Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

ANALISA KECELAKAAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN


METODE RESIKO DAN HAZARD DI RUANG
PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT (PICU)
RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun Untuk Materi Tugas Keperawatan K3

Disusun oleh:

ISMED PRASETYO NIM. 215070209111008

DIAN PURWANINGSIH NIM. 215070209111010

YUNITA WULAN SARI NIM. 215070209111012

ZAKFAR EVENDY NIM. 215070209111013

RIZKIE LELIASARI NIM. 215070209111015

JELITA MAHARANIE NIM. 215070209111016

SULIK NIM. 215070209111018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah memberikan segala rahmat, taufik serta hidayahnya.
Sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas penulisan dalam bentuk
makalah yang berjudul Analisa Kecelakaan Kerja dengan Menggunakan Resiko
Dan Hazard Di Ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi penugasan dalam
perkuliahan yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Keselamatan
Kesehatan Kerja dalam Keperawatan. Pada kesempatan ini tak lupa kelompok
kami menyampaikan terima kasih kepada dosen kami yang telah memberikan
tugas dan bimbingan kepada kami, dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari jika masih terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami berharap
kepada para pembaca untuk memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Demikian yang
dapat kami sampaikan. kami ucapkan terimakasih.

Malang, 22 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................
1.2 Tujuan....................................................................................................................................
1.3 Manfaat..................................................................................................................................
BAB 2......................................................................................................................3
ISI.............................................................................................................................3
2.1 Analisa Situasi........................................................................................................................
2.2 Analisa Hazard di Tempat Kerja PICU RSSA Malang ........................................................
2.3 Resiko Masalah Kesehatan di Tempat Kerja.........................................................................
2.4 Sistem Manajemen Resiko/Standar Pelayanan di Tempat Kerja...........................................
BAB 3....................................................................................................................13
ANALISA JURNAL INTERVENSI.....................................................................13
3.1 Jurnal I..................................................................................................................................
3.2 Jurnal II................................................................................................................................
3.3 Jurnal III...............................................................................................................................
BAB 4....................................................................................................................25
BAB 5
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................
5.2 Saran.....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan kerja merupakan suatu unsur kesehatan yang berkaitan dengan
lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. Sedangkan, keselamatan
kerja merupakan suatu sarana utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
yang dapat menimbulkan kerugian berupa luka atau cidera, cacat atau kematian,
kerugianharta benda, kerusakan peralatan atau mesin dan kerusakan lingkungan
secara luas.

Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu


usaha untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko
kecelakaan dan bahaya, baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Disamping itu, keselamatan dan
kesehatan kerja diharapkan dapat menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi.(Indragiri & Yuttya, 2020)

Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,


menyatakan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Karena
merupakan suatu institusi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan, maka
rumah sakit juga termasuk dalam kategori tempat kerja. Isi dalam pasal 23
undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa setiap
tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja. Berdasarkan pernyataan
tersebut, maka rumah sakit sebagai salah satu tempat kerja juga wajib untuk
menyelenggarakan kesehatan kerja bagi para pekerjanya agar terhindar dari
potensi bahaya yang ada di rumah sakit.

Rumah sakit memiliki potensi terjadinya penyakit infeksi terhadap para


karyawan, pasien, bahkan pengunjung. Beberapa contoh penyakit infeksi yang
dapat terjadi di Rumah Sakit adalah TB, Hepatitis B, Hepatitis C, dan bahkan

4
berisiko terinfeksi HIV/AIDS. Selain penyakit-penyakit infeksi, di rumah sakit
juga memiliki risiko atau bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di
rumah sakit, seperti kecelakaan (meliputi kejadian ledakan, kebakaran, kecelakaan
yang diakibatkan adanya masalah pada instalasi listrik, serta faktor-faktor yang
dapat menimbulkan cidera lainnya), radiasi, paparan bahan kimia beracun dan
berbahaya, gasgas anastesi, gangguan terkait psikis dan ergonomi. Semua potensi
bahaya tersebut di atas, jelas dapat mengganggu dan menimbulkan rasa kurang
aman dan nyaman bagi pekerja di RS, pasien maupun pengunjung yang ada di
lingkungan RS. (KEPMENKES N0.432 Tahun 2007)(Yuantari & Nadia, 2018)

Ruang Intensif Anak atau dikenal dengan Pediatric Intensive Care Unit
merupakan ruang perawatan khusus dalam merawat dan mengobati pasien dengan
kebutuhan khusus, yaitu suatu kondisi dimana pasien dapat cepat memburuk
pada keadaan kritis sehingga dapat menyebabkan kematian. Pasien anak kritis
sendiri adalah pasien dengan kondisi secara fisiologis tidak stabil, sehingga dapat
mengalami respon hipermetabolik komplek terhadap suatu trauma, mengubah
metabolisme tubuh, hormonal, imunologis serta homeostatis nutrisi (Mehta,
20019).

Karena penanganan gawat darurat harus mendapatkan response time yang


cepat dan tindakan yang tepat telah menyebabkan tenaga kesehatan di bagian ini
sering terpapar berbagai sumber bahaya yang dapat mengancam jiwa dan
kesehatannya (Depkes RI, 2006). (Ramdan & Rahman, 2018). Penelitian lain
menunjukkan bahwa pekerja kesehatan berisiko terpapar darah dan cairan tubuh
yang terinfeksi (bloodborne pathogen) yang dapat menimbulkan infeksi HBV,
HCV dan HIV melalui berbagai cara, salah satunya melalui luka tusuk jarum atau
benda tajam lainnya.

