Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BANTUAN HIDUP DASAR ( BHD ) PASIEN HENTI JANTUNG


Mata Kuliah Praktik Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pengampu : Ns. Suryanto, S.Kep., M.Nurs., PhD

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1B/SAP RSSA
SEMESTER 2

ISMED PRASETYO NIM : 215070209111008


DIAN PURWANINGSIH NIM : 215070209111010
ZAKFAR EVENDY NIM : 215070209111013
SULIK NIM : 215070209111018
WINO MISTIRAHAYU NIM : 215070209111022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BANTUAN HIDUP DASAR/RESUSITASI JANTUNG-PARU

Pokok Bahasan : Bantuan Hidup Dasar/Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Hari / Tanggal : Rabu/ 23 Februari 2021
Waktu : 08.00 s/d 08.30 WIB
Tempat : Ruang Tunggu IPJT Rssa Malang

A. Latar belakang
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan suatu pelatihan yang
berisi upaya-upaya dan tindakan resusitasi kardiopulmonal (RKP) yang
dilakukan baik oleh orang awam atau tenaga medis yang terlatih dan terampil
untuk membantu dan memberikan pertolongan yang cepat dan tepat kepada
pasien yang sedang terancam kematian yang akibat henti jantung dan napas
sambil menunggu bantuan atau memindahkan ketempat yang lebih layak dan
memadai.
Resusitasi jantung paru biasanya digunakan sebagai pertolongan pertama
pada pasien yang mengalami henti nafas dan henti jantung. Yang bertujuan
untuk mengembalikan fungsi optimal pernafasan dan sirkulasi untuk
mencegah kematian (kematian biologis). Maka dari itu tindakan resusitasi
jantung paru (RJP) sangat penting di pelajari untuk melakukan tindakan
pertolongan pertama dan untuk bantuan hidup dasar.
Berdasarkan hal diatas maka kami merasa perlu memberikan informasi
melalui penyuluhan masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Nanggalo.
Dengan adanya penyuluhan diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan
dapat memberikan Bantuan Hidup Dasar/Resusitasi Jantung Paru (RJP)
kepada seseorang yang mengalami henti nafas dan jantung.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan, audiens di Puskesmas Nanggalo
Padang mengenai pertolongan pertama terhadap seseorang yang
mengalami henti nafas dan jantung, dapat memahami mengenai teknik
Resusitasi Jantung Paru (RJP).

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan audiens di Instalasi Pelayanan Jantung
Terpadu Rumah Sakit dr Saiful Anwar Malang , diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian henti jantung
b. Menjelaskan tanda-tanda henti jantung
c. Menjelaskan pengertian henti nafas
d. Menjelaskan pengertian Bantuan Hidup Dasar / Resusitasi Jantung
Paru (RJP)
e. Menjelaskan Tujuan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
f. Menjelaskan Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar (BHD)
g. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP)

3. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Menerapkan pendidikan dan teori sebagai wahana dalam menambah
pengetahuan dan wawasan mahasiswa.
b. Bagi Rumah Sakit
Penyuluhan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan
serta sumbangan pemikiran bagi petugas kesehatan di Instalasi
Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit dr Saiful Anwar Malang,
dalam memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan pada
masyarakat tentang Bantuan Hidup Dasar / Resusitasi Jantung Paru
(RJP)

c. Bagi Audiens
Penyuluhan ini dapat menjadi informasi untuk menambah pengetahuan
masyarakat tentang Bantuan Hidup Dasar / Resusitasi Jantung Paru
(RJP).

C. Pelaksanaan kegiatan
1. Topik
Bantuan Hidup Dasar / Resusitasi Jantung Paru (RJP) kepada seseorang
yang mengalami henti nafas dan henti jantung.
2. Sub Pokok Bahasan
a. Pengertian Henti Jantung
b. Tanda-Tanda Henti Jantung
c. Pengertian Henti Nafas
d. Pengertian Resusitasi Jantung Paru (RJP)
e. Tujuan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
f. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar (BHD)
g. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan Resusitasi
Jantung Paru (RJP)

2. Sasaran dan target


Keluarga Pasien yang sedang dirawat di Instalasi Pelayanan Jantung
Terpadu.

3. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
d. Demonstrasi

4. Media dan alat


a. Alat
1) LCD
2) Laptop
3) Leaflet
5. Waktu dan tempat
Hari / Tanggal : Rabu, 23 Februari 2021
Jam : 08.00 - 08.30 wib
Waktu Pertemuan : 30 Menit
Tempat : Di Ruang Tunggu Rawat Inap Instalasi
Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit Dr
Saiful Anwar Malang.

