Anda di halaman 1dari 28

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi di Kecamatan Gunungsitoli. Berdasarkan tujuan

penelitian yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya maka kerangka konsep

penelitian sebagai berikut :


Pengetahuan remaja tentang
Pola asuh orang tua
kesehatan reproduksi remaja
- Otoriter
1. Pengetahuan tentang pubertas
- Demokrasi
2. Pengetahuan tentang konsep
- Permisif
kehamilan
3. Pengetahuan tentang PMS

Skema 3.1. Kerangka konsep

Universitas Sumatera Utara


3.2. Defenisi Operasional

Definisi operasional variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.2. Definisi Operasional

Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Pola asuh Gambaran dalam Kuesioner Jumlah skor Nominal
orang t/ua mengasuh remaja pola asuh yang didapatkan
yang dilakukan orang tua salah satu tipe
oleh orang tua baik berisi 18 pola asuh lebih
secara otoriter, pertanyaan banyak atau
permisif, dan dan dominan dari
demokrasi menggunakan tipe lainnya,
terhadap kesehatan skala likert yang
reproduksi remaja dengan dikelompokkan
alternatif Menjadi:
pilihan a.dominan pola
jawaban asuh toriter
selalu = 4 b.dominan pola
sering = 3 asuh
jarang = 2 demokratis
tidak pernah = c.dominan pola
1 asuh permisif

Nilai
maksimum
untuk masing-
masing tipe pola
asuh adalah 24

Nilai minimum
untuk masing-
masing tipe pola
asuh adalah 6
Tingkat Kemampuan Kuesioner a. Tingkat Ordinal
pengetahuan remaja dalam tingkat pengetahuan
remaja mengetahui tentang pengetahuan baik, apabila
tentang pubertas, konsep remaja dengan jawaban
kesehatan kehamilan dan 15 pertanyaan. responden 12-
15 yang benar

Universitas Sumatera Utara


Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
operasional
reproduksi penyakit menular Jawaban yang a. Tingkat
remaja seksual (PMS) benar 1 dan pengetahuan
yang salah 0 sedang,
apabila
jawaban
responden 6-
11 yang benar
Tingkat
pengetahuan
buruk, apabila
jawaban
responden 0-5
yang benar
Pengetahuan Segala yang Kuesioner a. Tingkat Ordinal
pubertas diketahui nomor 1-6 pengetahuan
mengenai baik, apabila
perubahan struktur jawaban
tubuh dari anak- responden 6
anak menuju yang benar
dewasa dan b. Tingkat
diiukuti dengan pengetahuan
perubahan psikis sedang,
apabila
jawaban
responden 3-
5 yang benar
c. Tingkat
pengetahuan
buruk, apabila
jawaban
responden 0-2
yang benar
Pengetahuan Segala yang Kuesione 7-11 a. Tingkat Ordinal
kehamilan diketahui mengenai pengetahuan
gambaran tentang baik, apabila
terjadinya proses jawaban
kehamilan responden 4-5
yang benar
b. Tingkat
pengetahuan
sedang,
apabila
jawaban

Universitas Sumatera Utara


Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
operasional
c. responden 2-3
yang benar
Tingkat
pengetahuan
buruk, apabila
jawaban
responden 0-1
yang benar
Pengetahuan Segala yang Kuesioner 12- a. Tingkat Ordinal
PMS diketahui mengenai 15 pengetahuan
penyakit yang cara baik, apabila
penularannya jawaban
melalui hubungan responden 4
seksual dan dapat yang benar
juga terjadi dengan b. Tingkat
cara yang lain. pengetahuan
sedang,
apabila
jawaban
responden 2-3
yang benar
c. Tingkat
pengetahuan
buruk, apabila
jawaban
responden 0-1
yang benar

3.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif

(Ha) yaitu adanya hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan

remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Gunungsitoli.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian

rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian

( Setiadi, 2007).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel. Desain korelasional dalam

penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua

dengan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Gunungsitoli.

4.2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.2.1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan unit penelitian. Unit penelitian dari populasi ini

bisa berbentuk orang, objek tertentu, atau kejadian (Zaluchu, 2011). Populasi

dalam penelitian ini adalah remaja di Kecamatan Gunungsitoli yang berjumlah

22.029 remaja (BPS, 2015).

