Anda di halaman 1dari 23

Pengaruh Politik Terhadap Perubahan Kurikulum

Pendidikan di Indonesia

Oleh:

Gustia Mahendra
Ilma Sulistia
Nisa Ukhdatul Jannah

SMA Negeri 1 Pasaman

Jalan Cindua Mato Simpang Ampek Pasaman Barat

2015
Halaman Pengesahan

Pengaruh Politik Terhadap Penerapan Kurikulum


Pendidikan di Indonesia

Oleh:

Gustia Mahendra
Ilma Sulistia
Nisa Ukhdatul Jannah

Simpang Ampek, 28 September


2015

Diketahui, Guru Pembimmbing,

Kepala Sekolah

Drs. Mastudiar Asnelwita, M.Pd

NIP. 19620527 198512 1 001 NIP. 196809101997022001

i
ABSTRAK
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap negara, termasuk
Indonesia. Pendidikan di Indonesia adalah kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat. Dalam kebijakan dibidang pendidikan tentu tidak lepas dari yang
namanya kurikulum. Kurikulum itu sendiri adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Seiring berjalannya waktu kurikulum di Indonesia sudah melakukan
beberapa kali perubahan. Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
termasuk politik.

ii
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah swt. Atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh
Politik terhadap Perubahan Kurikulum Pendidikan di Indonesia”. Perubahan
kurikulum di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya politik.
Perubahan kurikulum yang sering terjadi tidak mampu memberikan dampak yang
baik saja. Pemerintah harus mampu mengatasi perubahan kurikulum secara objektif,
bukan hanya disesuaikan dengan politik saja.

Terima kasih kami ucapkan untuk semua pihak yang telah ikut berpartisipasi
dalam proses pembuatan karya ilmiah ini, mulai dari guru pembimbing, narasumber,
dan terutama kepada rekan-rekan penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam karya ilmiah
ini, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Terima kasih.

Simpang Ampek, 28 September 2015

Penulis,

iii
Daftar Isi
Halaman Pengesahan........................................................................................... ..... i

Abstrak……………...……………………………………………………………….ii

Kata Pengantar.....................................................................................................iii

Daftar Isi............................................................................................................... iv

BAB I Pendahuluan.............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................2
1.4 Metode Penelitian............................................................................ 2

BAB II Pembahasan.............................................................................................. 4

2.1 Pengertian kurikulum dan politik.................................................... 4


2.2 Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia.................................. 5
2.3 Fungsi kurikulum............................................................................ 9
2.4 Pengaruh politik terhadap perubahan kurikulum............................ 10
2.5 Apakah perubahan kurikulum memberikan dampak yang baik
atau sebaliknya?............................................................................ 13

BAB III Penutup.................................................................................................. 14

1.1 Kesimpulan..................................................................................... 14
1.2 Saran............................................................................................... 14

Daftar Pustaka...................................................................................................... 16

Lampiran............................................................................................................... 17

Lampiran 1…………………………………………………………..17

Lampiran 2…………………………………………………………..18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan di Indonesia tidak pernah lepas dari berbagai macam
persoalan. Salah satu persoalan yang menonjol saat ini adalah masalah kurikulum
yang silih berganti. Perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem
pendidikan dengan harapan dapat menciptakan generasi muda yang berilmu
pengetahuan dan berkarakter. Namun pada kenyataannya, perubahan kurikulum
tidak memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan, justru menimbulkan
masalah baru. Perubahan kurikulum tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Salah satunya adalah politik . Tidak bisa dipungkiri lagi, seiring berubahnya
tatanan politik, maka berubah pulalah kurikulum pendidikan. Politik memberikan
pengaruh yang begitu besar terhadap kurikulum pendidikan di Indonesia. Tidak
satu pun kurikulum yang bebas dari pengaruh politik. Oleh karena itu kami
tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah dengan judul “Pengaruh Politik
Terhadap Perubahan Kurikulum di Indonesia “.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi
kajian utama kami dalam karya ilmiah ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh politik terhadap perubahan kurikulum pendidikan
di Indonesia?
2. Apakah perubahan kurikulum memberikan dampak yang baik atau
sebaliknya?

