih cepat. Kortikosteroid mer upakan pengobatan


21

pilihan untuk ITP, perdarahan akan berhenti dalam 1


1-2 hari dari angka tr ombosit

akan m eningkat dalam seminggu atau lebih. Sekitar 3/4 pasien berespon

terhadap kortikosteroid, namun dapat m engalami relaps (kembalinya penyakit

setelah tampak mereda) ketika obat dihentikan (Suraatmaja , 2000).

Dapat diberikan imunoglobulin IV pada pasien y ang tidak berespon

terhadap kortikoster oid. Preparat Imunoglobul in y ang digunakan m engandtmg

lebih d ari 95% gamm a-globulin dalam bentuk monom erik. Meskipun

kesimpulan akhir m ekanisme kerjanya belum ter ungkap, tetapi ada beberapa

pendapat y ang telah dike mukakan yaitu :

1. 1Melindungi permukaan trombosit, m embungk usnya dengan

Imunoglobulin non spesifik, sehingga PAIgG , antigen spesif ik,

ataupun antigen-antibodi tidak dapat melekat pada permukaan trombosi

2. Menurunkan Produksi PAIgG

3. Memblokade Fc reseptor di RES

4. Dapat mengatasi penekanan trombopoetik yang disebabkan oleh

kortikosteroid apabila pengobatan konservatif sebelumnya telah

menggunakan preparat ini

Indikasi :

a. ITP kronik atau berulang pada anak

b. ITP kronik dengan indikasi-kontraindikasi splenoktomi


22

c. Penderita ITP yang telah menjalani splenoktomi, ataupun pengobatan

konservatifdimana remisi sempurna tidak tercapai.

d. Sebagai persiapan pra bedah terutama bila sebelumnya didapat

perdarahan berat.Dalam hal ini diberikan sekitar 3 minggu sebelum

splenektomi dilaksanakan.

e. Dapat diberikan pada penderita berobat jalan.

Di samping indikasi di atas ternyata imunoglobulin ini jug a bermanfaat

pada kasus ITP akut dan lsoitn1nune Neonatal Thrombo cytopenia Indikas i-

kontra: sampai saat ini belum diperoleh laporan tentang indikasi-kontra

penggunaan Imunoglobulin.

Cara dan dosis pemberian:

Pemberian 1 : 11,5 gram/KgBB/hari intravena, diberikan selama 1-4 jam dalam 3-5

hari berturut-turut.

Ulangan : 1-1,5 gram/kgBB intravena, diberikan dengan interval 1-2 minggu. Sediaan

Immunoglobulin yang telah digunakan antara lain : Gammabulin Immuno dan

Endobulin, Sandoglobulin, Gammagard dan Gamimune.

Pengangk atan limfa / splenoktomi mer upakan penanganan alternative yang

dapat m enimbulkan remisi (m eredany a gejala peny akit) jangka panjang

pada 75% pasien, m eskipun dapat terjadi pula kekambuhan terhadap

trombositopenia dalam beberapa bulan atau tahun k emudian . Tindakan ini


23

dilakukan jika pasien menderita ITP lebih dari 1tahtm atau anak itu sudah

berusia lebih dari 5tahun (Betz, Cecily L. 2002).

1. Mekanisme ker ja:

Seperti telah diketahui, limpa m erupak an salah satu organ

pembentuk PAIgG, dan sebali.kny a juga m erupakan te mpat

penghancuran PAIgG tersebut. Dengan diangkatny a limpa diharapkan

pembentukan PA IgG berk urang , dan penghancur an PA IgG atau

tr ombosit di limpa tidak ada lagi; akibatnya trombosit m eningkat, dan

permeabilitas kapiler mengalami perbaikan.

2. Indikasi:

a. ITP kr onik y ang sedang dan berat

b. ITP kronik y ang diobati secara konservatif ternyata gagal mencapai re misi

setelah 6-12 bu lan, atau mengalami relaps 23 kali dalam setahun, atau

tidak me mberi respons terhadap pengobatan konservatif

3. Kontra indikasi

a. Penderita ITP kronik y ang juga menderita penyakit akut atau berat lainnya.

b. Penderita ITP kr onik disertai peny akit jantung atau hal lain y ang

merupakan kontra indikasi bagi setiap tindak an bedah.

c. Usia kurang dari 2 tahun, sebab kemungkinan terjadinya inf eksi ber at atau

sepsis sangat besar.


24

4. Pasca splenektomi

a. Penilaian terhadap basil splen ektomi menurut perbaikan klinis dan

hitung trombosit dilakukan 6-8 minggu ke mudian. Dan basil y ang

diperoleh ternyata + 80% mengala mi re misi sempurna

b. Penyulit pasca splenektomi: Pada m asa kurang dari 2 m inggu berupa

sepsis dan perdarahan , sedangkan lebih dari 2 minggu ber upa peny akit

inf eksi berat.


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan menurut Santosa (2006) adalah sebagai berikut :

A. Pengkajian

a) Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.

b) Tanda-tanda perdarahan

- Petekie terjadi spontan.

- Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.

- Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.

- Hematuria. (seperti kencing darah)

- Perdarahan gastrointestinal.

c) Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.

d) Aktivitas / istirahat.

Gejala : - keletihan, kelemahan, malaise umum.

- toleransi terhadap latihan rendah.

Tanda : - takikardia / takipnea (pernapasan yang sangat cepat), dispnea pada

beraktivitas / istirahat.

- kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

e) Sirkulasi.

Gejala : - riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis

25
26

- palpitasi (takikardia kompensasi).

Tanda : – TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.

f) Integritas ego.

Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan:

penolakan transfusi darah.

Tanda : Depresi.

g) Eliminasi.

Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.

Tanda : distensi abdomen.

h) Makanan / cairan.

Gejala : - penurunan masukan diet.

- mual dan muntah.

Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.

i) Neurosensori.

Gejala : – sakit kepala, pusing.

- kelemahan, penurunan penglihatan.

Tanda : - epistaksis.

- mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal).

j) Nyeri / kenyamanan.

Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.


27

Tanda : takipnea, dispnea.

k) Pernafasan.

Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : takipnea, dispnea.

l) Keamanan

Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah

sebelumnya.

Tanda : petekie, ekimosis

B. Riwayat Keperawatan

a) Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang pada pasien dengan ITP bervariasi tingkat

keparahannya. Gejala biasanya perlahan – lahan dengan riwayat mudah

berdarah dengan trauma maupun tanpa trauma.

b) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu mencakup penyakit yang pernah

diderita oleh pasien sebelumnya.

c) Riwayat Penyakit Keluarga

Pengkajian ini mencakup penyakit keluarga atau penyakit keturunan yang

diderita oleh keluarga pasien.

d) Riwayat Tumbuh Kembang


28

Setiap usia mengalami tumbuh kembang yang berbeda – beda. Remaja

adalah usia transisi karena meninggalkan usia anak – anak yang lemah dan

penuh ketergantungan akan tetapi belum mampu keusia yang kuat dan

penuh tanggung jawab. Dalam tahap perkembangan remaja ini mengalami

perkembangan fisik seperti pertumbuhan tinggi badan yang pesat, payudara

mulai muncul pada remaja perempuan, tumbuhnya rambut di badan.

Perkembangan pada remaja perempuan juga akan mengalami menstruasi

dan remaja akan mengalami perubahan emosional.

C. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit dan

tergangguanya sistem koagulasi darah.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubaan sirkulasi (ekimosis)

3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan meningkatnya kerentanan

pendarahan

4. Ketidakefektifan gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

anemia.

5. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan immobilisasi.

(Cecily, 2009 dan Santosa, 2006)


29

D. Intervensi Keperawatan

Menurut Santosa (2006) intevensi keperawatan pada penderita idiopatik

trombositopenia purpura adalah sebagai berikut :

1. DP 1 : Resiko perdarahan berhubungan dengan Penurunan trombosit dan

tergangguanya sistem koagulasi darah.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami

perdarahan.

