Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan profesional harus mampu mengaplikasikan teori-teori keperawatan dalam
aplikasi praktik keperawatan.Teori keperawatan dalam pekembangannya dapat mengadopsi
dari beberapa teori yang berasal dari disiplin ilmu lain maupun mengembangkan teori sendiri.
Secara umum, teori diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya, dimulai dari meta
theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory sebagai yang lebih konkrit.
Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain
dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan, dan mengontrol hasil
asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan. Teorimembantu memberikan
pengetahuan untuk mengembangkan praktik dengan cara menggambarkan, menjelaskan,
memprediksi, dan mengontrol suatu fenomena. Teori juga membantu mengembangkan
keterampilan analisa, berfikir kritis, menjelaskan nilai-nilai dan asumsi, serta menentukan
tujuan untuk praktik keperawatan, pendidikan, dan riset.Teori keperawatan didefinisikan
sebagai usaha menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan (Taylor,
Lillis, & LeMone, 2011). Teori yang dikembangkan dalam keperawatan berasal dari model
konseptual yang mendasari. Dalam upaya memperlihatkan akuntabilitas perawat terhadap
pasien, tim kesehatan dan institusi tempat perawat bekerja menjadikan pemahaman terhadap
model keperawatan menjadi sangat penting. Teori keperawatan memberikan pemahaman yang
lebih luas tentang situasi pasien yang kompleks dan memandu pengumpulan,
pengorganisasian, dan menginterpretasikan data yang ada pada pasien.
Berbagai teori keperawatan yang telah dikembangkan oleh para ahli, salah satunya
adalah Self care Defisit oleh Dorothea E. Orem. Orem mengembangkan teori Self care Deficit
meliputi tiga konsep yang berkaitan yaitu: self care, self care defisit dan nursing system. Ketiga
teori tersebut dihubungkan oleh enam konsep sentral yaitu; self care, self care agency,
kebutuhan self care terapeutik, self care defisit, nursing agency, dan nursing system (Orem,
2001).
Teori Orem ini merupakan suatu pendekatan yang dinamis dimana perawat memberikan
bantuan hanya apabila pasien tidak mampu merawat dirinya sendiri dan bukan menempatkan

1
pasien pada posisi yang selalu tergantung. Menurut Muhlisin dan Irdawati (2010), teori ini
merupakan suatu landasan bagi perawat dalam memandirikan pasien sesuai tingkat
ketergantungannya bukan menempatkan pasien dalam posisi ketergantungan, karena menurut
Orem, self care itu bukan proses intuisi tetapi merupakan suatu prilaku yang dapat dipelajari.
Selain itu, teori Orem juga tetap berorientasi pada manusia/person, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan yang saling mempengaruhi.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menguraikan dan menjelaskan
tentangteori keperawatan Dorothea Orem dan menjelaskan aplikasinya terhadap praktik
keperawatan pada lingkup tatanan Keperawatan Medikal Bedah.

1.3 Metode Penulisan


Dalam penulisan dan pembuatan makalah ini kelompok menggunakan penelahaan
terhadap sumber-sumber referensi terkait, mulai dari sumber elektronik ataupun buku
teksbook. Penelusuran artikel atau jurnal diambil dari database Google Scholar dan Proquest
dengan menggunakan kata kunci health history dan nursing assesment approach. Artikel yang
dijadikan referensi hanya yang dipublikasikan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia saja
yang selanjutnya dianalisa sehingga dapat menjadi acuan dalam penulisan makalah ini.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP SELF CARE