Makalah ini bertujuan untuk menganalisa manajemen risiko K3 menggunakan


Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control (HIRARC) pada ruang
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) di RSUD Dr Saiful Anwar Malang

5
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memahami dan menganalisa manajemen risiko K3 menggunakan
Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control (HIRARC) pada ruang
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) di RSUD Dr Saiful Anwar Malang

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui sistem manajemen K3 di Instalasi Terapi Intensif

2. Mengetahui Langkah sistem manajemen K3 di Instalasi Terapi Intensif

3. Mengetahui apa saja bahaya/ancaman di Instalasi Terapi Intensif

4. Mengetahui pengendalian resiko bahaya di Instalasi Terapi Intensif

1.3 Manfaat
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan masukan dan
sumbangan pemikiran dalam upaya mengurangi kecelakaan kerja dan menjaga
kesehatan pekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas serta meningkatkan
kesejahteraan petugas.

6
BAB 2
ISI

2.1 Analisa Situasi


2.1.1 Profil Tempat Kerja
Sebagai pusat pelayanan kesehatan rujukan tingkat tersier, RSUD Dr,
Saiful Anwar Malang memiliki sekitar seribu tempat tidur dan dua ribu lebih
pegawai dan setiap harinya melayani ribuan pasien yang tersebar di ruang
perawatan, poli rawat jalan dan instalsi gawat darurat, sehingga merupakan
lingkungan kerja yang sangat padat, dimana interaksi antar pekerja yang
memberikan pelayanan dan pasien yang dilayani menyebabkan kejadian yang
tidak diinginkan, termasuk kecelakaan kerja.

Sasaran kesehatan kerja khususnya para pekerja, peralatan kerja dan


lingkungan kerja di kawasan RSUD Dr Saiful Anwar Malang, dan melalui
pelaksanaan usaha kesehatan kerja secara standar, maka kejadian penyakit akibat
kerja dan kecelakaan akibat kerja dapat dihindari.

Unit Perawatan Intensif Anak atau Pediatric Intensive Care Unit (PICU) di
Rumah Sakit umum Dr Saiful Anwar Malang telah ada sejak tahun 2004. PICU
adalah fasilitas atau unit yang terpisah, yang dirancang untuk penanganan
penderita anak yang mengalami gangguan medis, bedah dan trauma, atau kondisi
yang mengancam nyawa lainnya, sehingga memerlukan perawatan intensif,
observasi yang bersifat komprehensif dan perawatan khusus.(Latief, 2016)

2.2.1 Jam Kerja Di PICU Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang

Pekerja di PICU RSSA Malang memiliki jam kerja yang berbeda


berdasarkan jabatan dan bagian masing-masing. Manajemen seperti kepala ruang
dan Katim bekerja yang bekerja dari hari senin hingga jumat selama 9 jam/hari.
Pekerja yang bekerja di bagian pelayanan khususnya perawat memiliki jam kerja
dengan shift. Shift kerja perawat terbagi atas 3 shift dengan waktu 7 jam/hari pada
pagi dan sore sedangkan 10 kam/hari pada malam hari. Rotasi shift dilakukan satu

7
kali seminggu. Pembagian shift kerja yang diberikan kepada perawat di PICU
RSSA Malang menjadi sebagai berikut :

Table 2.1 Pembagian Shift Kerja Perawat PICU RSSA Malang

Rotasi Shift Jam Kerja


Pagi 07.00-14.00 WIB
Sore 14.00-21.00 WIB
Malam 21.00-07.00 WIB

2.2.2 Kapasitas Tempat Tidur


PICU RSSA Malang memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 6 bed
dengan jumlah ventilator mekanik sebanyak 8 buah

2.2.3 Ketenagaan di PICU


Berdasarkan data yang diperoleh dari Sub Bagian Tata Usaha Instalasi
Rawat Intensive RSSA Malang menunjukkan bahwa jumlah sumber daya manusia
atau tenaga kerja di PICU adalah sebagai berikut:

No Jabatan PNS Non PNS Jumlah

2.2.4 Karakteristik Responden


1. Umur
Gambaran responden berdasarkan karakteristik umur responden dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di PICU RSSA Malang Tahun
2021

No Umur Frekuensi Prosentase


1 ≤ 35 tahun
2 ≥ 35 tahun
Jumlah total

8
Dari Tabel 2.2 di atas diketahui bahwa umur responden terbanyak adalah ≤
35 tahun yaitu 21 orang (56,8%) dan paling sedikit responden dengan umur > 35
tahun yaitu 16 orang (43,2%)

2. Jenis Kelamin
Gambaran responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di PICU RSSA Malang Tahun
2021

No Umur Frekuensi Prosentase


1 Laki-laki
2 Perempuan
Jumlah total

Dari Tabel 2.3 di atas diketahui bahwa jenis kelamin responden terbanyak adalah
≤ 35 tahun yaitu 21 orang (56,8%) dan paling sedikit responden dengan umur >
35 tahun yaitu 16 orang (43,2%)

3. Lama Bekerja
Gambaran responden berdasarkan karakteristik lama bekerja responden
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di PICU RSSA Malang Tahun
2021

No Umur Frekuensi Prosentase


1 ≤ 12tahun
2 ≥ 12 tahun
Jumlah total

9
Dari Tabel 2.4 di atas diketahui bahwa lama bekerja responden terbanyak adalah
≤ 35 tahun yaitu 21 orang (56,8%) dan paling sedikit responden dengan umur >
35 tahun yaitu 16 orang (43,2%)

10
2.2 Analisa Hazzard Di Tempat Kerja PICU RSSA Malang
Berdasarkan data uraian pekerjaan yang didapat dari rumah sakit serta hasil observasi dan wawancara pada perawat dalam
pemberian kebutuhan dasar manusia maka potensi bahaya yang dihadapi perawat dijabarkan dalam tabel berikut :

Table 2.5 Identifikasi Hazard And Risk di PICU RSSA Malang

N Jenis Uraian Temuan Risiko Gambar


o Hazard Hazard

1 Resiko a) Pasien yang a) Resiko


bahaya dirawat tertusuk jarum
mekanik merupakan b) Resiko
pasien akut kejatuhan
dimana peralatan
kondisi medis
vascular c) Tersandung
mengalami kabel listrik
colaps dan d) Tekanan port
berkali-kali oksigen resiko
dilakukan terlepas
penusukan e) Permukaan

11
baik untuk lantai tidak
IVL maupun f) rata
laborat

b) Banyak
peralatan
elektromedis
yang
digunakan
pada 1
pasien

c) Rerata
pasien
menggunaka
n oksigen
yang
terpasang
secara

12
sentral

d) Tampak lantai
pecah maupun
retak

2 Hazard Pasien total care Pesawat rongten


radiasi bila portable
membutuhkan
pemeriksaan
diagnostic
rongten
dilakukan
diruang
perawatan
menggunakan
rontgen portable

13
3 Hazard Pasien total care Suara monitor dan
kebisinga terpasang bed suara ventilator
n monitor dan
ventilator, bila
terdapat trouble
maka secara

14
otomatis alarm
akan berbunyi

4 Hazard Pasien total care Kabel-kabel alat


listrik terpasang medis
berbagai bergelantungan
peralatan elektro-
medis sehingga
banyak kabel

15
yang berge

lantungan

16
5 Iklim Ruang intensif Ruangan berAC
kerja memiliki fasilitas lembab
AC sebanyak …
buah dengan
settting suhu … ͦ
C, dan tidak ada
sinar matahari

secara langsung,
sehingga tampak
ruangan
berjamur

17
6 Biologi Pasien total care Transmisi tertular
dengan berbagai virus/bakteri dari
macam diagnosa pasien
penyakit

7 Kimia Dalam Cairan/bahan


melakukan desinfektan,
kebersihan sabun cuci tangan,
lingkungan hand sanitizer
menggunakan
bahan
desinfektan yang

18
dianjurkan

8 Ergonomi a) Pasien total Resiko low


care yang backpain karena
dirawat posisi
kondisi membungkuk saat
vascular menyeka,
mengalami transport,
colaps dan pemasangan IV
berkali-kali line
dilakukan
penusukan
baik untuk
IVL maupun
laborat
b) Akses masuk
ke ruang
intensif
menanjak

19
9 Psikologi a) Situasi Beban kerja, burn
pandemic out, penugasan ke
menjadikan ruang incovit,
petugas harus bullying antar
bergiliran teman/atasan ke
ditugaskan ke bawahan
incovit
b) Status
petugas
BLUD dan
PNS, senior-
junior

20
2.3 Resiko Masalah Kesehatan Di Tempat Kerja
Pindahkan isian ini pada analisis hazard diatas. Sedangkan di sub bab ini tuliskan
macam risiko masalah kesehatan (penyakit akibat kerja) yang mungkin dialami
oleh perawat yang bekerja di PICU
Likelihood
Description
Level Criteria
Kualitatif Semi Kualitatif
1 Jarang Dapat dipikirkan tetapi tidak Kurang dari 1 kali
Terjadi hanya saat keadaan ekstrim dalam 10 tahun
2 Kemungkinan Belum terjadi tetapi bisa Terjadi 1 kali per 10
Kecil muncul/terjadi pada suatu tahun
waktu
3 Mungkin Seharusnya terjadi dan 1 kali per 5 tahun
mungkin telah menjadi/muncul sampai 1 kali pertahun
disini atau ditempat lain
4 Kemungkinan Dapat terjadi dengan mudah, Lebih dari 1 kali per
Besar mungkin muncul dalam tahun hingga 1 kali per
keadaan yang paling banyak bulan
terjadi
5 Hampir Pasti Sering terjadi, diharapkan Lebih dari 1 kali per
muncul dalam keadaan yang bulan
paling banyak terjadi

Consequence / Severity
Deskripsi
Level / Uraian
Keparahan Cidera Hari Kerja
1 Tidak Kejadian tidak menimbulkan Tidak menyebabkan
Signifikan kerugian atau cidera pada kehilangan hari kerja
manusia
2 Kecil Menimbulkan cidera ringan, Masih dapat bekerja pada
kerugian kecil dan tidak hari/shift yang sama
menimbulkan dampak serius

21
terhadap kelangsungan bisnis
3 Sedang Cedera berat dan dirawat Kehilangan hari kerja
dirumah sakit, tidak dibawah 3 hari
menimbulkan cacat tetap,
kerugian finansial sedang
4 Berat Menimbulkan cidera parah Kehilangan hari kerja 3 hari
dan cacat tetap dan kerugian atau lebih
finansial besar serta
menimbulkan dampak serius
terhadap kelangsungan usaha
5 Bencana Mengakibatkan korban Kehilangan hari kerja
meninggal dan kerugian selamanya
parah bahkan dapat
menghentikan kegiatan usaha
selamanya

Setelah menentukan nilai likelihood dan consequences dari masing-masing


sumber potensi bahaya, maka langkah selanjutnya adalah mengalikan nilai
likelihood dan consequences sehingga diperoleh tingkat bahaya (risk level) pada
risk matrix yang mana nantinya akan digunakan dalam melakukan perangkingan
terhadap sumber potensi bahaya yang akan dijadikan acuan sebagai rekomendasi
perbaikan apa.