D. Materi (terlampir)

E. Pengorganisasian
1. Moderator : Dian Purwaningsih
2. Presenter : Wino Mistirahayu dan Ismed Prasetyo
3. Fasilitator : Sulik
Zakfar Evendi
F. Uraian Tugas
1. Tugas Moderator
a. Memperkenalkan diri,anggota kelompok, dan pembimbing
b. Mengkoordinasikan semua kegiatan
c. Membuka dan menutup kegiatan
d. Menjelaskan topik, kontrak waktu dan tujuan kegiatan
e. Mengarahkan jalannya kegiatan
f. Memberi kesempatan audience untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat
g. Menyimpulkan kegiatan

2. Tugas presenter
a. Menyusun rencana kegiatan SAP
b. Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c. Menjelaskan dan mendemonstrasikan kegiatan yang dilakukan kepada
audience
d. Memotivasi anggota mengemukakan pendapat dan memberikan umpan
balik

3. Tugas Fasilitator
a. Memotivasi audience agar berperan aktif selama kegiatan
b. Memfasilitasi dalam kegiatan
c. Membuat dan menjalankan absensi kegiatan

G. Pengaturan Tempat

Media
O M P

K K F K K K

K F K F K F
K K F K K K

Keterangan

M : Moderator
P : Presenter
K : Klien / Peserta
F : Fasilitator
O : Observer
Media : Media / Model
H. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Kegiatan dan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens
Waktu
Pendahuluan  Mengucapkan salam  Menjawab salam
( 5 menit )  Memperkenalkan diri,  Mendengarkan dan
anggota kelompok dan memperhatikan
pembimbing
 Menjelaskan topik  Mendengarkan
penyuluhan
 Membuat kontrak waktu  Menyetujui kontrak
dan bahasa waktu
 Menjelaskan tujuan kegiatan  Mendengarkan dan
memperhatikan

Pelaksanaan  Menggali pengetahuan  Mengemukakan


( 20 menit ) audiens tentang pengertian pendapat
henti jantung dan henti
nafas  Mendengarkan dan
 Memberi reinforcemen memperhatikan
positif pada audiens atas
pendapat audiens  Mendengarkan dan
 Menjelaskan materi memperhatikan
tentang  Mengemukakan
Pengertian henti jantung pendapat
dan henti nafas
 Menggali pengetahuan  Mendengarkan dan
audiens tentang Bantuan memperhatikan
Hidup Dasar (BHD) /
Resusitasi Jantung Paru  Mendengarkan dan
(RJP) memperhatikan
 Memberi reinforcemen
positif pada audiens atas  Mengemukakan
pendapat audiens pendapat
 Menjelaskan materi
penyuluhan tentang  Mendengarkan dan
tentang Bantuan Hidup memperhatikan
Dasar (BHD) / Resusitasi
Jantung Paru (RJP)  Mendengarkan dan
 Menggali pengetahuan memperhatikan
audiens tentang Langkah-
langkah Bantuan Hidup
Dasar (BHD) / Resusitasi
Jantung Paru (RJP)

 Memberi reinforcemen
positif pada audiens atas
pendapat audiens
 Menjelaskan materi
penyuluhan tentang
tentang Langkah-langkah
Bantuan Hidup Dasar
(BHD) / Resusitasi
Jantung Paru (RJP)

Penutup  Memberikan kesempatan  Memberikan


( 5 menit ) pada audien untuk bertanya pertanyaan
 Memberi reinforcement  Mendengarkan dan
pada audiens atas memperhatikan
pertanyaan audiens
 Memberikan kesemspatan  Mengemukakan
audiens lain untuk memberi pendapat
pendapat
 Melengkapi atau  Mendengarkan dan
memberikan penjelasan memperhatikan
atas pertanyaan audiens
 Mengevaluasi dan  Mendengarkan dan
menyimpulkan materi memperhatikan serta
penyuluhan yang telah ikut menyimpulkan
disampaikan
 Salam penutup  Menjawab salam

I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Struktur pengorganisasian sesuai dengan yang direncanakan
b. Setting tempat sesuai dengan yang direncanakan
c. Tempat dan media sesuai dengan yang direncanakan
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Waktu sesuai dengan yang direncana
c. Selama proses berlangsung diharapkan audiens dapat mengikuti
seluruh kegiatan penyuluhan/tidak ada yang meninggalkan ruangan
d. Selama kegiatan berlangsung diharapkan audiens berperan aktif

3. Evaluasi Hasil
a. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan pengertian
henti jantung dan henti nafas
b. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan konsep
Bantuan Hidup Dasar (BHD) / Resusitasi Jantung Paru (RJP)
c. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan Langkah-
langkah Bantuan Hidup Dasar (BHD) / Resusitasi Jantung Paru (RJP)

LAMPIRAN MATERI
A. Konsep Henti Jantung (Cardiac Arrest) dan Henti Napas (Respiratory
Arrest)
1. Pengertian Henti Jantung (Cardiac Arrest)
Henti jantung adalah berhentinya sirkulasi peredaran darah karena
kegagalan jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif, keadaan
tersebut biasa disebabkan oleh penyakit primer dari jantung atau
penyakit sekunder non jantung. Henti jantung adalah bila terjadi henti
jantung primer, oksigen tidak beredar dan oksigen tersisa dalam organ
vital akan habis dalam beberapa detik (Mansjoer & Sudoyo 2010).

2. Tanda – tanda Henti jantung


Tanda – tanda Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tidak
teraba (a. karotis, a.femoralis, a. radialas), disertai kebiruan (sianosis)
atau pucat sekali, pernapasan berhenti atau satu-satu (gasping, apnu),
dilatasi pupil tidak bereaksi dengan rangsang cahaya dan pasien dalam
keadaan tidak sadar (Latief & Kartini 2009).

3. Henti Napas (Respiratory Arrest)


Henti napas adalah berhentinya pernafasaan spontan disebabkan
karena gangguan jalan nafas persial maupun total atau karena
gangguan dipusat pernafasaan. Tanda dan gejala henti napas berupa
hiperkarbia yaitu penurunan kesadaran,hipoksemia yaitu takikardia,
gelisah, berkeringat atau sianosis (Mansjoer & Sudoyo2010).
Pada awal henti nafas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi,
pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai
beberapa menit. Jika henti napas mendapat pertolongan dengan segera
maka pasien akan terselamatkan hidupnya dan sebaliknya jika
terlambat akan berakibat henti jantung yang mungkinmenjadi fatal
(Latief & Kartini 2009)

B. Konsep Bantuan hidup dasar atau Basic Life Support


Bantuan hidup dasar atau Basic Life Support merupakan sekumpulan
intervensi yang bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan
fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini
terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas (Hardisman,
2014). Menurut Krisanty (2009) bantuan hidup dasar adalah memberikan
bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi pada pasien henti
jantung atau henti nafas melalui RJP/ CPR.

1. Resusitasi
Resusitasi atau reanimasi mengandung arti harfiah menghidupkan
kembali, dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian
biologis. Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat
akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke
fungsi optimal guna mencegah kematian biologis. Resusitasi jantung
paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation
(CPR) merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan
buatan.
Komplikasi dari teknik ini adalah perdarahan hebat. Jika korban
mengalami perdarahan hebat, maka pelaksanaan RJP akan
memperbanyak darah yang keluar sehingga kemungkinan korban
meninggal dunia lebih besar. Namun, jika korban tidak segera diberi
RJP, korban juga akan meninggal dunia. RJP harus segera dilakukan
dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi henti jantung dan henti
napas untuk mencegah kerusakan sel-sel otak dan lain-lain. Jika
penderita ditemukan bernapas namun tidak sadar maka posisikan
dalam keadaan mantap agar jalan napas tetap bebas dan sekret dapat
keluar dengan sendirinya.

2. Tujuan Resusitasi Jantung Paru


 Mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti
nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest)
pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab
yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua
fungsi tersebut bekerja kembali.
 Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas)
 Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung)
dan ventilasi (fungsi pernafasan/paru) pada pasien/korban yang
mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Cardio
Pulmonary Resuciation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP).

C. Langkah-Langkah Basic Life Support


1. Identifikasi korban henti jantung dan Aktivasi SPGDT Segera
 Melakukan 3A (Aman)
Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa tidak
jarang anda memasuki keadaan yang berbahaya. Selain resiko
infeksi anda juga dapat menjadi korban jika tidak memperhatikan
kondisi sekitar pada saat melakukan pertolongan. Maka ada
beberapa hal yang harus dilakukan penolong pada korban yaitu :
 Memasikan keamanaan anda
Keamanaan sendiri merupakan prioritas utama ? karena
bagaimana kita dapat melakukan pertolongan jika kondisi kita
sendiri berada dalam bahaya. Akan merupakan hal yang
ironiis seandainya kita bermaksud menolong tetapi karena
tidak memperhatikan situasi kita sendiri yang terjerumus
dalam bahaya.
 Memastikan keamanan lingkungan
Ingat rumus do no futher harm karena ini meliputi juga
lingkungan sekitar penderita yang belum terkena sedera.
Sebagai contoh ketika terjadi kecelakaan lalu lintas. Ingatlah
para penonton untuk cepat-cepat menyingkir karena ada
bahaya seperti ledakan/api.
 Memastikan keamanan penderita
Betatapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah penderita
sendiri, karena penderita ini sudah mengalami cedera dari
awal.
 Memastikan kesadaran korban
Penolong juga perlu memeriksa pernafasaan korban, jika
korban tidak sadarkan diri dan bernafas secara abnormal
(terengah-engah) penolong harus mngasumsikan korban
mengalami henti jantung. Penolong harus memastikan korban
tidak merespon dengan cara memanggil korbandengan jelas,
lalu menepuk-nepuk korban atau menggoyang-goyangkan
baru korban.

