Anda di halaman 1dari 6

Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan

Pasien

Dewi Kurniati
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, Medan-Indonesia
Email : dewikurniati.dk02@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan, Rumah sakit harus merancang suatu proses, memantau dan mengevaluasi
kinerja,menganalisis insiden secara intensif dalam meningkatkan kinerja keselamatan
pasiennya. Informan kunci dari penelitian ini adalah empatJuara Keselamatan Link Kualitas
dari empat departemen yang berbeda. Masih adamenyalahkan budaya di departemen;
implementasi keselamatan pasien masih sekitarhanya mengumpulkan data; pola pikir masih
tentang hanya melakukan program, bukan meningkatkanprogram; kurangnya komitmen
manajemen untuk menunjukkan keselamatan pasienbudaya; masih ada keterlambatan dalam
pelaporan insiden; tidak ada yang terbukakebijakan komunikasi tentang menceritakan
kejadian kepada pasien dan keluarga; dan tidak adapembelajaran aktif tentang insiden yang
melibatkan semua departemen di rumah sakit.Saran dalam penelitian ini adalah rumah sakit
perlu melakukan pertemuan rutin danwalkabout eksklusif yang melibatkan pemimpin
eksklusif, Kualitas dan KeselamatanKomite, dan departemen yang hanya berfokus pada
keselamatan pasien untukmenunjukkan, meningkatkan komitmen keselamatan pasien, juga
meningkatkan terbuka dan adilbudaya keselamatan pasien.
Kata kunci : Membangun kesadaran
ABSTRACT
Introduction, The hospital must design a process, monitor and evaluate performance, analyze
incidents intensively in improving patient safety performance. Key informants from this
study were four Quality Link Safety Champions from four different departments. There is
still blame for the culture in the department; implementation of patient safety is still only
about collecting data; the mindset is still about just doing the program, not improving the
program; lack of management commitment to demonstrate patient safety in culture; there are
still delays in incident reporting; there is no open communication policy about telling events
to patients and families; and there is no active learning about incidents involving all
departments in the hospital. The suggestion in this study is that hospitals need to hold regular
meetings and exclusive walkouts involving exclusive leaders, Quality and Safety
Committees, and departments that only focus on patient safety to demonstrate, increase
patient safety commitment , also increases open and equitable patient safety culture.
Keywords: Build Awareess
PENDAHULUAN modal, padat kecanggihan teknologi, padat
SDM dan profesi; karena itu lah
Rumah sakit adalah organisasi pelayanan
menjadikan rumah sakit menjadi
yang serba padat; yaitu padat usaha, padat
organisasi yang padat masalah.2 Apabila

1
kompleksitas di umah sakit tidak dikelola Akan Nilai Keselamatan Pasien
dengan baik maka dapat menimbulkan Berdasarkan wawancara mendalam,
peluang untuk terjadinya kesalahan RSISA sudah melakukan upaya untuk
pelayanan yang dapat berakibat buruk bagi membangun kesadaran dengan
keselamatan pasien. Komisi Akreditasi diberlakukannya sistem reward berupa
Rumah Sakit (KARS) menyusun Standar uang bagi unit kerja yang melaporkan
Keselamatan Pasien. Rumah sakit harus insiden hingga selesai, KMKP selalu
merancang atau memperbaiki proses, mengingatkan tentang pelaporan insiden,
memonitor dan mengevaluasi kinerja, distribusi formulir insiden ke unit kerja,
menganalisis insiden secara intensif dan sosialisasi saat orientasi karyawan baru,
melakukan perubahan untuk meningkatkan dan koordinasi tentang pelaporan antara
kinerja serta keselamatan pasien, Tujuh unit kerja dan KMKP.
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Kegiatan yang digalakkan sebatas
merupakan acuan rumah sakit dalam pelaporan dan collecting data. RSISA
melaksanakan program keselamatan sudah mendapatkan akreditasi, sehingga
pasien. Tujuh langkah tersebut adalah mindset yang ada adalah keselamatan
membangun kesadaran akan nilai pasien di RSISA sudah berjalan dan
keselamatan pasien, memimpin dan tinggal dilanjutkan saja, sehingga belum
mendukung staf, mengintegrasikan sampai di tahap memperbaiki atau
aktivitas pelaporan risiko, meningkatkan sistem dan budaya
mengembangkan sistem pelaporan, keselamatan pasien kea rah yang lebih
melibatkan dan berkomunikasi dengan baik. Kesadaran untuk melakukan
pasien, belajar dan berbagi pengalaman pengembangan ke arah perbaikan masih
tentang keselamatan pasien, serta kurang. Bila tidak dilakukan upaya untuk
mencegah cedera melalui implementasi meningkatkan kesadaran akan berdampak
sistem keselamatan pasien. pada pelaksanaan keselamatan pasien yang
hanya melaporkan terjadinya insiden,
PEMBAHASAN tetapi akan terus berulang untuk insiden
Untuk meningkatkan mutu dan yang sama karena tidak ada upaya
keselamatan pasien, RSISA membentuk pembelajaran, inisiatif, kepedulian dan
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien keterpanggilan untuk melaksanakan
(KMKP) yang bertugas untuk menyusun, pelayanan yang lebih baik dan
menggerakkan, mengimplementasikan, mengutamakan keselamatan pasien.25
dan mengevaluasi program keselamatan RSISA pernah melakukan survey penilaian
pasien. Dalam menjalankan programnya, keselamatan pasien sebanyak satu kali
KMKP memiliki penggerak keselamatan pada tahun 2009, namun tidak ada tindak
pasien atau Quality Link Safety Champion lanjut yang berarti dari survey tersebut.
(QLSC) di unit kerja. QLSC berperan Assessment hanya menggambarkan tingkat
sebagai panjang tangan dari KMKP ke unit budaya pada satu waktu tertentu saja,
kerja, penerus informasi terkait sehingga assessment seharusnya dilakukan
keselamatan pasien ke staf, mengikuti secara berkala untuk menilai
rapat-rapat insidentil terkait keselamatan perkembangannya.26 QLSC masih belum
pasien, menilai dan mengevaluasi mengetahui atau familiar dengan Tujuh
pelaksana, dan bertanggung jawab atas Langkah Menuju Keselamatan Pasien ,
laporan keselamatan pasien kepada KMKP karena belum ada panduan atau pedoman
Langkah pertama : Bangun Kesadaran terkait Tujuh Langkah Menuju

2
Keselamatan Pasien dan belum ada risiko. Belum semua unit melakukan
sosialisasi khusus tentang langkah-langkah monitoring terhadap risiko di unit kerja
tersebut. Semenjak tahun 2014 belum masingmasing karena kurangnya
dilaksanakan sosialisasi kembali tentang pemahaman tentang manajemen risiko.
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Belum ada SOP terkait pelaksanaan
Pasien yang berkaitan dengan pencatatan, manajemen risiko di RSISA. Masih
pelaporan, dan analisis akar masalah banyak keterlambatan pelaporan dan
padahal sampai sekarang KMKP dan unit bahkan banyak unit yang tidak melaporkan
kerja masih mengeluhkan pemahaman pelaporan manajemen risiko. Langkah ke
yang kurang dan pelaporan yang masih empat: Kembangkan Sistem Pelaporan
dianggap rumit. Langkah ke dua : Pimpin Kesalahan nampak apabila para staf
dan Dukung Staf Anda Kunjungan memiliki kesadaran untuk melaporkan
monitoring lapangan ke unit kerja oleh setiap insiden yang terjadi dan tidak
Direksi dan KMKP belum dilakukan menutupi kejadian tersebut. Mekanisme
secara rutin, belum fokus pada pelaporan insiden baru dapat berjalan
keselamatan pasien, dan belum merata ke dengan baik apabila lingkungan kerja
seluruh unit kerja. Untuk upaya terbebas dari upaya saling
mendemonstrasikan keselamatan pasien, menyalahkan.Pelaporan insiden internal
pimpinan harus menyisihkan waktu satu dari unit kerja ke KMKP dapat dilakukan
jam dalam satu minggu untuk melalui telepon terlebih dahulu atau
mengunjungi unit kerja yang berbeda langsung dengan formulir insiden. Untuk
untuk membahas keselamatan pasien dan grading insiden hijau dan biru KMKP
tata kelola klinis dengan staf. Belum ada hanya menerima dan melakukan
pertemuan khusus untuk keselamatan rekapitulasi pelaporan. Sistem pelaporan
pasien yang dilakukan. Sosialisasi yang dikembangkan oleh RSISA
mengenai Tujuh Langkah Menuju Semarang masih belum optimal. Masih
Keselamatan Pasien dilakukan satu kali banyak keterlambatan pelaporan insiden
pada tahun 2014 atau saat menjelang bulanan dari unit kerja. Banyak insiden
akreditasi. Langkah ke tiga: Integrasikan yang tidak terlaporkan karena masih ada
Aktivitas Pengelolaan Risiko Pengelolaan budaya menyalahkan dan menghukum di
risiko yang terintegrasi adalah ketika risiko unit kerja. KMKP sudah melakukan
dan tindak lanjut yang dilakukan di suatu sosialisasi agar tidak adanya blaming
unit kerja dapat menjadi pembelajaran bagi culture di RSISA, tapi hal tersebut belum
unit kerja lain di rumah sakit.15 dilaksanakan oleh seluruh unit kerja di
Manajemen risiko di RSISA masih dalam RSISA yang berarti belum meratanya no
tahap pelaporan, yaitu unit kerja blaming culture di RSISA Semarang. Hal
mengidentifikasi risiko masing-masing, ini didukung oleh penelitian tentang
melakukan penilaian risiko dan penurunan pelaporan insiden yang
melaporkannya kepada KMKP setiap tiga menyatakan bahwa adanya ketakutan
bulan sekali. Belum ada proses disalahkan disebabkan oleh karena belum
pembelajaran dari risiko yang terjadi di meratanya budaya keselamatan pasien di
unit kerja. Pertemuan manajemen risiko rumah sakit. Laporan insiden dianggap
yang seharusnya dilaksanakan tiga bulan beban karena rumit, kesibukan unit kerja
sekali baru terlaksana satu tahun sekali membuat laporan tidak terjamah, pola
karena kesibukan Ketua KMKP. Belum pikir staf tidak perlu melaporkan insiden
semua staf terlibat dalam mananajemen yang tidak menyebabkan cedera pada