22
Dari risk matrix di atas kemudian dapat dihitung skor risiko dan prioritas untuk
melakukan tindakan perbaikan. Untuk menghitung skor risiko adalah sebagai
berikut:

Skor risiko =likelihood x consequences

23
Jenis Temuan Sumber Level
No Resiko L C S
Hazard Hazard hazard resiko
1 Resiko pasien yang Resiko tertusuk Jarum spuit 3 3 9 tinggi
bahaya dirawat jarum Jarum IV
mekanik merupakan Wing
pasien akut neddle
dimana kondisi
vascular
mengalami
colaps dan
berkali-kali
dilakukan
penusukan baik
untuk IVL
maupun laborat
banyak peralatan Resiko Bedside 3 2 6 sedang
elektromedis kejatuhan monitor
yang digunakan peralatan medis Ventilator
pada 1 pasien Tersandung Infus pump
kabel listrik Syringe
pump
rerata pasien Tekanan port Oksigen 3 2 6 sedang
menggunakan oksigen resiko sentral
oksigen yang terlepas
terpasang secara
sentral
tampak lantai Permukaan Lantai 1 2 2 rendah
pecah maupun lantai tidak rata
retak
2 Hazard pasien total care Pesawat rongten Portable 3 3 9 tinggi
radiasi bila portable rongten
membutuhkan
pemeriksaan
diagnostic
rongten
dilakukan
diruang
perawatan
3 Hazard pasien total care Suara monitor Bedside 2 1 2 rendah
kebisingan terpasang bed dan suara monitor
monitor dan ventilator Ventilator
ventilator, bila
terdapat trouble
maka secara
otomatis alarm
akan berbunyi
4 Hazard pasien total care Kabel-kabel alat Bedside 2 2 4 rendah
listrik terpasang medis monitor
berbagai bergelantungan Ventilator
peralatan Infus pump
elektro-medis Syringe
sehingga banyak pump
kabel yang
bergelantungan
5 Iklim kerja ruang intensif Ruangan berAC Air 2 2 4 rendah
memiliki lembab conditioner
fasilitas AC
sebanyak …
buah dengan
settting suhu … ͦ
C, dan tidak ada
sinar matahari
secara langsung,
sehingga tampak
ruangan
berjamur
6 Biologi pasien total care Transmisi Virus 4 3 12 tinggi
dengan berbagai tertular bakteri 24
macam diagnosa virus/bakteri
penyakit dari pasien
7 Kimia Dalam Cairan/bahan Trisept 3 2 6 sedang
melakukan desinfektan, Hand
2.4 Sistem Manajemen Resiko/Standard Pelayanan Di Tempat Kerja
2.4.1 Tahap Persiapan (komitmen dan Kebijakan)

Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan


mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan. Manajeman RSUD Dr.
Anwar Malang mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya esensial
seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk terlaksananya program K3.
Kebijakan K3 di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang diwujudkan dalam bentuk
wadah K3RS dalam struktur organisasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3RS, perlu disusun strategi:

1. Advokasi sosialisasi program K3RS.

2. Menetapkan tujuan jelas.

3. Organisasi dan penugasan yang jalas.

4. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3RS pada setiap unit kerja di

5. lingkungan rumah sakit.

6. Sumber daya yang harus didukung oleh manajemen puncak.

7. Kajian resiko secara kualitatif dan kuantitatif.

8. Membuat program kerja K3RSU yang mengutamakan upaya peningkatan dan


pencegahan

9. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala

2.4.2 Tahap Perencanaan

RSUD Dr. Saiful Anwar Malang harus membuat perencanaan efektif agar
tercapai keberhasilan penerapan sistem manajemen K3RS dengan sasaran yang
jelas dan dapat diukur. Perencanaan K3RS di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
dapat mengacu pada standar sistem manajemen K3RS diantaranya self
assessment, akreditasi K3RS dan sistem manajemen K3RS.

25
Perencanaan meliputi:

1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor resiko. RSUD


Dr. Saiful Anwar Malang harus melakukan kajian dan identifikasi sumber
bahaya penilaian serta pengendalian faktor resiko yang terjadi di rumah sakit

Diantaranya adalah:

a. Identifikasi sumber bahaya.

Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan : kondisi dan kejadian yang


dapat menimbuikan potensi bahaya, bahaya potensial lokasi pegawai yang
paling beresiko di Rsud dr.saiful anwar ruang PICU adalah :

 Chemical agent.

 Phisical agent.

 Biological agent.

 Psicological agent.

 Ergonomical agent.

b. Penilaian Faktor resiko

Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya resiko dengan jalan


melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko
keselamata n dan kesehatan kerja.

c. Dilakukan melalui empat tingkatan pengendalian risiko yaitu


menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana atau
peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah atau tidak ada
(engineering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung diri (APD).

2. Harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar opersional prosedur


(SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3
lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi, diperbaharui dan harus
dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang terkait.

3. Tujuan dan Sasaran

26
Harus mempetimbangkan peraturan perundang- undangan, bahaya potensial,
dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan atau indikator pengukuran, sasaran
pencapaian dan jangka waktu pencapaian.

4. Indikator Kinerja

Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus
merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 RS.

5. Program Kerja

RSUD Dr Saiful Anwar Malang harus menetapkan dan melaksanakan


program K3RS. Untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan
dicatat serta dilaporkan

2.4.3 Tahap Pengorganisasian

Peiaksanaan K3 di RSUD Dr. Sattui Anwar Matang tergantung dan


tanggung rawat, manatenen dan petugas terhadap tugas dan kewajiban masing -
masing serta kegasama organisasi. Tanggung jawab dari manajemen puncak dapat
diukur dan dibuktiktikan dengan adanya aturan yang jelas yang menjadi dasar
aspek legal dalam organisasi K3RS untuk dapat bekerja, seperti adanya
kepengurusan yang jelas berdasarkan surat keputusan.