4.2.2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2012).

Banyak sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak

(Arikunto,2013):

Universitas Sumatera Utara


Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat signifikansi / ketepatan yang diinginkan (0,1)

maka banyak sampel untuk menjadi responden :

Proses pemilihan sampel menggunakan non probability sampling yaitu

teknik purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposive sampling

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti

(Notoatmodjo, 2012). Adapun kriterian yang menjadi sampel yaitu: remaja yang

berusia 11-21 tahun dan remaja yang tinggal bersama orang tua.

Sampel pada penelitian ini adalah remaja di Kecamatan Gunungsitoli dan

bersedia menjadi responden dengan menandatangani surat persetujuan penelitian.

4.3. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di kecamatan Gunungsitoli. Alasan peneliti memilih

tempat penelitian di Kecamatan Gunungsitoli karena kesehatan reproduksi pada

remaja merupakan suatu masalah yang harus diatasi, daerah Kota Gunungsitoli

membutuhkan pengembangan kesehatan. Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai

bulan April 2017 sampai bulan Mei 2017.

Universitas Sumatera Utara


4.4. Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu telah

memperoleh surat ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Selanjutnya peneliti mencari

responden sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan,

memperkenalkan diri, dan menjelaskan tujuan serta prosedur pelaksanaan

penelitian. Setelah calon responden bersedia untuk berpatisipasi dalam

penelitian, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar

persetujuan (lampiran 1) dan kemudian mengisi kuesioner. Peneliti menghormati

hak-hak responden dalam penelitian ini. Peneliti tidak memaksa jika responden

menolak dan mengundurkan diri untuk berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti

juga menjaga kerahasiaan (confidentiality) responden dengan tidak

mencantumkan nama (anonymity) responden pada lembar pengumpulan data

tetapi dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan

(confidentiality) informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

digunakan dalam penelitian ini.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner

yang didasarkan pada tinjauan pustaka. Kuesioner dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

4.5.1. Kuesioner Demografi

Kuesioner demografi yang berisi tentang pertanyaan untuk mendapatkan

data identitas yang terdiri dari : usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan

terakhir orang tua, pekerjaan orang tua, status orang tua.

Universitas Sumatera Utara


4.5.2. Kuesioner Pola Asuh Orang Tua

Peneliti menggunakan kuesioner dari penelitian hubungan pola asuh orang

tua dengan kecerdasan emosional remaja di SMK Katolik Trisakti Medan yang

dibuat oleh Melina Gultom (2016). Kuesioner pola asuh orang tua menggunakan

skala likert, artinya jawaban responden telah termuat dalam empat pilihan

jawaban. Pilihan yang digunakan yaitu tidak pernah (TP), jarang (JR), sering

(SR), dan selalu (SL). Kuesioner berisi 18 pernyataan dimana pola asuh otoriter

sebanyak 6 pernyataan, pola asuh demokratis sebanyak 6 pernyataan, dan pola

asuh permisif sebanyak 6 pernyataan. Skor terendah adalah 6 dan skor tertinggi

adalah 24, maka jawaban selalu (SL) bernilai 4, sering (SR) bernilai 3, jarang (JR)

bernilai 2, dan tidak pernah (TP) bernilai 1. Jika jumlah skor yang didapatkan

salah satu pola asuh lebih banyak/ dominan dari tipe pola asuh lainnya, maka

dapat dikelompokkan menjadi : dominan pola asuh otoriter, dominan pola asuh

demokratis, dominan pola asuh permisif. Misalnya, skor untuk pola asuh otoriter

adalah 24, skor demokratis 20, dan permisif 18, maka pola asuh responden adalah

dominan otoriter, begitu seterusnya. Tetapi jika jumlah skor untuk ketiga pola

asuh mempunyai skor yang sama maka pola asuh yang diterapkan responden

kepada anaknya lebih dari satu tipe pola asuh.