Kriteria Hasil :

a) Kulit atau mukosa tidak pucat atau anemis

b) Akral hangat

c) Tidak ada petechie, ekimosis dan purpura

d) Tidaka ada perdarahan pada gusi, epiktasis, melena, hematemesis

e) Jumlah trombosit dalam batas normal

f) TTV dalam batas normal

Intervensi :

a) Observasi tanda-tanda perdarahan seperti petechie, epistaksis, perdarahan

pervagina atau rectal.

b) Beri es atau agen topikal pada daerah yang memar.

c) Anjurkan pasien untuk hati-hati menggosok gigi dan gunakan sikat gigi yang

lembut.
30

d) Jelaskan pada pasien dan keluarga, tanda dan gejala perdarahan berat, dan

perdarahan akut.

e) Kolaborasi dengan dokter dalam :

- Pemeriksaan lab (jumlah trombosit)

- Pemberian obat kortikosteroid

- Observasi trombosit

2. DP 2 : Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubaan sirkulasi

(ekimosis).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas kulit

kembali baik dan iritasi kulit minimal.

Kriteria Hasil :

a) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan, tidak ada luka / lesi pada kuit,

dan perfusi jarinngan baik.

b) Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah

terjadinya cedera beerulang.

c) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan

perawatan alami.

Intervensi :

a) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

b) Hindari kerutan pada tempat tidur

c) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering


31

d) Mobilisasi pasien tiap 2 jam sekali

e) Monitor kulit akan adanya kemerahan

f) Oleskan lotion / minyak baby oil pada daerah yang tertekan

g) Monitor status nutrisi pasien

h) Mandikan pasien dengan sebun dan air hangat

3. DP 3 : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan meningkatnya kerentanan

pendarahan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien melakukan aktivitas

dengan terhindar dari resiko cedera

Kriteria hasil :

a) Klien terbebas dari cedera

b) Klien mampu memahami dan mempraktekkan cara atau metode untuk

mencegah cedera

c) Klien dan keluarga mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan atau

perilaku personal untuk menghindari cedera

d) Mampu memodifikasi gaya hidup dengan aktivitas sederhana bebas resiko

cedera

e) Mampu mengenali perubahan status yang ada

Intervensi

a) Kondisikan lingkungan yang aman dan tenang untuk pasien


32

b) Identifikasi kebutuhan keamanan klien, sesuai dengan kondisi fisik dan

fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien.

c) Memodifikasi lingkungan yang berbahaya dan jauhkan dari benda benda

tajam

d) Memasang side rail tempat tidur

e) Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

f) Memberikan penerangan yang cukup dan menempatkan saklar lampu

ditempat yang mudah dijangkau pasien.

g) Anjurkan dan diskusikan dengan keluarga untuk melakukan pengawasan

aktivitas pada klien

h) Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya

perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

4. DP 4 : Ketidakefektifan gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

anemia.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien terbebas dari resiko

injury

Kriteria hasil :

a) Klien terbebas dari cedera

b) Klien mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

c) Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan / perilaku personal

d) Klien mampu menjelaskan cara atau metode untuk mencegah injury / cedera
33

Intervensi :

a) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

b) Membatasi pengunjung

c) Memberikan penerangan yang cukup

d) Mengontrol lingkungan dari kebisingan

e) Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

f) Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien

5. DP 5 : Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang/hilang.

Kriteria Hasil :

a) Mengenali faktor penyebab nyeri, gejala serangan nyeri

b) Menggunakan metode pencegahan nonanalgetik

c) Melaporkan nyeri sudah terkontrol

Intervensi :

a) Kaji tentang nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, frekuensi,

kualitas, intensitas, faktor pencetus)

b) Observasi penyebab ketudaknyamanan dari nonverbal

c) Gunakan strategi komunukasi terapeutik

d) Berikan informasi tentang nyeri, penyebab, berapa lama dan antisipasi

ketergantunagan

e) Ajarkan teknik nonfarmakologok untuk mengurangi nyeri


34

f) Tingkatkan istirahat atau tidur untuk memfasilitasi manajemen nyeri.

