Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENYIMPANGAN SEKSUAL

OLEH

 ZUKRON AULA
 FALQURRYATI AINUN
 EVI MULYATI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


PRODI S-1 KEPERAWATAN
2017/2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Penyuluhan Kesehatan Penyimpangan Seksual
Sasaran : Remaja
Target : Remaja
Waktu : Sabtu, 22 Desember 2018
Tempat : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram

A. Latar belakang
Manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhkluk sempurna, sehingga mampu
mencintai dirinya (autoerotik), mencintai orang lain beda jenis (heteroseksual) namun juga
yang sejenis (homoseksual) bahkan dapat jatuh cinta makhluk lain ataupun benda, sehingga
kemungkinan terjadi perilaku menyimpang dalam perilaku seksual amat banyak.
Manusia tidak selamanya lurus dan normal, karena pasti ada saja yang memiliki
kecenderungan tidak normal / tidak wajar dalam menjalani hidup di dunia. Salah satu
ketidakwajaran manusia dapat dilihat dari perilaku seksual menyimpang yang ada pada
dirinya. Kelainan seks terjadi pada batin atau kejiwaan seseorang walaupuan dari segi fisik
penderita penyakit seks batin tersebut sama dengan orang-orang normal yang lain.
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk
mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan
oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya
kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari
lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.

B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pertemuan ini, peserta mampu mengerti tentang perilaku
seksual yang menyimpang.
C. Tujuan Khusus
Pada akhir penyuluhan peserta dapat :
 Menjelaskan pengertian penyimpangan seksual
 Menjelaskan bentuk – bentuk dari penyimpangan seksual

D. Materi
(Tterlampir)
E. Kegiatan penyuluhan
TAHAP KEGIATAN
KEGIATAN PENGAJAR WAKTU
KEGIATAN PESERTA
Pendahuluan 1. Memberi salam 1. Peserta menjawab 5 menit
2. Menyebutkan kontrak salam
waktu penyuluhan 2. Peserta
3. Menyampaikan tujuan memperhatikan
diadakannya penyuluhan
4. Menjelaskan pokok materi 3. Peserta
yang akan dibahas dan memperhatikan
metode yang akan
digunakan untuk mencapai 4. Peserta
tujuan. memperhatikan
Penyajian 1. Menjelaskan materi secara 1. Peserta 25 menit
benar dan jelas memperhatikan
2. Memberikan contoh yang 2.. Peserta
mudah dipahami memperhatikan
3. Memberikan kontak dan
feedback kepada peserta 3. Peserta bertanya
4. Memberi kesempatan
untuk bertanya 4. Peserta
5. Menjawab pertanyaan memperhatikan
6. Melemparkan pertanyaan 5. Peserta menjawab
7. Memberikan 6.. Peserta
reinforcement positif memperhatikan
Penutup 1. Menyimpulkan materi 1. Peserta 10 menit
2. Memberikan rencana memperhatikan
selanjutnya 2. Peserta
3. Memberi salam memperhatikan
3. Peserta menjawab
salam
. F. Metode penyuluhan
 Ceramah.
 Diskusi/tanya jawab.
 Evaluasi terhadap materi penyuluhan untuk mengetahui seberapa paham peserta
memahami materi penyuluhan.

G. Media/alat
a. Leafleat, layar monitor, laptop untuk untuk penyampaian materi berupa audio visual.
b. Alat pendukung kursi dan meja.

H. Pengorganisasian

Leader :
Moderator :
Penyaji :
Fasilitator :


Notulen :
Observer :
Dokumentasi :
.

H. Setting tempat
O N Keterangan :
PY PY : Penyaji
K P P P P P P N : Notulen
P P P P P P O : Observer
P P P P P P P : Peserta
P P P P P P K :
I. Evaluasi Hasil
o Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan rencana yang telah dirancang.
 Peserta penyuluhan dapat :
. Menjelaskan kembali pengertian Penyimpangan seksual.
. Menyebutkan 7 dari 13 bentuk perilaku menyimpang seksual.
o Peserta mampu menyadari prilaku masing-masing, dan dapat mengubah
prilaku menyimpang tersebut menjadi prilaku yang lebih ber moral dan
bermanfaat bagi masayarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Baharits, Adnan Hasan. 2005. Penyimpangan Seksual Pada Anak. Jakarta. Gema Insani.
Yudistira. 2007. Sosiologi: Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Graha Indonesia
MATERI PENYULUHAN
PENYIMPANGAN SEKSUAL

A. Defenisi Penyimpangan Seksual

Dalam bahasa medis, penyimpangan seksual disebut parafilia. Asalnya dari bahasa
Yunani, para = samping, philia = cinta. Parafilia digunakan untuk menyebut sifat dan
perilaku serta ketertarikan seksual yang di luar kebiasaan serta di luar kewajaran.
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan
kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang
tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar.
Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman
sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetic
Penyebab penyimpangan seksual dapat menjadi salah satu faktornya adalah penyalahgunaan
obat dan alkohol. Obat-obatan tertentu memungkinkan seseorang yang memiliki potensi
perilaku seks menyimpang melepaskan fantasi tanpa hambatan kesadaran. Kemudian, faktor
lingkungan, keluarga, dan budaya di mana seorang anak dibesarkan ikut memengaruhi
perilaku seksnya. Anak yang orangtuanya sering mendapat hukuman fisik dan mendapat
kontak seksual yang agresif, lebih mungkin menjadi agresif dan impulsif secara seksual
terhadap orang lain di saat dewasa dewasa.

B. Bentuk-Bentuk Penyimpangan Seksual

Homoseksual

Homoseksual pertama diciptakan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog Jerman


Karoly Maria Benkert. Walaupun istilah ini tergolong baru tetapi diskusi tentang seksualitas
dan homoseksualitas telah dimulai sejak zaman Yunani kuno pada diskusi filosofis
Symposium Plato dengan teori queer kontemporer. Yang timbul dari sejarah ini setidaknya di
Barat adalah ide hukum alam dan beberapa interpretasi hukum yang melarang homoseksual.
Referensi hukum alam masih berperan penting dalam perdebatan tentang homoseksual baik
dalam agama, politik dan sebagainya.
Perubahan sosial yang paling signifikan melibatkan homoseksualitas adalah munculnya
gerakan pembebasan gay di Barat. Sebuah isu sentral yang diangkat dari teori queer adalah
apakah homoseksualitas, heteroseksualitas ataupunbiseksualitas secara sosial muncul semata-
mata didorong oleh kekuatan biologis (Stanford, 2006).
Homoseksual merupakan kelainan mengacu pada interaksi seksual antara pribadi yang
berjenis kelamin sama secara situasional atau berkelanjutan. Istilah gay adalah suatu istilah
tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada pria homoseks. Sedangkan Lesbian adalah
suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada wanita homoseks.
Faktor hormonal termasuk yang mempengaruhi seseorang berperilaku seksual sebagai lesbian
maupun gay. Kondisi hormon ini tidak dapat dilihat secara kasat mata, hanya kaum mereka
yang tahu dan dapat merasakannya. Lesbian dan gay ini terjadi karena ada hormon yang
mempengaruhi yaitu feromon, dan mereka tahu ciri khusus mana seorang lesbi atau gay, hal
ini dapat terlihat dari jalannya, bibirnya atau yang lainnya. Ada yang berpendapat bahwa
homoseksualitas adalah suatu pilihan hidup yang dibuat-buat sementara sebagian kalangan
menganggap salah satu penyebab seseorang menjadi gay atau lesbi karena masalah psikis.
Tapi kebanyakan faktor lingkungan mempengaruhi seseorang untuk menjadi gay atau lesbi
(Hastaning, 2008).
Homoseksual ini dapat mengacu pada tiga aspek :
Orientasi Seksual / Sexual Orientation
Orientasi seksual - homoseksual yang dimaksud disini adalah ketertarikan/ dorongan/hasrat
untuk terlibat secara seksual dan emosional (ketertarikan yang bersifat romantis) terhadap
orang yang berjenis kelamin sama. American Psychiatric Association (APA) menyatakan
bahwa orientasi seksual berkembang sepanjang hidup seseorang.
Perilaku Seksual / Sexual Behavior
Homoseksual dilihat dari aspek ini mengandung pengertian perilaku seksual yang dilakukan
antara dua orang yang berjenis kelamin sama.
Identitas Seksual / Sexual Identity
Sementara homoseksual jika dilihat dari aspek ini mengarah pada identitas seksual sebagai
gay atau lesbian. Sebutan gay digunakan pada homoseksual pria, dan sebutan lesbian
digunakan pada homoseksual wanita.
Sadomasokisme
Sadomasokisme termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual diperoleh
bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa
pasangannya maupun membiarkan dirinya disakiti pasangannya.
Sadomasokisme seksual berbeda dengan gangguan kepribadian sadistik. Orang dengan
gangguan kepribadian sadistik kejam, agresif, merendahkan orang lain. Ia menggunakan
kekerasan dan kekejian untuk mencapai tujuan, memperlakukan orang lain dengan kasar,
menggemari penderitaan makhluk hidup, mengendalikan orang lain dengan rasa takut,
mengekang kebebasan orang lain dan tertarik dengan kekerasan, senjata dan luka.
Perilakunya tersebut tidak hanya ditujukan pada satu orang tertentu dan karakter utama yang
membedakannya dengan sadisme seksual, kekejamannya bukan untuk memperoleh kepuasan
seksual.
Ada beberapa bagian dari penyimpangan sadomasokisme, diantaranya sebagai berikut :

Masokisme Seksual
Masokisme seksual (sexual masochism), berasal dari nama seorang Novelis Austria,
Leopold Ritter von Sacher- Masoch (1836-1895), yang menulis cerita dan novel tentang pria
yang mencari kepuasan seksual dari wanita yang memberikan rasa nyeri/sakit pada dirinya,
sering dalam bentuk flagellation (dipukul atau dicambuk). Masokisme seksual melibatkan
dorongan kuat yang terus menerus dan fantasi yang terkait dengan tindakan seksual yang
melibatkan perasaan dipermalukan, diikat, dicambuk, atau dibuat menderita dalam bentuk
lainnya. Dorongan itu dapat berupa tindakan yang menyebabkan atau didasari oleh distress
personal. Pada sejumlah kasus masokisme seksual, orang tersebut tidak dapat mencapai
kepuasan seksual jika tidak ada rasa sakit atau malu.
Ekspresi masokisme yang paling berbahaya adalah hipoksifilia (hypoxyphilia), dimana
partisipan merasa terangsang secara seksual dengan dikurangi konsumsi oksigennya,
misalnya dengan menggunakan jerat, kantung plastic, bahan kimia, atau tekanan pada dada
saat melakukan aktivitas seksual, seperti masturbasi. Pengurangan oksigen biasanya disertai
dengan fantasi sesak napas atau dengan dibuat sesak napas oleh pasangan. Orang yang
melakukan aktivitas ini biasanya menghentikannya sebelum mereka kehilangan kesadaran,
tetapi terkadang kematian karena kehabisan napas juga terjadi akibat salah perhitungan
(Blanchard & Hucker, 1991).
Sadisme Seksual
Sadisme seksual (sexual sadism) dinamai berdasarkan nama Marquis de Sade (1740-
1814), pria Prancis pada abad ke-18 yang terkenal, yang menulis cerita tentang kenikmatan
mencapai kepuasan seksual dengan memberikan rasa sakit atau rasa malu pada orang lain.
Sadisme seksual ditandai dengan preferensi mendapatkan atau meningkatkan kepuasan
seksual dengan cara menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun mental. Berbeda dengan
pada sadisme, objek yang disakiti pada orang dengan masokisme seksual adalah diri sendiri.
Sadisme seksual adalah sisi kebalikan dari masokisme seksual. Sadisme seksual melibatkan
dorongan yang kuat dan berulang serta fantasi terkait untuk melakukan suatu tindakan
dimana seseorang dapat terangsang secara seksual dengan menyebabkan penderitaan fisik
atau rasa malu pada orang lain.
Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan
alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban
terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi begini sering
diderita pria, dengan memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga
ejakulasi. Tetapi juga ada wanita yang mengalami kelainan ini.
Berdasar beberapa penelitian diketahui bahwa para penderita ekshibisionisme adalah seorang
pemalu, tidak tegas, sulit bergaul dengan lawan jenis, dan minder, akan tetapi dalam
keseharian mereka cenderung dikenal memiliki perilaku yang baik secara sosial.

Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni
vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual
dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan
berhubungan seksual. Setelah melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan
tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak
lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau
melihat korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan
rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. Yang jelas, para
penderita perilaku seksual menyimpang sering membutuhkan bimbingan atau konseling
kejiwaan, disamping dukungan orang-orang terdekatnya agar dapat membantu mengatasi
keadaan mereka.
Voyeurisme adalah sebuah kelainan jiwa, di dunia kedokteran dikenal sebagai istilah
skopofilia. Ciri utama voyeurisme adalah adanya dorongan yang tidak terkendali untuk secara
diam-diam mengintip atau melihat seseorang yang berlainan jenis atau sejenis tergantung
orientasi seksual berbeda yang sedang telanjang, menanggalkan pakaian atau melakukan
kegiatan seksual. Dari ini, penderita biasanya memperoleh kepuasan seksual.
Bila penderita adalah seorang pria, wanita yang diintip pada dasarnya tak dikenal. Mengintip
menjadi cara eksklusif untuk mendapatkan kepuasan seksual. Anehnya, ia sama sekali tidak
menginginkan berhubungan seksual dengan wanita yang diintip. Cuma berharap memperoleh
kepuasan orgasme dengan cara masturbasi selama atau sesudah mengintip. Berbeda dengan
seseorang yang normal, penderita voyeurisme sudah terpuaskan tanpa harus melakukan
sanggama.
Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas
seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos
kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang
tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga penderita yang
meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan
hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut.
Fetishism / Fetishme adalah sebuah hasrat seksual terdahap suatu bagian tubuh, objek, atau
kegiatan / gerakan pada tubuh. Ini merupakan sebuah "penyakit" psikologi yg membuat
penderita fetishism (Fetishist) terobsesi pada bagian tubuh / objek / gerakan, mencintai hanya
bagian tubuh itu, dan peningkatan hasrat seksual pada bagian bagian tertentu itu. Misalnya :
Bagian Tubuh : Mata, Hidung, Bibir, Ketiak, Pusar, dll
Objek Pada Tubuh : kacamata, stocking, lingerine, korset, behel, dll
Gerakan Atau Kegiatan : mengibas rambut, berkeringat, anal, dll

Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil


Pedofilia didefinisikan sebagai gangguan/penyimpangan seksual pada orang dewasa
atau remaja yang telah mulai dewasa (pribadi dengan usia 16 atau lebih tua) biasanya ditandai
dengan minat seksual utama pada anak-anak prapuber (umumnya usia 13 tahun atau lebih
muda).

Bestially
Bestially adalah bentuk penyimpangan seksual pada manusia yang mempunyai hasrat
seksual dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing,
maupun makhluk lainnya yang dikategorikan sebagai binatang, baik secara anal, vaginal,
maupun oral.

Incest
Incest adalah bentuk penyimpangan seksual yang ditandai dengan hubungan saling
mencintai yang bersifat seksual yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga
(kekerabatan) yang dekat, biasanya antara ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak
laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung atau saudara tiri.
Necrophilia/Necrofil
Necrophilia, yang juga disebut dengan thanatophilia dan necrolagnia, adalah kelainan
seksual dimana pelakunya memiliki ketertarikan untuk berhubungan seksual dengan mayat
(orang mati).

Zoophilia
Zoophilia merupakan perilaku seksual menyimpang yang membuat seseorang tertarik
melakukan hubungan seksual dengan hewan atau keinginan abnormal untuk memiliki kontak
dengan binatang.

Sodomi
Sodomi adalah prilaku menyimpang seksual yang dilakukan oleh pria yang suka
berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun
dengan pasangan perempuan.

Frotteurisme/Frotteuris
Frotteuris adalah suatu bentuk kelainan seksual di mana seseorang laki-laki
mendapatkan kepuasan seks dengan cara menggesek-gesek / menggosok-gosok alat
kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik / umum seperti di kereta, pesawat, bis, dll.

Gerontopilia
Gerontopilia adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh
cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (nenek-nenek
atau kakek-kakek). Gerontopilia termasuk dalam salah satu diagnosis gangguan seksual, dari
sekian banyak gangguan seksual seperti voyurisme, exhibisionisme, sadisme, masochisme,
pedopilia, brestilia, homoseksual, fetisisme, frotteurisme, dan lain sebagainya. Gairah
seksualnya bisa bangkit lagi jika ia telah bertemu dengan idamannya (kakek/nenek).

Anda mungkin juga menyukai