1
1.3 Tujuan Penelitian
Karya tulis ilmiah ini dibuat berdasarkan permasalahan yang dikemukakan
di atas bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui pengaruh politik terhadap perubahan kurikulum
pendidikan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui dampak dari perubahan kurikulum pendidikan di
Indonesia.

1.4 Metode Penelitian


a. Jenis penelitian
Penelitian dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis
menggunakan penelitian deskriptif atau lapangan dalam mencari data dengan
metode wawancara.
b. Jenis data
Data yang kami peroleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif,
yaitu data yang berupa pernyataan atau tulisan yang dijadikan pertimbangan
dalam mengambil kesimpulan untuk memperjelas pemecahan masalah berupa
tanggapan responden.
c. Sumber data
1. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui hasil penelitian
langsung terhadap obyek yang diteliti. Data tersebut diperoleh melalui
metode wawancara yang dilakukan penulis dengan Wakil Kurikulum
SMA Negeri 1 Pasaman .
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber,
antara lain dari dokumentasi/tulisan (buku-buku, laporan-laporan,
karya ilmiah dan hasil penelitian) dan dari informasi pihak-pihak yang
berkaitan dengan kajian yang diteliti.

2
d. Teknik pengumpulan data
1. Riset kepustakaan, adalah suatu metode pengumpulan data dengan
cara melakukan peninjauan pustaka dari berbagai literatur karya
ilmiah, majalah, dan buku-buku yang menyangkut teori-teori yang
relevan dengan masalah yang dibahas.
2. Riset lapangan, adalah metode pengumpulan data yang dilakukan di
lokasi (objek penelitian) secara langsung melalui wawancara.

e. Teknik pengolahan data


Teknik mengelola data yang kami gunakan yaitu dengan cara
menyimpulkan jawaban dari narasumber dan menggabungkannya dengan
data sekunder yang telah diperoleh.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kurikulum dan politik

Secara etimologis, kurikulum berasal dari istilah curriculum dimana dalam


bahasa inggris, kurikulum adalah rencana pelajaran. Curriculum berasal dari
bahasa latin yaitu currere, kata currere memiliki banyak arti yaitu berlari cepat,
maju dengan cepat, menjalani dan berusaha untuk. Kurikulum adalah perangkat
mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan
kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Sedangkan
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan
bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan
tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.Lama waktu dalam satu kurikulum
biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang
dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan
menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara
menyeluruh.

Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang
berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud
proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.

4
2.2 Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia
Perjalanan kurikulum pendidikan nasional yang dimulai sejak tahun 1945
telah beberapa kali mengalami perubahan seperti tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab,
kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara
dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang
sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945.

Perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta


pendekatan dalam merealisasikannya. Perubahan kurikulum tersebut tentu
disertai dengan tujuan pendidikan yang berbeda-beda, karena dalam setiap
perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk
memajukan pendidikan nasional kita.

Perubahan kurikulum di dunia pendidikan Indonesia beserta tujuan yang


ingin dicapai dapat diuraikan sebagai berikut:

Kurikulum 1947

Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rentjana Pelajaran 1947.


Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana
pelajaran) ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana
Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan
masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan dan
pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda. Asas pendidikan
ditetapkan Pancasila.

5
Kurikulum 1952

Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia


mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran
Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini
bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Kurikulum 1964

Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan


sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964.
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini
adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar
lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu


dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

6
Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen,
yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi,
dan tujuan pengajaran dirinci dalam ProsedurPengembangan Sistem
Instruksional (PPSI).

Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan


pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan
sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan


dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu
pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan.
Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga
tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima
materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada
pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah.

7
Kurikulum 2004 (KBK)

Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi


(KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan
standar penampilan yang telah ditetapkan. Competency Based Education is
education geared toward preparing indivisuals to perform identified
competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini mengandung arti
bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu
melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah
perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman
pembelajaran.