6. DP 6 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan immobilisasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat beraktifitas

seperti biasa.

Kriteria hasil :

a) Berpartisipasi dalam aktfitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,

nadi, respirasi.

b) Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri.

Intervensi :

a) Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program

terapi yang tepat.

b) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang dapat dilakukan

c) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktifitas.

d) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang.


BAB III STUDI KASUS

STUDI KASUS

Dilaporkan An. R berjenis kelamin perempuan berumur 3 bulan dengan berat 5,6

kg dan panjang 60 cm yang dirawat di ruang Dahlia. An. R dibawa ke RS X dari tanggal

16 Juli 2018- 22 Juli 2018 dengan diagnosa ITP. Diagnosis ITP akut didasarkan atas

anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.

A. Identitas

1. Identitas Pasien

Nama : An. R

Umur : 3 bulan

Jenis Kelamin: Perempuan

Kebangsaan : Indonesia

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cilandak

2. Identitas Orang Tua Pasien

Keterangan Ayah Ibu

Nama Tn. S Ny. S


Usia 30 tahun 25 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

35
36

Kebangsaan Indonesia Indonesia


Suku Bangsa Jawa Jawa
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan militer Ibu rumah tangga
Alamat Jl. cilandak Jl. cilandak
Penghasilan Rp 5.000.000/bulan -
Hubungan pasien dengan orang tua adalah anak kandung.

Didapatkan keterangan dari ibu pasien (alloanamnesis) pada tanggal 16 Juli


2018.Anamnesis

Keluhan Utama : Timbul bintik-bintik merah sejak 1 hari SMRS

Keluhan Tambahan : Gusi berdarah

1. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang

Sejak ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit orang tua pasien mengaku

secara tiba-tiba muncul bintik-bintik merah di badan pasien bintik-bintik

dirasakan semakin banyak dan kemudian menyebar ke lengan, leher, muka,

dan kaki pasien dalam waktu beberapa jam. Anak kemudian dibawa orangtua

ke UGD RS Marinir Cilandak karena bintik-bintik tersebut tersebar luas di

seluruh tubuh. Orang tua pasien juga mengaku terdapat gusi bagian depan

yang berdarah dan langit-langit mulut anak berwarna biru tua kehitaman, anak

tidak lemas dan mengalami demam, mimisan, muntah darah, BAB dan BAK

berdarah ataupun perdarahan di tempat lain. Anak juga mengeluhkan pilek

yang berwarna bening dan batuk tidak berdahak yang dialami sekitar 1
37

minggu yang lalu namun sembuh sendiri tanpa pengobatan. Nafsu minum ASI

masih baik.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Seminggu sebelum masuk RS An. R terkena penyakit rhinitis yang

disertai pilek dan juga batuk tidak berdahak.

3. Riwayat Kehamilan Ibu

a. Perawatan antenatal

Tidak terdapat masalah selama kehamilan dan janin di dalam kandungan

dinyatakan sehat

b. Penyakit selama kehamilan

Riwayat masalah dan penyakit selama masa kehamilan tidak ada

c. Obat-obataan yang diminum

Ibu pasien minum vitamin yang diberikan oleh bidan.

4. Riwayat Kelahiran

a. Persalinan : Puskesmas

b. Penolong persalinan : Bidan

c. Cara persalinan : Spontan presentasi kepala

d. Masa gestasi : 9 bulan (38 minggu)

e. Ketuban pecah : Ibu tidak tahu

f. Berat plasenta : Ibu tidak tahu

g. Ketuban : Ibu tidak tahu


38

h. Jumlah air ketuban : Ibu tidak tahu

i. Bayi lahir pukul : 10.00 WIB

j. Keadaan bayi :

1) Berat lahir : 3000 gram

2) Panjang badan : 48 cm

3) Lingkar kepala : ibu tidak tahu

4) Menurut Ibu, saat lahir bayi langsung menangis, kulit bayi berwarna

kemerahan, gerakannya aktif, dan tidak ditemukan adanya kelainan fisik

pada bayi.

5. Riwayat Postnatal

a. Pemeriksaan oleh : Puskesmas

b. Keadaan anak : Kondisi anak dinyatakan sehat

6. Riwayat Perkembangan Fisik dan Mental

a. Pertumbuhan gigi pertama : -

b. Perkembangan:

Umur Gerakan Gerakan Halus Komunikasi / Social &

Kasar berbicara kemandirian

1 Bulan Tangan dan Kepala menoleh Bereaksi Menatap

kaki bergerak ke samping kanan terhadap bunyi wajah ibu/

aktif kiri lonceng pengasuh


39

2 Bulan Mengangkat - Bersuara Tersenyum

kepala ketika ooo…ooo/aaa spontan

tengkurap …aaa

3 Bulan Kepala tegak Memegang Tertawa / Memandang

ketika mainan berteriak tangannya

didudukan

c. Gangguan perkembangan emosional/ mental: tidak ada

d. Sekolah: -

e. Kesan: Status tumbuh kembang pasien sesuai dengan anak sebayanya.

7. Riwayat Makanan

Nafsu minum ASI baik. Mengkonsumsi ASI eksklusif hingga 3 bulan terakhir

dengan nafsu yang baik.

8. Riwayat Imunisasi

Telah divaksin BCG sewaktu berusia 2 bulan sebanyak 1 kali. Pada keluarga

dan lingkungan tidak ada yang memiliki penyakit serupa.

9. Riwayat Keluarga

a. Riwayat Penyakit dalam Keluarga

1) Ayah

Kondisi ayah saat ini sehat, tidak ada keluhan, tidak sedang mengalami

batuk-batuk. Riwayat batuk lama disangkal, riwayat alergi dan asma

disangkal, riwayat keganasan disangkal, riwayat epilepsi disangkal.


40

Riwayat kelainan darah dalam keluarga disangkal, riwayat memiliki

keluhan serupa (bintik-bintik merah) disangkal

2) Ibu

Kondisi ibu saat ini sehat, tidak ada keluhan, tidak sedang mengalami

batuk-batuk. Riwayat batuk lama disangkal, riwayat alergi disangkal,

riwayat keganasan disangkal, riwayat epilepsi disangkal. Riwayat

kelainan darah dalam keluarga disangkal. Riwayat memiliki keluhan

serupa (bintik-bintik merah) disangkal

b. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga Lainnya / Sekitar Rumah

Anggota keluarga lain sehat, riwayat kelainan darah disangkal, tidak ada

yang menderita penyakit seperti pasien

B. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pada tanggal 16 Juli 2018

1. Status Generalisata

a. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

b. Kesadaran : Kompos mentis

c. Tanda-tanda Vital :

1) Tekanan Darah :-

2) Nadi : 130 kali/menit, kuat, penuh, teratur

3) Laju Pernapasan : 35 kali/menit , regular

4) Suhu Tubuh : 37,0⁰C (aksilla)


41

2. Data Antropometri

a. Berat badan : 5,6 kg

b. Tinggi badan : 60 cm

3. Pemeriksaan Fisik Sistematis (16-07-2018)

Pada pemeriksaan fisik kepala tampak adanya purpura pada daerah

wajah, pada mulut terdapat bercak merah kehitaman pada langit-langit mulut,

mata, hidung, telinga, dan leher tidak ditemukan adanya kelainan. Pada

pemeriksaan fisik thoraks terdapat purpura pada lapang dada kanan kiri, paru

dan jantung tidak ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan fisik abdomen

tampak purpura, abomen cembung, pada perabaan abdomen ditemukan

abdomen supel, tidak terdapat nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, timpani

dan terdengar suara bising usus. Pada ekstremitas ditemukan adanya purpura,

tidak terdapat petechiae maupun ekimosis. Pemeriksaan genital dan anus dalam

batas normal.

4. Pemeriksaan Neurologis

Pada pemeriksaan neurologis pasien juga tidak ditemukan adanya kelainan.