4.5.3. Kuesioner Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi

Remaja

Peneliti menggunakan kuesioner dari penelitian tingkat pengetahuan siswa-

siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang Kesehatan Reproduksi Remaja yang

dibuat oleh Apriany Cordias Arlita Silalahi (2014). Kuesioner terdiri dari 15

Universitas Sumatera Utara


pertanyaan. Kuesioner nomor 1-6 tentang pengetahuan tentang pubertas, nomor 7-

11 tentang pengetahuan konsep kehamilan, nomor 12-15 tentang pengetahuan

penyakit menular seksual. Jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi

nilai 0. Apabila responden menjawab pertanyaan sebanyak 12-15 dengan benar

dikategorikan tingkat pengetahuan responden baik, apabila responden menjawab

pertanyaan sebanyak 6-11 dengan benar dikategorikan tingkat pengetahuan

responden sedang, apabila responden menjawab pertanyaan sebanyak 0-5 dengan

benar dikategorikan tingkat pengetahuan responden buruk.

4.6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

4.6.1. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan

suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara

tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi (Arikunto, 2013).

Kuesioner penelitian divalidasi dengan menggunakan validitas isi (content

validity index) yang diuji oleh ahli di bidang pola asuh dan tingkat pengetahuan

remaja tentang kesehatan reproduksi remaja. Kuesioner yang digunakan peneliti

diuji oleh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Siti

Zahara Nasution, S.kep, Ns, MNS. Adapun perbaikan yang dilakukan pada

kuesioner terkait perubahan redaksi kalimat pertanyaan nomor 7 & 12 dan

perbaikan tanda baca nomor 8 pada kuesioner pengetahuan remaja tentang

Universitas Sumatera Utara


kesehatan reproduksi. Perubahan redaksi kalimat pertanyaan nomor 7 yaitu

“Bagaimanakah terjadinya proses kehamilan” dan perubahan redaksi kalimat

pertanyaan nomor 12 yaitu “PMS / penyakit menular seksual. Apa yang

dimaksud dengan penyakit menular seksual?”. Perubahan tanda baca nomor 8

yaitu : “Di bawah ini yang merupakan tanda utama kehamilan pada perempuan

adalah : “.

Menurut Polit & Beck (2012) suatu alat ukur dianggap valid jika content

validity index (CVI) lebih dari 0,6. Hasil uji validitas instrumen adalah 1, maka

dapat dikatakan instrumen ini sudah valid.

4.6.2. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana

hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo, 2012).

Uji reliabilitas dilakukan peneliti kepada 30 remaja di Gunungsitoli Utara

pada tanggal 12 April 2017 dengan kriteria remaja yang berumur 11-21 tahun dan

tinggal bersama orang tua. Data tersebut diolah dengan menggunakan program

komputerisasi. Kuesioner pola asuh orang tua menggunakan uji reliabilitas

Cronbach Alfa dengan hasil uji 0,744 dan kuesioner pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi menggunakan uji KR-20 dengan hasil 0,714.

Menurut Polit & Beck ( 2012) suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai

koefisiennya lebih dari 0,7. Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh peneliti,

Universitas Sumatera Utara


kedua kuesioner memiliki nilai koefisien lebih besar dari 0,7, sehingga kuesioner

tersebut dikatakan reliabel.

4.7. Pengumpulan data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu, pada tahap awal

peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada

Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang

digunakan sebagai lokasi penelitian. Setelah mendapat rekomendasi maka peneliti

melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti mendatangi rumah

masyarakat yang memiliki remaja dan sesuai dengan kriteria sampel penelitian.

Selanjutnya, peneliti menjelaskan kepada remaja tentang maksud, tujuan,

dan prosedur penelitian. Bagi remaja yang bersedia menjadi responden diminta

untuk menandatangani informed consent. Kemudian peneliti membagikan

kuesioner penelitian kepada remaja dan meminta untuk mengisi seluruh

pertanyaan yang tersedia. Peneliti menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami oleh

remaja terkait pertanyaan yang tersedia dalam kuesioner dengan menggunakan

bahasa Indonesia dan bahasa Daerah Nias. Remaja mengisi seluruh pertanyaan

selama 20 menit. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti selama 5 hari dimana

dalam 1 hari remaja yang menjadi responden sebanyak 20 orang.

4.8. Analisa data

Analisa data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap. Peneliti

melakukan analisa data dimulai dengan memeriksa kelengkapan data yang

dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga ketika ada kekurangan dapat

segera diperbaiki, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan

Universitas Sumatera Utara


peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Kemudian data dimasukkan

ke komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program

komputerisasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat, bivariat

dan multivariat.

