Anda di halaman 1dari 20

Pengaruh Cyberbullying Terhadap Kesehatan

Mental Pengguna Media Sosial

Disusun Oleh:

AHMAD NURKHAIRY (02)


KELAS X.8

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2

KOTA MAKASSAR

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah Swt. dengan rahmat dan karunia-
Nya telah memberikan kekuatan dan hidayah sehinnga proposal penelitian
yang berjudul Pengaruh Cyberbullying Terhadap Kesehatan Mental
Pengguna Media Sosial ini dapat diselesaikan oleh penulis.

Proposal penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh


Cyberbullying terhadap pengguna-pengguna media sosial baik di kalangan
remaja maupun dewasa dengan menggunakan metode penelitian deskriptif
kuantitatif.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa proposal ini masih
memiliki kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh
karena itu, penulis menerima segala saran dan kritik yang bisa membantu
penulis dalam memperbaiki proposal ini.

Akhir kata penulis berharap agar proposal tentang pengaruh


Cyberbullying terhadap Kesehatan mental pengguna media sosial dapat
memberikan manfaat bagi pembacanya.

Makassar, Mei 2023

Ahmad Nurkhairy

NISN. 0072160099

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................5
A. Penelitian Terdahulu...............................................................................................5
B. Konsep-konsep Terkait Penelitian..........................................................................7
1. Media Sosial...........................................................................................................7
2. Cyberbullying.........................................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................14
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian...........................................................................14
B. Lokasi Penelitian..................................................................................................14
C. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................14
D. Alat/Instrumen Penelitian.....................................................................................15
E. Teknik Analisis Data............................................................................................15
F. Langkah-Langkah Penelitian................................................................................15

iii
A.
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang
Media sosial dapat diartikan sebagai sebuah media online, dimana para
penggunanya dapat berbagi, berpartisipasi dan menciptakan berbagai
macam akun yang berupa blog, forum dan jejaring sosial yang
menggunakan aplikasi berbasis internet 44yang didukung oleh teknologi
informasi untuk menciptakan ruang dunia virtual (Rifauddin, 2016).

Media sosial juga banyak digunakan orang untuk berbagi informasi,


mencari teman, atau membangun self-image seseorang. Di satu sisi banyak
keuntungan dan manfaat yang bisa kita dapatkan, tetapi di sisi lain tidak
sedikit kerugian dalam bentuk hal-hal negatif yang menyertai penggunaan
media sosial. Salah satu dampak negatif yang timbul dengan adanya
kemudahan dalam mengakses media sosial adalah munculnya fenomena
culnya fenomena cyberbullying baik di kalangan anak-anak maupun
remaja bahkan orang dewasa.

Cyberbullying adalah istilah yang digunakan pada saat seseorang


mendapat perlakuan tidak menyenangkan seperti dihina, diancam,
dipermalukan, disiksa, atau menjadi target bulan-bulanan oleh orang lain
yang menggunakan media sosial. Cyberbullying atau kekerasan dunia
maya ternyata lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan kekerasan
fisik. Penelitian yang dilakukan ilmuwan dari National Institutes of Health
(NIH) mengungkapkan keekerasan melalui dunia maya efeknya lebih
besar terhadap korban. Para peneliti mensurvei secara internasional
terhadap 4500 remaja dan praremaja di Amerika Serikat selama tahun
2005 hingga 2006. Mereka meneliti secara spesifik perasaan depresi,
seberapa mudah mereka menjadi marah, dan seberapa sulit mereka
berkonsentrasi. Peserta juga diteliti berkaitan dengan pengalaman mereka
disakiti secara fisik, diejek serta dikirimi pesan melalui komputer atau

1
telepon seluler. Atau apakah mereka yang justru pernah melakukannya.
"Korban cyberbullying sering kali depresi, merasa terisolasi, diperlakukan
tidak manusiawi, dan tak berdaya ketika diserang," ujar para peneliti.
Intimidasi secara fisik atau verbal pun menimbulkan depresi. Namun,
ternyata para peneliti menemukan korban cyberbullying mengalami tingkat
depresi lebih tinggi (NN, 2010).

Dampak dari cyberbullying untuk para korban tidak berhenti sampai


pada tahap depresi saja, melainkan sudah sampai pada tindakan yang lebih
ekstrim yaitu bunuh diri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hinduja dan
Patchin (2010c) mengungkapkan fakta bahwa meskipun tingkat bunuh diri
di AS menurun 28,5 % pada tahun-tahun terakhir namun ada tren
pertumbuhan tingkat bunuh diri pada anak dan remaja usia 10 sampai 19
tahun. Satu faktor yang dikaitkan dengan munculnya ide untuk bunuh diri
adalah pengalaman bullying. Bukti keterkaitan dini dikuatkan dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bagaimana pengalaman dipermalukan oleh
sesama teman (kebanyakan sebagai target tetapi juga sebagai pelaku)
berkontribusi pada munculnya depresi, penurunan kepercayaan diri,
putusnya harapan dan perasaan kesepian yang kesemuanya itu menjadi
pemicu munculnya pemikiran dan perilaku untuk bunuh diri. Dari hasil
penelitian yang melibatkan 2000 anak usia remaja di beberapa distrik di
AS, 20% responden dilaporkan telah memikirkan secara serius untuk
bunuh diri (19,7% wanita, 20,9% laki-laki), se.mentara 19% dilaporkan
telah melakukan bunuh diri (17,9% wanita, 20,2% laki-laki). Hal lain yang
bisa disoroti dari hasil penelitian tersebut adalah semua bentuk bullying
secara signifikan berkaitan dengan peningkatan munculnya ide untuk
bunuh diri dan korban cyberbullying yang mencoba untuk melakukan
bunuh diri hampir dua kali lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan
remaja yang tidak mengalami cyberbullying.

Banyak contoh kasus bunuh diri yang dapat kita temui di media masa
maupun internet. Salah satunya adalah kasus bunuh diri seorang guru les

2
berusia 44 tahun yang juga merupakan seorang influencer Tiktok. Sebelum
mengakhiri hidupnya korban diduga menerima komentar kebencian yang
sangat banyak dari para pelaku cyberbullying. Tindakan dari para pelaku
tersebut membuat korban mengalami stress emosional.

Melihat fenomena yang sangat mencengangkan diatas, sebagai


pengguna media sosial, penulis sangat terusik dengan maraknya fenomena
cyberbullying ini sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui kondisi
cyberbullying di Indonesia.

C. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana fenomena cyberbullying yang terjadi di kalangan


remaja & dewasa?
2. Bagaimana seharusnya peran dan tanggung jawab orang tua dan
masyarakat dalam menyikapi fenomena cyberbullying ini?
3. Langkah-langkah apa yang dapat ditempuh untuk mengatasi
fenomena cyberbullying ini?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi yang sebenarnya tentang cyberbullying di


kalangan remaja & dewasa.
2. Mengetahui tentang peran dan tanggung jawab orang tua dan
masyarakat.
3. Mengetahui langkah-langkah yang dapat ditempuh baik untuk
mencegah maupun mengatasi tindakan cyberbullying.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi bagi orang tua & masyarakat akan


fenomena cyberbullying.

3
2. Menjadi bahan acuan dan rekomendasi bagi orang tua &
masyarakat untuk menyikapi fenomena cyberbullying.

4
F.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini peneliti menggali beberapa informasi dari
berbagai penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian-penelitian terdahulu
yang berhubungan dengan penelitian saat ini adalah sebagai berikut :

1. Agustin Sukmawati & Ayu Puput Budi Kumala (2020). Dampak


Cyberbullying pada Remaja di Media Sosial. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui dampak Cyberbullying pada remaja di
media sosial. Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa
Cyberbullying pada remaja di media sosial memiliki dampak yang
begitu besar yang mempengaruhi segala aspek kehidupan mulai dari
aspek psikologis, fisik, dan juga sosial.
2. Mira Marleni Pandie & Ivan Th. J. Weismann (2016). Pengaruh
Cyberbullying di Media Sosial terhadap Perilaku Reaktif sebagai
Pelaku maupun sebagai Korban Cyberbullying pada Siswa Kristen
SMP Nasional Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh cyberbullying terhadap perilaku reaktif sebagai pelaku
sekaligus sebagai korban cyberbullying pada siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat
dibuktikan. Analisa hasil uji korelasi menyebutkan bahwa ada
hubungan positif dan signifikan antara perilaku pelaku
Cyberbullying dan perilaku korban Cyberbullying.
3. Alyza Asha Witjaksono, Ita Musfirowati Hanika, Stefani Ira Pratiwi
(2021). Fenomena Cyberbullying pada Mahasiswa di DKI Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat fenomena Cyberbullying pada
mahasiswa di wilayah DKI Jakarta serta menawarkan solusi bagi
tindak Cyberbullying. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 82
responden dari 100 responden pernah mendapatkan tindakan
Cyberbullying.