42

Pemeriksaan Penunjang

16/7/18 17/7/18 18/7/18 19/7/18 20/7/18 21/7/18 22/7/18

C. Analisa Data

No. Data Fokus Etiologi Problem

1. DS : Ny. S mengatakan timbul Perubahan Kerusakan

bintik-bintik merah yang sikulasi integritas kulit

bertambah banyak yang

menyebar ke seluruh tubuh

disertai gusi berdarah dan

langit-langit mulut berwarna

biru tua kehitaman sejak 1 hari

SMRS. 1 minggu sebelumnya


43

anak pernah mengalami pilek

berwarna bening disertai batuk

tidak berdahak yang sembuh

dengan sendirinya.

DO :

- Gusi depan terlihat berdarah

- Langit-langit mulut berwarna

biru tua kehitaman

- Keadaan umum tampak sakit

ringan

- Kesadaran compos mentis

- TTV :

HR : 130x/menit

RR : 35x/menit

Suhu : 370C.

- Pada mulut terdapat bercak

merah kehitaman pada langit-

langit mulut, mata, hidung,

telinga, dan leher tidak

ditemukan adanya kelainan


44

2. DS : Ny. S mengatakan gusi trombositopenia Risiko perdarahan

berdarah dan langit-langit

mulut berwarna biru tua

kehitaman sejak 1 hari SMRS.

DO :

- Gusi depan terlihat berdarah

- Hb : 10,9 g/dl

- Leukosit : 10.300/ul

- Hematocrit : 31,7%

- Trombosit : 67.000/ul

- Masa perdarahan : 4’27’’

- Masa pembekuan : 7’24’’

D. Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi

2. Risiko perdarahan b.d trombositopenia

E. Intervensi

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi

Keperawatan Hasil
45

1. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji integritas kulit, catat

integritas asuhan keperawatan turgor, warna, kehangatan

jaringan b.d diharapkan pasien kulit, eritema dan ekskoriasi

perubahan dapat
2. Anjurkan pasien untuk
sirkulasi mempertahankan
menggunakan pakaian yang
integritas kulit
longgar
dengan kriteria hasil

: 3. Hindari kerutan pada tempat

tidur
- Integritas kulit
4. Jaga kebersihan kulit agar
yang baik bisa
tetap bersih dan kering
dipertahankan,
5. Mobilisasi pasien tiap 2 jam
tidak ada luka /
sekali
lesi pada kuit,
6. Monitor kulit akan adanya
dan perfusi
kemerahan
jarinngan baik.
7. Oleskan lotion / minyak baby
- Menunjukan
oil pada daerah yang tertekan
pemahaman
8. Monitor status nutrisi pasien
dalam proses
9. Mandikan pasien dengan
perbaikan kulit
sebun dan air hangat
dan mencegah
46

terjadinya cedera

berulang.

- Mampu

melindungi kulit

dan

mempertahankan

kelembaban kulit

dan perawatan

alami.

2. Risiko Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda

perdarahan b.d asuhan keperawatan perdarahan seperti petechie,

trombositopenia diharapkan pasien epistaksis, perdarahan

dapat pervagina atau rectal.

mengembalikan 2. Jelaskan pada pasien dan

jumlah trombosit keluarga, tanda dan gejala

sesuai dengan perdarahan berat, dan

kebutuhan dengan perdarahan akut.

kriteria hasil :

- Kulit atau

mukosa tidak
47

pucat atau

anemis

- Akral hangat

- Tidak ada

petechie,

ekimosis dan

purpura

- Tidak ada

perdarahan pada

gusi, epiktasis,

melena,

hematemesis

- Jumlah trombosit

dalam batas

normal

- TTV dalam batas

normal
BAB IV KESIMPULAN & SARAN

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Trombositopenia menggambarkan individu yang mengalami atau pada resiko

tinggi untuk mengalami insufisiensi trombosit sirkulasi. Penurunan ini dapat

disebabkan oleh produksi trombosit yang menurun, distribusi trombosit yang

berubah, pengrusakan trombosit, atau dilusi vaskuler. Tanda dan gejala pada pasien

yang menderita penyakit ITP adalah hidung mengeluarkan darah, atau perdarahan

pada gusi, ada darah pada urin atau feses, beberapa macam perdarahan yang sukar

dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Perdarahan pada otak jarang terjadi dan gejala

perdarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah

platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatique (kelelahan), sulit

berkonsentrasi, atau gejala lain. tindakan keperawatan yang utama adalah dengan

mencegah atau mengatasi perdarahan yang terjadi.

ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic

berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak

cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka

memar yang banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari

Immune Thrombocytopenic Purpura. Idiophatic (Autoimmune) Trobocytopenic

48
49

Purpura (ITP/ATP) merupakan kelainan autoimun dimana autoanti body Ig G

dibentuk untuk mengikat trombosit. Tidak jelas apakah antigen pada permukaan

trombosit dibentuk. ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau

ekimosis di kulit/selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah

trombosit karena sebab yang tidak diketahui.

B. Saran

1. Bagi tenaga kesehatan

Untuk tenaga kesehatan terutama perawat diharapkan bisa mengerti dan

memahami tentang pengertian, penyebab, pencegahan dan pengobatan dari ITP

agar saat menerapkan pada pasien tidak terjadi suatu kesalahan yang

menyebabkan pasien tambah parah atau bahkan bisa mengalami kematian

karena kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan.

2. Bagi pasien dan keluarga

Bagi pasien diharapkan mengerti tentang penyebab, pengobatan dan

pencegahan dari ITP, agar pada saat terjadi ITP dapat melakukan pencegahan

dini sebelum dilakukan asuhan keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba

Medika.

Cecily Lynn Betz dan Lindia A, Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik alih

bahasa Eni Meiliya Edisi 5. Jakarta: EGC

Elizabeth, J, Corwin. 2009. Biku saku Fatofisiologi. Jakarta: EGC

Pierce, A. Grace dan Neil R, Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga

Behrman. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. EGC: Jakarta

Santosa, Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika

Hoffbrand, A.V, Petit, J.E, Moss, P.A.H. 2005. Kapita Selekta Hematologi, Jakarta :

EGC

Betz, cecily L. Dan sowden, li11da A. 2002. Buku Saku Keperawatan P ediatri.

A W1bahasa jan tambay ong. Jakarta. EGC

Brunner&Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8.

Vol. 2. Jakarta. EGC.

Dorlan FKUI.1969. llrnuKesehatan Anak. Bagian Kesehatan Anak. FKUI

Bakta, I Ma de. 2006.HenLatologi Kl.inikdmL Ringkas. Jaka1


ta: EGC Mansjoer,

Arif. K£tpitaSelektaJilid II. FK UI

Sylvia, price. 2008. Patof i s i o l o g i .Jakarta :EGC

50
(Yu W C, Korb J, Sakam oto KM. Idiopathi c Trombocytopenic purpura . Pediactric.

2000.)

Bayu Setyobudi, IDG Urgasena. 2004. Purptrr a trombositopenik Idiopatik

pada Anak. Nanda , NIC, NOC dan LINKA GE Wariin, Sulton.

2014. Asuhan Keperawatan Trombositopenia. Makalah diakses

dari http://sultonwariin.blogspot.co.id/2014/12/asuhan-keperawatan-

pertusis.html?m=1 pada hari Rabu, 12 Oktober 2016.

Alodokter.2016. Trombositopenia. Artikel diakses dari http:// www. alodokter. com/

trombositopenia pada hari Rabu, 12 Oktober 2016.

Bakta , I Made. 2006. Hentaiologi Klinik dmt Ringkas. Jaka1ta : EGC

Mehta, Atul. Hofibrand, Victor. 2006.At a Glance Henlaiologi. Ed.2. Jakarta : Erlangga

Wong’s. (2011). Nursing Care of Infants and Children, 9th ed. Canada : ELSEVIER
Mosby

51

Anda mungkin juga menyukai