Standar
BAB II
TINJAUAN TEORI
c. Lingkungan Sosial
Merupakan lingkungan masyarakat dimana individu tumbuh dan berkembang serta
mempengaruhi status kesehatan seseoramg. Disini perawat perlu mengkaji
lingkungan pasien seperti lingkungan pemabuk, lingkungan PSK, Dll. Misalnya
pada pasien penderita PMS ( Penyakit menular Seksual) yang ternyata tinggal
dilingkungan PSK.
d. Lingkungan Budaya
Merupakan lingkungan yang memiliki adat istiadat dan tradisi yang berbeda-beda
dengan daerah yang lain. Misalnya pasien yang berasal dari daerah Bali yang
menderita ginjal yang karena kebudayaan minum Toah yang berlebihan.
e. Lingkungan Spiritual
Hal ini mempengaruhi tindak lanjut dalam proses keperawatan karena berkaitan
dengan kepercayaan yang dianut oleh pasien sehingga perawat mengkaji untuk
menghargai privasi pasien dalam melakukan tindakan keperawatan selanjutnya.
3. Sehat Sakit
Sehat dimana individu mampu memnuhi kebutuhan perawatan dirinya sendiri.
Sehat bukan berarti sehat fisiknya saja namun sehat jiwanya sehat meliputi aspek
fisik, psikologis, interpersonal, interpersonal dan social.
Sakit merupakan pergeseran status individu dari selfcare agency menjadi pasien
atau penerima asuhan
Disini perawat perlu mengkaji keluhan, masalah yang dialami pasien.
4. System Keperawatan
a. Wholly Compensatory Nursing System
Merupakan system keperawatan yang membantu pasien dalam pemenuhan
kenutuhan selfcarenya secara keseluruhan. Misalnya pada pasien yang menderita
lumpuh total yang membutuhkan bantuan secara penuh dalam pemenuhan
kebutuhan selfcare.
b. Partial Compensatory Nursing System
Merupakan sistem keperawatan yang membantu pasien dalam pemenuhan
kebutuhan self carenya secara sebagain. Misalnya pasien yang menderita penyakit
diabetes mellitus yang membutuhkan bantuan hanya sebagian dalam pemenuhan
kebutuhan self carenya karena pasien masih bias melakukan aktivitas lainnya
seperti makan dan mandi.
c. Surportive-Education Compensatory Nursing System
Merupakan system keperawatan yang membantu pasien dalam pemenuhan
kebutuhan self carenya dengan dukungan dan pendidikan. Misalnya pasien yang
menderita diabetes dan tidak dirawat di Rumah Sakit dianjurkan untuk tidak
mengkonsumsi.
3.2 Tahap Diagnosa Keperawatan
Pada tahap diagnosa perawat mendiagnosa klien berdasarkan pengkajian yang
diperoleh berdasarkan teori selfcare. Nursing Agency terjadi pada situasi defici
(antara selfcare agency dan selfcare demands tidak seimbang).
Diagnosa dilakukan dengan tahapan –tahapan :
1. Mengesuaikan dengan lingkungan keperawatan
2. Kejelasan permasalahan
3. Akurat atau tidaknya permasalahan yang dialami pasien
4. Akurat atau tidak penyebab masalah pasien
5. Validasi masalah
Diagnosa keperawatan didapat setelah data yang terkumpul dianalisa. Pada
dasarnya diagnosa keperawatan adalah kesimpulan dari masalah kesehatan yang
dialami pasien.
Masalah dapat dikatakan sebagai kesenjangan pada apa yang terjadi dengan apa
yang diinginkan atau yang seharusnya.
Rumusan diagnosa keperawatan menurut Gordon (1976) adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa keperawatan yang bersifat nyata/aktual
Problem (P) sehubangan dengan Etiologi (E) yang ditandai oleh tanda-tanda dan
gejala-gejala (S)
2. Diagnosa keperawatan yang bersifat potensial/resiko
Problem (P) sehubungan dengan Etiologi (E)
3. Diagnosa keperawatan yang bersifat wellness
Problem (P)
4.1 Kesimpulan
1. Masalah self care defisit ditemukan karena klien tidak mempunyai kemauan ,
kemampuan diri dan ketidaktahuan mengenai perawatan diri.
2. Peran perawat adalah membantu yang tidak mampu, memberi motivasi bagi
yang tidak mau dan memberikan pengetahuan kepada klien yang memang tidak
mengetahui tentang self care sebelumnya , sehingga akan tampak peran perawat
sebagai pelaksana, pendidik dan pengelola asuhan keperawatan.
3. Teori Orem sangat mungkin untuk di kembangkan karena masalah keperawatan
sekarang semakin kompleks dan bantuan keperawatan sangat dibutuhkan ,
sehingga klien diharapkan mampu melakukan tindakan perawatan diri dan tidak
selalu tergantung pada perawat dalam self care.