 Meminta pertolongan
Korban tidak merespon maka penolong harus segera
mengaktifkan SPGDT dengan menelpon Ambulans Gawat
Darurat 118 Dinas Kesehatan DKI Jakarta, atau ambulans
rumah sakit terdekat. Mengaktifkan SPGDT penolong harus
siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang
sedang terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan.
Rangkaian tindakan tersebut dapat dilakukan secara
bersamaan apabila pada lokasi kejadian terdapat lebih dari
satu penolong, misalnya penolong pertama memeriksa respon
korban kemudian melanjutkan tindakan BLS sedangkan
penolong kedua mengaktifkan SPGDT dengan menelpon
ambulans terdekat dan mengambil alat kejut jantung otomatis
(AED).
2. Resusitusi Jantung Paru (RJP)
RJP terdiri dari penekanan dada dan bantuan napas dengan
perbandingan 30:2 berarti 30 kali penekanan dada kemudian
dilanjutkan dengan memberikan 2 kali bantuan napas. Bantuan
napas diberikan jika penolong yakin melakukannya. Penekanan
dada yang dilakukan dengan prinsip tekan kuat, tekan cepat
mengembang sempurna. Memaksimalkan efektivitas penekanan
dada, korban harus berada ditempat yang permukaannya datar.
Penolong meletakan pangkal telapak tangan ditengah dada korban
dan meletakan tangan yang lain diatas tangan yang pertama dengan
jari-jari saling mengunci dan lengan tetap lurus.

Penolong memberikan penekanan dada dengan kedalamaan minimal


5cm (prinsip tekan kuat) dengan minimal 100-120 kali permenit
(prinsip tekan cepat). Penolong juga harus memberikan waktu bagi
dada korban untuk mengembang kembali untuk memungkinkan
darah terisi terlebih dahulu pada jantung (prinsip mengembang
sempurna). Penolong juga harus meminimalisasi interupsi saat
melakukan penekanan (prinsip interupsi minimal). Bantuan nafas
diberikan setelah membuka jalan napas korban dengan teknik
mengadahkan kepala dan mengangkat dagu (head tilt-chin lif).
Setelah itu cuping hidung korban dijepit menggunakan ibu jari dan
telunjuk agar tertutup kemudian diberikan napas buatan sebanyak
dua kali, masing-masing sekitar 1 detik, buang napas seperti biasa
melalui mulut. Bantuan napas diberikan dari muut atau
menggunakan pelindung wajah yang diletakkan diwajah korban.
Lihat dada korban saat memberikan napas buatan, apakah dadanya
mengembang, kemudian tunggu hingga kembali turun memberikan
napas buatan berikutnya.

RJP dilakukan bergantian setiap 2 menit (5 siklus RJP) dengan


penolong lain. Penolong melakukan penekanan dada sampai alat
kejut jantung otomatis (AED) dating dan siap untuk digunakan atau
bantuan dari tenaga kesehatan telah datang.

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan RJP


1. RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun.
2. Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik,
kecuali bila ia sudah stabil.
3. Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena
dapat berakibat robeknya hati
4. Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi
melekat pada sternum, jari-jari jangan menekan iga korban.
5. Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut,
teratur dan tidak terputus
6. Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP seperti :
 Patah tulang dada dan tulang iga
 Bocornya paru-paru (pneumotoraks)
 Perdarahan dalam paru-paru / rongga dada (hemotoraks)
 Luka dan memar pada paru-paru
 Robekan pada hati

DAFTAR PUSTAKA
Boswick, John A.1997. Perawatan Gawat Darurat.Jakarta : EGC.
Darwis, dr. Allan & Sarana, dr. Lita, dkk.2007.Pedoman Pertolongan
Pertama.Jakarta : Palang Merah Indonesia.
Juliansyah, Rahmad Aswin.2009.Napas Buatan (Resusitasi Jantung Paru).
Dalam http://duniakeperawatan.wordpress.com/2009/02/28/143/(Diaksesp
ada tanggal 20 Februari 2021)
Sutawijaya, Risang Bagus.2009.Gawat Darurat Panduan Kesehatan Wajib di
Rumah Anda.Yogyakarta : Aulia Publishing.
Ramzkesrawan.2012.Prosedur Resusitasi Jantung
Paru. Dalam http://oknurse.wordpress.com/2012/03/27/prosedur-
resusitasi-jantung-paru-cpr/(Diaksespada tanggal 20 Februari 2021)
Rayani.2013.Aplikasi Resusitasi Jantung Paru.
Dalam http://rayaniners.blogspot.com/2013/03/cpr-application-aplikasi-
resusitasi.html(Diakses pada tanggal 20 Februari 2021)

Anda mungkin juga menyukai