Teori self care adalah elemen penting dari teori defisit perawatan diri dalam
keperawatan. Dalam teori perawatan diri, Orem menjelaskan perawatan diri sebagai
kegiatan yang dilakukan oleh individu untuk menjaga kesehatan mereka sendiri.
Perawatan diri mengacu pada tanggung jawab individu untuk memiliki perilaku gaya
hidup sehat yang diperlukan untuk perkembangan manusia dan fungsi seperti aktifitas
koping yang diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan. Perawatan diri
menunjukkan bahwa individu menggunakan sumber daya mereka, termasuk atribut
pribadi seperti pengetahuan, keterampilan, positif sikap, tekad, keberanian, dan
optimisme, untuk meningkatkan kesehatan (Akinsola, 2001).
Kebijakan National Health Society (NHS) mengenalkan self care untuk
mengurangi risiko pasien, dijadikan sebagai program tingkatan jangka panjang. Self care
adalah perawatan individu terhadap kesehatan dan kesejahteraan yang terdiri dari
tindakan untuk menjalani gaya hidup sehat, memenuhi kegiatan sosial, emosional dan
kebutuhan psikologis dalam jangka panjang dan untuk mencegah penyakit atau
kecelakaan (Bower et al, 2009). Self care merupakan fungsi regulasi manusia yang harus
dilakukan untuk mempertahankan hidup. Melalui self care dapat meningkatkan
keterampilan intelektual dan praktis untuk mengelola diri sendiri dalam mempertahankan
motivasi perawatan sehari-hari secara efektif.
Perawatan diri terbagi menjadi beberapa jenis. Beberapa jenis perawatan diri
yaitu perawatan diri regulatory seperti makan, tidur dan mandi, perawatan diri preventif
misalnya berolahraga, diet dan menyikat gigi; perawatan diri reaktif menanggapi gejala
tanpa intervensi seorang dokter, perawatan diri restorative seperti perubahan perilaku dan
kepatuhan pengobatan regimen.
Cara seseorang terlibat dalam perawatan diri akan bervariasi karena dipengaruhi
oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut.

a. Pengalaman dan ketrampilan


Pengalaman adalah kontributor yang kuat untuk pengembangan keterampilan
self care. Pengalaman sebelumnya digunakan untuk mengidentifikasi pola-pola yang
memberikan isyarat yang relevan, menunjukkan hasil yang diharapkan terkait dengan

3
respon khusus. Keterampilan self care sangat penting dan pasien harus memiliki
kemampuan untuk merencanakan, menetapkan tujuan, dan membuat keputusan. Self
care juga berkontribusi pada pengembangan keterampilan, meskipun pasien memiliki
pengalaman bertahun-tahun dengan penyakit tertentu namun tidak selalu pasien
mengembangkan keterampilan self care. Tantangan bagi para profesional perawatan
kesehatan adalah untuk mengidentifikasi apa yang telah pasien pelajari dari
pengalaman, melihat jika apa yang diketahui benar, dan memfasilitasi pengembangan
keterampilan yang diperlukan untuk kinerja perawatan diri.

b. Motivasi
Motivasi sebagai kekuatan pendorong manusia untuk mencapai tujuan.
Terdapat dua jenis motivasi yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik muncul
dari keinginan untuk mengasimilasi dan belajar. Motivasi intrinsik didorong oleh
hasrat untuk melakukan tugas tertentu karena tugas yang memberikan kesenangan
pada diri orang tersebut. Motivasi ekstrinsik mengacu pada perubahan perilaku karena
itu mengarah ke hasil yang telah ditentukan spesifik yang diinginkan untuk beberapa
alasan, misalnya untuk meningkatkan kesehatan, untuk menyenangkan orang lain.
Self care dipicu dan didorong oleh motivasi ekstrinsik. Individu tidak dapat secara
internal termotivasi untuk melakukan suatu perilaku, tetapi persepsi orang lain yang
signifikan mengenai pentingnya melakukan perilaku dapat memotivasi perawatan
diri.

c. Keyakinan Budaya dan Nilai-Nilai


Perawatan diri dapat dipandang sebagai sangat penting bagi suatu daerah dan
budaya di mana kemerdekaan dihargai, namun dalam beberapa budaya perawatan diri
tidak penting. Perawat dalam mengahadapi situasi ini lebih penting untuk
menunjukkan perhatian melalui perawatan dan perhatian ketika anggota keluarga
sakit. Perilaku tersebut dapat sesuai dalam budaya di mana yang mempengaruhi
perubahan gaya hidup.

d. Keyakinan
Perawatan diri sangat dipengaruhi oleh sikap dan keyakinan seperti self-
efficacy. Self efficacy merupakan keyakinan seseorang dalam kemampuan untuk
melakukan tindakan tertentu dan untuk bertahan dalam melakukan tindakan. Konsep

4
kepercayaan dikonseptualisasikan sebagai komponen self care. Kepercayaan diri
penting dalam setiap tahap proses perawatan diri.

e. Kebiasaan
Kebiasaan atau rutinitas sehari-hari merupakan faktor penting yang
mempengaruhi perawatan diri. Beberapa pasien terbiasa melakukan perilaku
perawatan diri tertentu dan perawatan diri menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari
mereka. Namun beberapa pasien lain perawatan diri dianggap sebagai tindakan yang
membutuhkan energi yang banyak.

f. Kemampuan fungsional dan kognitif


Perawatan diri membutuhkan kemampuan fungsional untuk terlibat dalam
perilaku yang diperlukan. Masalah dengan pendengaran, penglihatan, motorik, dan
energi dapat membuat proses perawatan diri menjadi terhambat . Selain itu,
pengembangan ilmu pengetahuan menggambarkan bahwa penyakit kronis yang
umumnya terkait dengan defisit kognitif yang dapat membuat perawatan diri menjadi
tantangan.

g. Dukungan dari orang lain


Meskipun perawatan diri dilakukan oleh individu namun juga dipengaruhi
oleh support dari orang lain. Sebaliknya bagi pasien dengan penyakit kronis
membutuhkan kontribusi penting dari orang lain seperti komunikasi, pengambilan
keputusan dan timbal balik dari keluarga dan teman-teman.

h. Akses ke Perawatan
Perawatan diri penyakit kronis dipengaruhi oleh penyedia setelah mengakses
sistem perawatan kesehatan untuk mendapatkan perawatan. Beberapa pasien
memiliki kesulitan dalam akses terkait penyakitnya dalam sistem perawatan kesehatan
seperti ekonomi dan lokasi.

5
2.2 KONSEP TEORI MODEL DOROTHY OREM
2.2.1 Teori Self care Dorothea Orem
Menurut Orem (2001) Asuhan Keperawatan dilakukan dengan keyakinan
bahwa setiap orang mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga
membantu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehtan dan kesejahteraan.
Teori ini dikenal dengan teori self care deficit (Perawatan Diri). Orang dewasa
dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia dan orang sakit
membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka. Orem (2001)
mengklasifikasikan dalam 3 kebutuhan, yaitu:
a. Universal Self care requisites (Kebutuhan Perawatan Diri Universal)
Kebutuhan yang dibutuhkan manusia secara umum selama siklus
kehidupannya, baik kebutuhan fisiologis dan psikologis, yaitu:
1) Memelihara kecukupan pengambilan udara
2) Memelihara kecukupan pengambilan makanan
3) Memelihara kecukupan pengambilan air
4) Pembekalan perawatan dengan proses eliminasi dan pembuangan kotoran
5) Memelihara keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
6) Memelihara keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial
7) Pencegahan bahaya atau resiko pada kehidupan manusia, fungsi, dan
kesejahteraan manusia
8) Promosi fungsi dan perkembangan kehidupan dengan kelompok-
kelompok sosial dalam memenuhi potensi manusia, pengetahuan
keterbatasan-keterbatasan manusia, dan hasrat kemanusiaan yang normal.
Biasanya digunakan sebagai suatu pemikiran dari pentingnya manusia yang
dihubungkan dengan genetik, dasar karakteristik, dan bakat dari masing-
masing individu (Orem, 2001; Alligood & Tomey, 2010).

b. Development Self care requisites (Kebutuhan Perawatan dalam


Pengembangan Diri)
1) Ketentuan dari kondisi-kondisi yang mendukung perkembangan
2) Pemakaian pada pengembangan diri

6
3) Pencegahan atau penanggulangan dampak dari kondisi manusia dan
situasi kehidupan yang dapat merugikan perkembangan manusia (Orem,
1980; Alligood & Tomey,2010).

c. Health Deviation Self care requisites (Kebutuhan Perawatan diri


Peyimpangan Kesehatan)

Karakteristik dari penyimpangan kesehatan dicerminkan sebagai


kondisi lamanya individu memerlukan perawatan yang diperlukan selama
mereka hidup dengan efek dari kondisi patologis sepanjang durasi
kehidupannya. Dampak dari penyakit atau luka tidak hanya pada mekanisme
struktur dan psikologis yang spesifik, tetapi juga berhubungan dengan
fungsinya sebagai manusia.

d. Kebutuhan perawatan diri terapeutik (Therapeutic self-care requisites)


Permintaan perawatan diri secara terapeutik terdiri dari penyajian akhir
pengukuran perawatan pada waktu yang spesifik atau sampai durasi waktu
tertentu dimana individu memerlukan pengetahuan tentang kebutuhan
perawatan diri, memberikan perlakuan tertentu pada suatu kondisi dengan
metode yang sesuai, meliputi:
1) Mengontrol dan mengatur faktor-faktor yang dibutuhkan individu, yaitu
nilai-nilai yang mengatur dalam fungsi tubuh manusia, seperti kebutuhan
udara, air, dan makanan.
2) Memenuhi kebutuhan elemen aktivitas, meliputi pemeliharaan, promosi,
pencegahan, dan pembekalan (Orem, 2001).
Kebutuhan therapeutic self-care atau self-care agency menurut Orem (2001)
diklasifikasikan dalam Basic Condisional Faktor atau sepuluh faktor yang
berhubungan dengan kondisi dasar dan memberikan efek nilai pada kebutuhan
individu, antara lain:

 Umur
 Jenis kelamin
 Status perkembangan
 Status kesehatan
 Kondisi tempat tinggal

7
 Faktor sistem kesehatan
 Faktor sistem keluarga
 Faktor sosial dan budaya
 Ketersediaan sumber daya
 Faktor lingkungan luar

2.2.2 Self care Defisit


Self-care deficit adalah suatu istilah yang mengekspresikan hubungan
antara kemampuan aksi dari individu dan kebutuhan mereka untuk perawatan.
Keterbatasan dapat disebabkan oleh kondisi sakit, cedera atau akibat efek
pemeriksaan atau terapi medis. Variabel yang mempengaruhi defisit perawatan
diri antara lain kemampuan perawatan diri dan tuntutan perawatan diri terapeutik,
dimana tindakan keperawatan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang ada.
Teori defisit perawatan diri Orem menjelaskan tidak hanya pada saat keperawatan
diperlukan, tetapi juga bagaimana orang dapat dibantu melalui lima metode
pemberian bantuan bertindak atau melaksanakan untuk memandu, mengajarkan,
mendukung dan menciptakan lingkungan yang meningkatkan kemampuan
individu untuk memenuhi tuntutan saat ini dan di masa yang akan datang
(Alligood & Tomey, 2010).

8
Skema 1 Struktur Konseptual Teori Self Care Deficit

Self-
care

Self- Self-care
care demand
Conditioning agency Conditioning
factor factor
Deficit

Nursing
agency

9
2.2.3 Nursing System
Pada konsep teori Orem (2001) dikenal dengan nursing system, teori ini
membahas kebutuhan self care defist dari pasien dapat dipenuhi oleh perawat,
pasien itu sendiri atau kedua belah pihak baik pasien maupun perawatnya.
Klasifikasi Nursing System yaitu sebagai berikut:
1) The Whole Compensatory System
Bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk pasien yang tidak mampu
mengontrol atau memantau lingkungannya dan berespon terhadap
rangasangan.
2) The Partly Compensatory System
Bantuan sebagian, dibuthkan bagi pasien yang mengalami keterbatasan gerak
karena sakit atau kecelakaaan
3) The supportive Compensatory System
Dukungan bila menemui pasien dengan tingkat ktergantungan yang rendah
dan pendidikan untuk mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Skema 2 Self care defiicit nursing theory

Wholly

Compensatory

system
Theory of self-care deficit

Supportive/

educative
Theory of nursing system
system

Partially

compensatory

10
2.2.4 Model Self Care Orem
Konsep teori model perawatan diri Dorothea E Orem merupakan model
teori keperawatan professional yang merefleksikan dan menentukan kebutuhan
indidu dengan konsekwensinya. Menurut NANDA, perawatan diri dapat
didefinisikan kemampuan dan tindakan individu dalam menentukan perencanaan,
pengorganisasian, dan melaksanakan segala sesuatu yang di pandang perlu untuk
perawatan dirinya. Tujuan teori model Orem’s yaitu:
1. Fokus perawat – Seseorang memerlukan tindakan dan pengorganisasian
dalam menentukan kebutuhan perawatan diri sebagai dasar dalam
melanjutkan kehidupan yang sehat, bebas dari sakit dan trauma, dan
terlindungi dari akibatnya,
2. Tujuan Perawat – Mengatasi keterbatasan sesorang.

Teori model Orem mendukung keperawatan melalui 3 teori pokok:

1. Keperawatan adalah sesuatu yang diperlukan karena ketidakmampuan


seseorang dalam perawatan diri sebagai hasil dari keterbatasan (Theory of
Self-Care Deficit)
Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima
perawatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan
memiliki berbagai keterbatasan-keterbatasan dalam mencapai taraf
kesehatannya. Perawatan yang diberikan didasarkan kepada tingkat
ketergantungan; yaitu ketergantungan total atau parsial. Defisit perawatan
diri menjelaskan hubungan antara kemampuan seseorang dalam
bertindak/beraktivitas dengan tuntutan kebutuhan tentang perawatan diri.
Sehingga bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka ia akan mengalami
penurunan/defisit perawatan diri.

2. Kesengajaan belajar untuk menjadi dewasa dan tindakan yang secara


langsung untuk mempertahankan diri, kualitas hidup dan menjadi lebih baik
(Theory of Self- Care)
Self care adalah fungsi regulasi manusia yang berdasarkan pada
kemampuan individu untuk melakukan perawatan dirinya. Hal tersebut
digambarkan dalam hubungan antara self care, self care agency dan

11
therapeuthic demand (maka defisit perawatan diri terjadi dan perawat akan
membantu pasien untuk melakukan tugas perawatan dirinya/self care).
Self care adalah tindakan yang matang dan mematangkan orang lain
yang mempunya potensi untuk berkembang, atau mengembangkan
kemampuan yang dimiliki agar dapat digunakan secara tepat, nyata dan valid
untuk mempertahankan fungsi dan berkembang dengan stabil dalam
perubahan lingkunganl. Self care digunakan untuk mengontrol faktor internal
dan eksternal yang mempengaruhi aktivitas seseorang untuk menjalankan
fungsinya dan berproses untuk mencapai kesejahteraannya.
Self care agency adalah kekuatan individi yang berhubungan dengan
perkiraan dan esensial operasi-operasi produksi untuk keperawatan mandiri.
Ada 3 aspek yakni: a) Agen (orang yang mengambil tindakan). b) Self care
agent (penyedia perawatan mandiri). c) Dependent care agent
(penyelenggara perawatan yang tidak mandiri).
3. Hasil dari keperawatan adalah sistem keperawatan (Theory of Nursing
System)
Sistem keperawatan, ketika perawat menentukan, mendesain dan
menyediakan perawatan yang mengatur kemampuan individu dan mencapai
pemenuhan kebutuhan perawatan diri. Sistem pelayanan yang memfasilitasi
pemenuhan kebutuhan self care individu dan memberikannya secara
terapeutik sesuai dengan tiga tingkatan kemampuan:
a) Wholly compensatory nursing system diberikan pada pasien dengan
ketergantungan tinggi, jika :
 tidak mampu melakukan aktivitas, contohnya pada pasien yang
mengalami penurunan kesadaran.
 tahu melakukan gerakan tapi tidak boleh ada gerakan, contoh pada
pasien dengan fraktur tulang belakang.
 tidak mampu memberi alasan tindakan self care tapi bisa dengan
bimbingan. contoh pada pasien dengan retardasi mental.
b) Partly comensatory nursing system diberikan pada pasien dengan tingkat
ketergantungan sebagian/parsial. Biasanya perawat mengambil alih
beberapa aktifitas yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh pasien,
misalnya pada lansia.

12
c) Supportive educative nursing system diberikan dengan
pemulihan/ketergantungan ringan. Memberikan pendidikan kesehatan
atau penjelasan untuk memotivasi pasien untuk melakukan self care.

2.2.5 Teori Orem dan Paradigma Keperawatan

Orem menjelaskan masing-masing dari komponen paradigma


keperawatan yaitu manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.

1. Manusia
Manusia merupakan makhluk yang berbeda dari makhluk hidup
lainnya, hal ini disebabkan oleh kapasitasnya dalam: 1) Mencerminkan
keadaan diri dan lingkungannya, 2) Menandakan pengalaman mereka, 3)
Memakai simbol yang mereka ciptakan (ide dan kata-kata) dalam berfikir,
komunikasi dan dalam memperjuangkan sesuatu yang menguntungkan
diri mereka dan orang lain. Gabungan dari fisiologi tubuh manusia
termasuk aspek fisik, mental, hubungan antarmanusia dan aspek social.
Orem mempercayai bahwa individu memiliki kecenderungan untuk
belajar dan berkembang. Faktor yang mempengaruhi kecenderungan
belajar termasuk umur, kapasitas mental, budaya, social dan status
emosional dari individu. Jika seseorang tidak dapat mempelajari langkah
perawatan diri, yang lainnya harus dapat merawat dan membuktikannya.

2. Kesehatan
Orem mendefinisikan tentang kesehatan sebagai status fisik,
mental dan kehidupan sosial, tidak hanya mengenai kelemahan fisik atau
penyakit. Orem juga mempersembahkan dasar kesehatan pada konsep
perawatan diri preventif. Perawatan kesehatan termasuk peningkatan dan
pemeliharaan dari kesehatan (primary prevention), perawatan dari
penyakit/luka (secondary prevention), dan komplikasi dari pencegahan
(tertiary prevention).
3. Lingkungan
Kondisi lingkungan dibagi dua, yaitu lingkungan eksternal fisik
dan lingkungan psikososial. Pengembangan lingkungan dilakukan dengan
meningkatkan pengembangan individu melalui motivasi untuk

13
membangun tujuan yang tepat dan mengatur perilaku untuk meraih tujuan
tersebut. Lingkungan dapat berpengaruh positif maupun negative terhadap
kemampuan seseorang untuk melakukan self care.

4. Keperawatan
Menurut Orem, keperawatan adalah jenis pelayanan kesehatan
spesifik yang berdasarkan pada nilai. Orem menyebutkan bahwa ada
beberapa faktor yang berhubungan dengan konsep keperawatan antara
lain, seni dan kebijaksanaan keperawatan, keperawatan sebagai layanan,
fungsi teori keperawatan dan teknologi keperawatan.

2.3 PROSES KEPERAWATAN MENURUT THEORY DOROTHEA E OREM

Proses keperawatan menurut Orem terdiri dari pengkajian, diagnosa


keperawatan, rencana tindakan dengan rasional ilmiah, implementasi dan evaluasi.

a. Pengkajian
Pengkajian diarahkan pada:
1) Factor personal,
2) Universal self care,
3) Developmental self care,
4) Health deviation self care,
5) Self-Care deficit

Pengumpulan data pada 6 area yaitu:

1) Status kesehatan individu


2) Persepsi dokter tentang status kesehatan individu
3) Persepsi individu tentang kesehatannya sendiri
4) Tujuan kesehatan dalam konteks latar belakang kehidupan individu, gaya
hidup, dan status kesehatannya
5) Kebutuhan individu terhadap perawatan diri/self care
6) Kapasitas individu untuk melakukan self care.

14
b. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang dialami oleh pasien.
c. Perencanaan
Tujuan dibuat sesuai dengan dignosa keperawatan, berdasarkan self care
demand dan meningkatkan kemampuan self care.
Membuat nursing system yang terdiri dari wholly compensatory, partly
compensatory, atau supportive, tergantung dari kondisi pasien.
d. Pelaksanaan
Diarahkan untuk meningkatkan kemampuan self care, memenuhi kebutuhan
self care, dan menurunkan self care deficitnya.
e. Evaluasi
Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam meningkatkan kemampuan self
care, memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya.

2.4 APLIKASI TEORI OREM DALAM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Lingkup praktek keperawatan medikal-bedah merupakan bentuk asuhan
keperawatan pada klien dewasa yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah
nyata atau terprediksi mengalami gangguan baik karena adanya penyakit, trauma atau
kecacatan. Asuhan keperawatan meliputi perlakuan terhadap individu untuk
memperoleh kenyamanan; membantu individu dalam meningkatkan dan
mempertahankan kondisi sehatnya; melakukan prevensi, deteksi dan mengatasi
kondisi berkaitan dengan penyakit ; mengupayakan pemulihan sampai klien dapat
mencapai kapasitas produktif tertingginya; serta membantu klien menghadapi
kematian secara bermartabat (Susilaningsih, 2008).

Dari focus telaahan dan lingkup garapan keperawatan medikal bedah yang
sudah diuraikan sebelumya, basis intervensi keperawatan medikal bedah adalah
ketidakmampuan klien (dewasa) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri (self
care defisit). Ketidakmampuan ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara
tuntutan kebutuhan (self care demand) dan kapasitas klien untuk memenuhinya (self
care ability) sebagai akibat perubahan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh.
Kondisi ini unik pada setiap individu karena kebutuhan akan self care dapat berbeda-

15
beda, sehingga dibutuhkan integrasi keterampilan-keterampilan berfikir logis-kritis,
teknis dan telaah legal etis untuk menentukan bentuk intervensi keperawatan mana
yang sesuai, apakah bantuan total, partial atau suportif edukatif yang dibutuhkan klien.

Penerapan asuhan keperawatan menggunakan teori keperawatan self care


Orem memberikan gambaran mengenai tingkat kemandirian pasien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri. Peran perawat dalam teori ini meningkatkan
kemampuan pasien untuk mandiri pada area klinis yang dapat meningkatkan kualitas
hidup (Ropyanto, 2014). Teori self care Orem mengimplikasikan adanya kerjasama
antara pasien dengan perawat, dalam setiap masalah yang teridentifikasi dan dalam
setiap intervensi yang dilaksanakan. Partisipasi pasien dalam asuhan keperawatan
sangat penting dalam mengembangkan asuhan itu sendiri (Sampaio, 2007).

Tujuan keperawatan pada model Orem’s secara umum adalah :

a) Menurunkan tuntutan self care kepada tingkat dimana klien dapat


memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
b) Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi
tuntutan self care.
c) Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk memberikan
asuhan dependent (dependent care) jika self care tidak memungkinkan, oleh
karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
d) Jika ketiganya diatas tidak ada yang tercapai, perawat secara langsung dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien.

Bernier (2002) menjelaskan bahwa dalam proses keperawatan, teori Orem


diaplikasikan dengan bentuk sebagai berikut:

a) Teori self care: nursing interview


Mengkaji apakah tuntutan kebutuhan dasar sesuai dengan pemenuhan sesuai
dengan pemenuhan kebutuhan dasar.
b) Teori self care defisit: identifikasi self care agency
c) Teori of nursing system
Menentukan tipe dari nursing system dan tujuan:
 Wholly compensatory
 Partial compensatory

16
 Supportive educative

17
BAB IV

KESIMPULAN

Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat


ketergantungan atau kebutuhan klien dan kemampuan klien. Oleh karena itu ada 3
tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri, yaitu:

a) Perawat memberi keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan


dilakukan karena tingkat ketergantungan klien yang tinggi (sistem pengganti
keseluruhan).
b) Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan (sistem
pengganti sebagian).
c) Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat (sistem
dukungan/pendidikan
Dengan mempelajari model konsep maka dapat disimpulkan betapa perawat
harus memahami apa yang harus dilakukan secara tepat dan akurat sehingga klien dapat
memperoleh haknya secara tepat dan benar. Asuhan keperawatan dengan pemilihan
model konsep yang sesuai dengan karakteristik klien dapat memberikan asuhan
keperawatan yang relevan.

Model konsep self care mempunyai makna bahwa semua manusia mempunyai
kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk memperolehnya
sendiri kecuali jika tidak mampu. Dengan demikian perawat mengakui potensi klien
untuk berpartisipasi merawat dirinya sendiri pada tingkat kemampuannya dan perawatan
dapat menentukan tingkat bantuan yang akan diberikan dan untuk dapat menerapkan
teori keperawatan ini diperlukan suatu pengetahuan dan ketrampilan yang mendalam
terhadap teori keperawatan sehingga diperoleh kemampuan tehnikal dan sikap yang
terapeutik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. A. (2012). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Ali, Z. (2001). Dasar-dasar keperawatan profesional. Jakarta: Widya Medika.

Akinsola H.(2001). Fostering hope in people living with AIDS in Africa: The role of primary
health-care workers, Aust. J. Rural Health, 9, 158-165.

Aligood, M. R., & Tomey, M. A. (2010). Nursing Theory and Their Work. (7th ed). USA:
Mosby Elsevier.
Bernier, F. 2002. Applying orem self care deficit theory of nursing to continence care: part 2.
Urologic nursing, 22 (6).

Bulecheck, G.M, Butcher, H.K., & Dochterman, J.M. (2008). Nursing Interventions
Classifications (NIC): Fifth Edition. USA: Mosby Elsevier

Bower, et al. (2009). What influences people to self care? National Primary Care Research and
Development.https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
=4&cad=rja&uact=8&ved=0CDoQFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.population-
health.manchester.ac.uk%2Fprimarycare%2Fnpcrdc-
archive%2FPublications%2FWHAT_INFLUENCES_PEOPLE_TO_SELF_CARE_
MARCH_2009.pdf&ei=HKg7VZiRIYXpmAXVsoCACw&usg=AFQjCNGVsYSCyx
fWJrxbGSE-KbxB7rc_mg&sig2=b0F4Hm-odoqjEh2g2yISXg

Fawcett, I. (2006). Contemporary nursing knowledge: Analysis and evaluation nursing models
and theories. (2nd ed). Philadelphia: F.A. Davis Company.

George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice). (4th ed.). USA:
Appleton & Lange.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). NANDA international nursing diagnoses: Definition
and classification 2015-2017. Oxford: Wiley Balckwell.

Jaarsma T., Riegel B., Stromberg A. (2012). Middle range theory of self care of chronic
illness.Advances in Nursing Science, 35:194-204.

19
http://www.nursingcenter.com/lnc/Static-Pages/A-Middle-Range-Theory-of-Self-
Care-of-Chronic-Illn

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC): Fourth Edition. USA: Mosby Elsevier

Muhlisin, A & Irdawati (2010). Teori self care dari orem dan pendekatan dalam praktek
keperawatan. Berita ilmu keperawatan.

Nursing Theorist. (2013). Application of Orem’s Self-Care Deficit Theory. Diambil dari
http://currentnursing.com/nursing_theory/application_self_care_deficit_theory.html
pada tanggal 25 April 2015

Orem, D. E. (2001). Nursing Concept of Practice. St Louis: The C.V. Mosby Company.

Parker, M. E. (2005). Nursing theories and nursing practice. (2nd ed). Philadelphia: F.A. Davis
Company.

Susilaningsih, F. Sri, 2008. Lingkup Praktik Keperawatan Medikal Bedah.

Taylor, C., Lillis, C., & LeMone, P. (2011). Fundamentals of Nursing: The Art and Science of
Nursing Care: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins.

The University of Tennessee at Chattanooga Scholl of Nursing Faculty & Student. (2014).
Theory Based Nursing Practice (TBNP) A working document.

20

Anda mungkin juga menyukai