3
pasien, kurang peran aktif KMKP untuk secara aktif dan melibatkan seluruh unit
membimbing penyelesaian pelaporan kerja. Hanya ada penyampaian jumlah
insiden, serta ada insiden yang terlambat insiden saat rapat pimpinan tiga bulanan.
diketahui. Unuk pelaporan insiden Penyebar luasan informasi judul insiden
eksternal ke PERSI belum dilakukan dan tindak lanjut insiden melalui IT Blog
secara rutin. KMKP pun belum pernah rumah sakit belum rutin dilakukan. Dalam
menerima feedback pelaporan dari PERSI. mencegah cedera RSISA menggunakan
Langkah ke lima: Libatkan dan metode FMEA yang dilakukan satu tahun
Berkomunikasi dengan Pasien RSISA sekali. KMKP memprioritaskan risiko di
belum memiliki kebijakan atau panduan unit kerja yang akan dilakukan redesign.
terkait mengkomunikasikan insiden Risiko yang diprioritaskan adalah risiko
kepada pasien. Staf pun menjadi bingung dengan grading tinggi sampai sangat
menentukan apa yang harus dilakukan, tinggi. Dalam pelaksanaan FMEA masih
apakah staf harus terbuka, atau pura-pura terdapat kendala, yaitu pelaksanaannya
tidak tahu. Rumah sakit perlu melakukan memerlukan dana yang besar sehingga
medical error disclosure atau harus dilakukan bertahap dan memerlukan
pengungkapan kesalahan medis dengan waktu yang lama, birokrasi yang panjang,
mempertimbangkan situasi dan kondisi.9 pelaksanaan sering bentrok dengan
Bersikap terbuka tentang apa yang telah program rumah sakit yang lain, dan
terjadi dan membahas masalah segera, vacuumnya pertemuan manajemen risiko.
sepenuhnya dan penuh kasih dapat Sumber Daya Manusia dalam Pelaksanaan
membantu pasien mengatasi dan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
menghadapi efek dari kesalahan yang telah Pasien Ketua KMKP dan Wakil Ketua
terjadi. Langkah ke enam: Belajar dan KMKP juga menjabat di bagian lain,
Berbagi Pengalaman tentang Keselamatan sehingga tidak bisa secara penuh
Pasien Belajar dan berbagi pengalaman menjalankan tugasnya di KMKP. Jumlah
tentang keselamatan pasien dilakukan anggota KMKP budaya keselamatan
dengan berdikusi saat rapat ruangan. pasien di rumah sakit. Laporan insiden
Analisis akar masalah dilakukan dengan dianggap beban karena rumit, kesibukan
metode RCA untuk insiden yang unit kerja membuat laporan tidak terjamah,
mempunyai grade kuning atau merah. pola pikir staf tidak perlu melaporkan
RCA melibatkan KMKP dan pihak yang insiden yang tidak menyebabkan cedera
terlibat dalam insiden dan unit kerja yang pada pasien, kurang peran aktif KMKP
mengalami insiden. Hasil RCA belum untuk membimbing penyelesaian
disebarluaskan ke seluruh unit kerja pelaporan insiden, serta ada insiden yang
Tedapat beberapa kendala yaitu sulit terlambat diketahui. Unuk pelaporan
mengumpulkan pihakpihak yang terlibat insiden eksternal ke PERSI belum
dalam insiden di satu waktu, serta dilakukan secara rutin. KMKP pun belum
memerlukan proses tindak lanjut yang pernah menerima feedback pelaporan dari
memakan waktu lama terutama untuk PERSI. Langkah ke lima: Libatkan dan
penyelesaian kasus yang memerlukan Berkomunikasi dengan Pasien RSISA
biaya yang cukup besar sehingga belum memiliki kebijakan atau panduan
pelaksanaan RCA melebihi dari batas terkait mengkomunikasikan insiden
waktu. Langkah ke tujuh: Cegah Cedera kepada pasien. Staf pun menjadi bingung
Melalui Implementasi Sistem Keselamatan menentukan apa yang harus dilakukan,
Pasien Belum ada pembelajaran insiden apakah staf harus terbuka, atau pura-pura

4
tidak tahu. Rumah sakit perlu melakukan memerlukan dana yang besar sehingga
medical error disclosure atau harus dilakukan bertahap dan memerlukan
pengungkapan kesalahan medis dengan waktu yang lama, birokrasi yang panjang,
mempertimbangkan situasi dan pelaksanaan sering bentrok dengan
kondisi.Bersikap terbuka tentang apa yang program rumah sakit yang lain, dan
telah terjadi dan membahas masalah vacuumnya pertemuan manajemen risiko.
segera, sepenuhnya dan penuh kasih dapat Sumber Daya Manusia dalam Pelaksanaan
membantu pasien mengatasi dan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
menghadapi efek dari kesalahan yang telah Pasien Ketua KMKP dan Wakil Ketua
terjadi.15 6. Langkah ke enam: Belajar dan KMKP juga menjabat di bagian lain,
Berbagi Pengalaman tentang Keselamatan sehingga tidak bisa secara penuh
Pasien Belajar dan berbagi pengalaman menjalankan tugasnya di KMKP. Jumlah
tentang keselamatan pasien dilakukan anggota KMKP.
dengan berdikusi saat rapat ruangan.
Analisis akar masalah dilakukan dengan KESIMPULAN
metode RCA untuk insiden yang Berdasarkan hasil kajian, belum semua
mempunyai grade kuning atau merah. langkah dalam ‘Tujuh Langkah Menuju
RCA melibatkan KMKP dan pihak yang Keselamatan Pasien’ dilakukan oleh
terlibat dalam insiden dan unit kerja yang RSISA terutama untuk langkah ke lima,
mengalami insiden. Hasil RCA belum yaitu komunikasi terbuka kepada pasien
disebarluaskan ke seluruh unit kerja dan keluarga tentang insiden. Sudah
Tedapat beberapa kendala yaitu sulit dilakukan berbagai upaya untuk mencapai
mengumpulkan pihakpihak yang terlibat langkah yang lain, namun upaya yang
dalam insiden di satu waktu, serta dilakukan masih belum optimal.
memerlukan proses tindak lanjut yang
memakan waktu lama terutama untuk DAFTAR PUSTAKA
penyelesaian kasus yang memerlukan Cahyono, Suharjo. Membangun Budaya
biaya yang cukup besar sehingga Keselamatan Pasien dalam Praktik
pelaksanaan RCA melebihi dari batas Kedokteran. Yogyakarta : Kanisius, 2008
waktu. Langkah ke tujuh: Cegah Cedera
Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Cahyono, Suharjo. Menjadi Pasien Cerdas
Pasien Belum ada pembelajaran insiden Kiat Memperoleh Layanan Medis Terbaik
secara aktif dan melibatkan seluruh unit dan Aman. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
kerja. Hanya ada penyampaian jumlah Utama, 2013 7.
insiden saat rapat pimpinan tiga bulanan. Carayon, Pascale dan Ayse P. Gurses.
Penyebar luasan informasi judul insiden Nursing Workload and Patient Safety,
dan tindak lanjut insiden melalui IT Blog 2003 (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
rumah sakit belum rutin dilakukan. Dalam books/NBK2657/, diakses pada 18
mencegah cedera RSISA menggunakan Agustus 2016)
metode FMEA yang dilakukan satu tahun
sekali. KMKP memprioritaskan risiko di Departemen Kesehatan RI. Panduan
unit kerja yang akan dilakukan redesign. Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Risiko yang diprioritaskan adalah risiko Sakit (Patient Safety). Jakarta: Departemen
dengan grading tinggi sampai sangat Kesehatan RI, 2008.
tinggi. Dalam pelaksanaan FMEA masih
terdapat kendala, yaitu pelaksanaannya

5
Iskandar, Heru, Halimi Maksum, dan
Nafisah. Faktor Penyebab Penurunan
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Malang : Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang, 2014

Rahayu, Sri. Pengembangan Program


Patient Safety Berdasarkan Awareness
dan Komitmen Individu. RSUD Ibnu Sina
Kabupaten Gresik, 2011

R.H Simamora (2019). Buku Ajar


Pelaksanaan Indentifikasi Pasien. Uwais
Inspirasi Indonesi

R.H Simamora (2019). The Influence of


Training Handover based cafery. Indian
journal of public health research &
development.

R.H Simamora (2019). Documentation of


patient Indentification into the electronie
system to improve the quality of nursing
service. International Journal Of scientific
& Technology Kesearch

Widajat, Rochmanadji. Being a Great and


Sustainable Hospital. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, 2009

Anda mungkin juga menyukai