4.8.1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisis data

demografi bertujuan untuk menggambarkan karakteristik responden. Analisis data

variabel pola asuh orang tua bertujuan untuk mengidentifikasi pola asuh orang

tua tentang kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Gunungsitoli. Analisis

data variabel tingkat pengetahuan bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan

Gunungsitoli. Hasil disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase.

4.8.2. Analisis Bivariat

Peneliti melakukan analisis bivariat yang bertujuan untuk mengidentifikasi

hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi remaja di Kecamatan Gunungsitoli. Penulis menggunakan

teknik statistik analisa chi-square dengan nilai kemaknaan (α = 0,05). Apabila

nilai x2 hitung > x2 tabel atau nilai probabilitas (p) < 0,05, maka Ho ditolak,

yaitu ada hubungan antara variabel bebas dan terikat. Apabila nilai x2 hitung <

x2 tabel atau nilai probabilitas (p) > 0,05, maka Ho diterima yaitu tidak ada

hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi di Kecamatan Gunungsitoli.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai

karakteristik remaja, variabel pola asuh orang tua, variabel tingkat pengetahuan

remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, dan hubungan pola asuh orang tua

dengan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Gunungsitoli. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2017,

dengan jumlah remaja sebanyak 100 orang.

5.1.1. Analisis Univariat

1. Karakteristik Remaja di Kecamatan Gunungsitoli

Deskripsi karakteristik remaja terdiri dari usia responden, jenis kelamin,

agama, suku, pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan orang tua, status orang tua.

Data karakteristik ditampilkan hanya untuk melihat distribusi demografi dari

remaja saja dan tidak akan dianalisis.

Hasil penelitian yang telah diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas usia

remaja adalah umur 15 – 17 tahun sebanyak 69 remaja (69%) dan mayoritas

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 54 remaja (54%). Mayoritas remaja

menganut agama Kristen Protestan sebanyak 80 remaja (80%). Berdasarkan

variasi suku remaja mayoritas bersuku Nias sebanyak 94 remaja (94%).

Pendidikan terakhir orang tua remaja mayoritas tamatan SMA sebanyak 44 remaja

(44%) dengan pekerjaan orang tua mayoritas adalah petani sebanyak 36 remaja

Universitas Sumatera Utara


(36%). Status orang tua remaja adalah kandung (100%) dapat dilihat pada Tabel

5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Remaja (n=100)

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


Usia
11-14 tahun 15 15
15-17 tahun 69 69
18-21 tahun 16 16

Jenis Kelamin
Laki-laki 54 54
Perempuan 46 46

Agama
Islam 10 10
Katolik 10 10
Budha - -
Protestan 80 80
Hindu - -

Suku
Nias 94 94
Jawa - -
Batak 1 1
Lain-lain 5 5

Pendidikan terakhir orang tua


Tamat SD 27 27
SMP 16 16
SMA 44 44
Sarjana 13 13

Pekerjaan orang tua


Pegawai Negeri/Swasta 21 21
Wiraswasta 30 30
TNI/Polri 1 1
Petani 36 36
Lain-lain 12 12

Status Orang Tua


Kandung 100 100
Ayah tiri - -
Ibu tiri - -

Universitas Sumatera Utara


2. Pola Asuh Orang Tua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua remaja di Kecamatan

Gunungsitoli mayoritas menerapkan pola asuh demokratis sebanyak 74 remaja

(74%) dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pola Asuh Orang Tua di

Kecamatan Gunungsitoli (n=100)

Tipe Pola Asuh Orang Tua Frekuensi (f) Persentase(%)

Otoriter 15 15

Demokratis 74 74

Permisif 11 11

3. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja di Kecamatan Gunungsitoli

mayoritas memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang kesehatan reproduksi

sebanyak 60 remaja (60%) dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3.Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan

Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi di Kecamatan

Gunungsitoli (n=100)

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)

Pengetahuan buruk 9 9

Pengetahuan sedang 60 60

Pengetahuan baik 31 31

Universitas Sumatera Utara


a. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Pubertas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas remaja di Kecamatan

Gunungsitoli memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang pubertas sebanyak 73

remaja (73%) dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4.Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan

Remaja Tentang Pubertas di Kecamatan Gunungsitoli (n=100)

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)

Pengetahuan buruk 8 8

Pengetahuan sedang 73 73

Pengetahuan baik 19 19

b. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kehamilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas remaja di Kecamatan

Gunungsitoli memiliki tingkat pengetahuan baik tentang kehamilan sebanyak 67

remaja (67%) dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5.Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan

Remaja Tentang Kehamilan di Kecamatan Gunungsitoli (n=100)

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)

Pengetahuan buruk 3 3

Pengetahuan sedang 30 30

Pengetahuan baik 67 67

b. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas remaja di Kecamatan

Gunungsitoli memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang penyakit menular

seksual sebanyak 69 remaja (69%) dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6.Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan

Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual di Kecamatan

Gunungsitoli (n=100)

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)

Pengetahuan buruk 20 20

Pengetahuan sedang 69 69

Pengetahuan baik 11 11

5.1.2. Analisis Bivariat

1. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Pengetahuan Remaja

Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di Kecamatan Gunungsitoli

Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mencari adanya

hubungan dua variabel yaitu pola asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan

remaja tentang kesehatan reproduksi di Kecamatan Gunungsitoli dengan

menggunakan uji chi – square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15

remaja (15%) dengan pola asuh otoriter mempunyai tingkat pengetahuan buruk

tentang kesehatan reproduksi sebanyak 3 remaja (3%) dan pengetahuan sedang

tentang kesehatan reproduksi sebanyak 12 remaja (12%). Remaja dengan pola

asuh demokratis sebanyak 74 remaja (74%) mempunyai tingkat pengetahuan

sedang tentang kesehatan reproduksi sebanyak 43 remaja (43%) dan pengetahuan

Universitas Sumatera Utara


baik tentang kesehatan reproduksi sebanyak 31 remaja (31%). Remaja dengan

pola asuh permisif sebanyak 11 remaja (11%) mempunyai tingkat pengetahuan

buruk tentang kesehatan reproduksi sebanyak 6 remaja (6%) dan pengetahuan

sedang tentang kesehatan reproduksi sebanyak 5 remaja (5%). Hasil uji statistik

dengan analisa chi-square diperoleh nilai ρ=0,000, ini berarti ada hubungan pola

asuh orang tua dengan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

remaja, sehingga hipotesis dalam penelitian ini Ho ditolak. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.7. Tabulasi Silang Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
Tingkat Pengetahuan
Pola Asuh Orang Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan
Total
Tua buruk sedang Baik
F % F % F %
Otoriter 3 3 12 12 0 0 15
Demokratis 0 0 43 43 31 31 74
Permisif 6 6 5 5 0 0 11
Total 9 9 60 60 31 31 100

Tabel 5.8. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi
Pearson Chi-Square Sig
Hubungan pola asuh orang tua dengan 46.354 a .000
tingkat pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi remaja
Ket : α < 0,05

Universitas Sumatera Utara


5.2. Pembahasan

5.2.1. Pola Asuh Orang Tua

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas remaja dengan

pola asuh demokratis sebanyak 74 remaja (74%). Hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa pola asuh orang tua demokratis sangat menolong remaja untuk memiliki

pengetahuan tentang kesehatan reproduksinya. Menurut Dariyo (2011 dalam

Anggraini, 2014) pola asuh demokratis adalah gabungan antara pola asuh permisif

dan otoriter dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan

antara anak dan orang tua. Pola asuh demokratis merupakan suatu bentuk pola

asuh yang memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu

tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dan

anak.

Menurut Agustiwati (2014) pola asuh demokratis memberikan kebebasan

kepada anak untuk mengemukakan pendapat, melakukan apa yang diinginkannya

dengan tidak melewati batas-batas atau aturan-aturan yang telah ditetapkan orang

tua. Dalam pola asuh ini ditandai sikap terbuka antara orang tua dengan anak.

Mereka membuat aturan-aturan yang telah disetujui bersama. Anak diberi

kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginannya. Pola asuh

demokratis terdapat komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak.

Muthohiroh (2009 dalam Annuzul, 2012) pola asuh orang tua yang

demokratis menjadikan adanya komunikasi yang dialogis dan adanya kehangatan

yang membuat anak merasa diterima oleh orang tua sehingga ada peraturan

perasaan. Pola asuh demokratis menggunakan metode penjelasan, penalaran dan

Universitas Sumatera Utara


kebebasan mengeluarkan pendapat. Selain itu juga menggunakan hukuman dan

penghargaan dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman

tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hukuman hanya

digunakan bila terbukti anak-anak secara sadar menolak melakukan apa yang

diharapkan oleh orang tua. Sebaliknya jika perilaku anak memenuhi standar yang

diharapkan orang tua mereka diberikan penghargaan dengan bentuk pujian atau

pernyataan persetujuan lain.

Hasil penelitian Kholikun (2017) menyatakan bahwa pola asuh orang tua

yang demokratis tidak memaksakan anak untuk sesuatu yang melebihi kemampuan

anaknya. Orang tua bersikap rasional dan selalu mendasari tindakannya pada rasio

atau pemikiran-pemikiran. Selain itu juga, orang tua memberikan kebebasan

kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya

kepada anak sangat hangat. Akan tetapi, orang tua tidak ragu-ragu untuk

mengendalikan anaknya.

Orang tua dengan pola asuh demokratis memberikan kepercayaan kepada

anak untuk melakukan sesuatu dengan caranya sendiri agar anak tersebut mandiri.

Misalnya orang tua memberi izi kepada anaknya memiliki hubungan dekat dengan

lawan jenis. Namun, orang tua memberikan bimbingan dan mempunyai aturan agar

anak dapat bertanggung jawab dan memiliki kepribadian yang matang. Pola asuh

demokratis harus didukung pola komunikasi yang baik yang dikembangan oleh

orang tua dengan anaknya. (Safitri dan Hidayati, 2013).

Menurut Atok (2015) d alam kehidupan sehari-hari orang tua tidak hanya

menerapkan satu tipe pola asuh saja, tetapi orang tua menerapkan gabungan

Universitas Sumatera Utara


dari tiga tipe pola asuh yang ada. Akan tetapi, hanya ada satu pola asuh yang

lebih sering diterapkan orang tua kepada anaknya.

5.2.2. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi

Remaja

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas remaja memiliki

tingkat pengetahuan sedang tentang kesehatan reproduksi sebanyak 60 remaja

(60%), dimana pengetahuan remaja tentang pubertas mayoritas pada tingkat

pengetahuan sedang sebanyak 73 remaja (73%), pengetahuan remaja tentang

kehamilan mayoritas pada tingkat pengetahuan baik sebanyak 67 remaja (67%)

dan pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual pada tingkat

pengetahuan sedang seksual sebanyak 69 remaja (69%).

Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dapat diperoleh dari

pendidikan kesehatan, penyuluhan, pengalaman, membaca materi tentang

kesehatan reproduksi melalui media cetak seperti majalah, leaflet, buku tentang

kesehatan atau media elektronik dan pendidikan baik di dalam keluarga maupun

sekolah. Tingkat pengetahuan remaja yang masih tergolong sedang mungkin

disebabkan karena remaja kurang mendapat informasi tentang kesehatan

reproduksi, khususnya tentang perawatan dan menjaga organ reproduksi,

kebanyakan remaja hanya mendapat informasi dari teman sebaya yang persepsi

mereka sendiri yang belum tentu kebenarannya. Pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi merupakan hasil tahu, ini terjadi setelah remaja melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tentang kesehatan reproduksi yang ia peroleh

dari jalur formal (pendidikan) maupun norformal diluar pendidikan seperti

Universitas Sumatera Utara


membaca buku, orang tua, lingkungan pergaulan dan sebagainya. Pengetahuan

seseorang terhadap sesuatu mempengaruhi sikapnya, sikap kemudian

mempengaruhi adanya niat untuk mewujudkannya dalam bentuk tindakan.

(Notoatmodjo, 2010).