5
Untuk menghindari adanya duplikasi, peneliti membuat tabel
persamaan dan perbedaan penelitian yang ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbed


.
1. Agustin Dampak Cyberbullying Penelitian yang dilakukan Peneliti A. Suk
Sukmawati & pada Remaja di Media oleh A. Sukmawati & A. P. A. P. Budi Kum
Ayu Puput Budi Sosial Budi Kumala dan yang spesifik melak
Kumala dilakukan oleh peneliti penelitian terh
sama-sama meneliti dampak Cyber
tentang dampak atau pada kalangan
pengaruh Cyberbullying di sedangkan pen
media sosial. melakukan pen
terhadap peng
Cyberbullying
pengguna-pen
media sosial b
kalangan rema
dewasa.
2. Mira Marleni Pengaruh Cyberbullying di Penelitian yang dilakukan Peneliti M. M.
Pandie & Ivan Media Sosial terhadap oleh M. M. Pandie & Ivan Ivan Th. J. We
Th. J. Perilaku Reaktif sebagai Th. J. Weismann dan yang melakukan pen
Weismann Pelaku maupun sebagai dilakukan oleh peneliti tentang pengar
Korban Cyberbullying pada sama-sama meneliti Cyberbullying
Siswa Kristen SMP tentang pengaruh perilaku reakti
Nasional Makassar Cyberbullying di media dan korbannya

6
sosial. peneliti melak
penelitian tent
pengaruh Cybe
terhadap keseh
pengguna med
3. Alyza Asha Fenomena Cyberbullying Penelitian yang dilakukan Peneliti A. A.
Witjaksono, Ita pada Mahasiswa di DKI oleh A. A. Witjaksono, I. I. M. Hanika,
Musfirowati Jakarta M. Hanika, S. Ira Pratiwi Pratiwi melaku
Hanika, Stefani dan yang dilakukan oleh penelitian tent
Ira Pratiwi peneliti sama-sama fenomena Cyb
membahas tentang topik pada mahasisw
Cyberbullying. sedangkan pen
melakukan pen
tentang pengar
Cyberbullying
kesehatan men
pengguna med
Makassar.

B. Konsep-konsep Terkait Penelitian


1. Media Sosial
Kemajuan teknologi dan informasi serta semakin canggihnya
perangkat-perangkat yang diproduksi oleh industri seperti menghadir-
kan “dunia dalam genggaman”. Richard Hunter (2002) mengulas
tentang world without secrets bahwa kehadiran media baru (new
media/cybermedia) menjadikan informasi sebagai sesuatu yang mudah
dicari dan terbuka. Salah satu media yang sekarang ini sering digunakan
oleh remaja dan masyarakat adalah media sosial. Kehadiran media sosial
menjadi fenomenal. Media sosial tidak hanya digunakan untuk

7
mendistribusikan informasi yang bisa dikreasikan oleh pemilik akun itu
sendiri, tetapi juga memiliki dasar sebagai portal utnuk membuat
jaringan pertemanan secara virtual dan medium untuk berbagi data,
seperti audio atau video (Nasrullah, 2015). Kehadiran media sosial
menjadikan masyarakat bisa dengan bebas dan mudahnya mendapatkan
informasi apapun tanpa batasan waktu dan sumber.

Gunelius (2011) memberikan definisi media sosial adalah penerbitan


online dan alat-alat komunikasi, situs, dan tujuan dari Web 2.0 yang
berakar pada percakapan, keterlibatanm dan partisipasi. Media sosial
menekankan akan adanya percakapan, keterlibatan dan partisipasi. Ada
interaksi yang dilakukan oleh para pengguna media sosial tersebut.
Interaksi dilalukan dengan memberikan komentar-komentar dipostingan
orang lain. Sang pemilik postingan tersebut juga memiliki hak untuk
menghapus komentar yang tidak disukainya atau memblokir akun media
sosial seseorang yang dianggapnya mengganggu.

Menurut Puntoadi (2011), media sosial berfungsi sebagai (1) media


sosial memberikan keunggulan dalam membangun personal branding,
yaitu tidak mengenal trik atau popularitas semu, karena dalam hal ini
audienslah yang akan menentukan media sosial dapat digunakan orang
untuk berkomunikasi, berdikusi dan bahkan mendapatkan popularitas di
media sosial; (2) dalam pemasaran, media sosial memberikan
kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat dengan konsumen.

Fungsi media sosial yang pertama adalah membantu seseorang


dalam membangun personal branding. Banyak orang yang membentuk
self-image melalui media sosial untuk mendapatkan ketenaran. Sebagai
contoh, akun tiktok @awbimaxreborn yang menarik perhatian banyak
orang karena konten tiktoknya yang selalu menyinggung pemerintah.
Pemilik akun yang Bernama asli Bima Yudho Saputro ini sering
membuat postingan yang heboh dan penuh sensasi. Salah satu
postingannya yang cukup viral yaitu video Bima mengungkapkan

8
pendapatnya tentang alasan kenapa Lampung tidak maju-maju. Tak
sedikit yang membenarkan pendapat Bima tentang Lampung, namun ada
pula yang melaporkan video tersebut dengan alasan Bima telah
menyudutkan Provinsi Lampung. Sebelumnya, Bima sering
mengunggah video pendapatnya terhadap isu-isu yang ada di Indonesia.
Oleh karena itu, ia terkenal dan memiliki banyak followers di akun
Tiktoknya. Media sosial bisa menjadi ajang bagi seseorang dalam
membentuk self-image seperti yang diinginkannya.

Selain untuk membangun self-image yang bagus dan mendapatkan


popularitas, fungsi yang kedua dari media sosial adalah memasarkan
suatu produk. Saat ini media sosial adalah alat yang paling sering
digunakan oleh para wirausahawan dalam memasarkan produknya.
Tanpa perlu bertatap muka satu per satu dengan konsumennya, para
pemasar bisa melakukan interaksi dengan lebih dekat dan personal
dengan para konsumennya melalui media sosial. Mereka bisa menjawab
setiap pertanyaan atau pernyataan yang dikemukakan oleh para
konsumen. Melalui media sosial, para pemasar dapat mengetahui
kebiasaan konsumen mereka dan melakukan interaksi secara personal
serta membangun keterikatan yang lebih dalam. Fungsi media sosial
tersebut menggambarkan bahwa media sosial adalah sebuah alat atau
wadah untuk mennyampaikan informasi dimana proses penyampaian
informasi tersebut bisa dilakukan dengan lebih mudah, cepat dan bersifat
personal.

2. Cyberbullying
Cyberbullying adalah istilah yang digunakan pada saat seorang anak
atau remaja mendapat perlakukan tidak menyenangkan seperti dihina,
diancam, dipermalukan, disiksa, atau menjadi target bulan-bulanan oleh
anak atau remaja yang lain menggunakan teknologi Internet, teknologi
digital interaktif maupun teknologi mobile (NN, 2009). Jika orang
dewasa ikut terlibat tidak lagi disebut sebagai cyberbullying tetapi

9
disebut cyber harassment atau cyber stalking. Cyberbullying biasanya
bukan hanya komunikasi satu kali, ini terjadi secara berulang kali,
kecuali jika itu adalah sebuah ancaman pembunuhan atau ancaman
serius terhadap keselamatan orang.

Dengan satu perkecualian, semua cyberbullying dilakukan dengan


sengaja. Si pelaku dengan sengaja bermaksud untuk melukai atau
mengganggu tergetnya. Satu perkecualiannya adalah jika murid-murid
ceroboh dan melukai perasaan temannya secara tidak sengaja. Ini
dinamakan “inadvertent cyberbullying,” karena si target merasa menjadi
korban, meskipun si pelaku tidak melakukannya dengan sengaja. Karena
hal ini kadang menimbulkan penderitaan, cenderung mengarah ke
cyberbullying tradisional dan cyber warfare, maka dianggap sebagai satu
dari empat jenis cyberbullying.

Bisa dikatakan sebagai cyberbullying jika ada pihak minor di salah


satu sisi, satu sebagai target dan satu sebagai pelaku (Jika tidak ada
pihak minor di salah satu sisi, ini dianggap sebagai “cyber harassment,”
bukan cyberbullying). Contohnya jika seorang murid mengganggu
seorang guru, ini termasuk cyber harassment. (Sebagai catatan untuk
beberapa hukum tentang cyberbullying yang baru mengklasifikasikan
cyber harassment guru sebagai “cyberbullying”) (Aftab, 2011).

Ada 2 macam metode cyberbullying yaitu direct attacks (pesan-


pesan dikirimkan secara langsung ke anak), posted and public attacks
yang dirancang untuk mempermalukan target dengan memposting atau
menyebarkan informasi atau gambar-gambar yang memalukan ke publik,
dan cyberbullying by proxy (memanfaatkan orang lain untuk membantu
mengganggu korban, baik dengan sepengetahuan orang lain tersebut atau
tidak) (Aftab, 2011).

2. 1 Direct Attacks dan Posted and Public Attacks

10
Beberapa sarana yang digunakan untuk serangan-serangan ini
antara lain:
a. Instant Messaging/E-mail/Text Messaging Harassment
Seseorang dapat mengirimkan pesan-pesan yang
mengancam dan penuh kebencian ke orang lain tanpa
menyadarinya. Pesan-pesan yang mengancam dan tidak
ramah ini bisa menjadi sangat menyakitkan dan dampaknya
sangat serius.
b. Pencurian Password
Seseorang dapat mencuri password orang lain dan mulai
untuk mengobrol dengan orang lain, berpura-pura menjadi
orang yang lain. Mereka bisa mengatakan hal-hal yang
kejam yang menyingung dan membuat marah orang lain.
Sementara itu, orang yang diajak bicara tidak tahu
sebenarnya siapa yang mereka ajak bicara. Seorang anak
mungkin mencuri password untuk mengubah profilnya
dengan memasukkan hal-hal yang berbau seksual, rasis,
dan hal-hal yang tidak pantas lainnya yang mungkin akan
menarik perhatian atau menyinggung orang-orang.
Seseorang dapat mencuri password dan mengunci korban
dari akunnya sendiri. Sekali password dicuri, hacker bisa
menggunakannya untuk meng-hack komputer korban dan
melakukan pencurian atas nama korban.
c. Blogs
Blogs adalah jurnal online. Blogs adalah sarana yang
menyenangkan untuk anak dan remaja untuk memposting
pesan agar dapat dilihat oleh semua temannya. Namun,
kadang anak-anak menggunakan blogs untuk
menghancurkan reputasi anak lain dan mencampuri
privasinya. Sebagai contoh, dalam satu kasus, seorang anak
laki-laki memposting banyak pesan tentang perpisahannya

11
dengan teman wanitanya, menjelaskan bagaimana teman
wanita tersebut menghancurkan hidupnya dan
memanggilnya dengan sebutan yang merendahkan. Teman-
teman anak laki-laki tersebut membaca dan akan
mengkritisi teman wanitanya. Si teman wanita akan
menjadi malu dan terluka, semua hanya karena anak-anak
lain memposting informasi yang kejam, pribadi, dan salah
tentang dirinya. Kadang-kadang anak-anak membuat blog
atau profil berpura-pura menjadi korbannya dan
mengatakan hal-hal yang dirancang untuk mempermalukan
korbannya.
d. Mengirimkan Gambar-gambar melalui E-mail dan ponsel
Ada kasus dimana remaja mengirimkan email masal untuk
pengguna lain yang berisi gambar porno atau gambar yang
akan merendahkan remaja lain. Sekali email ini dikirimkan,
akan diterima oleh ratusan orang dalam beberapa jam
saja.Tidak ada cara untuk mengendalikan hal ini. Banyak
ponsel baru yang memungkinkan anak-anak saling
mengirimkan gambar dengan mudah. Anak-anak menerima
gambar secara langsung di ponselnya dan bisa
mengirimkannya ke siapa saja yang ada dalam buku
alamatnya. Setelah melihat gambar di situs web, beberapa
anak benar-benar memposting gambar-gambar porno ini
secara online sehingga semua orang bisa melihat,
menyebarkan, dan mengunduhnya. Anak-anak kadang
mengambil gambar seseorang di ruang locker, kamar
mandi, atau ruang ganti, dan mempostingnya secara online
atau mengirimkannya ke orang lain lewat ponsel.
e. Interactive Gaming
f. Mengirimkan materi pornografi atau Junk E-mail dan IMs
g. Impersonation/Posing

12
h. Missapropriation of Cellphones
2. 2 Cyberbullying by Proxy (Third Party Cyberharassment or
Cyberbullying)
Seringkali orang menyalahgunakan Internet untuk mentarget
sasarannya yang menggunakan kaki tangan. Kaki tangan ini,
kadang tidak curiga kalau mereka dimanfaatkan sebagai kaki
tangan. Mereka tahu bahwa mereka mengkomunikasikan pesan
yang provokatif, tapi tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka
sedang dimanipulasi oleh pelaku utama. Itulah hebatnya jenis
serangan ini. Penyerang hanya perlu memprovokasi dan
menciptakan kemarahan atau emosi di satu pihak, dan kemudian
dapat duduk kembali dan membiarkan orang lain melakukan
pekerjaan kotornya. Kemudian, ketika tindakan hokum atau
hukuman diambil terhadap para kaki tangan, pelaku yang
sebenarnya dapat mengklaim bahwa mereka tidak pernah
menghasut dan tidak ada yang bertindak atas nama pelaku. Mereka
mengklaim tidak bersalah dan menyalahkan kaki tangan mereka.
Kaki tangan mereka menjadi satu-satunya yang bersalah di mata
hukum.

13
C.
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Sugiyono (2005) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah
suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis
suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan
yang lebih luas. Metode penelitian ini mengumpulkan data-data primer dan
sekunder yang bersumber dari pengguna media sosial.

Pendekatan dalam penelitian ini berupa pendekatan kuantitatif.


Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan
pengambilan sampel secara random dengan pengumpulan data
menggunakan instrumen, analisis data bersifat statistic (Sugiyono, 2015).

B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini hendaknya dilakukan di tempat-tempat yang
banyak menggunakan fasitilas internet di Kota Makassar misalnya kafe,
warkop, mall, sekolah, dan berbagai tempat public lainnya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner


(Google Form). Teknik pengumpulan data dengan instrumen penelitian
kuesoner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011). Data-data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber
data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.
2. Data Sekunder

14
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua
atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan.

D. Alat/Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam
mengumpulkan data-data (S. Arikunto, 2009). Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini berupa kuesioner (Google Form). Kuesioner
disebarkan ke 300 orang dengan rentan usia 15-40 tahun melalui media
sosial. Materi kuesioner menanyakan tentang pengalaman seseorang
tentang fenomena bullying baik secara tradisional maupun cyberbullying.

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah proses mencari data, menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam
pola memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain
(Sugiyono, 2010).

Teknik analisis data yang digunakan dalam mengolah data pada


penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif akan menguji
generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas satu sampel.

F. Langkah-Langkah Penelitian
Secara umum langkah-langkah penelitian yang akan dilaksanakan
adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan kuesioner.
2. Penentuan sampel penelitian.
3. Pengurusan ijin penyebaran kuesioner.
4. Penyebaran kuesioner kepada responden.
5. Analisis data.

15
6. Penyusunan laporan. Penyusunan laporan dilakukan dengan
melibatkan juga studi literatur. Literatur yang digunakan
berasal dari buku, jurnal dan Internet.

16
DAFTAR PUSTAKA
Gana Egar Febriyan, Gana Egar Febriyan (2017) PERANAN SEKOLAH
DALAM MENANGGULANGI PERILAKU MENYIMPANG SISWA DI SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA NEGERI 13 KOTA MAGELANG. S1 thesis, FIS.
Pandie, Mira & Weismann, Ivan. (2016). Pengaruh Cyberbullying di
Media Sosial Terhadap Perilaku Reaktif Sebagai Pelaku Maupun Sebagai Korban
Cyberbullying Pada Siswa Kristen SMP Nasional Makassar. Jurnal Jaffray, Vol.
14, No. 1, 43-62.
Peprianto, Niko (2019) IMPLEMENTASI PROGRAM KEMITRAAN
TOYOTA TECHNICAL EDUCATION PROGRAM (T-TEP) DALAM MATA
PELAJARAN PEMELIHARAAN MESIN KENDARAAN RINGAN (PMKR) DI
SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN. S1 thesis, Universitas Negeri Yogyakarta.
Ramadhani, Nursyam (2018) Strategi Badan Penelitian Dan
Pengembangan Provinsi Riau Dalam Mengembangkan Kebijakan Sistem Inovasi
Daerah (SIDa). Other thesis, Universitas Islam Riau.
Rifauddin, Machsun. (2016). Fenomena Cyberbullying pada Remaja.
KHIZANAH AL-HIKMAH, 4(1), 35-44.
Sukmawati, A. & Kumala, A. (2020). DAMPAK CYBERBULLYING
PADA REMAJA DI MEDIA SOSIAL. Alauddin Scientific Journal of Nursing,
1(1), 55-65.
Witjkasono, A., Hanika, I., & Pratiwi, S. (2021). Fenomena
Cyberbullying pada Mahasiswa di DKI Jakarta. Jurnal IMPRESI, 2(1), 15-30.

17

Anda mungkin juga menyukai