Anda di halaman 1dari 4

BAB II

SELF MANAGEMENT PADA GAGAL JANTUNG

A. DEFINISI SELF MANAGEMENT

Self management atau manajemen diri secara konsep didefinisikan sebagai


partisipasi aktif pasien terhadap perawatan dirinya sendiri untuk mendapatkan
outcome yang lebih baik. (Skaperdas, 2013). Pasien diharapkan dapat
memanage penyakitnya sendiri seperti patuh terhadap regimen pengobatan,
restriksi diet dan mengkaji perubahan gejala misalnya peningkatan berat badan
dan sesak nafas. (Skaperdas, 2013). Manajemen diri berarti pasien
mengarahkan sendiri pembentukan tingkah lakunya dengan strategi terapeutik
atau beberapa kombinasi strategi. Manajemen diri sebagai kontrol dari respon
tertentu melalui stimulus yg dihasilkan dari respon lain pada individu sama
yaitu melalui stimulus yg dibangkitkan oleh diri sendiri.

B. ASPEK DAN PRINSIP SELF MANAGEMENT


Aspek yang ada pada manajemen diri antara lain:
1. Pengelolaan waktu.
2. Hubungan antar manusia
3. Perspektif diri dimana individu dapat menilai dirinya sendiri seperti orang
lain menilai dirinya, jujur terhadap dirinya.
Prinsip- prinsip pada manajemen diri antar lain:
1. Self- regulation, waspada jika konsekuensi perilakunya tidak diharapkan.
2. Self- control, komitmen terhadap apa yg terjadi
3. Self- attribution, individu percaya bahwa dirinya bertanggung jawab atas
terjadinya sesuatu dan sukses karena dirinya

C. PROGRAM SELF MANAGEMENT


Program self management (manajemen diri) adalah upaya sekaligus dukungan
yang dilakukan tenaga kesehatan untuk meningkatkan kemampuan tertentu
pasien sehingga dapat mengelola kesehatan dirinya termasuk program
pengkajian kesehatan diri, mengetahui masalah kesehatan diri, menentukan
tujuan dan pemecahan masalah (Lorig dan Holman,2003)
Dukungan manajemen diri merupakan bagian terpenting dalam pelayanan
keperawatan yang berfokus pada pasien. Program manajemen diri merupakan
dukungan yang diberikan kepada pasien terutama dengan kondisi kronis yang
bertujuan untuk meningkatkan self efficacy sehingga memungkinkan mereka
mengelola kesehatannya dalam kehidupan sehari-hari. Manajemen diri juga
bagaimana meningkatkan kontribusi dari lingkungan sekitar untuk berperan
aktif dalam perawatan kesehatan pasien.
Program manajemen diri memiliki beberapa unsur antara lain :
1. Empati, patient centered care. Semua professional pemberi asuhan harus
memberi perhatian dan kontribusinya untuk memenuhi kebutuhan pasien.
2. Melibatkan seluruh tim kesehatan dalam perencanaan, pengelolaan pasien
dan monitoring.
3. Merencanakan kunjungan ke pasien dengan berfokus pada pencegahan
dan manajemen pengelolaan daripada pelayanan akut.
4. Melibatkan pasien dalam penentuan tujuan
5. Memberikan pendidikan dan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan
pasien dengan menggunakan media yang sesuai dengan budaya pasien
6. Membuat rujukan ke komunitas, seperti program untuk mengikuti latihan
tertentu di puskesmas
7. Tindak lanjut rutin dengan monitoring, bisa melalui sarana telekomunikasi
untuk mendukung dalam upaya menjaga perilaku sehat.
Program manajemen diri yang baik seyogyanya melibatkan berbagai sumber
daya yang ada di sekitar pasien, antara lain:
1. Interaksi perawat-pasien
2. Perawat dengan tenaga kesehatan yang lain
Program manajemen diri mengajarkan kepada pasien tiga hal :
1. Manajemen perawatan
Pasien dilibatkan dalam pengelolaan penyakitnya, termasuk di dalamnya
minum obat, mengikuti diet tertentu, dan juga menggunakan alat tertentu
seperti injeksi insulin. Pasien diajarkan untuk ketrampilan pemecahan
masalah, implementasi sousi dan evaluasi hasil.
2. Manajemen gaya hidup
pasien diajarkan untuk melakukan perubahan dan penciptaan perilaku
hidup baru yang bermakna. Pasien dengan kondisi kronis harus membuat
keputusan untuk merubah gaya hidup nya sehari-hari. Pengambilan
keputusan berdasarkan informasi yang cukup tepat. Pasien juga diajarkan
untuk menemukan dan memanfaatkan sumber daya yang ada dengan
mamanfaatkan penyedia layanan kesehatan. Pasien berperan aktif dengan
penyedia layanan yang ada di masyarakat dengan rutin memeriksakan
kondisi dan melaporkan apabila terjadi perubahan kondisi.
3. Manajemen emosional
Pasien akan menghadapi permasalahan emosional karena memiliki kondisi
kronis yang akan mengubah pandangan seseorang tentang masa depan.
Emosi seperti marah, takut, frustrasi, dna depresi biasanya dialami oleh
seseorang dengan penyakit kronis. Pasien diajarkan untuk mengelola
psikologis yang lebih adaptif.
Program manajemen diri berdampak pada beberapa hal antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan pasien.
2. Meningkatkan kemampuan koping pasien.
3. Meningkatkan perilaku pasien
4. Meningkatkan kepuasan pasien
5. Mengontrol penyakit yang diderita pasien
6. Meningkatkan konsep diri.

D. SELF MANAGEMENT PADA GAGAL JANTUNG


Keadaan patologis gagal jantung seperti kerusakan struktur dan fungsi
jantung akan menyebabkan keterbatasan fungsional sehingga mempengaruhi
kualitas hidup pasien. Keterbatasan fungsional ini merujuk pada kondisi
keterbatasan fisik, sosial, fungsi mental dan fungsi peran sebagai dampak dari
penyakit gagal jantung. Tingkat pengetahuan pasien berhubungan dengan
kemampuan untuk mengenal dan mencari bantuan ketika muncul tanda dan
gejala abnormal, kepatuhan dalam pengobatan, perawatan diri yang adekuat,
peningkatan fungsi fisik dan emosional serta mampu dalam memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan preventif. (Azhar, 2015)
Manajemen diri yang baik pada pasien gagal jantung kronis (CHF) dapat
didefinisikan sebagai “aktivitas sehari-hari yang menjaga stabilitas klinis”.
Pasien wajib mematuhi pengobatan, diet dan rejimen olah raga dan mengelola
gejala dengan mengenali perubahan dan merespons dengan menyesuaikan
perilaku atau dengan mencari bantuan yang sesuai. Manajemen diri pasien
dikaitkan dengan penurunan risiko kematian dan lebih sedikit masuk rumah
sakit. Manajemen diri pada CHF biasanya melibatkan adaptasi perilaku.
Pasien perlu menghindari atau berhenti merokok, beradaptasi (misalnya
membatasi asupan natrium, kolesterol dan cairan) dan mempertahankan
(misalnya berolahraga secara teratur). Dari perspektif pasien, hal ini
meningkatkan kompleksitas manajemen diri dan meningkatkan tuntutan
kognitif, perilaku dan motivasi (Toukhsati et al., 2015).
Manajemen diri pada pasien gagal jantung dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti faktor psikis (persepsi, depresi dan kecemasan), faktor tingkat
pendidikan dan pengetahuan serta faktor petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan. Selain itu juga ditemukan faktor pendukung seperti usia,
jenis kelamin, penyebab gagal jantung, dukungan keluarga dan tingkat
aktifitas fisik. Untuk meningkatkan kemampuan manajemen diri dapat
dilakukan dengan edukasi yang berkelanjutan, tidak hanya pada saat pasien
dirawat inap, namun bisa terus berlanjut saat pasien rawat jalan, dengan
pemantauan yang ketat dari petugas kesehatan serta peningkatan peran
advokasi petugas kesehatan terhadap pelaksanaan manajemen diri.

Anda mungkin juga menyukai