KERANGKA KONSEP
bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja
penelitian yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya maka kerangka konsep
sebagai berikut:
Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Pola asuh Gambaran dalam Kuesioner Jumlah skor Nominal
orang t/ua mengasuh remaja pola asuh yang didapatkan
yang dilakukan orang tua salah satu tipe
oleh orang tua baik berisi 18 pola asuh lebih
secara otoriter, pertanyaan banyak atau
permisif, dan dan dominan dari
demokrasi menggunakan tipe lainnya,
terhadap kesehatan skala likert yang
reproduksi remaja dengan dikelompokkan
alternatif Menjadi:
pilihan a.dominan pola
jawaban asuh toriter
selalu = 4 b.dominan pola
sering = 3 asuh
jarang = 2 demokratis
tidak pernah = c.dominan pola
1 asuh permisif
Nilai
maksimum
untuk masing-
masing tipe pola
asuh adalah 24
Nilai minimum
untuk masing-
masing tipe pola
asuh adalah 6
Tingkat Kemampuan Kuesioner a. Tingkat Ordinal
pengetahuan remaja dalam tingkat pengetahuan
remaja mengetahui tentang pengetahuan baik, apabila
tentang pubertas, konsep remaja dengan jawaban
kesehatan kehamilan dan 15 pertanyaan. responden 12-
15 yang benar
(Ha) yaitu adanya hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan
METODOLOGI PENELITIAN
( Setiadi, 2007).
penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua
Kecamatan Gunungsitoli.
4.2.1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan unit penelitian. Unit penelitian dari populasi ini
bisa berbentuk orang, objek tertentu, atau kejadian (Zaluchu, 2011). Populasi
(Arikunto,2013):
n = besar sampel
N = besar populasi
(Notoatmodjo, 2012). Adapun kriterian yang menjadi sampel yaitu: remaja yang
berusia 11-21 tahun dan remaja yang tinggal bersama orang tua.
remaja merupakan suatu masalah yang harus diatasi, daerah Kota Gunungsitoli
hak-hak responden dalam penelitian ini. Peneliti tidak memaksa jika responden
yang didasarkan pada tinjauan pustaka. Kuesioner dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
data identitas yang terdiri dari : usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan
tua dengan kecerdasan emosional remaja di SMK Katolik Trisakti Medan yang
dibuat oleh Melina Gultom (2016). Kuesioner pola asuh orang tua menggunakan
skala likert, artinya jawaban responden telah termuat dalam empat pilihan
jawaban. Pilihan yang digunakan yaitu tidak pernah (TP), jarang (JR), sering
(SR), dan selalu (SL). Kuesioner berisi 18 pernyataan dimana pola asuh otoriter
asuh permisif sebanyak 6 pernyataan. Skor terendah adalah 6 dan skor tertinggi
adalah 24, maka jawaban selalu (SL) bernilai 4, sering (SR) bernilai 3, jarang (JR)
bernilai 2, dan tidak pernah (TP) bernilai 1. Jika jumlah skor yang didapatkan
salah satu pola asuh lebih banyak/ dominan dari tipe pola asuh lainnya, maka
dapat dikelompokkan menjadi : dominan pola asuh otoriter, dominan pola asuh
demokratis, dominan pola asuh permisif. Misalnya, skor untuk pola asuh otoriter
adalah 24, skor demokratis 20, dan permisif 18, maka pola asuh responden adalah
dominan otoriter, begitu seterusnya. Tetapi jika jumlah skor untuk ketiga pola
asuh mempunyai skor yang sama maka pola asuh yang diterapkan responden
Remaja
siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang Kesehatan Reproduksi Remaja yang
dibuat oleh Apriany Cordias Arlita Silalahi (2014). Kuesioner terdiri dari 15
penyakit menular seksual. Jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi
suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara
tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi (Arikunto, 2013).
validity index) yang diuji oleh ahli di bidang pola asuh dan tingkat pengetahuan
diuji oleh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Siti
Zahara Nasution, S.kep, Ns, MNS. Adapun perbaikan yang dilakukan pada
yaitu : “Di bawah ini yang merupakan tanda utama kehamilan pada perempuan
adalah : “.
Menurut Polit & Beck (2012) suatu alat ukur dianggap valid jika content
validity index (CVI) lebih dari 0,6. Hasil uji validitas instrumen adalah 1, maka
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2012).
pada tanggal 12 April 2017 dengan kriteria remaja yang berumur 11-21 tahun dan
tinggal bersama orang tua. Data tersebut diolah dengan menggunakan program
Cronbach Alfa dengan hasil uji 0,744 dan kuesioner pengetahuan remaja tentang
Menurut Polit & Beck ( 2012) suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai
koefisiennya lebih dari 0,7. Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh peneliti,
Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu, pada tahap awal
masyarakat yang memiliki remaja dan sesuai dengan kriteria sampel penelitian.
dan prosedur penelitian. Bagi remaja yang bersedia menjadi responden diminta
pertanyaan yang tersedia. Peneliti menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami oleh
bahasa Indonesia dan bahasa Daerah Nias. Remaja mengisi seluruh pertanyaan
selama 20 menit. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti selama 5 hari dimana
segera diperbaiki, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan
dan multivariat.
variabel pola asuh orang tua bertujuan untuk mengidentifikasi pola asuh orang
hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja tentang
nilai x2 hitung > x2 tabel atau nilai probabilitas (p) < 0,05, maka Ho ditolak,
yaitu ada hubungan antara variabel bebas dan terikat. Apabila nilai x2 hitung <
x2 tabel atau nilai probabilitas (p) > 0,05, maka Ho diterima yaitu tidak ada
hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja tentang
karakteristik remaja, variabel pola asuh orang tua, variabel tingkat pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, dan hubungan pola asuh orang tua
agama, suku, pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan orang tua, status orang tua.
Pendidikan terakhir orang tua remaja mayoritas tamatan SMA sebanyak 44 remaja
(44%) dengan pekerjaan orang tua mayoritas adalah petani sebanyak 36 remaja
5.1.
Jenis Kelamin
Laki-laki 54 54
Perempuan 46 46
Agama
Islam 10 10
Katolik 10 10
Budha - -
Protestan 80 80
Hindu - -
Suku
Nias 94 94
Jawa - -
Batak 1 1
Lain-lain 5 5
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pola Asuh Orang Tua di
Otoriter 15 15
Demokratis 74 74
Permisif 11 11
Gunungsitoli (n=100)
Pengetahuan buruk 9 9
Pengetahuan sedang 60 60
Pengetahuan baik 31 31
Pengetahuan buruk 8 8
Pengetahuan sedang 73 73
Pengetahuan baik 19 19
Pengetahuan buruk 3 3
Pengetahuan sedang 30 30
Pengetahuan baik 67 67
Gunungsitoli (n=100)
Pengetahuan buruk 20 20
Pengetahuan sedang 69 69
Pengetahuan baik 11 11
hubungan dua variabel yaitu pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan
remaja (15%) dengan pola asuh otoriter mempunyai tingkat pengetahuan buruk
sedang tentang kesehatan reproduksi sebanyak 5 remaja (5%). Hasil uji statistik
dengan analisa chi-square diperoleh nilai ρ=0,000, ini berarti ada hubungan pola
asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
remaja, sehingga hipotesis dalam penelitian ini Ho ditolak. Untuk lebih jelas
Tabel 5.7. Tabulasi Silang Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
Tingkat Pengetahuan
Pola Asuh Orang Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan
Total
Tua buruk sedang Baik
F % F % F %
Otoriter 3 3 12 12 0 0 15
Demokratis 0 0 43 43 31 31 74
Permisif 6 6 5 5 0 0 11
Total 9 9 60 60 31 31 100
Tabel 5.8. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi
Pearson Chi-Square Sig
Hubungan pola asuh orang tua dengan 46.354 a .000
tingkat pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi remaja
Ket : α < 0,05
pola asuh demokratis sebanyak 74 remaja (74%). Hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa pola asuh orang tua demokratis sangat menolong remaja untuk memiliki
Anggraini, 2014) pola asuh demokratis adalah gabungan antara pola asuh permisif
dan otoriter dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan
antara anak dan orang tua. Pola asuh demokratis merupakan suatu bentuk pola
asuh yang memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu
tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dan
anak.
dengan tidak melewati batas-batas atau aturan-aturan yang telah ditetapkan orang
tua. Dalam pola asuh ini ditandai sikap terbuka antara orang tua dengan anak.
demokratis terdapat komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak.
Muthohiroh (2009 dalam Annuzul, 2012) pola asuh orang tua yang
yang membuat anak merasa diterima oleh orang tua sehingga ada peraturan
tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hukuman hanya
digunakan bila terbukti anak-anak secara sadar menolak melakukan apa yang
diharapkan oleh orang tua. Sebaliknya jika perilaku anak memenuhi standar yang
diharapkan orang tua mereka diberikan penghargaan dengan bentuk pujian atau
Hasil penelitian Kholikun (2017) menyatakan bahwa pola asuh orang tua
yang demokratis tidak memaksakan anak untuk sesuatu yang melebihi kemampuan
anaknya. Orang tua bersikap rasional dan selalu mendasari tindakannya pada rasio
kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya
kepada anak sangat hangat. Akan tetapi, orang tua tidak ragu-ragu untuk
mengendalikan anaknya.
anak untuk melakukan sesuatu dengan caranya sendiri agar anak tersebut mandiri.
Misalnya orang tua memberi izi kepada anaknya memiliki hubungan dekat dengan
lawan jenis. Namun, orang tua memberikan bimbingan dan mempunyai aturan agar
anak dapat bertanggung jawab dan memiliki kepribadian yang matang. Pola asuh
demokratis harus didukung pola komunikasi yang baik yang dikembangan oleh
Menurut Atok (2015) d alam kehidupan sehari-hari orang tua tidak hanya
menerapkan satu tipe pola asuh saja, tetapi orang tua menerapkan gabungan
Remaja
kesehatan reproduksi melalui media cetak seperti majalah, leaflet, buku tentang
kesehatan atau media elektronik dan pendidikan baik di dalam keluarga maupun
kebanyakan remaja hanya mendapat informasi dari teman sebaya yang persepsi
kesehatan reproduksi merupakan hasil tahu, ini terjadi setelah remaja melakukan
(Notoatmodjo, 2010).
bagi remaja, hal utama yang harus dimiliki adalah pengetahuan yang cukup
reproduksi yang sehat dan berkualitas. Ada beberapa pengetahuan dasar yang
anatomi, fungsi serta cara perawatan alat reproduksi, kehamilan dan akibat dari
sistem reproduksi yang terdapat dalam kurikulum pelajaran biologi SMP yang
dan baik tentang kesehatan reproduksi dan seks bebas. Baiknya tingkat
kesehatan, baik yang diperoleh dari sekolah atau dari media cetak maupun
perlu diberikan sejak dini, agar para remaja mendapatkan informasi yang benar
dan akurat. Pendidik dan orang tua membicarakan masalah reproduksi dan
sekolah tidak menyebabkan terjadinya hubungan seksual lebih dini, juga tidak
yaitu: pertama, dari 15 remaja (15%) yang diterapkan pola asuh otoriter,
tentang kesehatan reproduksi sedangkan sisanya yaitu adalah 3 remaja (3%) yang
dari 74 remaja (74%) yang diterapkan pola asuh demokratis, terdapat 43 remaja
dan 31 remaja (31%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang
kesehatan reproduksi remaja. Ketiga, dari 11 remaja (11%) yang diterapkan pola
buruk tentang kesehatan reproduksi dan 5 remaja (%) yang memiliki tingkat
Hal ini sejalan dengan penelitian Oktiva (2010) tentang hubungan antara
tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan pola asuh orang tua
dengan sikap remaja tentang seks bebas di SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo yang
hasil tahu, ini terjadi setelah remaja melakukan penginderaan terhadap suatu objek
lingkungan pergaulan dan sebagainya. Orang tua juga memiliki peran untuk
membantu remaja memahami kesehatan reproduksi dan salah satu pola asuh yang
sangat membantu adalah pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis orang tua
yang penuh pengertian antara kedua belah pihak yaitu orang tua dan anak.
Sedangkan pola asuh demokratis itu sendiri adalah orang tua memberikan
hukuman dan imbalan tersebut. Orang tua mengajarkan pada anak bagaimana
orang tua menghargai perilaku jika anak bertingkah laku sesuai dengan yang
serta didasarkan pada usia dan kebutuhan. Aturan tersebut berkembang seiring
perkembangan waktu untuk memberikan kesempatan pada remaja lebih besar dan
bertanggung jawab.
hubungan pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi
di SMA Negeri 18 Medan diperoleh hasil adanya hubungan pola asuh dengan
sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Pola asuh yang paling kondusif yang
diterapkan orang tua terhadap sikap remaja tentang kesehatan reproduksi adalah
Menurut Aguma, dkk (2014) pola asuh orang tua demokratis dapat
mengurangi perilaku seksual remaja. Orang tua dengan pola asuh demokrasi
pemikiran. Orang tua pada tipe ini juga bersifat realistis terhadap kemampuan
anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang
tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan
asuh demokratis dengan perilaku seksual remaja diperoleh hasil bahwa ada
hubungan signifikan antara pola asuh demokratis dengan perilaku seksual remaja.
orang tua yang diterapkan kepada remaja. Pola asuh orang tua yang demokratis
dan baik tentang kesehatan reproduksi remaja. Hal ini semakin nyata melalui
hasil uji statistik dengan analisa chi-square diperoleh nilai ρ=0,000 (Ho
ditolak), ini berarti terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat
6.1. Kesimpulan
(15%) diterapkan pola asuh otoriter dan 11 remaja (11%) diterapkan pola
asuh permisif.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan
6.2. Saran
orang tua dalam membantu orang tua membekali remaja tenatang kesehatan
kepada orang tua tentang tahapan perkembangan remaja dan mengenai pola
kesehatan reproduksi.
pengumpulan data sebaiknya menggunakan waktu yang efisien agar data yang