2.4.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan K3 meliputi:

1. Penyuluhan K3 ke semua karyawan RS.

2. Pelatihan K3 disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan perilaku tertentu


agar berperilaku sesuai dengan yang ditentukan sebelumnya sebagai produk
akhir dari pelatihan.

3. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku, diantaranya:

a. Pemeriksaan kesehatan pegawai.

27
b. Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja.

c. Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat.

d. Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan.

e. Pengobatan pekerja yang menderita sakit.

f. Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur melalui


monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada.

g. Melakukan biological monitoring.

h. Melakukan surveilans kesahatan kerja.

2.4.5 Pemantauan dan evaluasi

Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi k3RS adalah salah satu fungsi
manajemen yang berupa langkah yang diambil untuk mengetahui dan menilai
sejauh mana proses program dan kegiatan K#RS itu berjalan secara efektif dan
efisien.

Pemantauan dan evaluasi meliputi :

1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam system pelaporan


manajemen RS

2. Inspeksi dan pengujian

3. Melaksanakan audit K3

BAB 3
ANALISA JOURNAL INTERVENSI

2.1. Jurnal 1

a Topik Jurnal : Kesehatan dan Keselamatan Kerja di ICU

28
b Judul Jurnal : Intensive Care Unit Workforce: Occupational
Health and Safety
c Pengarang : Melek Nihal Esin dan Duygu Sezgin
d Tahun Publikasi : 2017
e Sumber Jurnal : DOI: 10.5772/intechopen.68308
IntechOpen - Open Science Open Minds |
IntechOpen

Pembahasan Jurnal :

Jurnal artikel ini membahas informasi tentang kesehatan dan keselamatan


kerja di unit perawatan intensif (ICU). ICU menghadapi banyak bahaya di tempat
kerja karena sifat kompleks dari lingkungan kerja mereka. Tujuan untuk
menggambarkan risiko pekerjaan pekerja ICU yang terkait dengan faktor pribadi
dan untuk membahas strategi pencegahan yang terkait dengan masalah ini..

Pada jurnal ini menyimpulkan lingkungan ICU dapat menyebabkan


sejumlah risiko kesehatan terkait dengan bahaya pekerjaan. Bahaya di tempat
kerja meliputi lingkungan fisik ICU, kondisi kerja, faktor psikososial, faktor
ergonomis, faktor biologis dan faktor kimia. Terjadinya gangguan kesehatan kerja
pada pekerja ICU tidak hanya menyebabkan burnout dan penurunan kepuasan
kerja, tetapi juga mempengaruhi perawatan pasien dan meningkatkan biaya
pengobatan. Interensi tempat kerja dan tindakan pribadi harus dilakukan dalam hal
mengurangi bahaya dan risiko terkait dalam pengaturan ICU. Peningkatan
partisipasi karyawan harus dipertimbangkan dalam semua risiko program
manajemen, pemantauan, dan pencegahan. Kontribusi pekerja ICU dalam
program ini akan meningkatkan efektivitas intervensi yang terkait dengan
pengurangan risiko kesehatan di pengaturan ICU(Esin, 2016)

2.2 Jurnal 2

Topik Jurnal : Kesehatan dan Keselamatan Kerja di ICU

Judul Jurnal : Risk assessment in the intensive care unit; nurse’s

29
perspectives

Pengarang : Mohammad Hossein Yarmohammadian, Marzie


Jafarian Jazi, Elahe Khorasan , Golrokh Atighechian

Tahun Publikasi : 2014

Sumber Jurnal : DOI: 10.4103/2347-9019.142196

www.ijhsdm.org

International Journal of Health System and Disaster


Management

Pembahahasan Jurnal :

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan pada tahun


2012 melalui observasi langsung, wawancara dengan pihak berwenang dan
pemilik proses di ICU Rumah Sakit Iran, Isfahan dan meninjau catatan dan
dokumen terkait. Populasi termasuk semua perawat yang terlibat dalam proses
ICU (10 orang). Sebuah purposive sampling diterapkan dan Focused Discussion
Group (FDG) anggota FDG dipilih secara purposive oleh peneliti. Karena sifat
khusus dari kegiatan di unit ini, anggota FDG terdiri dari matron, kepala perawat
ICU, dan dua perawat berpengalaman dari unit yang direkomendasikan oleh
kepala perawat.

Temuan menunjukkan bahwa 58 mode kegagalan potensial diidentifikasi


di ICU Rumah Sakit Iran, 13 di antaranya terkait dengan tindakan umum, 8 terkait
dengan pengendalian infeksi, 5 terkait dengan perawatan neurologis, 8 untuk
perawatan pencernaan, 6 untuk pengambilan sampel, 5 untuk pemberian obat, 4
untuk perawatan dermatologis, dan 17 mode kegagalan potensial terkait dengan
perawatan pernapasan.

30
Temuan penelitian ini dapat menginformasikan perawat dan manajer
keperawatan tentang penyebab kegagalan kerja dan dapat menyajikan pendekatan
baru untuk perencanaan dan lebih memperhatikan keselamatan, kepedulian, dan
menjaga kesehatan pasien. Karena berbagai kegagalan klinis dalam sistem
kesehatan dan perawatan, sebagian besar studi di bidang ini telah menangani
kasus kegagalan tetapi penelitian ini dengan menerapkan teknik FMEA berusaha
menyelidiki semua proses asuhan keperawatan dan mengidentifikasi kemungkinan
kegagalan untuk mengelola risiko dari semua faktor yang menyebabkan kegagalan

Implementasi, penilaian, dan pengelolaan risiko di ICU dengan bantuan


FMEA berguna dan efektif karena dilakukan atas dasar kerja tim bersama dengan
perawat berpengalaman dan terampil yang benar-benar terlibat dan terbiasa
dengan asuhan keperawatan, perawat ini dapat membantu banyak karena mereka
memiliki pengalaman yang lebih konkret untuk mengidentifikasi dan menilai
risiko perawatan klinis.(Khorasani et al., 2014)

2.3 Jurnal 3

Topik Jurnal : Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perawat

Judul Jurnal : Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(K3) pada Perawat

31
Pengarang : Iwan M. Ramdan, Abd. Rahman

Tahun Publikasi : 2018

Sumber Jurnal : doi: 10.24198/jkp.v5i3.645

Pembahasan Jurnal :

Penelitian ini dilakukan bulan Juni – Juli 2016 dengan menggunakan


metode penelitian campuran kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan data/penilaian
risiko yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada standar Australia/New
Zealand (AS/NZS 4360:2004) tentang Risk Mangement, dengan metode semi
kuantitatif yang terdiri dari identifikasi risiko dengan menggunakan job hazard
analysis (JHA), kemudian melakukan analisis risiko dengan menentukan nilai
consequence, exposure, dan likelihood dari setiap risiko, nilai tersebut kemudian
dihitung dan dibandingkan dengan standar level risiko untuk mendapatkan
tingkatan risiko yang ada pada setiap langkah kerja dalam tahapan pekerjaan
perawat di IGD RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor.

Objek dalam penelitian ini adalah bahaya dan risiko kesehatan dan
keselamatan kerja dari proses pekerjaan perawat yang bekerja di IGD RSD dr. H.
Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor yang terdiri dari 10 orang perawat laki-
laki dan 8 orang perawat perempuan. Data primer diambil dengan cara observasi
dan wawancara kepada perawat serta divalidasi dengan Kepala Bidang
Keperawatan dan Kepala Ruangan IGD. Data sekunder berasal dari IGD untuk
mendukung dalam penilaian likelihood, exposure, dan consequence tingkat risiko.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara yang
terdiri dari pertanyaaan terbuka secara umum dan khusus untuk menentukan
likelihood, exposure, dan consequence. Form JHA (Job Hazard Analysis)
digunakan untuk mengetahui setiap langkah pekerjaan dan bahaya yang mungkin
timbul, dan alat perekam digital untuk merekam wawancara dan kamera untuk
mengambil foto kegiatan yang menjadi objek penelitian.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan tabel JHA yang telah


dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Data dianalisis

32
berdasarkan tabel penilaian risiko semikuantitatif, dan untuk menentukan nilai
risiko terlebih dahulu diperkirakan nilai konsekuensi, paparan, dan peluang,
selanjutnya nilai risiko dihitung berdasarkan rumus “William Fine“. Setelah nilai
risiko diperoleh, maka nilai risiko tersebut dibandingkan dengan tabel standar
level risiko dari “William Fine” untuk mengetahui tingkatan risiko yang terdapat
pada tahapan kerja perawat di IGD. Validitas dan reliabilitas data penelitian
menggunakan metode triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi data

Hasil penelitian dapat dilihat bahwa tindakan perawat IGD RSD dr. H.
Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor terdiri dari 3 kategori, yaitu mandiri,
delegasi, dan mandat. Delegasi merupakan tindakan keperawatan yang paling
banyak dilakukan, yaitu sebesar 65%, disusul tindakan mandiri sebanyak 30%,
dan terkecil tindakan mandat sebesar 5%.

Kemudian diketahui bahwa nilai risiko (NR) tertinggi diperoleh sebesar


540 (sangat tinggi), yakni pada tindakan menjahit luka berupa risiko tertusuk
jarum suntik dan hecting, luka gores terkena ampul, dan kontak dengan darah
pasien, serta tertular HIV AIDS. Sementara nilai terendah diperoleh sebesar 45
(rendah) pada tindakan bantuan hidup dasar berupa kecemasan.

Penelitian menyimpulkan bahwa jenis tindakan perawat yang sering


dilakukan di IGD yaitu memasang infus, menjahit luka, mengangkat dan
memindahkan pasien dan tindakan lain. Risiko pada pemasangan infus yaitu
tertusuk jarum suntik, terpapar darah pasien, postur janggal, tertular penyakit
Hepatitis dan low back pain. Nilai Consequences (C), Exposure (E), Likelihood
(L) pada tindakan pemasangan infus untuk risiko fisik dan biologi adalah
dan ,risiko ergonomic. Tingkat risiko bahaya pemasangan infus berada pada level
risiko besar. Pengendalian yang sudah di lakukan manajemen Rumah Sakit adalah
penyediaan APD berupa (masker, sarung tangan, sepatu, celemek), SOP tindakan
untuk semua jenis pekerjaan, dan perlengkapan alat cuci tangan. Disarankan untuk
upaya pengendalian lebih lanjut sesuai dengan hierarki pengendalian K3 yang
terdiri implementasi SOP, role play setiap tindakan, dan pelatihan yang
berhubungan dengan pengetahuan keterampilan perawat tentang K3 rumah sakit,
upaya perbaikan perilaku aman selama bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala,

33
program vaksinasi, serta melengkapi beberapa peralatan dan meja tindakan yang
aman

(Ramdan & Rahman, 2018)

34
BAB 4
PEMBAHASAN

Langkah awal dalam menentukan managemen resiko yang tepat adalah


dengan melakukan analisa resiko bahaya sesuai dengan hasil grading yang telah
ditentukan. Berikut merupakan analisis resiko bahaya yang terdapat di ruang
PICU RSUD Dr. Saiful Anwar antara lain :
1. Risiko tinggi
a. Risiko tertusuk jarum
b. Radiasi pesawat rontgen portable
c. Transmisi tertular virus/ bakteri dari pasien
d. Low back pain
2. Risiko sedang
a. Risiko kejatuhan peralatan medis
b. Tekanan port oksigen resiko terlepas
c. Pencemaran udara oleh bahan kimia (Cairan/ bahan desinfektan, sabun
cuci tangan, hand sanitizer)
d. Peningkatan beban kerja, burnout, penugasan ke ruang incovit
3. Risiko rendah
a. Permukaan lantai tidak rata
b. Kebisingan oleh suara alarm bedsite monitor dan ventilator
c. Kabel alat medis bergelantungan
d. Ruangan ber AC lembab
e. Bullying antar teman, atasan-bawahan

Dari hasil analisa risiko bahaya tersebut diatas, maka managemen resiko
yang sudah dilakukan di RSSA antara lain:
1. Peningkatan SDM petugas
a. Pembentukan tim K3RS yang bertanggungjawab terhadap semua
pelaksanaan program K3 di rumah sakit dengan menggunakan referensi
dari akreditasi K3RS yang terus terupdate pada setiap tahunnya
b. Mengadakan workshop dan pelatihan tentang K3RS (terutama dalam

35
penggunaan APD) secara berkala dan kontinyu yang diikuti oleh seluruh
karyawan dengan jadwal bergantian. kegiatan ini bersifat wajib diikuti
oleh seluruh karyawan dan terdapat sanksi materi bila tidak mengikuti
kegiatan tersebut.
c. Pemantauan dan evaluasi berkala oleh tim K3RS melalui sub tim
manajemen resiko dan budaya keselamatan rumah sakit yang tergabung
dalam tim mutu di setiap satuan kerja yang ada di seluruh RSUD dr
saiful anwar malang
d. Membuat visual display mengenai penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) dengan melibatkan tim PKRS dan membuat Standard Operating
Procedure (SOP) penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Visual
display ini dipasang di beberapa tempat untuk memberikan himbauan
kepada para karyawan agar selalu menggunakan APD dengan baik.
2. Kondisi lingkungan
a. Observasi dan pengontrolan secara berkala terhadap sumber kebisingan
di ruangan yaitu suara alarm di monitor atau ventilator
b. Pelaksanaan swab rutin dan berkala terhadap semua area, antara lain
swab lantai, tembok dan sarana prasana yang terdapat diruangan. swab
ini bertujuan untuk pengendalian mikroba dan jamur
c. Pemeliharaan lantai ruangan, penggantian keramik bila ada yang pecah
atau rusak
d. Monitoring dan perbaikan AC secara berkala, setting suhu dan tekanan
ruangan tepat sesuai standart
e. Mengurangi pencemaran udara oleh bahan kimia yang berbahaya dengan
menggunakan cairan pembersih, disinfektan dan sabun cuci tangan yang
direkomendasikan oleh PPI
3. Sarana Prasarana
a. Monitoring secara berkala terhadap ketersediaan APD, safety box,
spillkit, APAR dan peralatan lain yang menunjang pelaksanaan program
K3RS
b. Monitoring, perbaikan dan update oleh IPSAM secara berkala terhadap
fungsi semua sarana prasana yang ada

36
c. Peremajaan sarana prasarana yang ada sesuai dengan update terbaru
4. Beban kerja
a. Penempatan petugas sesuai dengan profesi dan ruang lingkup kerjanya
b. Monitoring evaluasi tentang beban kerja dan burnout karyawan oleh
komite keperawatan secara berkala
c. Identifikasi dan pemantauan kejadian bullying terhadap karyawan
melalui Pelaksanaan program komite keperawatan dan etik
5. Manajemen dan kebijakan rumah sakit
a. Melakukan rencana tindak lanjut terhadap setiap KTD yang dilaporkan
oleh tim K3RS setelah dilakukan Root Case Analisis
b. Memberikan feedback kepada satker terhadap pencapaian pelaksanaan
program K3RS

Berdasarkan pada analisis risiko bahaya dan managemen risiko yang


sudah dilakukan di ruangan PICU RSUD dr Saiful Anwar Malang, maka
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah perancangan rekomendasi perbaikan.
Perancangan rekomendasi atau usulan perbaikan dilakukan berdasarkan hazard
(potensi bahaya) yang terjadi. Penulis menganalisis dan memberikan rancangan
perbaikan untuk semua sumber bahaya yang ada. Ini bertujuan agar semua
permasalahan dari sumber bahaya yang ada didapatkan solusinya. Dengan
adanya usulan perbaikan yang diberikan nanti diharapkan Rumah Sakit dapat
mengurangi tingkat kecelakaan kerja dan mencegah adanya kecelakaan yang
serupa lagi dengan sebelumnya. Berikut merupakan usulan perbaikan
1. Rekomendasi perbaikan sikap pekerja
Meningkatkan kepatuhan petugas menggunakan APD sesuai SOP dengan
mengingatkan terus menerus melalui preconference perawat setiap hari atau
rapat kerja dan memberikan sanksi/ reward terhadap kepatuhan petugas
penggunaan APD
2. Rekomendasi perbaikan lingkungan kerja
a. Pembuatan ruangan terpisah dengan ruangan pasien untuk pelaksanaan
pemeriksaan radiologi. hal ini bertujuan untuk mengurangi radiasi
terhadap pasien dan petugas

