Pendidikan di Indonesia
Oleh:
Gustia Mahendra
Ilma Sulistia
Nisa Ukhdatul Jannah
2015
Halaman Pengesahan
Oleh:
Gustia Mahendra
Ilma Sulistia
Nisa Ukhdatul Jannah
Kepala Sekolah
i
ABSTRAK
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap negara, termasuk
Indonesia. Pendidikan di Indonesia adalah kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat. Dalam kebijakan dibidang pendidikan tentu tidak lepas dari yang
namanya kurikulum. Kurikulum itu sendiri adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Seiring berjalannya waktu kurikulum di Indonesia sudah melakukan
beberapa kali perubahan. Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
termasuk politik.
ii
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah swt. Atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh
Politik terhadap Perubahan Kurikulum Pendidikan di Indonesia”. Perubahan
kurikulum di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya politik.
Perubahan kurikulum yang sering terjadi tidak mampu memberikan dampak yang
baik saja. Pemerintah harus mampu mengatasi perubahan kurikulum secara objektif,
bukan hanya disesuaikan dengan politik saja.
Terima kasih kami ucapkan untuk semua pihak yang telah ikut berpartisipasi
dalam proses pembuatan karya ilmiah ini, mulai dari guru pembimbing, narasumber,
dan terutama kepada rekan-rekan penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam karya ilmiah
ini, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Terima kasih.
Penulis,
iii
Daftar Isi
Halaman Pengesahan........................................................................................... ..... i
Abstrak……………...……………………………………………………………….ii
Kata Pengantar.....................................................................................................iii
Daftar Isi............................................................................................................... iv
BAB I Pendahuluan.............................................................................................. 1
BAB II Pembahasan.............................................................................................. 4
1.1 Kesimpulan..................................................................................... 14
1.2 Saran............................................................................................... 14
Daftar Pustaka...................................................................................................... 16
Lampiran............................................................................................................... 17
Lampiran 1…………………………………………………………..17
Lampiran 2…………………………………………………………..18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penelitian
Karya tulis ilmiah ini dibuat berdasarkan permasalahan yang dikemukakan
di atas bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui pengaruh politik terhadap perubahan kurikulum
pendidikan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui dampak dari perubahan kurikulum pendidikan di
Indonesia.
2
d. Teknik pengumpulan data
1. Riset kepustakaan, adalah suatu metode pengumpulan data dengan
cara melakukan peninjauan pustaka dari berbagai literatur karya
ilmiah, majalah, dan buku-buku yang menyangkut teori-teori yang
relevan dengan masalah yang dibahas.
2. Riset lapangan, adalah metode pengumpulan data yang dilakukan di
lokasi (objek penelitian) secara langsung melalui wawancara.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang
berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud
proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
4
2.2 Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia
Perjalanan kurikulum pendidikan nasional yang dimulai sejak tahun 1945
telah beberapa kali mengalami perubahan seperti tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab,
kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara
dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang
sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
Kurikulum 1947
5
Kurikulum 1952
Kurikulum 1964
Kurikulum 1968
6
Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen,
yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi,
dan tujuan pengajaran dirinci dalam ProsedurPengembangan Sistem
Instruksional (PPSI).
Kurikulum 1994
7
Kurikulum 2004 (KBK)
8
keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama
di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi
yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa
Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi
Matematika. Namun karena berbagai kendala, pada tanggal 4 Desember 2014 K-
13 resmi dihentikan dan dikembalikan lagi ke KTSP 2006.
9
2.4 Pengaruh politik terhadap perubahan kurikulum
Setiap pemerintahan, selalu berupaya memberikan yang terbaik bagi
rakyatnya. Ketika sebuah rezim berkuasa selalu berusaha mencitrakan ataupun
kerja keras yang serius untuk mempunyai nilai plus bagi rakyatnya. Dengan
harapan akan terpilih kembali pada periode berikutnya. Itu sebuah kewajaran
dari perjuangan politik. Pendidikan dalam konteks ini dapat dijadikan nilai plus
yang dapat diterima secara massif di seluruh pelosok negeri, langsung
menyentuh hajat hidup orang banyak dan hasilnya bisa dilihat di kemudian hari,
atau dengan kata lain, tidak sekedar memberi tampilan yang baik tetapi dunia
pendidikan adalah investasi besar untuk jangka panjang dan menengah.
Oleh karena itu, setiap menteri pendidikan yang ditunjuk oleh kepala
pemerintahan akan selalu melakukan inovasi-inovasi agar bidang yang dikelola
memberi nilai plus politik tersebut. Kurikulum pendidikan adalah salah satu
sektor yang sangat menjanjikan. Jika berhasil dalam urusan pendidikan ini dan
mempunyai nilai plus di mata rakyat, maka akan mudah mengeruk suara pada
pemilu berikutnya. Namun pada kenyataannya, belum tentu perubahan
kurikulum yang dilakukan mempunyai dampak baik bagi masyarakat. Seperti
yang kita lihat, perubahan kurikulum yang terjadi di negara kita selalu
memberikan masalah-masalah baru. Argumen bisa diajukan, mengapa
kurikulum yang sudah lama berlaku kemudian diganti? Bukankah itu
menunjukkan bahwa kurikulum sebelumnya memiliki kekurangan atau
kelemahan? Jika memang demikian, kurikulum lama hanya perlu
disempurnakan, bukan diganti secara menyeluruh.
Perubahan kurikulum yang ada di berbagai negara memang tidak pernah
lepas dari kondisi politik yang sedang berlaku di negara tersebut. Hal ini tidak
hanya terjadi di Indonesia. Seperti yang disampaikan oleh Guru Besar
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Hamid Hasan, dalam rapat dengan
Panja Kurikulum DPR RI, Rabu (22/1/2013). Beliau mengatakan bahwa fakta
tersebut juga terjadi di beberapa negara besar seperti Amerika dan Jepang, yang
mengubah kurikulum dalam waktu singkat karena adanya pergolakan politik di
negara tersebut. “Contoh saja Jepang, baru dua tahun pernerintah mengubah
kurikulum hanya karena aspek politik. Jadi waktu itu terkait penjajahan Jepang,
10
konten dalam pelajaran sejarahnya ada yang dihilangkan dengan maksud agar
generasi saat itu tetap memiliki nasionalisme dan kecintaan terhadap negara,”
katanya. “Jadi, tidak ada satu pun kurikulum bebas dari pengaruh politik. Itu
sudah established dalam kurikulum. Begitu power politik itu berubah, akan ada
berpengaruh juga pada kurikulum,” tambah pria yang menjabat sebagai Ketua
Tim Inti Pengembangan Kurikulum 2013 itu. Wakil Kurikulum SMA Negeri 1
Pasaman, Nulfalinda, S.Pd., M.Si, juga mengatakan bahwa ada enam hal yang
masih ditetapkan oleh pusat. Diantaranya pendidikan, hukum, fiskal, moneter,
agama, dan politik luar negeri. Jadi dalam hal pendidikan, tentu saja politik
sangat berpengaruh terhadap perubahan kurikulum. Untuk mengatasi masalah
tersebut, beliau menyarankan agar pemerintah tidak sembarangan mengotak-atik
kurikulum yang sedang berlaku. Perubahan kurikulum harus dibahas bersama,
dengan mendahulukan kepentingan masyarakat secara luas, bukan hanya
mementingkan politik saja. Anggota Panja Kurikulum DPR RI, Raihan Iskandar,
juga mengatakan, untuk meminimalisasi perubahan kurikulum akibat kondisi
politik yang berubah, ada baiknya dibuat Rencana Strategis (Renstra)
Pendidikan yang jelas dan kuat.
Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wiles Bondi (dalam
Sudrajat, 2008) dalam bukunya “Curriculum Development: A Guide to
Practice” turut menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan
pengembangan kurikulum. Hal ini jelas menunjukkkan bahwa pengembangan
kurikulum dipengaruhi oleh proses politik, karena setiap kali tampuk pimpinan
sesebuah negara itu bertukar, maka setiap kali itulah kurikulum pendidikan
berubah.
Walaupun kekuasaan politik terpusat pada berbagai kelompok dan
individu, efektifitas dan kegunaannya dibentuk oleh berbagai institusi.
Pola institusional pendidikan publik mungkin saja tampak kokoh, cukup mantap,
sehingga untuk dapat berhasil, setiap proposal perlu menyesuaikan diri
dengannya.
Elliot (1959: 1047) menambahkan bahwa salah satu komponen terpenting
pendidikan, kurikulum, misalnya, dapat menjadi media sosialisasi politik.
Menurutnya, kurikulum di suatu lembaga pendidikan memiliki tiga sumber
11
utama. Pertama, pendapat kelompok profesional pendidikan yang sangat
dipengaruhi oleh institusi-institusi pelatihan guru dan seringkali merefleksikan
atau mengadaptasi ide dari individu-individu yang didewa-dewakan, seperti John
Dewey, John Lock, dan William Stern. Kedua, kebutuhan akan dana. Ketiga,
aktivitas kelompok-kelompok berpengaruh, seperti asosiasi industri,
perserikatan, dan beberapa organisasi kebangsaan yang memiliki semangat
patriotik.
Fungsi politik pendidikan secara khusus juga dapat diaktualisasikan
melalui proses pembelajaran. Menurut Massialas (1969: 18-79 dan 155), proses
pembelajaran bisa bersifat kognitif (misalnya, mendapatkan pengetahuan dasar
tentang suatus sistem), bisa bersifat afektif (misalnya, mengetahui sikap-sikap
positif dan negatif terhadap penguasa atau simbol-simbol), bisa bersifat evaluatif
(misalnya, menilai peran-peran politik berdasarkan standar tertentu), atau bisa
bersifat motivatif (misalnya, penanaman rasa ingin berpartisipasi). Sebagian
besar unsur-unsur pembelajaran tersebut dapat dirancang dan diarahkan
sedemikian rupa untuk memenuhi tuntutan politik tertentu.
Di banyak negara totaliter dan negara berkembang, pemimpin politik
sangat menyadari fungsi pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan politik.
Mereka melakukan berbagai cara untuk mengontrol sistem pendidikan dan
menitipkan pesan-pesan politik melalui metode dan bahan ajar (curriculum
content) pendidikan. Di negara-negara komunis, misalnya, metode brain
washing digunakan secara luas membentuk pola pikir kaum muda, agar sejalan
dengan doktrin komunisme.
Dari generasi ke generasi negarawan dan pemimpin politik telah
menyadari dampak yang dapat ditimbulkan oleh sistem pendidikan terhadap
kehidupan politik. Mereka menyadari bahwa negara tidak dapat mengabaikan
sekolah jika ingin mencapai tujuan-tujuannya, termasuk tujuan untuk
mempertahankan kekuasaan. Mengingat besarnya peluang untuk mengarahkan
berbagai unsur kependidikan pada kebutuhan politik tertentu, tidak heran apabila
pendidikan sering kali memainkan peran sentral dalam menemukan arah
perubahan politik.
12
2.5 Apakah perubahan kurikulum memberikan dampak yang baik atau
sebaliknya?
Kurikulum merupakan aturan dan cara yang di pakai oleh sebuah
lembaga pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu dari pada
pendidikan atau lembaga pendidikan. Kurikulum di katakan penting dalam
sebuah pendidikan karena keberhasilan sebuah pendidikan untuk dapat mencetak
output atau disebut dengan peserta didik yang bermutu dan baik sangat
ditentukan oleh kurikulum sebuah pendidikan. Kurikulum pendidikan yang
kurang tepat bagi siswa atau sekolah justru akan memberi masalah masalah baru
dalam dunia pendidikan, karena kurikulum baru belum tentu sesuai dengan
siswa atau dapat di terima siswa tersebut bahkan mungkin siswa tidak siap
dengan sistem baru yang mungkin dapat menyusahkan mereka, lalu mengapa
sistem pendidikan di indonesia hampir sering digonta-ganti, mengapa sekolah
atau lembaga pendidikan tidak memfokuskan diri pada satu sistem atau
kurikulum supaya siswa dapat menyesuaikan dan menerima sistem tersebut
dengan baik.
Tujuan pemerintah mengganti kurikulum dalam pendidikan tidak lain
adalah karena ingin memperbaiki mutu pendidikan supaya bisa berkembang
lebih baik dari sebelumnya. Tapi apakah demikian. Pada kenyataannya tidak ada
perubahan mutu yang diberikan oleh pendidikan di Indonesian, bahkan mutu
pendidikan selama kurang lebih dalam lima tahun ini memberikan hasil yang
mengecewakan, justru perubahan kurikulum pendidikan yang begitu cepat
menimbulkan masalah-masalah baru dalam dunia pendidikan, seperti halnya
banyak prestasi siswa akan menurun hal ini mungkin disebabkan karena siswa
tidak dapat menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran pada kurikulum yang
baru. Lalu apakah pemerintah memikirkan masalah yang demikian, saya rasa
tidak pemerintah mungkin lebih berfikir dampak positif yang hanya
memudahkan sebagian pihak saja.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses perkembangan kurikulum sebagai sifatnya yang senantiasa berubah
turut dipengaruhi oleh faktor-faktor persekitaran yang merangsang reaksi
manusia yang terlibat dalam kepentingannya. Hasrat terhadap perubahan
kurikulum itu menggambarkan keperluan pendidikan yang menjadi wadah
penerus kemajuan bangsa dan negara itu sendiri. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kurikulum adalah elemen yang
saling berkait antara satu sama lain. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan kurikulum itu sendiri mencerminkan idealisme
dan perubahan keperluan masyarakat dan negara, melalui institusi persekolahan
yang akan meneruskan kebudayaan.
Pengaruh politik didalam dunia pendidikan sangatlah kuat, perubahan
kurikulum yang disebabkan faktor politik banyak menimbulkan masalah-
masalah baru. Namun para pengambil kebijakan di bidang pendidikan tetap
bersikap acuh tak acuh dan tidak mau mengambil keputusan apapun untuk
menjadikan dunia pendidikan bersih dari praktik-praktik bisnis politik.
3.2 Saran
Kurikulum tidak harus dirubah sesuai dengan perubahan tatanan politik.
Jika tujuan perubahan adalah untuk memperbaiki kurikulum yang lama, kenapa
bukan kurikulum yang lama saja disempurnakan. Penyempurnaan bukan berarti
harus dirubah, penyempurnaan disini maksudnya adalah melengkapi kekurangan
dan kelemahan yang terdapat pada kurikulum yang sedang berlaku. Pemerintah
harus mampu berfikir secara objektif, belum tentu semua komponen pendidikan
termasuk siswa dan guru mampu menyesuaikan dengan kurikulum yang baru.
Buktinya, Kurikulum 2013 yang sudah berlaku tahun 2014 kemaren, dihentikan
karena banyaknya keluhan dan kelemahan dari kurikulum tersebut, dan akhirnya
dikembalikan lagi ke kurikulum lama yaitu KTSP 2006. Oleh karena itu,
perubahan kurikulum bukanlah solusi yang tepat untuk mencapai tujuan
14
pendidikan yang lebih baik. Namun, jika memang harus dilakukan perubahan
juga, maka pemerintah harus memiliki perencanaan yang matang, sehingga
pendidikan tidak terbengkalai hanya kerena perubahan kurikulum.
15
Daftar Pustaka
I. Buku :
a. Wiles Bondi, 2008, Curriculum Development: A Guide to Practice,
Amerika Serikat: Merril.
II. Website :
a. www.google.co.id
b. www.blogrenanda.com
c. oplopha.blogspot.co.id
d. www.pengertianpakar.com
e. atthamimy.blogspot.co.id
f. perpuspendidikan.blogspot.co.id
g. contohkaryatulisilmiahyangbenar.blogspot.co.id
h. www.artikelsiana.com
i. id.wikipedia.org
j. edukasi.kompas.com
k. warkopmbahlalar.com
l. masdaus.blogspot.co.id
m. webcache.googleusercontent.com
III. Wawancara :
a. Nulfalinda, S.Pd., M.Si pada tanggal 28/09/2015, beliau meraih gelar S-
1 Akutansi di UNP dan gelar S-2 P erencanaan Pembangunan
Konsentrasi Pendidikan di UNAND.
16
Lampiran
Lampiran 1
17
Lampiran 2
Biodata Penulis
18