Kurikulum 2006 (KTSP)

Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP.
Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh
siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum
2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan
untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa
serta kondisi sekolah berada.

Kurikulum 2013 (K-13)

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk


menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berlaku selama
kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya pada
tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan.
Pada tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V
sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI.Kurikulum
2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek

8
keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama
di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi
yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa
Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi
Matematika. Namun karena berbagai kendala, pada tanggal 4 Desember 2014 K-
13 resmi dihentikan dan dikembalikan lagi ke KTSP 2006.

2.3 Fungsi kurikulum


1. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) : Kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya
karna lingkungan bersifat dinamis artinya dapat berubah-ubah.
2. Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum merupakan alat
pendidikan yang mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang dapat
dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat.
3. Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function) : Kurikulum sebagai alat
yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan disetiap siswa yang
harus dihargai dan dilayani.
4. Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum sebagai alat
pendidikan mampu mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga
dapat mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat, jika tidak
melanjukan pendidikan.
5. Fungsi Pemilihan (the selective function) : Kurikulum memberikan
kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan program belajar yang
sesuai dengan minat dan bakatnya.
6. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum adalah alat
pendidikan yang mampu mengarahkan dan memahami potensi siswa serta
kelemahan dalam dirinya. Jika telah memahami potensi dan mengetahui
kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dan
memperbaiki kelemahannya.

9
2.4 Pengaruh politik terhadap perubahan kurikulum
Setiap pemerintahan, selalu berupaya memberikan yang terbaik bagi
rakyatnya. Ketika sebuah rezim berkuasa selalu berusaha mencitrakan ataupun
kerja keras yang serius untuk mempunyai nilai plus bagi rakyatnya. Dengan
harapan akan terpilih kembali pada periode berikutnya. Itu sebuah kewajaran
dari perjuangan politik. Pendidikan dalam konteks ini dapat dijadikan nilai plus
yang dapat diterima secara massif di seluruh pelosok negeri, langsung
menyentuh hajat hidup orang banyak dan hasilnya bisa dilihat di kemudian hari,
atau dengan kata lain, tidak sekedar memberi tampilan yang baik tetapi dunia
pendidikan adalah investasi besar untuk jangka panjang dan menengah.
Oleh karena itu, setiap menteri pendidikan yang ditunjuk oleh kepala
pemerintahan akan selalu melakukan inovasi-inovasi agar bidang yang dikelola
memberi nilai plus politik tersebut. Kurikulum pendidikan adalah salah satu
sektor yang sangat menjanjikan. Jika berhasil dalam urusan pendidikan ini dan
mempunyai nilai plus di mata rakyat, maka akan mudah mengeruk suara pada
pemilu berikutnya. Namun pada kenyataannya, belum tentu perubahan
kurikulum yang dilakukan mempunyai dampak baik bagi masyarakat. Seperti
yang kita lihat, perubahan kurikulum yang terjadi di negara kita selalu
memberikan masalah-masalah baru. Argumen bisa diajukan, mengapa
kurikulum yang sudah lama berlaku kemudian diganti? Bukankah itu
menunjukkan bahwa kurikulum sebelumnya memiliki kekurangan atau
kelemahan? Jika memang demikian, kurikulum lama hanya perlu
disempurnakan, bukan diganti secara menyeluruh.
Perubahan kurikulum yang ada di berbagai negara memang tidak pernah
lepas dari kondisi politik yang sedang berlaku di negara tersebut. Hal ini tidak
hanya terjadi di Indonesia. Seperti yang disampaikan oleh Guru Besar
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Hamid Hasan, dalam rapat dengan
Panja Kurikulum DPR RI, Rabu (22/1/2013). Beliau mengatakan bahwa fakta
tersebut juga terjadi di beberapa negara besar seperti Amerika dan Jepang, yang
mengubah kurikulum dalam waktu singkat karena adanya pergolakan politik di
negara tersebut. “Contoh saja Jepang, baru dua tahun pernerintah mengubah
kurikulum hanya karena aspek politik. Jadi waktu itu terkait penjajahan Jepang,