37
b. Perbaikan akses jalan untuk kelancaran mobilitas pasien
c. Perbaikan penempatan kabel yang berserakan. Karena pada lingkungan
kerja banyak terdapat kabel-kabel yang berserakan dilantai dan para
petugas yang kurang memperhatikan penempatan kabel-kabel tersebut,
maka rekomendasi perbaikan yang diberikan adalah dengan memberikan
tempat khusus buat kabel. Tempat khusus dibuat dengan mengklip kabel
pada tembok, sehingga tidak menganggu atau berserakan pada lantai
d. Memastikan penempatan bedsite monitor, infus pump, syringe pump,
ventilator dan peralatan lain sesuai pada tempatnya, tertata rapi dan
benar-benar tidak mengganggu aktifitas dan keamanan petugas atau
pasien
4. Rekomendasi perbaikan sarana prasarana
a. Koordinasi dengan IPSAM, Teknik dan pengadaan mengenai peralatan
yang digunakan di ruangan, Melakukan perbaikan dengan cepat pada
peralatan yang mengalami masalah atau kerusakan
b. Sosialisasi dan pelatihan oleh IPSAM kepada petugas atau perawat pada
setiap terdapat peralatan medis atau nonmedis versi terbaru yang akan
digunakan
5. Rekomendasi ketepatan beban kerja
a. Tidak dilakukan rotasi petugas dalam waktu yang terlalu cepat (< 3
bulan). Pada masa pandemic covid 19 saat ini menjadikan perawat atau
petugas harus bergiliran melakukan dinas di incovit, hal ini
menimbulkan stress tersendiri bagi petugas dan meningkatkan beban
kerja yang akan berakibat pada menurunnya kualitas kerja petugas
b. penempatan petugas sesuai dengan profesi dan ruang lingkup kerja harus
benar-benar ditertibkan kembali. Hal ini sudah dikerjakan di lingkungan
kerja RSSA tetapi masih ada petugas yang ditempatkan tidak sesuai
dengan profesinya (misal, bidan yang ditempatkan di bank darah atau di
radiologi)
c. Penegasan kembali melalui surat keputusan atau nota dinas mengenai
jobdisk dari setiap petugas medis maupun non medis

38
39
BAB 5

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Penerapan sistem pelayanan manajemen K3 di rumah sakit merupakan


suatu proses kerja yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di
lingkungan rumah sakit. Peraturan sistem pelayanan K3 RS merupakan pedoman
setiap rumah sakit di Indonesia. Namun dalam pelaksanaannya masih belum
dilaksanakan secara optimal sebagaimana mestinya, hal ini dikarenakan dengan
berbagai faktor yag ada di lapangan menunjukkan masih ada saja kecelakaan kerja
yang terjadi di kawasan rumah sakit. Masih adanya pegawai yang lalai untuk
mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Meskipun pihak rumah sakit telah
membuat peraturan yang sesuai dengan acuan peraturan Menteri kesehatan,
aplikasi dari sistem pelayanan manajemen K3 tidak akan dapat terwujud dengan
baik apabila kesadaran pihak-pihak terkait masih rendah.

5.2 Saran

Supaya managemen K3 dirumah sakit dapat diaplikasikan sesuai dengan


regulasi yang telah ada, harus ada dukungan dari pihak-pihak terkait, seperti
Direktur RS hingga sampai ke pegawai. Bukan hanya peraturan yang harus ada di
dalam rumah sakit itu sendiri, melainkan sikap dari para pegawai harus memiliki
pemahaman terlebih dahulu apa saja bahaya yang ada di rumah sakit. Agar para
pegawai rumah sakit bisa lebih mentaatiperaturan yang telah ada dan lebih sadar
akan bahaya yang ada di rumah sakit tempatnya bekerja. Sehingga angka
kecelakaan kerja di lingkungan rumah sakit bisa menurun atau berkurang.

40
DAFTAR PUSTAKA

Esin, M. N. et al. (2016). We are IntechOpen , the world ’ s leading publisher of


Open Access books Built by scientists , for scientists TOP 1 %. Intech,
i(tourism), 13.

Indragiri, S., & Yuttya, T. (2020). Manajemen Risiko K3 Menggunakan Hazard


Identification Risk Assessment and Risk Control (Hirarc). Jurnal Kesehatan,
9(1), 1080–1094. https://doi.org/10.38165/jk.v9i1.77

Khorasani, E., Yarmohammadian, M., Atighechian, G., & Jazi, M. (2014). Risk
assessment in the intensive care unit; nurse′s perspectives. International
Journal of Health System and Disaster Management, 2(3), 147.
https://doi.org/10.4103/2347-9019.142196

Latief, A. et al. (2016). UKK ERIA. Buku panduan pelayanan emergensi, Rawat
Intermediate dan Rawat Intensif Anak. h.1-42.

Mehta, N. M. (20019). Approach to enteral feeding in the PICU. Nutrition in


Clinical Practice, 24(3), 377–387.
https://doi.org/10.1177/0884533609335175

Ramdan, I. M., & Rahman, A. (2018). Analisis Risiko Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (K3) pada Perawat. Jurnal Keperawatan Padjadjaran,
5(3), 229–241. https://doi.org/10.24198/jkp.v5i3.645

Yuantari, C., & Nadia, H. (2018). Analis Resiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pada Petugas Kebersihan di Rumah Sakit. Faletehan Health Journal,
5(3), 107–116. https://doi.org/10.33746/fhj.v5i3.20

41

Anda mungkin juga menyukai