Menurut Dhafir dan Agustin (2014) untuk mencapai kesehatan reproduksi

bagi remaja, hal utama yang harus dimiliki adalah pengetahuan yang cukup

mengenai kesehatan reproduksi itu sendiri. Untuk itu, pengetahuan remaja

mengenai kesehatan reproduksi perlu ditingkatkan demi mencapai kehidupan

reproduksi yang sehat dan berkualitas. Ada beberapa pengetahuan dasar yang

harus dimiliki seorang remaja, yaitu pengertian kesehatan reproduksi, bentuk

anatomi, fungsi serta cara perawatan alat reproduksi, kehamilan dan akibat dari

seks bebas dan NAPZA serta penyakit yang ditimbulkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Maolinda, Sriati, Maryati (2012)

menyatakan bahwa remaja yang memiliki pengetahuan yang baik tentang

kesehatan reproduksi dikarenakan remaja telah menerima pendidikan tentang

sistem reproduksi yang terdapat dalam kurikulum pelajaran biologi SMP yang

mencakup topik sistem reproduksi pria, sistem reproduksi wanita, siklus

menstruasi, pertumbuhan dan perkembangan embrio, dan kelainan dan penyakit

pada sistem reproduksi.

Penelitian Kusparlina (2016) pada siswa-siswi XI SMK PGRI I Mejayan

menunjukkan bahwa mayoritas remaja mempunyai tingkat pengetahuan sedang

dan baik tentang kesehatan reproduksi dan seks bebas. Baiknya tingkat

pengetahuan responden mengenai kesehatan reproduksi dan seks bebas adalah

Universitas Sumatera Utara


suatu yang wajar, mengingat semakin mudahnya akses informasi tentang

kesehatan, baik yang diperoleh dari sekolah atau dari media cetak maupun

elektronik. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden sudah pernah

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan seks bebas.

Menurut Nasution (2015) Pendidikan mengenai kesehatan reproduksi

perlu diberikan sejak dini, agar para remaja mendapatkan informasi yang benar

dan akurat. Pendidik dan orang tua membicarakan masalah reproduksi dan

seksualitas secara jujur, terbuka dan profesional. Pendidikan seksual berbasis

sekolah tidak menyebabkan terjadinya hubungan seksual lebih dini, juga tidak

menyebabkan bertambahnya kegiatan seksual remaja. Sebaliknya justru

berdampak pada penundaan kegiatan seks dini. Pendidikan seksual membantu

remaja memiliki pengetahuan menenai kesehatan reproduksinya.

5.2.3. Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Tingkat Pengetahuan

Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Hasil penelitian yang dilakukan dapat dideskripsikan dalam 3 point utama

yaitu: pertama, dari 15 remaja (15%) yang diterapkan pola asuh otoriter,

terdapat 12 remaja (12%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang sedang

tentang kesehatan reproduksi sedangkan sisanya yaitu adalah 3 remaja (3%) yang

memiliki tingkat pengetahuan yang buruk terhadap kesehatan reproduksi. Kedua,

dari 74 remaja (74%) yang diterapkan pola asuh demokratis, terdapat 43 remaja

(43%) yang memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang kesehatan reproduksi

dan 31 remaja (31%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang

kesehatan reproduksi remaja. Ketiga, dari 11 remaja (11%) yang diterapkan pola

Universitas Sumatera Utara


asuh permisif, terdapa 6 remaja (6%) yang mempunyai tingkat pengetahuan

buruk tentang kesehatan reproduksi dan 5 remaja (%) yang memiliki tingkat

pengetahuan sedang tentang kesehatan reproduksi remaja.

Hal ini sejalan dengan penelitian Oktiva (2010) tentang hubungan antara

tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan pola asuh orang tua

dengan sikap remaja tentang seks bebas di SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo yang

menyatakan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi merupakan

hasil tahu, ini terjadi setelah remaja melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tentang kesehatan reproduksi yang ia peroleh dari jalur formal (pendidikan)

maupun nonformal diluar pendidikan seperti membaca buku, orang tua,

lingkungan pergaulan dan sebagainya. Orang tua juga memiliki peran untuk

membantu remaja memahami kesehatan reproduksi dan salah satu pola asuh yang

sangat membantu adalah pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis orang tua

memperhatikan dan menghargai kebebasan putra-putrinya dan dengan bimbingan

yang penuh pengertian antara kedua belah pihak yaitu orang tua dan anak.

Sedangkan pola asuh demokratis itu sendiri adalah orang tua memberikan

peraturan dengan luwes dan memberikan penjelasan tentang sebab diberikannya

hukuman dan imbalan tersebut. Orang tua mengajarkan pada anak bagaimana

orang tua menghargai perilaku jika anak bertingkah laku sesuai dengan yang

diajarkan orang tua. Aturan-aturan yang diberlakukan di rumah cukup beralasan

serta didasarkan pada usia dan kebutuhan. Aturan tersebut berkembang seiring

perkembangan waktu untuk memberikan kesempatan pada remaja lebih besar dan

bertanggung jawab.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Julianti (2011) tentang

hubungan pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi

di SMA Negeri 18 Medan diperoleh hasil adanya hubungan pola asuh dengan

sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Pola asuh yang paling kondusif yang

diterapkan orang tua terhadap sikap remaja tentang kesehatan reproduksi adalah

pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis memperlihatkan emosional positif,

sikap positif, sosial dan pengembangan kognitif.

Menurut Aguma, dkk (2014) pola asuh orang tua demokratis dapat

mengurangi perilaku seksual remaja. Orang tua dengan pola asuh demokrasi

bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-

pemikiran. Orang tua pada tipe ini juga bersifat realistis terhadap kemampuan

anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang

tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan

melakukan suatu tindakan dan pendekatan kepada anaknya bersikap hangat.

Karakteristik anak-anak dengan pola asuh demokrasi akan menghasilkan anak

dengan karakteristik mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik

dengan teman, mampu menghadap stress, mempunyai minat terhadap hal-hal

baru dan dapat kooperatif terhadap orang lain

Menurut Wulandari (2010) dalam penelitiannya tentang hubungan pola

asuh demokratis dengan perilaku seksual remaja diperoleh hasil bahwa ada

hubungan signifikan antara pola asuh demokratis dengan perilaku seksual remaja.

Pola asuh demokratis membantu mencegah terjadi perilaku seksual dikalangan

Universitas Sumatera Utara


remaja. Apabila pola asuh demokratis diterapkan dengan baik maka tingkat

perilaku seksual remaja akan rendah.

Dari hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan perbedaan

tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi disetiap pola asuh

orang tua yang diterapkan kepada remaja. Pola asuh orang tua yang demokratis

cenderung memiliki remaja yang mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang

dan baik tentang kesehatan reproduksi remaja. Hal ini semakin nyata melalui

hasil uji statistik dengan analisa chi-square diperoleh nilai ρ=0,000 (Ho

ditolak), ini berarti terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola asuh demokratis sangat

menolong remaja memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada uraian bab 5 terhadap

100 remaja di Kecamatan Gunungsitoli dapat disimpulkan:

1. Pola asuh orang tua pada remaja di Kecamatan Gunungsitoli mayoritas

menerapkan pola asuh demokratis sebanyak 74 remaja (74%), 15 remaja

(15%) diterapkan pola asuh otoriter dan 11 remaja (11%) diterapkan pola

asuh permisif.

2. Tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Gunungsitoli mayoritas remaja memiliki pengetahuan sedang

sebanyak 60 remaja (60%), pengetahuan baik sebanyak 31 remaja (31%),

dan sebanyak 9 remaja (9%) memiliki pengetahuan buruk.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan

tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di

Kecamatan Gunungsitoli (p =0,000< 0,05; X2= 46,354 a ), maka hipotesis

dalam penelitian ini diterima (Ha diterima) dan Ho ditolak.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang dibuat, maka peneliti memberikan

saran-saran sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


6.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Pendidikan keperawatan mengajarkan calon perawat tentang pola asuh

orang tua dalam membantu orang tua membekali remaja tenatang kesehatan

reproduksi remaja dan dapat diterapkan dalam mengasuh anak.

6.2.2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Dalam pelayanan keperawatan keluarga perlu diadakan penyuluhan

kepada orang tua tentang tahapan perkembangan remaja dan mengenai pola

asuh orang tua dalam membantu remaja memiliki pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi.

6.2.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian selanjutnya dapat dilakukan yang berkaitan dengan judul

penelitian ini disarankan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja serta cara

pengumpulan data sebaiknya menggunakan waktu yang efisien agar data yang

diperoleh lebih spesifik.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai