Anda di halaman 1dari 39

KONSEP KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI OREM

BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang profesional,
bersifat holistik dan komprehensif yang ditunjukkan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Pelayanan
keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat sangat mempengaruhi mutu
asuhan keperawatan yang akan diterima oleh pasien. Oleh karena itu perlu adanya
pemahaman khusus mengenai proses keperawatan itu sendiri serta pemahaman
mengenai komunikasi terapeutik dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Perawat perlu mengembangkan ilmu serta praktik keperawatan salah satunya
melalui penggunaan model konseptual keperawatan. Dan salah satu model
konseptual model keperawatan itu adalah selfcare oleh Dorothea Orem. Fokus
utama dari teori orem ini adalah kemampuan seseorang untuk merawat diri sendiri
sehingga tercapai kemandirian untuk mempertahankan kesehatan. Orem dalam
teori sistem keperawatannya menggarisbawahi tentang bagaimana kebutuhan self-
care klien dapat dipenuhi oleh perawat, klien atau kedua-duanya. Sistem
keperawatan dirancang oleh perawat berdasarkan kebutuhanself-care dan
kemampuan klien dalam menampilkan aktivitas self-care. Apabila ada self-care
deficit, yaitu defisit antara apa yang bisa dilakukan (self-care agency) dan apa yang
perlu dilakukan untuk mempertahankan fungsi optimum (self-care demand),
disinilah keperawatan diperlukan.
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengacu pada
teori Self Care berprinsip pada usaha menolong atau membantu pasien individu
yang tidak mampu untuk terlibat dalam tindakan self-care yang memerlukan
kemandirian dan ambulasi yang terkontrol serta pergerakan manipulatif atau
penatalaksanaan medis untuk menahan diri dari aktivitas-aktivitas, perawat dan
klien melakukan tidakan care atau tindakan lain yang bersifat manipulatif atau
ambulasi di mana baik klien maupun perawat mempunyai peran yang besar dalam
pelaksanaan tindakan perawatan, seseorang mampu melaksanakan atau bisa dan
harus belajar untuk melakukan tindakan self-care terapeutik yang diperlukan yang
berorientasi secara eksternal atau internal tapi tidak bisa melakukannya tanpa
bantuan.
Hasil akhir dari tindakan keperawatan menurut Orem adalah adanya peran perawat
sebagai pendidik atau konsultan dalam meningkatkan kemampuan klien
sebagai self-care agent sehingga diharapkan kemandirian pasien berangsur-angsur
dapaat terwujud.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan teori selfcare, selfcare deficit, teori nursing
system?
2. Bagaimana cara mengaplikasikan self care dalam proses keperawatan?
1.3 Tujuan
Dapat memahami dan melaksanakan proses keperawatan dengan baik melalui
model konseptual teori orem yang menitik beratkan pada self care (perawatan diri)
secara mandiri guna mempertahankan status kesehatan klien serta dapat
berkomunikasi dengan baik dengan pasien dalam melaksanakan proses
keperawatan.
BAB 2ISI
2.1 APLIKASI SELF CARE DALAM PROSES KEPERAWATAN
Model konsep Dorothea Orem terfokus pada selfcare dan kebutuhan perawatan diri
klienuntuk mempertahankan kehidupan, kesehatan, perkembangan, dan
kesejahteraan. Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri sendiri yaitu:
1. Perawatan diri yang bersifat holistik, seperti kebutuhanoksigen, air, nutrisi,
eliminasi, aktivitas dan istirahat.
2. Perawatan mandiri yang harus dilakukan sesuai dengan tumbuh kembang
manusia.
3. Perawatan mandiri yang harus dilakukan karena adanya masalah kesehatan
atau penyakit.
Dalam teori Orem (1991) ada 5 area aktifitas keperawatan yaitu:
1. Masuk kedalam dan memelihara hubungan antara perawat dengan pasien
dengan individu , keluarga, kelompok, sampai pasien dapat melegitimasi
rencana keperawatan.
2. Menentukan kapan dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui keperawatan.
3. Bertanggung jawab atas permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan untuk
kontak dan dibantu perawat.
4. Menjelaskan,memberikan dan melindungi pasien secara langsung dalam
bentuk keperawatan.
5. Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari-hari
pasien atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan sosial
dan edukasi yang dibutuhkan atau yang akan diterima.
1. Teori Self Care
Untuk memahami teori self care sangat penting terlebih dahulu memahami konsep
self care, selfcare agency, basic conditioning factor dan kebutuhan self care
therapeutik. Self care adalah performance atau praktek kegiatan individu untuk
berinisiatif dan membentuk perilaku mereka dalam memelihara kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan. Jika self care dibentuk denganefektif maka hal
tersebut akan membantu membentuk integritas struktur dan fungsi manusiadan erat
kaitannya dengan perkembangan manusia.
Self care agency adalah kemampuan manusia atau kekuatan untuk melakukan self
care. Kemampuan individu untuk melakukan self care dipengaruhi oleh basic
conditioning factor sseperti; umur, jenis kelamin, status perkembangan, status
kesehatan, orientasi sosialbudaya, sistem perawatan kesehatan (diagnostik,
penatalaksanaan, modalitas), sistem keluarga, polakehidupan, lingkungan serta
ketersediaan sumber.
Kebutuhan self care therapeutik (Therapeutic self care demand) adalah
merupakantotalitas dari tindakan self care yang diinisiatifdan dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan self caredengan menggunakan metode yang valid
yangberhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan.
Konsep lain yang berhubungan denganteori self care adalah self care
requisite. Orem mengidentifikasikan tiga katagori self carerequisite :
a. Universal meliputi: udara, air, makanan daneliminasi, aktifitas dan istirahat,
privasi, sosialisi daninteraksi sosial, pencegahan resiko, peningkatan kesehatan,
kesejahteraan dan potensi diri.
b. Developmental, lebih khusus dari universaldihubungkan dengan kondisi
yangmeningkatkan proses pengembangan sikluskehidupan seperti; pekerjaan baru,
perubahanstruktur tubuh dan kehilangan rambut.
c. Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan dengan akibat
terjadinyaperubahan struktur normal dan kerusakanintegritas individu untuk
melakukan self careakibat suatu penyakit atau injury.
2. Teori Self Care Deficit
Merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut Orem. Dalam teori
ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau pada kasus ketergantungan)
tidak mampu atau terbatas dalam melakukan self care secara efektif. Keperawatan
diberikan jika kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau
adanya ketergantungan. Orem mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan
dalam membantu self care:
a. Tindakan untuk atau lakukan untuk oranglain.
b. Memberikan petunjuk dan pengarahan.
c. Memberikan dukungan fisik dan psychologis.
d. Memberikan dan memelihara lingkunganyang mendukung pengembangan
personal.
e. Pendidikan.Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa
atau semua metode tersebut dalam memenuhi self care.
3. Teory Nursing System
Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self care dan
kemampuan pasien melakukan self care. Jikaada self care defisit, self care
agency dan kebutuhan self care therapeutik maka keperawatan akan
diberikan. Nursing agencyadalah suatu properti atau atribut yanglengkap diberikan
untuk orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang dapat
melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk menemukan
kebutuhan selfcare terapeutik mereka, melalui pelatihan dan pengembangan self
care agency.Orem mengidentifikasi tiga klasifikasi nursing system yaitu:
a. Wholly Compensatory system
Suatu situasi dimana individu tidak dapat melakukan tindakan self care, dan
menerima selfcare secara langsung serta ambulasi harus dikontrol dan pergerakan
dimanipulatif atau adanya alasan-alasan medis tertentu. Ada tig akondisi yang
termasuk dalam kategori ini yaitu: tidak dapat melakukan tindakan self care
misalnya koma, dapat membuat keputusan, observasi atau pilihan tentang self care
tetapi tidak dapat melakukan ambulasi dan pergerakan manipulatif, tidak mampu
membuat keputusan yang tepat tentang self carenya.
b. Partly compensatory nursing system
Suatu situasi dimana antara perawat dan klien melakukan perawatan atau tindakan
lain danperawat atau pasien mempunyai peran yang besar untuk mengukur
kemampuan melakukan selfcare.
c. Supportive educative system
Pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat belajar membentuk internal
atau externalself care tetapi tidak dapat melakukannya tanpa bantuan. Hal ini juga
dikenal dengan supportive developmental sistem.
2.2 Aplikasi Self Care: Pengkajian
1. Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status perkembangan,
orientasi sosio-kultural, riwayat diagnostik dan pengobatan, faktor sistem
keluarga); Pola hidup; Faktor lingkungan.
2. Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah keperawatan
berdasarkan self-care defisit, maka perawat perlu melakukan pengkajian kepada
klien melalui observasi berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang
terdiri dari Minimal Care, Partial Care, Total Care
3. Pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis yang terdiri dari
pemenuhan kebutuhan oksigen, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,,
gangguan mengunyah, gangguan menelan, pemenuhan kebutuhan eliminasi
/pergerakan bowel, urinary, excrements, menstruasi, pemenuhan kebutuhan
aktivitas dan istirahat. Secara rinci pengembangan teori Orem dengan masalah
fisiologis adalah sebagai berikut:
1. Pemenuhan kebutuhan Oksigen/Udara
A. Saluaran Pernafasan
1. Sumbatan pada saluran pernafasan oleh benda asing.
2. Kelaianan pada saluran pernafasan daaan peningkatan resistensi jalan
pernafasan.
B. Pengembanagan kapasitas vital paru
1. Restriksi paru
2. Penurunan pengembangan paru
3. Perubahan jaringan paru terhadap pemenuhan kapasitas vital paru
4. Keterbatasan ekspansi dada
5. Pengaruh muskuler dan neuro terhadap pengembangan paru
C. Ventilasi alveolar optimal
1. Alveoli yang terganggu
2. Penurunan jumlah alveolus
3. Kehilangan alveolus dan kapiler pulmonal
D. Mempertahankan keseimbangan gas diantara alveolus dan paru
1. Hipoventilasi elveolar
2. Penebalan alveolar dan membran kapiler
3. Rendahnya aliran darah paru terhadap ventilasi
4. Penurunan kapsitas oksigen
E. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap saraf sentral
1. Aktifitas ritme otomatis di medula oblongata
2. Reseptor regulasi kimia (kemoreseptor)
F. Terhentinya pernafsan sementara
1. Kekejangan umum
2. Tangis anak-anak
G. Tidak ada respirasi
1. Apneu yang muncul pada bayi normal
2. Apneu dengan pasien preterm
3. Apneu pada 24 jam pertama
4. Apneu pada penyakit kardiorespiratori
5. Apneu akibat gangguan metabolik
H. Distres respiratori
1. Ansietas
2. Histeria dan gangguan emosional
3. Patologi pada jantung dan paru
4. Pernafasan periodik pada bayi preterm
5. Dispneu dan sianosis pada bayi baru lahir
I. Penurunan respiratory rate dan kapasitas vital
1. Kaheksia
2. Malnutrisi
J. Peningkatan kerja pernafasan
1. Injuri
2. Pemenuhan kebutuhan air/cairan dan makanan/nutrisi
A. Keadaan yang berkaitan dengan kebutuhan cairan
1. Kemampuan / ketidak mampuan
2. Kegagalan mengkomunikasikan kebutuhannya
3. Kondisi pemasukan / input asupan nutrisi
B. Jenis makanan dan cairan yang tidak disukai dan mempengaruhi
1. Yang berbeda dengan kebiasaan
2. Yang berbeda dari standar
3. Yang bnertentangan dengan kondisi individu
C. Kondisi internal dan eksternal pemasukan makanan dan cairan
1. Hal-hal yang perlu diperhatiakan
a. Kondisi fisik
b. Stimulasi fisik
c. Perilaku yang tidak biasa
d. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi asupan
2. Manfaat asupan cairan makanan
D. Kondisi natural terkait dengan asupan cairan dan makanan ke dalam mulut
1. Satus / tingkat perkembangan
2. Abnormalitas pada mulut dan wajah
3. Obstruksi-inflamasi dan lesi pada mulut
4. Pengeluaran sekresi dari mulut dan hidung
5. Kesul;itan untuk membuka dan menutup mulut
6. Prosedur pembedahan pada mulut, rahang dan lidah yang mempengaruhi
pemasukan cairan dan nutrisi
7. Pertukaran jaringan lunak di mulut
a. Efek dari kekurangan nutrisi dan adanya pembatasan asupan
b. Atropi mukosa mulut pada orang tua sehingga kemampuan merasakan menurun
dan adanya sensasi terbakar pada mulut
8. Posisi tubuh yang terganggu pada saat makan dan minum tidak mampu
membuka mulut
9. Kondisi gangguan mengunyah
1. Kondisi gigi dan rahang
2. Kondisi otot untuk mengunyah
3. Nyeri saatmengunyah akibat lesi pada jaringan lunak dan tulang
4. Berurangnya jumlah saliva
5. Kebiasaan toidak mengunyah makanan
10. Kondisi dan keadaan gangguan mengunyah
a. Kondisi yang berhubungan dengan berkurangnya jumlah saliva
1. Berkurangnya atau tertahannya sekresi saliva
2. Adanya peradangan, tumor atau gangguan pada kelenjar yang memproduksi
saliva.
b. Kondisi otot lidah dan pipi / wajah yang terganggu
c. Kurang dalam mengunyah makanan
3. Pemenuhan kebutuhan eliminasi dan ekskresi
A. Perubahan pergerakan bowel dan feces
1. Konstipasi-diare
2. Perubahan kepadatan, warna dan karakteristik faeces
3. Perubahan intregitas bowel, fungsi, dan perubahan struktur
B. Perubahan pola urinary, urin dan integritas organ
1. Perubahan pola urinary
2. Perubahan kualitas dan kuantitas urine
3. Perubahan struktur dan fungsi integritas organ
C. Perubahan pola keringat
1. Keringat berkurang
2. Keringat meningkat
D. Perasaan dan emosi yang mempengaruhi
1. Ketidaknyamanan atau nyeri
2. Kecemasan atau ansietas akibat gangguan
E. Tingkah laku selama perawatan
1. Pergerakan yang sulit
2. Tidak nyaman atau nyeri pada saat pergerakan
F. Lingkungan
1. Jamban
2. Sanitari lingkungan
3. Privasi pada saat BAB dan BAK
4. Berbeda setiap individu
4. Aktivitas dan istirahat
A. Tingkat aktivitas sehari-hari
1. Pola aktivitas sehari-hari
2. jenis,frekuensi dan lamanya latihan fisik
B. Tingkat kelelahan
1. Aktivitas yang membuat lelah
2. Riwayat sesak nafas
C. Gangguan pergerakan
1. Penyabab ngangguan pergerakan
2. Tanda dan gejala
3. Efek dan gangguan pergerakan
D. Pemeriksaan fisik
1. Tingkat kesadaran
2. Postur atau bentuk tubuh.
3. Ekstremitas
5. Keselamatan dan keamanan
A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien
seperti adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi,
1. Halusinasi
2. Gangguan proses pikir
3. Kelesuan
4. Ilusi
5. Kebosanan dan tidak bergairah
6. Perasaan terasing
7. Kurangnya konsentrasi
8. Kurangnya koordinasi dan keseimbangan
B. Faktor resiko yang berhubungan dengan keadaan pasien.
1. Kesadaran menurun
2. Kelemahan fisik
3. Imobillisasi
4. Penggunaan alat bantu.

2.2 Aplikasi Self Care: Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang dialami oleh klien.
Mengacu pada diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan kemungkinan.
Teori Orem masih lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat
dikembangkan ke masalah lain sesuai hirarki kebutuhan dasar yang dikembangkan
Maslow.

2.3 Aplikasi Self Care: Intervensi


Dibuat sesuai dengan dignosa keperawatan, berdasarkan self care demand
danmeningkatkan kemampuan self care. Membuat nursing system : Wholly
compensatory, Partly compensatory, atau supportive-educative. Membuat metode
yang sesuai untuk membantu klien.
2.4 Aplikasi Self Care: Implementasi
Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat diri pada klien berkurang dari
yang dibutuhkan untuk memenuhi self care yang sebenarnya sudah diketahui.
Teori Orem mengidentifikasi beberapa metode bantuan, yaitu:
1. Merumuskan, memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan
orang-orang terdekat dalam bantuan keperawatan.
2. Membimbing dan mengarahkan.
3. Memberi dukungan fisik dan psikologis
4. Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung
perkembangan individu
5. Pendidikan
6. Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan kontak
bantuan keperawatan.
7. Kalaborasi, pelimpahan wewenamg.
8. Melibatkan anggota masyarakat.
9. Lingkungan
2.5 Aplikasi Self Care: Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan yang
telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan
tercapai atau belum.
Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam: meningkatkan kemampuan self
care, memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya.
Tahap Pertama, pengumpulan data pada 6 area yaitu : status kesehatan individu;
persepsi dokter tentang status kesehatan individu; persepsi individu tentang
kesehatannya sendiri; tujuan kesehatan dalam konteks latarbelakang kehidupan
individu, gaya hidup, dan status kesehatannya; kebutuhan individu terhadap
perawatan diri/self care: kapasitasindividuuntukmelakukan self care.
Tahap kedua perawat menentukan tingkat ketergantungan individu, dimana
perawat dapat menetapkan apa yang akan dilakukan untuk membantu
individu/klien.
Tahap ketiga melakukan tindakan keperawatan berdasarkan pada komponen
diagnosa.
2.2 Proses Keperawatan
Dalam melaksanakan proses keperawatan seorang perawat profesional
dituntut mampu menjalin komunikasi terapeutik dalam setiap tahap proses
keperawatan. Berikut merupakan tahap komunikasi terapeutik:
1. Pre Interaksi / Persiapan
2. Mengeksplorasi perasaan dan kesiapan diri perawat.
3. Mengumpulkan data pasien.
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien.
1. Orientasi
2. Memberikan salam pada pasien
3. Memperkenalkan diri
4. Melakukan validasi data
5. Menjelaskan peran perawat dan pasien
6. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
7. Menjelaskan tujuan
8. Melakukan kontrak waktu, topik dan tempat
9. Mempersiapkan pasien
1. Tahap Kerja
2. Melakukan aplikasi proses keperawatan dengan tepat
3. Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
4. Terminasi
5. Melakukan evaluasi tujuan
6. Memberikan reinforcement positif
7. Merencanakan tindak lanjut dengan pasien
8. Melakukan kontrak berikutnya
9. Mengakhiri kegiatan dengan baik
10.Berpamitan
Adapun proses keperawatan menurut Dorothea Orem yaitu:
1. 1. Tahap Pengkajian
a. Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status perkembangan,
orientasi sosio-kultural, riwayat diagnostik dan pengobatan, faktor sistem
keluarga), Pola hidup, Faktor lingkungan.
b. Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah keperawatan
berdasarkan self-care defisit,maka perawat perlu melakukan pengkajian kepada
klien melalui observasi berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang
terdiri dari Minimal Care, Partial Care, Total Care.
c. Pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis. Secara rinci
pengembangan teori Orem mengenai kebutuhan dasar adalah sebagai berikut:
1. Pemenuhan kebutuhan udara/oksigen.
2. Pemeliharaan kebutuhan air/cairan.
3. Pemeliharaan kebutuhan makanan/nutrisi.
4. Perawatan proses eliminasi dan ekskresi.
5. Pemeliharaan keseimbangan aktifitas dan istirahat.
6. Pemeliharaan keseimbangan privasi dan interaksi sosial.
7. Pencegahan resiko yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan.
8. Peningkatan kesehatan dan pengembangan potensi dalam hubungan sosial.
1. 2. Tahap Diagnosa
Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang dialami oleh klien.
Mengacu pada diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan kemungkinan.
Teori Orem masih lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat
dikembangkan ke masalah lain sesuai hirarki kebutuhan dasar yang dikembangkan
Maslow.
1. 3. Tahap Intervensi
Dibuat sesuai dengan dignosa keperawatan, berdasarkan self care demand dan
meningkatkan kemampuan self care. Membuat nursing system : Wholly
compensatory, Partly compensatory, atau supportive-educative.Membuat metode
yang sesuai untuk membantu klien.
1. 4. Tahap Implementasi
A. Merumuskan,memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan
orang-orang terdekat dalam bantuan keperawatan.
B. Membimbing dan mengarahkan.
C. Memberi dukungan fisik dan psikologis
D. Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung
perkembangan individu
E. Pendidikan
F. Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan
kontak bantuan keperawatan.
G. Kalaborasi, pelimpahan wewenamg.
H. Melibatkan anggota masyarakat.
I. Lingkungan
1. 5. Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan yang
telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan
tercapai atau belum. Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam: meningkatkan
kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self
care deficitnya.