10
konten dalam pelajaran sejarahnya ada yang dihilangkan dengan maksud agar
generasi saat itu tetap memiliki nasionalisme dan kecintaan terhadap negara,”
katanya. “Jadi, tidak ada satu pun kurikulum bebas dari pengaruh politik. Itu
sudah established dalam kurikulum. Begitu power politik itu berubah, akan ada
berpengaruh juga pada kurikulum,” tambah pria yang menjabat sebagai Ketua
Tim Inti Pengembangan Kurikulum 2013 itu. Wakil Kurikulum SMA Negeri 1
Pasaman, Nulfalinda, S.Pd., M.Si, juga mengatakan bahwa ada enam hal yang
masih ditetapkan oleh pusat. Diantaranya pendidikan, hukum, fiskal, moneter,
agama, dan politik luar negeri. Jadi dalam hal pendidikan, tentu saja politik
sangat berpengaruh terhadap perubahan kurikulum. Untuk mengatasi masalah
tersebut, beliau menyarankan agar pemerintah tidak sembarangan mengotak-atik
kurikulum yang sedang berlaku. Perubahan kurikulum harus dibahas bersama,
dengan mendahulukan kepentingan masyarakat secara luas, bukan hanya
mementingkan politik saja. Anggota Panja Kurikulum DPR RI, Raihan Iskandar,
juga mengatakan, untuk meminimalisasi perubahan kurikulum akibat kondisi
politik yang berubah, ada baiknya dibuat Rencana Strategis (Renstra)
Pendidikan yang jelas dan kuat.
Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wiles Bondi (dalam
Sudrajat, 2008) dalam bukunya “Curriculum Development: A Guide to
Practice” turut menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan
pengembangan kurikulum. Hal ini jelas menunjukkkan bahwa pengembangan
kurikulum dipengaruhi oleh proses politik, karena setiap kali tampuk pimpinan
sesebuah negara itu bertukar, maka setiap kali itulah kurikulum pendidikan
berubah.
Walaupun kekuasaan politik terpusat pada berbagai kelompok dan
individu, efektifitas dan kegunaannya dibentuk oleh berbagai institusi.
Pola institusional pendidikan publik mungkin saja tampak kokoh, cukup mantap,
sehingga untuk dapat berhasil, setiap proposal perlu menyesuaikan diri
dengannya.
Elliot (1959: 1047) menambahkan bahwa salah satu komponen terpenting
pendidikan, kurikulum, misalnya, dapat menjadi media sosialisasi politik.
Menurutnya, kurikulum di suatu lembaga pendidikan memiliki tiga sumber

11
utama. Pertama, pendapat kelompok profesional pendidikan yang sangat
dipengaruhi oleh institusi-institusi pelatihan guru dan seringkali merefleksikan
atau mengadaptasi ide dari individu-individu yang didewa-dewakan, seperti John
Dewey, John Lock, dan William Stern. Kedua, kebutuhan akan dana. Ketiga,
aktivitas kelompok-kelompok berpengaruh, seperti asosiasi industri,
perserikatan, dan beberapa organisasi kebangsaan yang memiliki semangat
patriotik.
Fungsi politik pendidikan secara khusus juga dapat diaktualisasikan
melalui proses pembelajaran. Menurut Massialas (1969: 18-79 dan 155), proses
pembelajaran bisa bersifat kognitif (misalnya, mendapatkan pengetahuan dasar
tentang suatus sistem), bisa bersifat afektif (misalnya, mengetahui sikap-sikap
positif dan negatif terhadap penguasa atau simbol-simbol), bisa bersifat evaluatif
(misalnya, menilai peran-peran politik berdasarkan standar tertentu), atau bisa
bersifat motivatif (misalnya, penanaman rasa ingin berpartisipasi). Sebagian
besar unsur-unsur pembelajaran tersebut dapat dirancang dan diarahkan
sedemikian rupa untuk memenuhi tuntutan politik tertentu.
Di banyak negara totaliter dan negara berkembang, pemimpin politik
sangat menyadari fungsi pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan politik.
Mereka melakukan berbagai cara untuk mengontrol sistem pendidikan dan
menitipkan pesan-pesan politik melalui metode dan bahan ajar (curriculum
content) pendidikan. Di negara-negara komunis, misalnya, metode brain
washing digunakan secara luas membentuk pola pikir kaum muda, agar sejalan
dengan doktrin komunisme.
Dari generasi ke generasi negarawan dan pemimpin politik telah
menyadari dampak yang dapat ditimbulkan oleh sistem pendidikan terhadap
kehidupan politik. Mereka menyadari bahwa negara tidak dapat mengabaikan
sekolah jika ingin mencapai tujuan-tujuannya, termasuk tujuan untuk
mempertahankan kekuasaan. Mengingat besarnya peluang untuk mengarahkan
berbagai unsur kependidikan pada kebutuhan politik tertentu, tidak heran apabila
pendidikan sering kali memainkan peran sentral dalam menemukan arah
perubahan politik.

12
2.5 Apakah perubahan kurikulum memberikan dampak yang baik atau
sebaliknya?
Kurikulum merupakan aturan dan cara yang di pakai oleh sebuah
lembaga pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu dari pada
pendidikan atau lembaga pendidikan. Kurikulum di katakan penting dalam
sebuah pendidikan karena keberhasilan sebuah pendidikan untuk dapat mencetak
output atau disebut dengan peserta didik yang bermutu dan baik sangat
ditentukan oleh kurikulum sebuah pendidikan. Kurikulum pendidikan yang
kurang tepat bagi siswa atau sekolah justru akan memberi masalah masalah baru
dalam dunia pendidikan, karena kurikulum baru belum tentu sesuai dengan
siswa atau dapat di terima siswa tersebut bahkan mungkin siswa tidak siap
dengan sistem baru yang mungkin dapat menyusahkan mereka, lalu mengapa
sistem pendidikan di indonesia hampir sering digonta-ganti, mengapa sekolah
atau lembaga pendidikan tidak memfokuskan diri pada satu sistem atau
kurikulum supaya siswa dapat menyesuaikan dan menerima sistem tersebut
dengan baik.
Tujuan pemerintah mengganti kurikulum dalam pendidikan tidak lain
adalah karena ingin memperbaiki mutu pendidikan supaya bisa berkembang
lebih baik dari sebelumnya. Tapi apakah demikian. Pada kenyataannya tidak ada
perubahan mutu yang diberikan oleh pendidikan di Indonesian, bahkan mutu
pendidikan selama kurang lebih dalam lima tahun ini memberikan hasil yang
mengecewakan, justru perubahan kurikulum pendidikan yang begitu cepat
menimbulkan masalah-masalah baru dalam dunia pendidikan, seperti halnya
banyak prestasi siswa akan menurun hal ini mungkin disebabkan karena siswa
tidak dapat menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran pada kurikulum yang
baru. Lalu apakah pemerintah memikirkan masalah yang demikian, saya rasa
tidak pemerintah mungkin lebih berfikir dampak positif yang hanya
memudahkan sebagian pihak saja.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses perkembangan kurikulum sebagai sifatnya yang senantiasa berubah
turut dipengaruhi oleh faktor-faktor persekitaran yang merangsang reaksi
manusia yang terlibat dalam kepentingannya. Hasrat terhadap perubahan
kurikulum itu menggambarkan keperluan pendidikan yang menjadi wadah
penerus kemajuan bangsa dan negara itu sendiri. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kurikulum adalah elemen yang
saling berkait antara satu sama lain. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan kurikulum itu sendiri mencerminkan idealisme
dan perubahan keperluan masyarakat dan negara, melalui institusi persekolahan
yang akan meneruskan kebudayaan.
Pengaruh politik didalam dunia pendidikan sangatlah kuat, perubahan
kurikulum yang disebabkan faktor politik banyak menimbulkan masalah-
masalah baru. Namun para pengambil kebijakan di bidang pendidikan tetap
bersikap acuh tak acuh dan tidak mau mengambil keputusan apapun untuk
menjadikan dunia pendidikan bersih dari praktik-praktik bisnis politik.

3.2 Saran
Kurikulum tidak harus dirubah sesuai dengan perubahan tatanan politik.
Jika tujuan perubahan adalah untuk memperbaiki kurikulum yang lama, kenapa
bukan kurikulum yang lama saja disempurnakan. Penyempurnaan bukan berarti
harus dirubah, penyempurnaan disini maksudnya adalah melengkapi kekurangan
dan kelemahan yang terdapat pada kurikulum yang sedang berlaku. Pemerintah
harus mampu berfikir secara objektif, belum tentu semua komponen pendidikan
termasuk siswa dan guru mampu menyesuaikan dengan kurikulum yang baru.
Buktinya, Kurikulum 2013 yang sudah berlaku tahun 2014 kemaren, dihentikan
karena banyaknya keluhan dan kelemahan dari kurikulum tersebut, dan akhirnya
dikembalikan lagi ke kurikulum lama yaitu KTSP 2006. Oleh karena itu,
perubahan kurikulum bukanlah solusi yang tepat untuk mencapai tujuan

14
pendidikan yang lebih baik. Namun, jika memang harus dilakukan perubahan
juga, maka pemerintah harus memiliki perencanaan yang matang, sehingga
pendidikan tidak terbengkalai hanya kerena perubahan kurikulum.

15
Daftar Pustaka

I. Buku :
a. Wiles Bondi, 2008, Curriculum Development: A Guide to Practice,
Amerika Serikat: Merril.

II. Website :
a. www.google.co.id
b. www.blogrenanda.com
c. oplopha.blogspot.co.id
d. www.pengertianpakar.com
e. atthamimy.blogspot.co.id
f. perpuspendidikan.blogspot.co.id
g. contohkaryatulisilmiahyangbenar.blogspot.co.id
h. www.artikelsiana.com
i. id.wikipedia.org
j. edukasi.kompas.com
k. warkopmbahlalar.com
l. masdaus.blogspot.co.id
m. webcache.googleusercontent.com

III. Wawancara :
a. Nulfalinda, S.Pd., M.Si pada tanggal 28/09/2015, beliau meraih gelar S-
1 Akutansi di UNP dan gelar S-2 P erencanaan Pembangunan
Konsentrasi Pendidikan di UNAND.

IV. Produk Perundang-undangan :


a. Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.
b. Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

16
Lampiran
Lampiran 1

Hasil wawancara dengan Wakil Kurikulum SMA Negeri 1 Pasaman.

1. Apakah politik berpengaruh terhadap perubahan kurikulum?


Jawaban: Berpengaruh.
2. Bagaimana pengaruhnya?
Jawaban: Ada enam hal yang masih ditetapkan oleh pusat.
Diantaranya pendidikan, hukum, fiskal, moneter, agama, dan
politik luar negeri. Setiap pergantian kepala negara, maka
kebijakan yang diterapkannya pasti akan berbeda, begitu juga
kebijakan dibidang pendidikan. Salah satu kebijakan dibidang
pendidikan itu sendiri adalah kurikulum.
3. Menurut Ibuk bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?
Jawaban: Untuk mengatasi masalah tersebut, seharusnya
pemerintah tidak sembarangan mengotak-atik kurikulum yang
sedang berlaku. Perubahan kurikulum harus dibahas bersama,
dengan mendahulukan kepentingan masyarakat secara luas, bukan
hanya mementingkan politik saja.

17
Lampiran 2

Biodata Penulis

1. Nama : Gustia Mahendra


Tempat/ tanggal lahir : Simpang Gadang, 20 Agustus 1997
Kelas : XII IPA 1

2. Nama : Ilma Sulistia


Tempat/ tanggal lahir : Ophir, 26 Mei 1998
Kelas : XII IPA 1

3. Nama : Nisa Ukhdatul Jannah


Tempat/ tanggal lahir : Jambak, 21 Juni 1997
Kelas : XII IPA 1

18

Anda mungkin juga menyukai