Puji dan syukur terucap hanya kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas mengenai
“ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM KORONER AKUT (SKA) ”.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya, serta seluruh umat yang
senantiasa taat dalam menjalankan syariatnya.
Kami mengucapkan terima kasih tiada tara kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Bila dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal tidak
berkenan bagi pembaca, dengan segala kerendahan kami, kami mohon maaf yang
setulusnya.
Kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi sangat kami harapkan untuk
perbaikan makalah ini kedepan. Semoga taufik, hidayah dan rahmat senantiasa
menyertai kita semua menuju terciptanya keridhaan Allah SWT.
Gorontalo, Maret 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1. Latar Belakang..........................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................6
1.3. Tujuan........................................................................................................6
BAB II KONSEP MEDIS.......................................................................................7
2.1. Definisi..........................................................................................................7
2.2. Klasifikasi......................................................................................................8
2.3. Etiologi........................................................................................................17
2.4. Patofisiologi................................................................................................18
2.5. Manifestasi Klinis........................................................................................19
2.6. Komplikasi..................................................................................................20
2.7. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................21
2.8. Penatalaksanaan...........................................................................................22
BAB III PENANGANAN KEGAWATDARURATAN SKA..............................27
3.1. Penanganan Awal........................................................................................27
3.2. Tatalaksana Farmakologis...........................................................................27
BAB IV KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.................................................29
4.1. Pengkajian...................................................................................................29
4.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................38
4.3. Intervensi Keperawatan...............................................................................38
BAB V PENUTUP.................................................................................................91
5.1. Kesimpulan..................................................................................................91
5.2. Saran............................................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................92
BAB I
PENDAHULUAN
Dari pembagian tersebut didapatkan jumlah sebanyak 1,208 pasien untuk Q1,
1,756 pasien untuk Q2, 2,379 pasien untuk Q3, dan 4,427 pasien untuk Q4 yang
meninggal di rumah sakit. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi hitung jumlah leukosit yang didapatkan semakin tinggi pula kejadian
mortalitas yang akan dialami (Grzybowski et al., 2004).
Ketiga variabel diatas yaitu skor TIMI, kadar troponin T dan hitung jumlah
leukosit merupakan stratifikasi risiko yang telah banyak diteliti sebagai prediktor
mortalitas. Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan diatas, maka
penulis merasakan pentingnya dilakukan penelitian mengenai skor TIMI, kadar
troponin T, dan hitung jumlah leukosit sebagai stratifikasi risiko terhadap
mortalitas di rumah sakit pada pasien IMANEST.
1.3. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui konsep medis dari pasien Sindrom
Koroner Akut (SKA).
2. Mahasiswa mampu mengetahui penanganan kegawatdaruratan dari
pasien Sindrom Koroner Akut (SKA).
3. Mahasiswa mampu mengetahui konsep keperawatan dari Pasien
Sindrom Koroner Akut (SKA) ?
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1. Definisi
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian kegawatan yang diakibatkan
oleh gangguan pada pembuluh darah Koroner yang bersifat progresif, terjadi
perubahan secara tiba-tiba dari stabil menjadi tidak stabil. (Susilo., 2013;
Oktavianus & Sari., 2014)
Sindrom Koroner Akut adalah suatu kadaan gawat darurat jantung dengan
manifestasi klinik brupa perasaan tidak enak didada atau gejala- gejala lain
sehingga akibat dari iskemia miokard. Sindrom Koroner Akut adalah istilah untuk
tanda-tanda klinis dan gejala iskemia miokard: angina tidak stabil, non ST segmen
elevasi infark miokard, dan elevasi ST segmen infark myocard. Sindrom Koroner
Akut merupakan satu dari tiga penyakit pembuluh darah arteri koroner, yaitu:
STEMI, non STEMIdan unstable angina pectoris. (mulyadi., 2015)
Gejala iskemik
Perkembangan gelombang Q patologis pada elektrokardiogram (EKG)
Perubahan ST-segment-T wave (ST-T) yang signifikan atau blok cabang
bundel kiri yang baru (LBBB)
Bukti pencitraan hilangnya miokardium baru yang baru atau kelainan
gerak dinding regional yang baru
Trombus introsoroner diidentifikasi dengan angiografi atau otopsi
(Sumber: Coven. 2016)
2.2. Klasifikasi
1. ST Elevasi Miokard Infark (STEMI)
a. Definisi
b. Manifestasi klinis
1) Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti
rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas,
dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20 menit, tidak
berkurang dengan pemberian nitrat, gejala yang menyertai :
berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.
2) Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat
nitrat.
3) Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal
jantung akut.
4) Bisa atipik:
Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau
atau gagal jantung bisa tanpa disertai nyeri dada.
(Sumber: Putra.2012)
2. NON-ST Eevasi Miokard Infark (NONSTEMI)
a. Definisi
Non ST-Elevation Myocardial Infraction (NSTEMI) yang sering
disebut dengan istilah non Q-wave MI atau sub-endocardial MI. Pada
beberapa pasien dengan NSTEMI, mereka memiliki resiko tinggi
untuk terjadinya kemacetan pembuluh darah koroner, yang dapat
menyebabkan kerusakan miokardium yang lebih luas dan aritmia yang
dapat menyebabkan kematian. Resiko untuk terjadinya sumbatan
dapat terjadi pada beberapa jam pertama dan menghilang dalam
seiring dengan waktu. (Juliawan, 2012)
ST-Elevation Myocardial Infraction (STEMI) didefinisikan sebagai
nekrosis miokardium yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan
darah akibat sumbatan akut arteri koroner yang ditandai dengan
adanya segmen ST elevasi pada EKG. Sumbatan ini sebagian besar
disebabkan oleh repture plak, atheroma pada arteri koroner yang
kemudian diikuti oleh terjadinya thrombosis, vasokonstriksi, reaksi
inflamasi, dan mikroembolisasi distal.Kadang-kadang sumbatan akut
ini dapat pula disebebkan oleh spame arteri koroner, emboli atau
vaskulitis.(Oktavianus & Sari., 2014)
Pada prinsipnya, gejala dan manifestasi klinis dari non STEMI
adalah sama dengan gejala pada unstable angina pectoris (UAP).
Diantara tandanya yaitu:
• Biasanya pada gambaran EKG tampak normal, tetapi dijumpai
adanya T interved dan adanya gelombang ST depresi
• Enzim jantung umumnya normal
• Terjadi injuri pada bagian dari miokard
• Dapat sedikit lega atau untuk sementara waktu dengan istirahat dan
nitrogliserin (Oktavianus & Sari., 2014)
NSTEMI adalah infark miokard akut tanpa elevasi ST yang terjadi
dengan mengembangkan oklusi lengkap arteri koroner kecil atau
oklusi parsial arteri koroner utama yang sebelumnya terkena
aterosklerosis. Hal ini menyebabkan kerusakan ketebalan parsial otot
jantung. Jumlah NSTEMI sekitar 30% dari semua serangan jantung.
(Anggraeni. 2014)
Nyeri dada lebih dari 20 menit dengan lokasi khas substernal atau
kadang kala di epigastrium dengan ciri seperti di peras, perasaan
seperti di ikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul,rasa penuh, berat atau
tertekan, menjadi persentasi gejala yang sering di temukan pada
penderita NSTEMI. Pada EKG ditemukan deviasi ST segmen depresi
> 0,5mm , dapat disertai dengan gelombang T inverse. Biomarker
miokard ditandai dengan peningkatan CKMB > 25 µ/l dan Troponin T
positif > 0,03. Gejala tidak khas seperti dispnea, mual, diaforesis,
sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas atau leher juga
terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien berusia
lebih dari 65 tahun. (Muliadi. 2015)
b. Manifestasi klinis
Nyeri Dada
Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada
angina kurang dari itu. Disamping itu pada angina biasanya
nyeri akan hilang dengan istirahat akan tetapi pada infark tidak.
Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai dengan
keluarnya keringat dingin atau perasaan takut. Biasanya nyeri
dada menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai ke
epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang terasa
hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau
penderita DM berkaitan dengan neuropathy.
Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, disamping itu perasaan
cemas bisa menimbulkan hipervenntilasi. Pada infark yang
tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda adanya
disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah,
dan biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi
diafragma pada infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan.
Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia
ventrikel, gelisah.
(Sumber: Masturah. 2012; Risky.2014)
3. Unstable Angina Pectoris
a. Definisi
Nyeri dada adalah gejala nonspesifik yang dapat menyebabkan
penyakit jantung atau noncardiac. Tidak stabil Angina termasuk dalam
spektrum presentasi klinis yang disebut secara kolektif sebagai
koroner akut Sindrom (ACSs), yang berkisar dari ST-segment
elevation myocardial infarction (STEMI) sampai Non-STEMI
(NSTEMI). Angina tidak stabil dianggap sebagai ACS dimana tidak
ada yang terdeteksi Pelepasan enzim dan biomarker nekrosis miokard.
Istilah angina biasanya dicadangkan Untuk sindrom nyeri yang timbul
dari dugaan iskemia miokard. (Tan., 2015)
Unstable angina pectoris (UAP) adalah suatu sindromaklini yang
ditandai dengan episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan
di dada depan. Penyebabnya diperkirakan berkurangnya aliran darah
coroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat, atau
dengan kata lain suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.
Angina pectoris didefinisikan sebagai perasaan tidak enak di dada
(chest discomfort) akibat iskemia miokard.Perasaan tidak enak di dada
ini berupa nyeri, rasa terbakar, atau rasa tertekan.Kadang-kadang tidak
dirasakan di dada melainkan di leher, rahang bawah, bahu, atau di ulu
hati. (Oktavianus & Sari., 2014)
Angina pektoris adalah hasil dari iskemia miokard yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara suplai darah miokard dan kebutuhan
oksigen. Ini adalah menyajikan gejala umum (biasanya, nyeri dada) di
antara pasien dengan penyakit arteri koroner (CAD). Sekitar 9,8 juta
orang Amerika diperkirakan mengalami angina per tahun, dengan
500.000 kasus baru angina terjadi setiap tahun. (Alaeddini., 2016)
Yang tegolong dalam unstable angina pectoris (UAP) adalah nyeri
dada yang munculnya tidak tentu, dapat terjadi pada saat penderita
sedang melakukan kegiatan fisik atau dalam keadaan istirahat dan
gejalanya bervariasi tergantung bentuk, besar kecil dan keadaan
thrombus. Beberapa kriteria yang dapatdipakai untuk mendiagnosis
angina pectoris yang tidak stabilyaitu:
Angina progresif kresendo yaitu terjadi peningkatan dalam
intensitas, frekuensi, dan lamanya episode angina pectoris yang
dialami selama ini.
Angina at restnocturnal yang baru.
Angina pasca infark miokard
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan nyeri angina meliputi hal-
hal sebagai berikut:
Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara
meningkatkan oksigen jantung.
Pajanan terhadap dinding dapat mengakibatkan vasokonstriksi
dan peningkatan tekanan darah disertai peningkatan kebutuhan
oksigen.
Memakan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke
mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan
ketersediaan darah untuk suplai jantung. Pada jantung yang
sudah parah pintasan darah untuk pencernaan membuat
nyeriangina semakin buruk.
Stress atau emosi akibat situasi yang menegangkan,
menyebabkan frekuensi jantung meningkat akibat pelepasan
adrenalin dan meningkatkan tekanan darah, dengan demikian
beban bekerja jantung meningkat.
Perubahan EKG seperti segmen ST depresi elevasi segmen ST, atau
inversi glombang T mungkin terjadi selama angina tidak stabil tetapi
sementara. Antung spidol, CPK tidak ditinggikan tapi troponin I atau
T mungkin akan sedikit meningkat. Angina tidak stabil secara klinis
tidak stabil dan sering merupakan awal MI atau aritmia atau, lebih
jarang terjadi, kepada kematian mendadak. Rasa sakit atau
ketidaknyamanan angina tidak stabil biasanya lebih kuat,berlangsung
lama, yang dipicu oleh kurang tenaga, terjadi spontan pada saat
istirahat (sebagai angina decubitus), adalah progresif (crescendo) di
alam, atau melibatkan kombinasi dari fitur ini. Angina pada umumnya
dapat hilang dengan istirahat dan nitrogliserin.(Oktavianus dan
Febriana Sartika S., 2014)
b. Manifestasi klinis
Gejala angina tidak stabil serupa dengan infark miokard (MI) dan
meliputi berikut:
Nyeri dada atau tekanan
Berkeringat
Dispnea
Mual, muntah
Pusing atau kelemahan mendadak
Kelelahan
Nyeri atau tekanan di punggung, leher, rahang, perut, atau bahu
atau lengan.
Gejala yang terjadi saat istirahat; Menjadi tiba-tiba lebih sering,
parah, atau berkepanjangan berubah dari pola angina biasa; dan
tidak menanggapi beristirahat.
(Sumber: Tan., 2015)
2.3. Etiologi
penyebab gagal jantung dapat diklasifikasikan dalam enam kategori utama:
Faktor resiko
Faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner dibagi dua yaitu faktor
resiko yang dapat dimodifikasi dan factor resiko yang tidak dapat dimodifikasi.
Hipertensi
Diabetes
Hiperkolesterolemia
Merokok
Kurang latihan
Diet dengan kadar lemak tinggi
Obesitas
Stress
2.4. Patofisiologi
Gangguan kontraktilitas miokardium ventrikel kiri yang menurun pada
Sindrom Koroner akut akan mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel,
sehingga volume residu ventrikel menjadi meningkat akibat berkurangnya stroke
volume yang diejeksikan oleh ventrikel kiri tersebut. Dengan meningkatnya EDV
(End Diastolic Volume), maka terjadi pula peningkatan LVEDP (Left Ventricle
End Diastolic Pressure), yang mana derajat peningkatannya bergantung pada
kelenturan ventrikel. Oleh karena selama diastol atrium dan ventrikel
berhubungan langsung, maka peningkatan LVEDP akan meningkatkan LAP( Left
Atrium Pressure ), sehingga tekanan kapiler dan vena paru-paru juga akan
meningkat. Jika tekanan hidrostatik di kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik
vaskular, maka akan terjadi transudasi cairan ke interstitial dan bila cairan tersebut
merembes ke dalam alveoli, terjadilah edema paru-paru.
Nyeri dada khas angina berupa nyeri dada rasa berat/ ditindih/dihimpit
didaerah retrosternal menjalar kelengan kiri
leher rasa tercekik atau rasa ngilu rahang bawah yang timbul saat aktivitas
dan bekurang saat istirahat.
Untuk nyeri dada infark nyeri >20 menit dan tidak berkurang walau
dengan pemberian nitrat.
2.6. Komplikasi
1. Aritmia
2. Emboli Paru
3. Gagal Jantung
4. Syok Kardiogenik
5. Kematian mendadak
6. Abeurisma Ventrikel
7. Ruptur septum Ventrikuler
8. Ruptur muskulus papilaris
(Sumber: Oktavianus & Sari., 2014)
Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard misal
lokasi atau luasnya AMI.
e. Angiografi koroner
f. Treatmill test
2.8. Penatalaksanaan
Prinsip umum :
Indikasi :
Kontraindikasi :
Beberapa panduan untuk terapi anti-iskemia dan analgesik dirangkum di bawah ini.
4.1. Pengkajian
Nama Pengkaji :
Tanggal Pengkajian :
Ruang Pengkajian :
Jam :
A. BIODATA PASIEN
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaaan :
Usia :
Status Pernikahan :
No RM :
Diagnosa Medis :
Tanggal Masuk RS :
Alamat :
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
C. PENGKAJIAN PRIMER
Airways (jalan nafas)
Sumbatan:
(x) Broncospasme
(x) Darah
(x) Sputum
(x) Lendir
Suara nafas:
(x) Snowring
(x) Gurgling
(ada ) Murmur
Breathing (pernafasan)
Sesak dengan:
(ada) Aktivitas
Frekuensi: …….x/mnt
Irama:
Tidak Kedalaman:
(x) Ada
(x)Tidak
Batuk:
(x) Produktif
Sputum:
(x) Ada
(x) Tidak
Warna: ………………..
Konsistensi: ………………………...
Bunyi nafas:
(ada )
Ronchi
(x) Creakless
(x) Wheezing
( ) …………………………..
BGA: ……………………………….………………………………………
Nadi: 100-120x/mnt
Denyut:
(x)Lemah
(ada)Kuat
(x)Tdk Kuat
TD: >200/120mmHg
Ekstremitas:
(x) Hangat
(ada)Dingin
Warna kulit:
(x) Cyanosis
(ada ) Pucat
(x) Kemerahan
Nyeri dada:
(v) Ada
(x) Tidak
(x) Menetap
(v) Menyebar
Capillary refill:
Edema:
(x) Ya (v)Tidak
Lokasi edema:
Disability
( ) Alert/perhatian
( ) Voice respons/respon terhadap suara
( ) Reaksi pupil
Eksposure/Environment/Event
Pencegahan hipotermi: x
- Pemeriksaan Laboratorium
Elektrolit
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi.
Meningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA, menunjukkan inflamasi.
AGD
Dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
a. Rontgen Dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung(CTR > 50 %) diduga
gagal jantung atau aneurisma ventrikuler
b. Ekokardiogram
Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard misal lokasi
atau luasnya AMI.
d. Angiografi koroner
e. Treatmill test
Event/penyebab kejadian:
D. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keluhan utama (bila nyeri = PQRST):
Keluhan utama nyeri dada yang khas, terasa berat ditindih benda berat.
2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.
3. Medikasi/Pengobatan terakhir.
4. Last meal (makan terakhir)
5. Event of injury/penyebab injury
6. Pengalaman pembedahan.
7. Riwayat penyakit sekarang:
Penyakit sekarang mengalami sindrom coroner akut
8. Riwayat penyakit dahulu: Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit
seperti ini
Pemeriksaan Fisik:
a. BB :
b. Kepala
1. Kulit kepala, rambut
2. Mata
3. Hidung
4. Telinga
5. Mulut
6. Leher
c. Pemeriksaan dada
1. Jantung
I : bentuk simetris
P : ictus cordis teraba di ics v mitklavikula
P : pekak (ada pembesaran jantung atau tidak)
A : S1 dan S2 terdapat suara tambahan murmur
2. Paru – Paru
I : bentuk simetris, terdapat retraksi dada, otot bantu nafas??
P : pengembangan paru tidak sama
P : pekak
A : vaskuler
3. Abdomen
I : tidak ada pembesaran abdomen, bentuk datar
A : peristaltik 14 x/mnt
P : terdapat nyeri tekan di kuadran II
P : terdengar tympani pada usus redup pada dan ginjal
4. Genetlia
Terpasang kateter
5. Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus, di sebelah kanan terpasang manset
tensi di sebelah kiri
Ekstremitas bawah : tidak ada oedem maupun fraktur.
Aterosklerosis
Trombosis koroner
Hipoksia
Kontraktilitas menurun
Dx. Penurunan Curah
Jantung
Dx. Gangguan
Pertukaran Gas
4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
2. Penurunan curah jantung (D. 0008)
3. Nyeri Akut (D.0077)
4. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
5. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
6. Intoleransi aktivitas (D.0056)
mi bahwa pemasangan
Kolaborasi
Edukasi
1. Kolaborasi pemilihan
1. Agar klien
ukuran dan tipe
megetahui tujuan
selang endotrakeal
dari prosedur
atau selang
stabilisasi jalan
trakeostomi yang
nafas
memiliki volume
tinggi, manset yang Kolaborasi
memiliki tekanan 1. Agar tindakan
darah. optimal
kolaborasi: Kolaborasi:
1. kolaborasi anti 1. Untuk mengurangi
aritmia, jika perlu gejala aritmia yang
2. pemberian dialami pasien
cardioversi,jika perlu 2. Untuk mengobati
pasien yang
memiliki penyakit
aritmia
3. Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer Manajemen sensasi perifer Manajemen sensasi
b.d penurunan aliran arteri Setelah dilakukan tindakan perifer
dan vena. d.d nadi perifer keperawatan selama 3x24 jam Observasi : Observasi:
menurun atau tidak teraba ( masalah keperawatan 1. identifikasi penyebab 1. Untuk mencegah
D.0009 ) hopovolemia membaik dengan perubahan sensasi agar tidak terjadi
Kategori : fisiologis kriteria hasil sebagai berikut: gejala-gejala dari
Subkategori : respirasi 1. edema perifer (3) perubahan sensasi
2. nyeri ekstremitas(3) perifer
Definisi : 3. parastesia(3) 2. periksa sensasi tajam 2. Mengetahui tingkat
Penurunan sirkulasi darah 4. kelemahan otot (3) atau tumpul. perubahan sensasi
pada level kapiler yang dapat tajam atau tumpul
mengganggu metabolisme Ket : Terapeutik : Terapeutik:
tubuh. 1. meningkat 1. hindari pemakaian 1. Agar tidak terjadi
Penyebab: 2. cukup meningkat benda-benda hal-hal yang tidak
1. penurunan aliran arteri 3. sedang berlebihan suhunya diinginkan pada
dan vena 4. cukup menurun terlalu panas atau pasien
2. penurunan kosentrasi 5. menurun dingin
hemoglobin Edukasi : Edukasi:
Gejala dan tanda mayor 1. anjurkan penggunaan 1. Mengetahui
subjektif termometer untuk perubahan suhu
- menguji suhu air
Objektif Kolaborasi : Kolaborasi:
- nadi perifer menurun 1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk
atau tidak ada analgesik,jika perlu meningkatkan
Gejala tanda minor ambang nyeri
Subjektif
1) nyeri
ekstremitas(klaudikas Perawatan sirkulasi Perawatan sirkulasi
i intermiten) Observasi : Observasi:
Objektif 1. Periksa sirkulasi 1. Perbaikan sirkulasi
1. edema perifer (mis, nadi perifer
perifer edema, meningkatkan
pengisian kapiler, oksigen yang baik
warna, suhu,
anklebrachial index )
2. Indetifikasi faktor 2. Untuk mengetahui
resiko gangguan faktor resiko
sirkulasi (mis, gangguan sirkulasi
diabetes, perokok, pada pasien
orang tua, hepertensi
dan kadar kolestrol
tinggi)
3. Monitor, panas, 3. Mengetahui
kemerahan nyeri, atau keadaaan umum
bengkak pada pasien
ekstremitas.
Terapeutik : Terapeutik:
1. Lakukan pencegahan 1. Untuk mncegah
infeksi tidak terkontaminasi
dengan kuman agar
tidak terjadi
penyebaran infeksi
2. Hindari pengkuran 2. Untuk memantau
tekanan darah pada jika konsentrasi Hb
ekstermitas dengan tidak menurun
keterbatasan perifer.
Edukasi : Edukasi:
1. Anjurkan minum obat 1. Agar tidak dapat
pengontrol tekanan menyebabkan
darah secara teratur tekanan darah naik.
Tekanan darah yang
naik turun ini dapat
menimbulkan efek
yang buruk bagi
kesehatan
2. Anjurkan menghidari 2. Untuk menghindari
penggunaan obat terjadinya interaksi
penyekat beta. obat yang tidak
diinginkan
3. Anjurkan program 3. Untuk
rehabilitas vaskular.. menghindarkan
pasien efek
penyakit.
4. Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas Pemantauan respirasi Pemantauan respirasi
(D.0003)b.d perubahan Observasi Observasi:
membran Setelah melakukan tindakan 1. monitorfrekuensi, 1. untuk mengetahui
alveolus-kapiler d.d Pola keperawatan selama 3 x 24 jam irama ,kedalaman,dan kecepatan, irama,
nafas maka pertukaran gas dapat upaya napas kedalaman, dan
abnormal(mis,cepat/lambat diatasi dengan kriteria hasil : upaya untuk
Kategori : fisiologis 1. Dipsnea bernapas
Subkategori : respirasi 2. Bunyi nafas tambahan 2. monitor pola 2. untuk mengetahui
Defnisi : kelebihan atau 3. Takikardi nafas(seperti apakahh ada
kekurangan oksigenasi Ket: bradipnea,takipnea gangguan pola
dan/atau eleminasi 1. Meningkat hiperventilasi,kussma napas
karbondioksida pada 2. Cukup meninglat ul,cheyne-
membran alveolus – kapiler. 3. Sedang stokes,biot.ataksik)
Penyebab : 4. Cukup menurun 3. monitor kemampuan 3. batuk efektif dapat
1. Ketidakseimbangan 5. Menurun batuk efektif membantu
ventilasi-perfusi Respon ventilasi mekanik mengeluarkan
2. perubahan membran dahak bila ada
alveolus-kapiler Setelah melakukan tindakan 4. monitor adanya 4. untuk meperlancar
gejala dan tanda mayor keperawatan selama 3 x 24 jam produjsi sputum proses pernapasan
subjektif maka respon ventilasi mekanik 5. monitor adanya 5. agar tidak
1. dispnea dapat diatasi dengan kriteria sumbatan jalan nafas menghambat
objektif hasil : jalannya napas
1. PCO2 1. Sekresi jaalan nafas 6. palpasi kesimetrisan 6. meningkatkan
meningkat 2. Saturasi oksigen ekspansi paru ekspansi paru dan
/menurun 3. Suara nafas tambahan memaksimalkan
2. PO2 menurun 4. FlO2 memenuhi oksigenasi
3. Takikardi kebutuhan 7. monitor saturasi 7. Dapat mengetahui
4. Ph arteri Ket : oksigen kandungan oksigen
meningkat/me 1. Menurun dalam darah
nurun 2. Cukup menurun 8. monitor hasil x-ray 8. Untuk mengetahui
5. Bunyi nafas 3. Sedang toraks kondisi tubuh
tambahan 4. Cukup meningkat terapeutik Terapeutk:
Gejala dan minor 5. meningkat 1. atur interval 1. Membsntu
Subjektif pemantauan , respirasi mengatur
1. Pusing sesuai kondisi pasien interval,respirasi
2. Penglihatan 2. dokumentasikan hasil sesuai kondisi
kabur pemantauan pasien
Subjektif 2. Mendekumentasi
1. Sianosis hasil pmentauan
2. Diaforesis pasien
3. Gelisah
4. Nafas cuping hidung
5. Pola nafas edukasi Edukasi :
abnormal(mis,cepat/la 1. jelaskan tujuan dan 1. Untuk menjelaskan
mbat prosedur pemantauan tujuan dan prosedur
,regular/iregular,dalam pemantaun pada
/dangkal) pasien
6. Warna kulit 2. informasikan hasil 2. Untuk
abnormal(mis,pucat, pemantauan,jika perlu meningkatkan hasil
kebiruan) informasi
7. Kesadaran menurun pemantauan
Kondisi klinis terkait Terapi oksigen Terapi oksigen
1. Gagal jantung
kongesif Observasi Observasi :
2. Pneumonia 1. monitor kecepatan 1. Untuk mengtahui
3. Tuberkulosis paru aliran oksigen kecepatan oksigen
4. Infeksi di dalam tubuh
2. monitor posisi alat 2. Untuk mengetahui
terapi oksigen posisi terapi pasien
3. monitor tanda dan 3. Untuk mengetahui
gejala toksikasi dimana terjadinya
oksigen dan etelektasisdan gejala
atelectasis toksikasi oksigen
4. Untuk menjega
4. monitor tingkat terjadinya
kecemasan akibat kecemasan
terapi oksigen 5. Untuk menjega
5. monitor integritas kerusakan mukuso
mukosa hidung akibat hidung
pemasangan oksige Terapeutik :
Terapeutik : 1. membantu
1. bersihkan sekret pada membersihkan
mulut,hidung sekret pada mulut
trakea,jika perlu hidung
2. membantu
2. pertahankan mempertanhannkan
kepatenan jalan nafas kepatenan jalan
nafas
3. membantu dan
3. siapkan dan atur mengatur peraltan
peralatan pemberian pemberian oksigen
oksigen 4. untuk menjega agar
4. berikan oksigen klien tidak
tambahan ,jika perlu kekurangan ogsigen
Edukasi :
Edukasi 1. untuk mengajarkan
1. ajarkan pasien dan kepada pasien atau
keluarga cara keluarga cara
menggunakan oksigen menggukan oksigen
dirumah secara mandiri
Kolaborasi :
kolaborasi 2. agar dapat
1. kolaborasi memantau oksigen
pemantauan oksigen pada saat
saat aktivitas dan/atau beraktifitas tidur
tidur
pengaturan posisi
pengaturan posisi observasi
observasi 1. Agar dapat
1. monitor status mengontrol
oksigenasi sebelum pernafasan klien
dab sesudah
mengubah posisi 2. Agar dapat
2. monitor alat traksi memobilisasi
agar selalu tepat tulang, reduksi
dislokasi, distraksi
interforamina
dengan cepat dan
mengurangi rasa
nyeri
terapeutik
terapeutik 1. Agar klien tidak
1. tempatkan pada banyak beraktivitas
matras/tempat tidur sehingga
terapeutik yang tepat meminimalisir
pergerakan
2. Agar klien tetap
2. tempatkan pada posisi nyaman pada posisi
terapeutik keadaannya
3. Agar klien mudah
3. tempatkan bel atau dalam
lampu pangggilan memanggil/memint
dalam jangkauan a bantuan perawat
atau dokter
4. Agar klien dengan
4. tempatkan objek yang mudah menjangkau
sering digunakan objek yang diambil
dalam jangkauan 5. Agar klien tidak
5. sediakan matras yang mudah jatuh
kokoh/padar 6. Agar klien tetap
6. atur posisi yang nyaman dalam
disukai,jika tidak posisinya
kontraindikasi 7. Agar pernapasan
7. atur posisi untuk klien tetap lancar
mengurangi
sesak(mis.semi
flower) 8. untuk memperlancar
8. atur posisi yang jalan napas klien
meningkatkan 9. mencegah
drainage terjadinya
9. posisikan tubuh pada pergeseran
kesajajaran tubuh 10. Agar klien tidak
yang tepat pegal pada lehernya
10. berikan bantal yang 11. Agar klien tidak
tepat pada leher melakukan gerakan
11. motivasi melakuakn yang dapat
romaktif atau pasif memperparah
keadaannya
12. meningkatkan
ekspansi paru dan
12. tinggikan tempat tidur memaksimalkan
bagian kepala oksigenasi
13. Agar dapat
meminimalisir rasa
13. hindari menempatkan nyeri
pada posisi yang
dapat meningkatkan 14. Mencegah
nyeri deformitas
14. hindari posisi yang
menimbukan 15. Mencegah
ketegangan pada luka dekubitus
15. ubah posisi setiap 2 edukasi
jam 1. Agar klien tetap nyaman
edukasi dalam memposisikan
1. informasikan saat tubuhnya
akan dilakukan kolaborasi
perubahan posisi -
kolaborasi
-
5 Nyeri akut(D.0077)b.d agen Tingkat nyeri Manejemen nyeri Manajemen nyeri
pecedera fisik Obektif Observasi
(mis,abses,ampurasi,terbak Setelah melakukan tindakan 1. identifikasi skala 1) untuk mengetahui
ar,terpotong,menganglat keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri lokasi, durasi,
berat,prosedur maka tingkat nyeri dapat frekuensi, kualitas,
operasi,trauma,latihan fisik diatasi dengan kriteria hasil : intensitas nyeri dari
berlebihan)d.d mengeluh 1. Keluhan nyeri pasien
nyeri,tampak 2. Merimgis 2. identifikasi respon 2) untuk mengetahui
meringis,frekuensi nadi 3. Gelisah nyeri non verbal bagaimana skala
meningkat,pola nafas 4. Kesulitan tidur nyeri yang
berubah. Ket : dirasakan pasien
Kategori : psikologis 1. Meningkat 3. identifikasi faktor 3) untuk mengetahui
Subkategori : nyeri dan 2. Cukup meningkat yang memperberat faktor yang
keamanan 3. Sedang dan memperingan memperberat dan
Definisi: pengalaman sensorik 4. Cukup meningkat nyeri memperinga
atau emosional yang berkaitan 5. Meningkat nyeri
dengan kerusakan jaringan 4. identifikasi 4) untuk mengetahui
aktual atau fungsional , status kenyamanan pengetahuan dan bagaimana
dengan onset mendadak atau keyakinan tentang pengaruh nyeri pada
lambat dan berintesitas ringan Setelah melakukan tindakan nyeri kualitas hidup
hingga berat yang keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
berlangsung kurang dari 3 maka status kenyamanan dapat 5. identifikasi pengaruh 5) untuk mengetahui
bulan diatasi dengan kriteria hasil : nyeri pada kualitas efek samping saat
Penyebab : 1. keluhan tidak nyaman hidup menggunakan
1. Agen pecedera 2. gelisah analgetik
fisiologis(mis,inflama 3. keluhan sulit tidur 6. monitor keberhasilan 6) untuk menetahui
si,iskemia,neolasma) ket : terapi komplementer jika pengobatan
2. Agen pecedera kimia 1. meningkat yang sudah diberikan komplementer
(mis,terbakar,bahan 2. cukup meningkat sudah efektif.
kimia iritan) 3. sedang 7. monitor efek samping 7) Untuk mencegah
3. Agen pecedera fisik 4. cukup menurun penggunaan anelgesik hal-hal yang
(mis,abses,amputasi,te 5. menurun membuat kondisi
rbakar,terotong,menga klien menurun.
nkat berat,prosedur
operasi,trauma,latihan Terapeutik
Terapeutik
fisik berlebihan) 1. berikan tehnik 1) agar nyeri yang
Gejala dan tanda mayor nonfarmakologis dirasakan pasien
Subjektif untuk mengurangi berkurang
1. Mengeluh nyeri rasa nyeri (mis,TENS
Objektif hipnosis,akupresur,ter
1. Tamak meringis api
2. Bersikap protektif musik,biofeedback,ter
(mis,waspada posisi a[i pijat,teknik
menghindari nyeri) imajiansi
3. Gelisah terbimbing,kompres
4. Frekuensi nadi hangat ,/dingin,terapi
meningkat bermain)
5. Sulit tidur 2. kontrol lingkungan 2) agar pasien nyaman
Gejala dan tanda minor yang memperberat sehingga proses
Subjektif rasa nyeri,(mis,suhu perawatan lebih
- ruangan,pencahayaan, optimal
Objektif kebisingan)
1. Tekanan darah 3. fasiliats istrahat dan 3) agar istirahat dan
meningkat tidur tidur pasien
2. Pola nafas berubah terpenuhi
3. Nafsu makam berubah 4. pertimbagkan jenis 4) agar dapat diketahui
4. Roses berfikir dan sumber nyeri strategi untuk
terganggu dalam pemelihan meredakan nyeri
5. Menarik diri strategi meredakan yang dirasakan
6. Berfokus pada diri nyeri pasien
sendiri Edukasi
Edukasi
7. Diaforesisis 1. jelaskan penyebab
1) untuk mengetahui
Kondisi klinis terkait ,periode,dan pemicu
penyebab, periode,
1. Cedera traumatis nyeri
dan pemicu dari
2. Infeksi
nyeri yang
3. Glaukoma
dirasakan pasien
4. Kondisi pembedahan 2. jelaskan strategi
2) agar mengetahui
5. Sindrom koroner akut meredakan nyeri
bagaimana strategi
yang dilakukan
untuk meredakan
nyeri
3. anjurkan
3) untuk meringankan
menggunakan
rasa nyeri yang di
analgesik secara tepat alami pasien dengan
tepat
kolaborasi Kolaborasi
1. kolaborasi penberian
1. agar penggunaan
analgesik,jika perlu
analgetik sesuai
dengan anjuran
dokter
Pemberian analgesik
Pemberian analgesik
Observasi
Observasi
1. identifikasi
1. nyeri merupakan
karakteristik
penegalaman
nyeri(mis,pencetus,pe
subyektif dan harus
reda,kualitas
di jelaskan oleh
lokasi,intensitas,freku
pasien. Identifikasi
ensi durasi)
karakteristik nyeri
dan faktor yang
berhubungan
merupakan suatu
hal yang amat
penting untuk
memilih intervensi
yang cocok dan
untuk mengevaluasi
dan keefktifan dari
terapi yang
diberikan.
2. identifikasi riwayat 2. untuk mengetahui
alergi obat obat yang tepat
untuk diberikan
kepada pasien dan
mencegah alergi
3. identifikasi keseuaian 3. agar dapat
jenis analgesik menangani nyeri
(mis,narkotika,non klien secara optimal
narkotik,atau
NSAID)dengan
tingkat keparahan
nyeri
4. monitor tanda-tanda 4. untuk mengetahui
vital sebelum dan efektivitas obat
sesudah pemberian yang diberikan
anelgesik
5. monitor efektivitas 5. untuk menegetahui
analgesic efektivitas dari
pemberian analgesik
yang dilakukan
Terapi oksigen
Terapeutik 1. agar pasien nyaman
1. diskusikan jenis dengan pemberian
analgesik yang analgesik yang
disukai untuk dilakukan
mencapai analgesik
optimal,jika perlu 2. agar kadar dekam
2. pertimbangkan serum tetap normal
penggunaan infus
kontinu ,atau bolus
opioid untuk
mempertahankan
kadar dakam serum 3. agar pengobatan
3. tetapkan target klien lebih optimal
efektifitas analgesik
untuk
mengoptimalkan
respos pasien 4. untuk merekam
4. dokumentasikan analgesik yang
respons terhadap efek cocok dengan
analgesik dan efek kondisi pasien
yang tidak diinginkan
Edukasi
Edukasi 1. agar pasien dapat
1. jelaskan efek terapi melaporkan efek
samping obat yang tidak di
harapkam.
kolaborasi
kolaborasi 1. untuk pengobatan
1. kolaborasi pemberian yang lebih optimal
dosisi dan jenis
analgesik,sesuai in
dikasi
pemberian obat
pemberian obat
observasi
observasi 1. mencegah
1. identifikasi terjadinya alergi
kemungkinan pada tubuh klien
alergi,interaksi,dan
kontraindikasi obat, 2. mencegah klien
2. periksa tanggal agar tidak terkena
kadarluarsa obat efek samping yang
tidak di inginkan
3. mencegah hal-hal
3. monitor efek yang tidak di
terapetuk obat inginkan
4. mencegah adanya
4. monitor efek samping efek yang tidak
, toksisistas,dan diharapkan
interaksi obat terapeutik
terapeutik 1. agar klien dapat
1. fasilitas minum obat mengetahui dosis-
dosis yang di
berikan
2. agaar pengobatan
2. tandatangani klien lebih optimal
pemberian
narkotika,sesuai
protokol 3. agar klien dapat
3. dokumentasikan mengetahui jenis
pemberian obat dan bentuk obat dan
respon terhadap obat reaksi obat
4. agar tidak terjadi
4. buang obat yang tidak efek samping
terpakai atau terhadap klien
kadaarluwarsa 5. mencegah hal yang
5. hindari pemberian tidak di iningkah
obat jeis terhadap dosis yang
hipnotik,narkotika, di berikan
dan antibiotiik 6. agar pasien dapat
6. lakukan prinsip 6 mengetahui dosis-
benar dosis yang di
(pasien,obat,dosis,rute berikan
,waktu,dokumentasi)p
erhatiakn prosedur
pemberian obat yang
aman dan akurat Edukasi
edukasi 1. klien dapat
1. jelaskan jenis mengetahui
obat,alasan prosedur efek obat
pemberian,tondakan yang di inginkan
yang diharapkan,dan
efek samping sebelum
pemberiam 2. dapat mengetahui
2. jelaskan faktor yang keamanan
dapat meningkatkan penggunaan obat
dan menurunkan
efektifitas obat kolaborasi
kolaborasi -
-
tehnik distraksi
tehnik distraksi Observasi
observasi 1. mencegah
1. identifikasi penurunan terjadinya
tingkat penurunan energi
energi,ketidakmpuan dan ketidakmapuan
berkonsentrasi , atau klien
gejala lain yang
menggangun
kemampuan kognitif 2. agar klien dapat
2. identifikasi tehnik mengetahui tehnik
relaksasi yang pernah relaksasi
efektig digunakan 3. untuk mengetahui
3. identifikasi kemampaun klien
kesediaan,kemampua
n, dan penggunaan
tehnik sebelumnya 4. untuk efektivitas
4. periksa ketegangan dan perubahan
otot,frekuensi kondisi klien
nadi,tekanan sebelum dan
darah,dan suhu sesudah tehnik
sebelum dan sesudah distraksi di lakukan
latihan 5. untuk mengethaui
5. monitor respon respon klien
terhadap terapi terhadap terapi
relaksasi relaksasi
terapeutik
terapeutik 1. rangsangan yang
1. ciptakan lingkungan berlebih dari
tenang dan tanpa lingkungan akan
gangguan dengan memperberat
pencahayaan dan suhu kondisi klien
ruang nyaman,jika
memungkinkan 2. agar pasien dapat
2. berikan informasi memahami dan
tertulis tentang dapat
persiapan dan memeprsiapkan diri
prosedur tehnik sebelum melakukan
relaksasi tehnik distraksi
3. proses konvesi akan
3. gunakan pakaian terhalang akan
longgar terhalang oleh
pakaian yang ketat
dann menyerap
keringat
4. agar membuat klien
4. gunakan nada suara terdistraksi dan
lembut dengan irama nyaman
lambat dan berirama 5. untuk tindakan yang
5. gunakan relaksasi maksimal kepada
sebagai strategi klien
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis
lain,jika sesuai edukasi
edukasi 1. agar klien
1. jelaskan mengetahui
tujuan,manfaat,batasa prosedur dan
n,dan jenis relaksasi manfaat yang akan
yang diterima oleh klien
bersedia(mis,musik,m dari tindakan yang
editasi ,nafas di lakukan
dalam,relaksasi otot
progresif) 2. agar klien
2. jelaskan secara rinci mengetahui manfaat
intervensi relaksasi dari relaksasi yang
yang dipilih di terima klien
3. posisi yang nyaman
3. anjurkan mengambil akan membantu
posisi nyaman memberikan
kesempatan pada
otot untuk relaksasi
seoptimal mungkin.
4. Agar otot klien
4. anjurkan rileks dan relaksasi saat
merasakan sensasi melakukan
relaksasi relakaksasi sehingga
tindakan akan
optimal
5. Agar klien terbiasa
5. anjurkan sering dan tindakan akan
mengulangi atau maksimal
melatih tehnik yang
dipilih 6. Agar klien paham
6. demonstrasikan dan dengan gerakan
latih tehnik relaksasi tindakan.
(mis,nafas dalam
perengangan,atau
imajinasi terbimbing)
6 Intoleransi aktivitas d.b Toleransi aktivitas Terapi aktivitas Terapi aktivitas
ketidaksemimbangan Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :
antara suplai dan keperawatan selama 3X24 jam 1. Monitor respon 1. Untuk mengetahui
kebutuhan oksigen masalah keperawatan emosional, fisik, respon emosional
kelelahan d.d frekuensi intolenransi aktivitas membaik social, dan spiritual fisik social spiritual
jantung meningkat >20% dengan kriteria hasil sebagai terhadap aktivitas terhadap aktivitas.
dari kondisi istrahat, berikut : Teraupeutik : Terapeutik :
tekanan darah berubah > 1. Dispnea saat aktivitas 1. Libatkan keluarga 1. Agar keluarga
20% dari kondisi istrahat, (3) dalam aktivitas jika terlibat dalam
gambaran EKG 2. Dyspnea setelah perlu aktivitas
menunjukan aritmia aktivitas (3) Edukasi : Edukasi :
gambar EKG menunjukan 3. Perasaan lemah (3) 1. Anjarkan cara 1. Dapat mengetahui
iskemia ( D.0056 ) 4. Aritmia saat aktivitas melakukan aktivitas langkah aktivitas
Kategori : fisiologi (3) individu individu
Subkategori : aktifitas Ket : 2. Anjurkan keluarga 2. Agar keluarga
istrahat 1. Meningkat memberi pengutan terlibat dalam
2. Cukup meningkat positif atas pratisipasi memberikan
Definisi : ketidakcukupan 3. Sedang dalam aktivitas pengutan positif
energi untuk melakukan 4. Cukup menurun pada klien.
aktivitas sehari-hari. 5. Menurun Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan 1. Untuk mengetahui
Penyebab : terapis okupasi dalam terapi okupasi
1. Ketidakseimbangan merencanakan dan dalam
antara suplai dan memonitor program merencanakan
kebutahan oksigen aktivitas jika sesuai program aktifitas
2. Kelelahan 2. Rujuk pada pusat atau 2. Untuk dapat
3. Tirah baring program aktivitas menimalisirkan
Gejala tanda mayor: komunitas jika perlu. keadaan klien
Objektif : Manajemen energi : Manajemen energi :
1. Frekuensi jantung Observasi : Observasi :
meningkat >20% 1. Monitor pola tidur 1. Untuk mengetahui
dari kondisi dan jam tidur pola tidur Yang baik
istrahat. Terapeutik :
Gejala tanda minor : Terapeutik : -
Subjektif : - Edukasi :
1. Disnea saat/setelah Edukasi : 1. Dapat
aktivitas 1. Anjurkan tirah baring memimalisirkan
Objektif : kenyaman klien
1. Tekanan darah 2. Agar dapat
berubah berubah 2. Anjurkan melakukan memberikan
>20% dari kondisi aktivitas secara aktivitas secara
istirahat bertahap berahap
2. Gambar EKG 3. Untuk dapat
menunjukan aritmia 3. Anjurkan strategi menstrategikan
saat/setelah aktivitas koping untuk koping untuk
3. Gambaran EKG mengurangi kelelahan mengurangi
menunjukan iskemia kelelahan
Kondisi klinis terkait : Kolaborasi :
1. Aritmia Kolaborasi : 1. agar asupan gizi
1. Kolaborasi dengan klien dapat
ahli gizi tentang cara terpenuhi dengan
meningkatkan asupan baik.
makanan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri otot. Cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf
otonom). Lapisan jantung terdiri dari : Endokardium, Miokardium,
Pericardium Ruang Jantung terbagi atas empat
ruang: Atrium kanan dan atrium kiri yang dipisahkan oleh septum intratrial,
Ventrikel kanan dan ventrikel kiri yang dipisahkan oleh septum. Katup jantung
terdiri dari : Katup Trikuspidalis, Katup pulmonal ,Katup Bikuspid, Katup Aorta.
5.2. Saran
Kita sebagai perawat sebaiknya memahami dan dapat mengaplikasikan
segala sesuatu yang terdapat dimakalah ini agar terciptanya perawat yang
professional dalam menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Alaeddini Jamshid, MD, FACC, FHRS. 2016. “Angina Pectoris”. Medscape,
desember 2016. http://emedicine.medscape.com/article/150215-
differential 15 maret 2020
Coven, David L, MD, PhD. 2016. “Acute Coronary Syndrome”. Medscape,
desember 2016 http://emedicine.medscape.com/article/1910735-
overview 15 maret 2020
Oktavianus dan Febriana Sartika Sari. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Sistem
Kardiovaskuler Dewasa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Widya Josephine. 2014. “Sindrom Koroner Akut”. (online). April 2014.
https://josephinewidya.wordpress.com/2014/04/30/definisi-etiologi-
faktor-risiko-dan-klasifikasi-sindrom-koroner-akut/ 11 Mei 2017.
Corwin J. Elizabeth (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Krisanty Paula, S.Kep, Ns, dkw (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.
Jakarta : TIM
Rizky Pribadi. 2014. “Non-ST Elevasi miokard Infark” (online). Januari 2014.
http://kalangkangmencrang.blogspot.co.id/2014/01/non-st-elevasi-
miokard-infark-nstemi.html 15 maret 2020
Roffi Marco. (2016). “2015 ESC Guidelines for the management of acute
coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment
elevation”. European Heart Journal, is a available on the ESC website
http://www.escardio.org/guidelines 15 maret 2020hal: 273
Tan Walter, MD, MS. 2015. “Unstable Angina”. Medscape 2015.
http://emedicine.medscape.com/article/159383-workup#showall 15 maret
2020