BAB 3 DIALOG ROLEPLAY


Tujuan Tugas
Mengaplikasikan teori self care dalam proses keperawatan padapasien di klinik.
Kasus
Bapak Narno saat ini dirawat di rumah sakit karena habis operasi usus buntu hari
kedua. Saat ini mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, dengan skala nyeri 8. Dari
hasil pengkajian didapatkan data luka bekas operasi masih basah, sepanjang 10cm,
tampak bersih, tidak kemerahan, suhu tubuh 370C.
Prolog : Suatu pagi di rumah sakit ST.Elisabeth terdapat seorang pasien bernama
Bp. Narno berusia 35 tahun,dirawat dalam rangka pemulihan post operasi
appendiciti.
Tahap Pengkajian
Perawat melakukan kunjungan pada pasien.
Perawat : Selamat pagi bapak. Perkenalkan saya suster Lena dan ini rekan
saya suster Devi.
Benar dengan Bp. Narno usia 35th? Saya lihat gelangnya ya pak.
Pasien : (Mengangguk)
Perawat : Bagaimana pak perasaannya pagi ini? Kok kelihatannya
masih pucat, semalam tidurnya nyenyak atau tidak pak?
Pasien : Saya merasa bekas oprasinya itu nyeri sus, tidak nyaman rasanya,
saya itu merasagelisah sekali sus jadi ya tidurnya tidak nyenyak sus, sebentar-
sebentar terbangun.
Perawat : Aduh pantas mukanya tampak lesu sekali.
Hari ini pak, saya dan rekan-rekan perawat shift pagi akan membantu merawat
bapak sampai jam 2 siang nanti.
Nah pak, seperti yang telah kita sepakati sebelumnya pagi ini saya akan meminta
waktu bapak sebentar, sekitar 10 menit saja untuk mengumpulkan data kondisi
kesehatan bapak dengan menanyakan beberapa pertanyaan dan melakukan
beberapa pemeriksaan ringan.
Bapak sudah siap? Posisinya sekarang sudah nyaman atau belum pak?
Pasien : Iya suster saya sudah siap, sudah nyaman juga kok sus.
Perawat : Agar lebih cepat saya mulai sekarang ya pak.
Bapak merasa sulit untuk bernafas atau tidak?
Pasien : Iya sus, saya itu merasa sesak nafas.
Perawat : Merasa sesak nafasnya terus menerus atau hanya sesekali pak?
Pasien : Sesekali sih sus kadang sesak sus kadang ya lega napasnya
(Sembari bertanya perawat memeriksa RR pasien untuk memvalidasi pernyataan
pasien)
Perawat : Bapak sejak semalam sudah minum berapa banyak ?
Istri Pasien : Ini sus habis 4 gelas ini sus (menunjukkan sebuah gelas)
Perawat : Lalu Bapak tadi sarapannya dihabiskan atau tidak?
Istri Pasien : Ini sus cuma dimakan 3 sendok saja.
Perawat : Aduh kok makannya cuma sedikit, ditambah ya pak makannya
supaya tidak lemas. Sedikit-sedikit saja makannya tidak apa-apa tapi sering ya.
Lalu tadi sayurnya dimakan apa tidak?
Istri Pasien : Dimakan kok sus, dihabiskan malahan, cuma bapak ini makan
nasinya itu lho sus yang susah.
Perawat : Oh bagus sekali sayurnya dihabiskan nanti siang nasinya juga di
habiskan ya pak.
Pasien : (tersenyum dan mengangguk)
Perawat : Bapak muntah atau tidak? Ada rasa mual?
Istri Pasien : Muntah tidak sus, mual juga tidak.
Perawat : Sejak semalam bapak sudah BAB belum?
Pasien : Sudah sus.
Perawat : Berapa kali pak? BAB-nya lancar atau tidak? Banyak atau sedikit?
Istri Pasien : Satu kali, Lancar sus.
Pasien : Seperti biasa sus BAB-nya seperti sebelum sakit.
Perawat : Lalu untuk BAK-nya? Sejak semalam sudah BAK berapa kali?
Istri Pasien : Pipisnya sudah tiga kali sus.
Perawat : Pipisnya banyak atau tidak? Apa ibu memperhatikan warna urine
bapak?
Istri Pasien : Pipisnya ya segini ini lho sus, warnanya kuning pekat
sus (menunjukkan pispot yang berisi urine pasien)
Perawat : Ini bapak kurang minum pak, minumnya ditambah ya pak sedikit-
sedikit saja kalau tidak bisa banyak yang penting sering.
Istri Pasien : Iya sus.
Tu pak dengar kata susternya, bapak minumnya harus dibanyakin.
Pasien : (tersenyum simpul)
Perawat : Lalu apakah ada keluhan lain pak soal BAB dan BAK-nya?
Pasien : Setelah operasi sus saya merasakan sakit tiap pipis
Perawat : Sakitnya seperti apa ya pak?
Pasien : Seperti terbakar gitu sus rasanya saat pipis
Perawat : Ada lagi yang lain pak?
Pasien : Itu sus saya masih belum bisa kentut semenjak operasi
Perawat : Untuk luka operasinya sendiri bagaimana pak? Ada keluhan?
Pasien : Rasanya itu sus sakit sekali perut saya yang bagian di operasi itu
lho sus yang sakit sekali.
Perawat : Sakitnya itu seperti apa ya pak?
Pasien : Nyeri gitu sus rasanya.
Perawat : Permisi ya pak, saya lihat ya pak luka operasinya.
(Perawat melihat luka operasi pasien dan mendapati luka masih basah namun
tidak kemerahan dan luka operasi tersebut bersih)
Perawat : Pak ini bekas operasinya bagus kok, lukanya bersih juga tidak
kemerahan. Hanya belum kering saja.
Pasien : Memang lukanya memang keringnya lama ya sus?
Perawat : Ya semuanya tergantung kondisi bapak juga, kalau kondisi bapak
stabil luka bekas operasinya juga aka cepat kering.
Nah bapak, apakah bapak merasakan gangguan istirahat dan aktivitas?
Pasien : Kalau istirahat ya terganggu sus, kan saya merasa nyeri jadi tidak
bisa nyenyak tidurnya.
Perawat : Lalu untuk aktifitasnya sendiri pak? Bapak sudah bisa duduk?
Pasien : Belum sus, tiduran saja sakit.
Perawat : Oh begitu ya, jadi bapak masih memerlukan bantuan untuk
melakukan aktivitas yang ringan?
Pasien : Iya sus, badan saya masih lemas, apa-apa perlu dibantu. Tapi kalau
hanya menggerakkan tangan dan kaki saya masih bisa kok sus.
Perawat : Kok hanya ibu yang nungguin pak?
Istri Pasien : Anak-anak kan sekolah sus, tapi nanti adiknya bapak akan gantikan
saya jaga bapak soalnya saya mau bereskan pekerjaan dirumah. Tidak enak juga
sus nitip anak-anak ke tetangga lama-lama.
Perawat : Oh begitu ya, tu bapak kasihan anak-anaknya ditinggal dirumah,
bapak banyak istirahat dan makan ya dan jangan banyak bergerak dulu supaya
lekas pulih kondisinya. Jadi dapat segera berkumpul dengan anak-anak.
Pasien : Iya sus saya juga tidak mau lama-lama di rumah sakit.
Perawat : Nah bapak saya sudah selesai, ada keluhan lain yang ingin bapak
sampaikan atau barangkali ada yang ingin ditanyakan?
Istri Pasien : Ini sus badan suami saya kok rasanya panas ya sus
Pasien : Iya sus saya merasa panas sus badan saya
Perawat : Saya ukur suhunya dan sekalian tensinya ya pak (perawat
melakukan validasi pernyataan pasien dengan mengukur suhu tubuh dan
tensi pasien)
Istri Pasien : Bagaimana sus suhu badan suami saya berapa?Tensinya berapa?
Perawat : Suhunya normal kok 370 C dan tekanan darahnya juga normal
120/80mmhg.
Baik bapak, saya sudah mendapatkan data yang saya butuhkan. Jadi bapak merasa
luka operasinya nyeri dan lukanya juga masih basah, bapak juga terkadang merasa
sesak nafas ya pak, makannya hanya tiga sendok, minumnya sudah empat gelas,
BAB-nya seperti biasa, sejak selesai opersi sampai saat ini belum kentut ya, BAK-
nya sudah tiga kali warna urinenya kuning pekat dan bapak merasakan sakit saat
kencing, lalu untuk melakukan aktivitas ringan masih memerlukan bantuan dan
tidurnya belum bisa nyaman ya pak.
Pasien : Iya sus benar
Perawat : Nah bapak sudah bagus sekali bapak mau makan pagi ini meskipun
belum dihabiskan dan bapak juga sudah banyak minum sejak semalam tapi nanti
siang makannya dihabiskan ya pak dan minumnya ditambah lagi.
Pasien : Iya sus baik
Perawat : Baik bapak, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada perawat
lagi yang akan kemari, mungkin saya atau rekan perawat yang lainnya untuk
menyampaikan diagnosa keperawatan dari gangguan kesehatan yang bapak alami.
Bapak silahkan dilanjutkan istirahatnya, terima kasih atas waktunya, kalau perlu
bantuan silahkan pencet belnya kami siap membantu bapak, saya permisi dulu ya
pak, bu (berpamitan).
Tahap Diagnosa
Perawat : Selamat pagi bapak. Perkenalkan saya suster Rose.
Benar dengan Bp. Narno usia 35th? Saya lihat gelangnya ya pak.
Istri Pasien : Iya suster benar
Pasien : (Mengangguk)
Perawat : Bagaimana pak perasaannya pagi ini? Kok kelihatannya
masih pucat?
Pasien : Saya merasa bekas oprasinya itu nyeri sus, tidak nyaman rasanya,
saya itu merasa gelisah sekali sus jadi ya tidurnya tidak nyenyak sus, sebentar-
sebentar terbangun.
Perawat : Aduh pantas saja wajahnya belum cerah.
Hari ini pak, saya dan rekan-rekan perawat shift pagi akan membantu merawat
bapak sampai jam 2 siang nanti.
Nah pak, seperti yang telah disampaikan perawat sebelumnya akan ada perawat
lagi yang akan kemari ya pak untuk menyampaikan diagnosa keperawatan
mengenai gangguan kesehatan yang bapak alami saat ini.
Bapak sudah siap menerima penjelasan dari saya? Posisinya sekarang sudah
nyaman atau belum pak?
Pasien : Iya suster silahkan saya sudah siap, posisi saya sudah enak kok sus.
Perawat : Bapak, berdasarkan data yang telah kami peroleh dan telah kami
kaji kami mendiagnosa bapak mengalami nyeri akut berhubungan dengan agens
cedera atau nyeri yang bapak rasakan disebabkan operasi usus buntu yang baru
saja dijalani. Bapak juga beresiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh
primer yang tidak adekuat atau bapak ada resiko infeksi karena kekebalan tubuh
bapak menurun. Tapi bapak tidak perlu khawatir infeksi itu hanya resiko dan kami
disini berupaya mencegah resiko tersebut dengan sebaik-baiknya.
Perawat : Nah bapak saya sudah selesai menyampaikan diagnosa
keperawatan, ada keluhan yang ingin bapak sampaikan atau barangkali ada yang
ingin ditanyakan?Atau ada penjelasan saya yang kurang jelas?
Pasien : Tidak suster, saya sudah mengerti.
Perawat : Baik bapak, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada perawat
lagi yang akan kemari, mungkin saya atau rekan perawat yang lainnya untuk
menyampaikan rencana tindakan keperawatan yang akan bapak terima selama
dirawat disini. Bapak silahkan dilanjutkan istirahatnya, terima kasih atas waktunya,
kalau perlu bantuan silahkan pencet belnya, saya permisi dulu ya pak,
bu (berpamitan).
Tahap Intervensi
Perawat : Selamat pagi bapak. Perkenalkan saya suster Zuna.
Benar dengan Bp. Narno usia 35th? Saya lihat gelangnya ya pak.
Pasien : (Mengangguk)
Perawat : Bagaimana pak perasaannya pagi ini? Kok kelihatannya kurang
semangat?
Pasien : Ini sus saya merasa bekas oprasinya itu nyeri sus, tidak nyaman
rasanya, saya itu merasa gelisah sekali sus jadi saya tidak bisa nyaman beristirahat.
Perawat : Aduh pantas mukanya tampak lesu sekali.
Hari ini pak, saya dan rekan-rekan perawat shift pagi akan membantu merawat
bapak sampai jam 2 siang nanti.
Seperti yang telah disampaikan perawat sebelumnya akan ada perawat lagi yang
akan kemari ya pak untuk menyampaikan rencana tindakan keperawatan yang akan
bapak terima selama menjalani perawatan disini.
Nah, bapak sudah siap? Posisinya sekarang sudah nyaman atau belum pak?
Pasien : Iya suster saya sudah siap, sudah nyaman juga kok sus posisinya.
Perawat : Tadi kan bapak sudah diberitahu gangguan kesehatan yang bapak
alamai. Kami sudah berkolaborasi dengan Dokter dan bapak mendapat terapi obat.
Ada obat analgesic untuk diminum dan ada antibiotik yang suntikkan..Obat ini
berfungsi agar nyeri yang bapak rasakan berkurang serta mencegah infeksi
lebih lanjut.Kami juga akan membersihkan luka operasi bapak secara berkala.
Untuk antibiotiknya sendiri harganya cukup mahal jadi kami minta persetujuan
dulu dan perlu tanda tangan dari pihak keluarga jika setuju.
Istri Pasien : Memang harga antibiotiknya berapa ya sus?
Perawat : Harganya Rp 200.000,00 tiap suntikan dan satu hari bapak akan
disuntik 2 kali jadi untuk antibiotiknya saja sehari biayanya Rp 400.000,00.
Istri Pasien : Gimana pak, mau tidak?
Pasien : Mau lah bu, bapak inigin cepat sembuh.
Istri Pasien : Baik sus, saya akan menandatanganinya.
Perawat : Silahkan bu tanda tangan disini.
Nah bapak saya sudah selesai menyampaikan rencana tindakan keperawatan yang
akan bapak terima selama menjalani perawatan disini supaya bapak lekas sembuh,
bagaimana bapak sudah jelas atau belum?Perlu saya ulang pak penjelasannya?
Pasien : Sudah cukup sus saya sudah jelas.
Perawat : Baik bapak, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada perawat
lagi yang akan kemari, mungkin saya atau rekan perawat yang lainnya untuk
melaksanakan rencana tindakan keperawatan yangbaru saja saya jelaskan kepada
bapak. Bapak silahkan dilanjutkan istirahatnya, jika perlu bantuan silahkan pencet
bel ya pak. Terimakasih atas waktunya, saya permisi dulu ya pak, bu (berpamitan).
Tahap Implementasi
Perawat : Selamat pagi bapak. Perkenalkan saya suster Ninda.
Benar dengan Bp. Narno usia 35th? Saya lihat gelangnya ya pak.
Pasien : (Mengangguk)
Perawat : Bagaimana pak perasaannya pagi ini? Sudah merasa baikan atau
belum?
Pasien : Belum sus saya masih merasa bekas oprasinya itu nyeri sus, tidak
nyaman rasanya, saya itu merasa gelisah sekali sus jadi ya tidurnya tidak nyenyak
sus, sebentar-sebentar terbangun.
Perawat : Jadi nyerinya masih terasa sekali ya pak?
Pasien : Iya suster.
Perawat : Nah pak, seperti yang telah disampaikan perawat sebelumnya akan
lagi yang akan kemari ya pak untuk melaksanakan tindakan keperawatan yang tadi
sudah dijelaskan. Nah, bapak sudah siap?
Pasien : Iya suster saya sudah siap.
Perawat : Permisi pak saya bersihkan dulu ya luka operasinya. (perawat
membersihkan luka bekas operasi pasien).Nah bapak ini obatnya yang untuk
diminimun, bisa minum obatnya sendiri kan pak?
Istri Pasien : Biar saya saja sus yangbantuminumkan.
Pasien : Tidak usah bu, bapak bisa kok minum obatnya sendiri
Perawat : Iya pak memang sebaiknya obatnya diminum sendiri, sekalian
bapak latihan bergerak sedikit-sedikit. Saya suntikkan ya antibiotiknya.
(pasien meminumobat dan perawat menyuntikan antibiotik)
Perawat : Baik bapak, saya sudah selesai melaksanakan tindakan keperawatan
untuk bapak.
Mungkin ada yang ingin ditanyakan? Atau ada keluhan yang ingin disampaikan?
Pasien : Tidak sus terimakasih saya mau istirahat sus ngantuk rasanya habis
minum obat.
Perawat : Iya pak memang seharusnya bapak banyak istirahat supaya lekas
sembuh. Baik bapak, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada perawat lagi
yang akan kemari, mungkin saya atau rekan perawat yang lainnya untuk
melakukan evaluasi kondisi kesehatan bapak dari pagi sampai siang ini setelah
mendapatkan serangkaian asuhan keperawatan dari kami. Bapak silahkan
dilanjutkan istirahatnya, terima kasih atas waktunya, jika perlu bantuan silahkan
pencet belnya ya, saya permisi dulu pak, bu (berpamitan).
Tahap Evaluasi
Perawat : Selamat siang bapak. Perkenalkan saya suster Afung dan ini rekan
saya suster Ayu.
Benar dengan Bp. Narno usia 35th? Saya lihat gelangnya ya pak.
Pasien : (Mengangguk)
Perawat : Bagaimana pak perasaannya siang ini?
Pasien : Sudah lebih baik suster dari pada pagi tadi.
Perawat : Aduh pantas mukanya sudah lebih cerah.
Nah pak, seperti yang telah disampaikan perawat sebelumnya akan ada perawat
lagi yang akan kemari ya pak untuk melihat kondisi bapak setelah mendapatkan
serangkaian tindakan keperawatan dari kami dari pagi tadi sampai
siang ini.Nah saya akanmenanyakan beberapa pertanyaan dan melakukan beberapa
pemeriksaan ringan.Nah, bapak sudah siap? Posisinya sekarang sudah nyaman atau
belum pak?
Pasien : Iya suster saya sudah siap
Perawat : Apakah sudah merasa baikan atau masih merasakan nyeri di luka
bekas operasinya?
Pasien : Sudah lebih baik sus, ya masih nyeri tapi nyerinya tidak terus
menerus seperti pagi tadi.
(Perawat melihat luka operasi pasien dan mendapati luka mulai kering, tidak
kemerahan dan luka operasi tersebut bersih)
Perawat : Pak ini bekas operasinya bagus kok, lukanya bersih juga tidak
kemerahan dan sudah mulai kering.
Bapak masih merasa sesak napas pak?
Pasien : Sudah tidak sus, tidak sama sekali.
(Sembari bertanya perawat memeriksa RR pasien untuk memvalidasi pernyataan
pasien)
Perawat : Bapak sejak pagi sampai siang ini sudah minum berapa banyak ?
Istri Pasien : Ini sus habis 2 botol air mineral.
Perawat : Lalu Bapak makan siangnya dihabiskan atau tidak?
Istri Pasien : Dihabiskan sus semuanya.
Perawat : Oh bagus sekali bapak nafsu makannya sudah kembali
Pasien : (tersenyum dan mengangguk).
Perawat : Bapak muntah atau tidak? Ada rasa mual?
Istri Pasien : Muntah tidak sus, mual juga tidak.
Perawat : Dari tadi pagi bapak sudah BAB belum?
Pasien : Belum sus.
Perawat : Lalu untuk BAK-nya? Dari pagi tadi sudah BAK berapa kali?
Istri Pasien : Sudah 2 kali sus.
Perawat : Pipisnya banyak atau tidak? Apa ibu memperhatikan warna urine
bapak?
Pasien : Pipisnya seperti biasa sus warnanya juga seperti bisa sebelum sakit.
Perawat : Lalu apakah bapak sudah bisa kentut?
Pasien : Sudah sus, perut saya rasanya lega sekali.
Perawat : Lalu kencingnya masih sakit pak?
Pasien : Sudah tidak kok sus.
Perawat : Nah bapak, apakah bapak masih merasakan gangguan istirahat dan
aktivitas?
Pasien : Kalau istirahat saya sudah mulai bisa nyenyak tidurnya sus, kan
nyerinya sudah banyak berkurang.
Perawat : Lalu untuk aktifitasnya sendiri pak?
Pasien : Saya tadi sempat duduk sebentar sus dan rasanya badan saya sudah
mulai enak untuk digerakan.
Perawat : Sudah mulai bisa duduk ya, nah selanjutnya bapak berlatih untuk
bangun dari tempat tidur ya. Sekarangsaya ukur suhunya dan sekalian tensinya ya
pak. Suhunya normal 370 C dan tekanan darahnya juga normal 120/80mmHg.
Baik bapak, saya sudah mendapatkan data yang saya butuhkan. Jadi bapak merasa
nyeri luka operasinya sudah berkurang ya, bapak juga sudah tidak sesak nafas,
makan siangnya dihabiskan, minumnya juga banyak, bapak belum BAB tapi sudah
bisa kentut ya pak, BAK-nya dua kali warna urinenya jernih seperti sebelum sakit
dan bapak sudah tidak merasakan sakit saat kencing, lalu bapak sudah bisa duduk
dan tidurnya sudah mulai nyenyak ya pak.
Pasien : Iya sus benar
Perawat : bapak sudah mengalami kemajuan yang cukup baik dibandingkan
kondisi bapak pagi tadi. Dipertahankan ya pak, juga berlatih bergerak sedikit-
sedikit ya pak supaya kondisinya lekas pulih sepenuhnya.
Pasien : Iya sus baik
Perawat :Baik bapak, cukup sekian dari saya, setelah ini bapak akan dibantu
rekan-rekan perawat shift siang untuk melakukan pengecekan kondisi kesehatan
bapak secara berkala, sekalian saya dan rekan-rekan perawat shift pagi mohon
pamit. Jikabapak butuh bantuan silahkan pencet bel. Silahkan dilanjutkan
istirahatnya, terima kasih atas waktunya, saya permisi dulu ya pak, (berpamitan).
LAMPIRAN
Form Pengkajian Pasien
1. I. Identitas Pasien
No RM : 9989/10122013/L
Nama : Narno
Usia : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl Lahir : Magelang 28 Februari 1978
Alamat : Jl Ceri No. 214 Gajah Mungkur, Semarang
No Telp : 082199889899
Pendidikan : Sarjana Ekonomi
Agama : Budha
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status Perkawinan : Sudah Kawin
1. II. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Salma Sunarti
Alamat : Jl Ceri No. 214 Gajah Mungkur, Semarang
No Telp : 0821988998999
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hubungandengan Pasien : Istri
1. III. Pengkajian(Jumat 13 Desember 2013 pukul 08.00 WIB)
A. Oksigen
*Pasien menyatakan terkadang merasa sesak napas.
Pemeriksaan RR pasien 18x/menit.
1. Cairan
*Pasien menyatakan badannya panas.
Pemeriksaan suhu tubuh 370C.
Pasien minum 4 gelas air.
1. Nutrisi / Makanan
Pasien makan 3 sendok nasi dari porsi makan yang disediakan RS.
Pasien tidak merasa mual dan tidak muntah.
1. Eliminasi Febal / BAB
*Pasien menyatakan sudah 1x BAB dan BAB normal seperti sebelum sakit.
*Pasien menyatakan belum bisa buang gas sejak setelah operasi.
1. Eliminasi Urine / BAK
*Pasien menyatakan sudah 3x BAK dan merasa sakit seperti terbakar saat BAK.
Urine pasien berwarna kuning sedikit pekat.
1. Akifitas
*Pasien menyatakan badannya masih lemas dan memerlukan bantuan untuk
melakukan aktivitas bahkan aktifitas ringan dan pasien belum dapat duduk.
1. Istirahat
*Pasien menyatakan belum dapat beristirahat dengan nyaman dan belum dapat
tidur dengan nyenyak.
1. Seksualitas
*Pasien menyatakan memiliki dua orang anak
1. Privasi dan Interaksi Sosial
*Pasien menyatakan berhubungan baik dengan orang-orang disekitarnya
1. Pencegahan Resiko
*Pasie menyatakan jarang bergerak setelah operasi
1. Promosi kesehatan
Pasien disarankan untuk lebih banyak beristirahat dan makan.
1. IV. Pemeriksaan Fisik
Luka post operasi appendictomi masih basah, tidak kemerahan dan bersih.
RR 18x/menit
Suhu tubuh 370C.
Tekanan darah 120/80mmHg.
Nadi 78x/menit.
1. V. Diagnosa Keperawatan
A. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera.
B. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat.

1. VI. Intervensi
A. Lakukan kalaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat.
B. Lakukan manajemen nyeri.
C. Lakukan pencegahan resiko infeksi.
D. Lakukan pemeriksaan TTV tiap 4jam.
Terapi Obat
1. Analgesik (oral) 125mg 3kali/hari setelah makan.
2. Antibiotik (rectal injeksi) 50cc 2kali/hari.

1. VII. Implementasi
A. Berikan terapi obat analgesik (oral) 125mg 3kali/hari setelah makan. Dan
antibiotik (rectal injeksi) 50cc 2kali/hari.
B. Beri posisi nyaman pada pasien.
C. Periksa dan bersihkan luka post operasi apendictomi 2kali/hari.
D. Periksa TTV pasien tiap 4jam
1. VIII. Evaluasi (Jumat 13 Desember 2013 pukul 13.30 WIB)
2. Oksigen
*Pasien menyatakan sudah tidak sesak napas.
Pemeriksaan RR pasien 18x/menit.
1. Cairan
Pasien minum 2 botol air mineral
1. Nutrisi / Makanan
Pasien menghabiskan makanan yang disediakan RS.
*Pasien tidak merasa mual dan tidak muntah.
1. Eliminasi Febal / BAB
*Pasien menyatakan belum BAB sejak pagi.
*Pasien menyatakan sudah bisa buang gas dan perutnya terasa lega.
1. Eliminasi Urine / BAK
*Pasien menyatakan sudah 2x BAK dan sudah tidak merasa sakit saat BAK.
*Pasien menyatakan banyak dan warna urine seperti saat sebelum sakit.
1. Akifitas
*Pasien menyatakan sudah dapat duduk sebentar, badannya terasa lebih enak saat
bergerak.
1. Istirahat
*Pasien menyatakan dapat beristirahat dengan nyaman dan dapat tidur dengan
nyenyak.
1. Seksualitas
*Pasien menyatakan memiliki dua orang anak
1. Privasi dan Interaksi Sosial
*Pasien menyatakan berhubungan baik dengan orang-orang disekitarnya
1. Pencegahan Resiko
*Pasie menyatakan jarang bergerak setelah operasi
1. Promosi kesehatan
Pasien disarankan untuk mulai belajar turun dari tempat tidur
Pasien termasuk dalam katagori partial care dan mambutuhkan Partly
Compensatory Nursing System.
BAB 4PENUTUP
Kesimpulan
Teori Orem sangat mungkin dikembangkan karena masalah keperawatan semakin
kompleks dan bantuan keperawatan sangat dibutuhkan, sehingga klien diharapkan
tidak selalu bergantung pada perawat dalamself care. Terutama dalam proses
keperawatan teori Orem sangat berperan penting dalam membantu pasien untuk
membawa pada pada perawatan mandiri untuk diri pasien sehingga tidak selalu
bergantung pada perawat. Selain itu proses keperawatan yang berlandaskan pada
teori Orem akan mempermudan pasien untuk selanjunya mempertahankan
kesehatannya karena mendapatkan pendidikan pula dari perawat.

DAFTAR PUSTAKA
Chinn Peggy L, et al (1987), Theory and Nursing, The C.V. Mosby Company, St
Louis
Fitzpatrick, JJ dan Whall, All (1989). Conceptual Models of Nursing : Analysis
and Application. Appleton& Lange, California.
George, JB (1995). Nursing Theories : The Base for Professional Nursing
Practice. Appleton & Lange.
Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktek.
Jakarta: Salemba Medika
Model dan Konsep Keperawatan Menurut Dorothea Orem

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Model Konsep Keperawatan.

Model konsep menurut Dorothea Orem yang dikenal dengan Model Self Care (perawatan
diri) memberikan pengertian jelas bahwa bentuk pelayanan keperawatan dipandang dari suatu
pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan
mempertahankan kehidupan, kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit, yang
ditekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri.

Model Self Care (perawatan diri) ini memiliki keyakinan dan nilai yang ada dalam keperawatan di
antaranya dalam pelaksanaan berdasarkan tindakan atas kemampuan. Self Care didasarkan atas
kesengajaan serta dalam pengambilan keputusan dijadikan sebagai pedoman dalam tindakan, setiap
manusia menghendaki adanya Self Care (perawatan diri) dan sebagai bagian dari kebutuhan dasar
manusia. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki kebutuhan
masyarakat bahwa setiap manusia memiliki lima dasar kebutuhan dasar yaitu
kebutuhanfisiologis (makan, minum), keamanan,cinta, harga diri dan aktualisasi diri. Seseorang
mempunyai hak dan tanggung jawab dalam perawatan diri sendiri dan orang lain dalam memelihara
kesejahteraan, Self Care (perawatan diri) merupakan perubahan tingkah laku secara lambat dan terus
menerus didukung atas pengalaman sosial sebagai hubungan interpersonal (hubungan antara satu
individu dengan individu lain), hubungan interpersonal dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan
sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan sekedar hubungan interpesonal. Jadi ketika
kita berkomunikasi kita tidak hanya menuntukan conten (isi pesan) melainkan juga
menentukan relationship (hubungan).Self Care akan meningkatkan harga diri seseorang dan dapat
mempengaruhi dalam perubahan (konsep diri). Konsep diri merupakan representasi fisik seseorang
individu, pusat inti dari “aku” dimana semua persepsi dan pengalaman terorganisasi.

Konsep terdiri dari ada lima komponen yaitu:

1. Gambaran Diri

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar atau tidak sadar termasuk
persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk,fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan
masa lalu. Gambaran diri ini harus realistis (nyata) karena lebih banyak seseorang menerima dan
menyukai tubuhnya akan lebih aman sehingga harga dirinya meningkat.

Perubahan pada tubuh seperti perkembangan payudara, perubahan suara, menstruasi. Hal ini
merupakan perubahan yang dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang.

2. Ideal Diri
Idel diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi.
Standar ini dapat berhubungan dengan tipe orang atau sejumlah aspirasi cita-cita nilai yang di capai.
Ideal diri di mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang di pengaruhi oleh orang-orang penting yang
memberikan tuntutan atau harapan. Pada masa remaja, ideal diri akan di bentuk melalui
proses indentifikasi pada orang tua, guru dan teman. Ideal diri sebaiknya di tetapkan lebih tinggi dari
kemampuan individu saat ini tapi masih dalam batas yang dapat di capai. Ini di perlukan oleh individu
untuk memacu dirinya ketingkat yang lebih tinggi.

3. Harga Diri

Harga diri adalah penilaian pribaditerhadap hasil yang di capai dengan menganalisa seberapa jauh
periluku memenuhi ideal diri.

Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri tanpa syuarat sebagai individu yang berarti dan
penting walaupun salah, gagal atau kalah. Harga diri di peroleh dari penghargaan diri sendiri dan dari
orang lain yaitu perasaan dicintai, dihargai, dan dihormati.

4. Peran

Peran adalah pola sikap, prilaku, nilai dan tujuan yang di harapkan dari seseorang berdasarkan posisinya
di masyarakat. Posisi di massyarakat dapat menjadikan stressor terhadap peran karena stuktur sosial
yang menimbulkan kesukaran atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan.

5. Indentitas

Indentitas adalah kesadaran diri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa
dari semua aspek konsep diri terhadap sebagai suatu kesatuan yang utuh seseorang yang mempuyai
perasaan indentitas yang diri kuat adalah seseorang yang memandang dirinya berbeda dengan orang
lain termasuk persepsinya terhadap jenis kelamin, mempuyai otonomi yaitu mengerti dan percaya diri,
respek diri mampu dan menguasai diri, mengatur diri sendiri dan menerima diri.

Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan dalam pemenuhan kebutuhan
dasar, Orem membagi dalam kelompok kebutuhan dasar yang terdiri dari pemeliharaan dalam
pengambilan udara (oksigenasi) yang mempunyai tiga tahap dalam proses oksigenasi yaitu
,ventilasi (proses keluar dan masuknya udara kedalam system pernapasan), perfusi dan difusi.
Pemeliharaan dalam pengambilan air, pemeliharaan dalam pegambilan makanan, pemeliharaan
kebutuhan, proses eliminasi, pemeliharaan keseimbangan aktivitas dan istirahat, pemeliharaan dalam
keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial, kebutuhan akan pencegahan risiko pada
kehidupan manusia dalam keadaan sehat dan kebutuhan dalam perkembangan kelompok sosial sesuai
dengan potensi, pengetahuan dan keinginan manusia.

2.2 Pengertian Keperawatan Menurut Orem

Menurutnya pelayanan manusia yang berpusat kepada kebutuhan manusia untuk mengurus diri
bagaimana mengaturnya secara terus-menerus untuk dapat menunjang kesehatan dan kehidupan,
sembuh dari penyakit atau kecelakaan dan menanggulangi akibat-akibatnya (Orem, 1971).
2.3 Teori Keperawatan Orem

Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan
individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam
konsep praktek keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori Self care di antaranya:

2.3.1 Perawatan Diri Sendiri ( Self Care )

Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi Self Care itu sendiri, yang
merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam
memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.

1. Self Care Agency, merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang
dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.

2. Adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang
dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat
dalam tindakan yang tepat.

3. Kebutuhan Self Care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri
sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya
mempertahankan fungsi tubuh.

2.3.2 Self Care Defisit

Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana segala perencanaan
keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan yang diterapkan pada anak yang belum
dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan
dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care baik secara kualitas. Dalam pemenuhan
perawatan diri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk
proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang
lain,memberi support , meningkatkan pengembangan lingkungan pribadi serta mengajarkan atau
mendidik pada orang lain.

Dalam praktek keperawatan Orem melakukan identifikasi kegiatan praktek dengan melibatkan
pasien dan keluarga dalam pemecahan masalah (contohnya, masalah yang terjadi pada pasien atau
keluarga yaitu masalah keuangan). Menentukan kapan dan bagaimana pasien memerlukan bantuan
secara teratur bagi pasien dan mengkoordinasi serta mengintegrasikan keperawatan dalam kehidupan
sehari-hari dan asuhan keperawatan diperlukan ketika klien tidak mampu memenuhi kebutuhan
biologis, psikologis, perkembangan dan sosial.

2.3.3 Teori Sistem Keperawatan


Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien
terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari pada Orem yang mengemukakan tentang
pemenuhan kebutuhan diri sendiri kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam melakukan
perawatan mandiri. Dalam pandangan teori sistem ini Orem memberikan identifikasi dalam sistem
pelayanan keperawatan diantaranya :

2.3.3.1 Sistem bantuan secara penuh (Wholly Compensatory system)

Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada
pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang
memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan, dan ambulasi serta adanya manipulasi gerakan.
Contohnya, pemberian bantuan pada pasien koma (penurunan kesadaran akibat penyakit).

2.3.3.2 Sistem bantuan sebagian (Partially Compensatory System )

Merupakan sistem dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan kepada
pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien yang post operasi abdomen
dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok gigi, cuci muka akan tetapi butuh
pertolongan perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan luka. Contohnya perawatan
pada pasien post operasiapendikstomi(operasi pembuangan total apendiks pada saluran
pencernaan) dimana pasien tidak memiliki kemampuan untuk melakukan perawatan pada luka bekas
operasi tersebut.

2.3.3.3 Sistem Suportif dan Edukatif

Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan
pendidikan dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan
agar pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran.
Contoh pemberian pendidikan kesehatan pada ibu dan bapak (keluarga) yang memerlukan
informasi tentang pengaturan kelahiran anak dengan menggunakan kontasepsi (alat mencegah
pembuahan).

2.4 Aplikasi Model Keperawatan Orem

Kasus :

Tn. J (50 th ) didiagnasis Diabetes Melitus tipe 2 (Diabetes Tidak Tergantung Pada Insulin).Dia
memiliki riwayat hipertensi dan seorang perokok berat (30 batang/hari).

Perawatan yang dapat diberikan kepada Tn. J berdasarkan model keperawatan Orem adalah.

1. Udara (educative/supportif). Perawatan harus mampu memberikan penjelasan Tn. J (50 tahun) tentang
hubungan penyakit Hipertensi dengan merokok yaitu menghisap udara yang mengandung zat kimia aktif
dari rokok.
2. Air (enducative/supportif). Perawat harus mampu meyakinkan adanya hydration-rist yang cukup
dari polidipsia (sering haus) yang memicu Hiperglicemia (kadar gula yang tinggi dalam darah).

3. Activity and rest (adecative/supportif). Perawat menginformasikan pada pasien tentang


kegiatan aktivitas yang cocok untuk pasien Diabetes Melitus.

4. Elimination (educative/supportif) klien membutuhkan monitoring bagaimana melakukan Buang Air Besar
(BAB) dan Buang Air Kecil (BAK).

5. Food (portial compensatory). Perawat menganjurkan atau mengatur pola diet yang cocok untuk pasien
dengan Hipertensi dan mengalamiDiabetes Melitus serta mengontrol gula darah setelah makan.

6. Solitude and social interaction (partial compensatory) interaksi sosial dengan perawat dapat
memberikan perubahan interaksi dengan tingkah sosial yang mengarah pada perilaku yang adaptif
(baik).

7. Hazard prevention (partial compensatory). Perawat memberikan pendidikan pada pasien tentang
kelebihan dan kekurangan pengobatan yang akan diambil oleh pasien pada penyakit yang dialaminya
saat ini.

8. Promote Normality (partial compensatory). Perawat diharapkan dapat membantu pasien untuk
mengembalikan diri pada kehidupan normal pasien, sehingga menjadi normal kembali.

2.5 Aplikasi Teori Orem

Kilen dewasa dengan diabetes militus menurut teori self care Orem dipandang sebagai individu
yang memiliki kemampuan untuk merawat dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup,
memelihara kesehatan dan mencapai kesejahteraan.

Kondisi klien yang dapat mempengaruhi self-care dapat berasal dari faktor internal (dari dalam
diri individu) dan eksternal (dari luar diri individu), faktor internal meliputi usia, tinggi badan, berat
badan, budaya/suku, status perkawinan, agama, pendidikan dan pekerjaan. Adapun faktor luar meliputi
dukungan keluarga dan budaya masyarakan dimana klien tinggal.

Klien dengan kondisi tersebut membutuhkan perawatan diri yang bersifat kontinun atau
berkelanjutan. Adanya perawatan diri yang baik akan mencapai kondisi yang sejahtera. Klien
membutuhkan tiga kebutuhan self care berdasarkan teori Orem yaitu:

1. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri secara menyeluruh) kondisi yang seimbang.

2. Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan) fungsi klien sesuai dengan
fungsi perannya. Perubahan fisik pada klien dengan Diabetes Melitus antara lain menimbulkan
peningkatan dalam rasa haus, peningkatan selera makan, keletihan, kelemahan, luka pada kulit yang
lama penyembuhannya, infeksi vagina atau pandangan pada mata berakibat mata kabur.
3. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri penyimpangan kesehatan)
penyimpangan kesehatan seperti adanya Sindrom Hipergilkemik (kumpulan penyakit akibat peningkatan
kadar gula dalam darah) yang dapat menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit
(dehidrasi), hipotensi (tekanan darah rendah) ,perubahan sensorik (perubahan pada indera perasa),
kejang-kejang, takikardi (frekuensi jantung yang meningkat) dan hemiparesis (kelumpuhan separu
badan). Klien Diabetes Melitus akan mengalami penurunan pola makan dan adanya komplikasi yang
dapat mengurangi kerharmonisan pasangan dalam melakukan hubungan intim (misal infeksi vagina dan
bagian tubuh lainnya).

Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang di alami oleh klien dengan
Diabetes Melitus menurut Orem disebut dengan self care-deficit. Menurut Orem peran perawat dalam
hal ini yaitu mengkaji klien sejauh mana klien mampu untuk merawat dirinya sendiri dan
mengklasifisikannya sesuai dengan klafisikasi kemampuan klien.

2.6 Deskripsi Konsep Sentral Orem

2.6.1 Manusia

Suatu kesatuan yang di pandang sebagai fungsi secara biologis simbolik dan sosial
serta berinisiasi dan melakukan kegiatan asuhan/perawatan mandiri untuk mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Kegiatan asuhan keperawatan mandiri terkait dengan:

1. Udara yaitu menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida

2. Air

3. Makanan

4. Eliminasi mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh melalui sekresi urin (air kencing) dan
feses.

5. Kegiatan dan istirahat

6. Interaksi sosial

7. Pencegahan terhadap bahaya kehidupan

8. Kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia

2.6.2 Masyarakat/lingkungan

Lingkungan sekitar individu yang membentuk


sistem terintegrasi (menyatu) dan interaktif (iteraksi).

2.6.3 Kesehatan
Suatu keadaan yang dicirikan oleh keutuhan struktur manusia yang berkembang dan berfungsi
secara fisik dan jiwa yang meliputi aspek fisik, psikologik , interpersonal dan sosial. Kesejahteraan
digunakan untuk menjelaskan tentang kondisi persepsi individu terhadap keberadaannya. Kesejahteraan
merupakan suatu keadaan dicirikan oleh pengalaman yang menyenangkan dan berbagai bentuk
kebahagiaan lain, pengalaman spiritual , gerakan untuk memenuhi ideal diri seseorang dan melalui
personalisasi berkesinambungan. Kesejahteraan berhubungan dengan kesehatan , keberhasilan dalam
usaha dan sumber yang memadai.

2.6.4 Keperawatan

Pelayanan yang membantu manusia dengan tingkat ketergantungan sepenuhnya atau sebagian
pada bayi, anak dan orangb dewasa, ketika mereka, orang tua mereka, wali atau orang dewasa lain yang
bertanggung jawab terhadap pengasuhan atau perawatan pada mereka tidak lagi mampu merawat atau
mengawasi mereka. Upaya kreatif manusia ditunjukan untuk menolong sesama. Keperawatan
merupakan tindakan yang dilakukan secara sengaja dan mempuyai tujuan suatu fungsi yang dilakukan
perawat karena memiliki kecerdasan, serta tindakan yang memungkinkan pemulihan kondisi secara
manusiawi pada manusia dan lingkungannya.

2.7 Ambulasi dan Perawatan Luka

Ambulasi dini pada pasien menjalani latihan berjalan pertama yang dilakukan setelah proses
pembedahan operasi. Setelah melakukan proses dagling, bila pasien dalam keadaan baik-baik saja, lalu
dilanjutkan dengan tahap ambulasi dini meliputi :

1. Pastikan tempat tidur dalam posisi terendah. Sediakan sebuah kursi untuk berjaga-jaga kalau pasien
lelah.

2. Setelah pasien melakukan dangling tanpa rasa sakit, bantu pasien untuk berdiri, periksa nadi pasien.

3. Pindahkan lengan perawat kebelakang pinggang pasien dan berbalik sehingga perawat menghadap ke
arah yang sama dengan pasien.

4. Pasien berjalan dengan jarak pendek dan kembali kesisi tempat ridur. Jika pasien tampak lelah dan akan
pingsan atau terjadi perubahan besar pada nadi, biarkan pasien beristirahat.

5. Jika pasien pingsan saat melaksanakan ambulasi dini:

1) Dengan berlahan turunkan pasien ke lantai

2) Lindungan kepala pasien

3) Jangan mencoba menahan pasien berdiri

4) Beri tanda untuk meminta bantuan

6. Setelah selesai, cuci tangan dan dokumentasikan waktu (durasi) ambulasi dini, nadi dan reaksi pasien.
Perkembangan perawatan luka (wound care) berkembang dengan sangat pesat didunia kesehatan.
Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah perawatan luka dengan menggunakan
prinsip moisture balance, dimana disebutkan daalam beberapa literature lebih efektif untuk proses
penyembuhan luka bila dibandingkan dengan metode konvensional.

Perawatan luka berbeda-beda tergantung pada tingkat keparahan luka tersebut. Perawatan luka
paling sulit tergantung pada derajat luka. Jika luka mendalam sampai ke lapisan kulit paling dalam,
proses sembuhnya tentu saja paling lama. Seperti pada kasus luka akibat penyakit diabetes misalnya,
terdapat kasus bahwa luka tersebut harus diamputansi. Namun tindakan amputansi ternyata bisa gagal
setelah dirawat dengan saksama dan dengan metode yang benar dan tentunya seperti pada kasus luka
akibat diabetes tergantung pada kedisiplinan perawatan. Untuk itu harus diperkenalkan pada
masyarakat bahwa telah ada program perawatan dirumah atau home care dengan perawatan datang
kerumah.

2.8 Riset Keperawat Atas Dasar Teori Orem

Berikut ini merupakan riset yg berhubungan dengan teori orem:

“APLIKASI TEORI SELF-CARE DEFICIT OREM DALAM KONTEKS TUNA WISMA (THE APPLICATION OF
OREM’S SELF CARE DEFICIT IN HOMELESS SETTING) OLEH MEGAH ANDRIYANI”

Kesehatan tuna wisma menjadi tanggung jawab pemerintah dan semua pihak untuk menciptakan
derajat kesehatan warga negara yang optimal. Tuna wisma juga merupakan klien yang patut mendapat
perhatian khusus bagi perawat kesehatan komunitas.Teori Perawatan Diri banyak digunakan dalam ilmu
keperawatan untuk memberikan kerangka kerja konseptual sebagai panduan praktik dan membangun
pengetahuan perawatan diri melalui riset. Orem mendeskripsikan perawatan diri sebagai tindakan yang
berkesinambungan yang diperlukan dan dilakukan oleh orang dewasa untuk mempertahankan hidup,
kesehatan dan kesejahteraan. Teori ini juga digunakan dalam konteks tuna wisma oleh banyak ahli.
Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep Teori Perawatan Diri Orem, mendeskripsikan kondisi
perawatan diri tuna wisma, dan mengaplikasikan Teori Perawatan Diri Orem dalam konteks tuna wisma.

“HUBUNGAN TINGKAT SELF CARE DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN DM TIPE 2 DI RUANG
RAWAT INAP RSUD OLEH SILVIA JUNIANTY”

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis bila disertai komplikasi diabetik. Self care terdiri
atas pengontrolan gula darah, insulin/Obat Anti Diabetes, perencanaan makan, olahraga, dan
penanganan hipoglikemik dalam pengelolaan DM menjadi tidak efektif akibat pemahaman yang
bervariasi. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan antara tingkat self care dengan kejadian
komplikasi pada pasien DM tipe 2. Jenis penelitian deskriptif korelasi yang menggunakan teknik
purposive sampling dengan sampel sejumlah 55 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner self
care inventory revised (SCI-R). Analisis univariat menggunakan skor T, sedangkan bivariat menggunakan
korelasi chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien tingkat self care tinggi atau rendah
dapat menyebabkan kejadian komplikasi yang ditunjukkan melalui hubungan yang rendah dan pasti.
Peran perawat adalah sebagai advokat dan edukator dalam melindungi hak pasien dan memberikan
informasi tentang pentingnya penerapan self care dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul,2007.Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

A. Aziz Alimul H, 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

H. Zaidin Ali, 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai