Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami menyelesaikan
laporan mata kuliah “KEPERAWATAN GAWAT DARURAT” dengan judul
“TRAUMA THORAX DAN ABDOMEN”. Kemudian shalawat serta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup untuk keselamatan umat dunia.
Laporan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan gadat
darurat di program studi keperawatan Universitas negeri gorontalo.
sTim penulis.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan
diseluruh kota besar didunia dan diperkirakan 16.000 kasus kematian akibat
trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di Amerika. Sedangkan
insiden penderita trauma toraks di Amerika Serikat diperkirakan 12 penderita per
seribu populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar
20-25% . Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan
tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk
menolong korban dari ancaman kematian.
1
1.2 Rumusan masalah
1. Konsep kegawat daruratan pada trauma thorax.
2. Konsep kegawat daruratan pada trauma abdomen.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kegawat daruratan pada trauma thorax.
2. Untuk mengetahui konsep kegawat daruratan pada trauma thorax.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Trauma thorax
1. Definisi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau
emosional (Dorland, 2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik
lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat
(Brooker, 2001). Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak
dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan
obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus
serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga
thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax
ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau
bennda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding
thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.
2. Etiologi
1. Trauma thorax kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas
yang umumnya berupa trauma tumpul dinding thorax
2. Dapat juga disebabkan oleh karena trauma tajam melalui dinding
thorax.
3. Gejala
2. sesak nafas
3
4. Pembengkakan local dan krepitasi pada saat palpasi
5. Dyspnea, takypnea
6. Takikardi
7. Hypotensi
Trauma torak yang memerlukan tindakan dan atau pembedahan gawat/ segera
adalah yang menunjukkan :
2. Hemotorak massif
4
3. Tamponade pericardium / jantung
4. Tension pneumotorak
5. Flail chest
6. Pneumotorak terbuka
Dinding dada :
2. Flailchest :
a. Akibat adanya patah tulang rusuk jamak yang segmental pada satu
dinding dada.
5
Rongga pleura :
1. Pneumotorak :
2. Hemotoraks :
3. Kerusakan paru:
6
b. Gejala klinis mengarah ke timbulnya distress nafas karena kekurangan
kemampuan ventilasi. Perdarahan yang timbul akan membawa akibat
terjadinya hipotensi dan gejala syok.
7
6. Kerusakan pada esofagus.
b. Tanda klinis yang nampak umumnya berupa empisema sub kutis, syok
dan keadaan umum pasien yang tidak nampak sehat. Sering dijumpai
tanda “Hamman” yang berupa suara seperti mengunyah di daerah
mediastinum atau jantung bila dilakukan auskultasi. Diagnosis dapat
dibantu dengan melakukan esofagoram dengan menelan kontras.
8
5. Penanganan kegawat daruratan
1. Primary survey
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
d. Disability
a. Airway
9
Dengarkan suara spontan yang menandakan pergerakan udara melalui
pita suara. Jika tidak ada suara buka jalan nafas pasien dengan
menggunakan chin lift atau maneuver modified jaw thrust. Periksa
orofaring, jalan nafas mungkin terhalang sebagian atau sepenuhnya oleh
cairan (darah,saliva,muntahan) atau serpihan kecil seperti gigi, makanan
atau benda asing. Intervensi sesuai dengan kebutuhan (suction, reposisi)
dan kemudian evaluasi kepatenan jalan nafas.
b. Breathing
Cedera tertentu misalnya luka terbuka, flail chest dapat dilihat dengan
mudah. Lakukan auslkultasi suara pernafasan bila didapatkan adanya
kondisi serius dari pasien. Selalu diasumsikan bahwa pasien yang tidak
tenang atau tidak dapat bekerja sama berada dalam kondisi hipoksia
sampai terbukti sebaliknya.
Intervensi keperawatan :
10
4) Bila terdapat trauma thorak, tutup luka dada selama proses
penghisapan, turunkan tekanan pneumotoraks, stabilisasi bagian-
bagian yang flail dan masukkan pipa dada.
c. Circulation
1) Perdarahan
2) Denyut nadi
3) Perfusi kulit
Beberapa tanda yang tidak spesifik yaitu akral dingin, kulit basah,
pucat, sianosis atau bintik-bintik mungkin menandakan keadaan syok
hipovolemik. Cek warna, suhu kulit, adanya keringat dan crt. Waktu
crt adalah ukuran perfusi yang cocok pada anak-anak, tetapi
11
kegunaannya berkurang seiring dengan usia pasien dan menurunnya
kondisi kesehatan. Namun demikian, semua tanda-tanda syok terjadi
belum tentu akurat dan tergantung pada pengkajian. Selain kulit tanda-
tanda hipoperfusi juga Nampak pada organ lain, misalnya oliguria,
perubahan tingkat esadaran, takikardi dan distritmia. Selain itu perlu
diperhatikan juga adanya penggelembungan atau pengempisan
pembuluh darah di leher yang tidak normal. Mengembalikan volume
sirkulasi darah mrupakan tindakan yang penting untuk dilakukan
dengan segera.
d. Disability
12
Exposure
Environmental control
2. Secondary survey
13
Pemeriksaan tanda-tanda vital adalah hal dasar untuk menentukan
tindakan selanjutnya. 5 intervensi meliputi :
4) Pemeriksaan laboratorium
5) Pasang oksimetri
History
14
Jika klien sadar dan kooperatif, lakukan pengkajian pada pasien unuk
mendapa informasi tentang riwayat kesehatan klien, anggota keluarga juga
bias menjadi sumber informasi. Informasi penting tentang bagaimana
proses terjadinya trauma harus diperoleh dari klien atau keluarganya untuk
mempermudah dalam menentukan tindakan selanjutnya.
Head
Face
Neck
Inspeksi leher klien dan pastikan bahwa pada saat pengkajian leher
klien tidak bergerak. lakukan inspeksi dan palpasi terhadap adanya luka,
jejas ekimosis, distensi pembuluh darah leher, udara dibawah kulit dan
dviasi trakea.
Chest
15
Palpasi dada untuk mengetahui adanya perubahan bentuk, udara dibawah
kulit dan area lebam/jejas.
Abdomen
Pelvis
Ekstremitas
16
Palpasi tulang belakang untuk mencari tonjolan, perubahan bentuk,
pergeseran atau nyeri. Pemeriksaan rectal dapat dilakukan pada tahap ini
apabila belum dilakukan pada saat pemeriksaan panggul dan pada saat
kesempatan ini juga dapat digunakan untuk mengambil baju klien yang
berada dibawah tubuh klien. Apabila pada pemeriksaan tulang belakang
tidak ditemukan adanya kelainan atau ganggguan dank lien dapat
terlentang makan backboard dapat diambil.
B. Trauma abadomen
1. Definisi
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal
berbagai organ.
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur
yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka
tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).
17
2. Etiologi
Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak
diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor,
kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang
menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau
benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak
yang menyebabkan kerusakan yang besar di dalam abdomen. Selain
luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk,
akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal
di abdomen.Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang
merusak, yaitu :
a. Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh
jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan
bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi,
kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas.
b. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Disebabkan oleh: luka tembak yang menyebabkan
kerusakan yang besar di dalam abdomen. Selain luka tembak,
trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan
tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal
diabdomen.
3. Gejala
a. Trauma tembus abdomen (trauma perut dengan penetrasi kedalam
rongga peritonium):
18
1) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2) Respon stres simpatis
3) Perdarahan dan pembekuan darah
4) Kontaminasi bakteri
5) Kematian sel
Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati
sebagian besar rongga abdomen akan sangat rentan untuk
mengalami trauma penetrasi. Secara umum organ-organ padat
berespon terhadap trauma dengan perdarahan. Sedangkan organ
berongga bila pecah mengeluarkan isinya dalam hal ini bila usus
pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam rongga peritoneal
sehingga akan mengakibatkan peradangan atau infeksi
b. Trauma tumpul abdomen (trauma perut tanpa penetrasi kedalam
rongga peritonium) ditandai dengan:
1) Kehilangan darah.
2) Memar/jejas pada dinding perut.
3) Kerusakan organ-organ.
4) Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity)
dinding perut.
5) Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).
Menurut Scheets (2002), secara umum seseorang dengan trauma
abdomen menunjukkan manifestasi sebagai berikut :
1) Laserasi, memar,ekimosis
2) Hipotensi
3) Tidak adanya bising usus
4) Hemoperitoneum
5) Mual dan muntah
6) Adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pd auskultasi
pembuluh darah, biasanya pd arteri karotis),
7) Nyeri
8) Pendarahan
19
9) Penurunan kesadaran
10) Sesak
11) Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan
oleh perdarahan limfa.Tanda ini ada saat pasien dalam posisi
recumbent.
12) Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal pada perdarahan
peritoneal
13) Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh
(pinggang) pada perdarahan retroperitoneal.
14) Tanda coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum
atau labia pada fraktur pelvis
15) Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap
pada kuadran kiri atas ketika dilakukan perkusi pada
hematoma limfe
4. Jenis Trauma Abdomen
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Trauma tumpul (blunt injury)
Suatu pukulan langsung, misalkan terbentur stir ataupun bagian
pintu mobil yang melesak ke dalam karena tabrakan, bisa
menyebabkan trauma kompresi ataupun crush injury terhadap
organ viscera. Hal ini dapat merusak organ padat maupun
organ berongga, dan bisa mengakibatkan ruptur, terutama
organ-organ yang distensi (misalnya uterus ibu hamil), dan
mengakibatkan perdarahan maupun peritornitis. Trauma tarikan
(shearing injury) terhadap organ viscera sebenarnya
adalah crush injury yang terjadi bila suatu alat pengaman
(misalnya seat belt jenis lap belt ataupun komponen pengaman
bahu) tidak digunakan dengan benar. Pasien yang cedera pada
suatu tabrakan motor bisa mengalami trauma
decelerasi dimana terjadi pergerakan yang tidak sama antara
suatu bagian yang terfiksir dan bagian yang bergerak, seperti
20
rupture lien ataupun ruptur hepar (organ yang bergerak)
dibagian ligamentnya (organ yang terfiksir). Pemakaian air-
bag tidak mencegah orang mengalami trauma abdomen. Pada
pasien-pasien yang mengalami laparotomi karena trauma
tumpul, organ yang paling sering kena adalah lien (40-55%),
hepar (35-45%), dan usus (5-10%). Sebagai tambahan, 15%
nya mengalami hematoma retroperitoneal.
b. Trauma tajam (penetration injury)
Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan
mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun
terpotong. Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan
menyebabkan transfer energi kinetik yang lebih besar terhadap
organ viscera, dengan adanya efek tambahan berupa temporary
cavitation, dan bisa pecah menjadi fragmen yang
mengakibatkan kerusakan lainnya. Luka tusuk tersering
mengenai hepar (40%), usus halus (30%), diafragma (20%),
dan colon (15%). Luka tembak menyebabkan kerusakan yang
lebih besar, yang ditentukan oleh jauhnya perjalanan peluru,
dan berapa besar energy kinetiknya maupun kemungkinan
pantulan peluru oleh organ tulang, maupun efek pecahan
tulangnya. Luka tembak paling sering mengenai usus halus
(50%), colon (40%), hepar (30%) dan pembuluh darah
abdominal (25%).
Trauma pada abdomen dibagi lagi menjadi 2 yaitu trauma pada
dinding abdomen dan trauma pada isi abdomen.
a. Trauma pada dinding abdomen
Trauma dinding abdomen dibagi menjadi kontusio dan laserasi.
1) Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi.
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra
abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan
21
darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai
tumor.
2) Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang
menembus rongga abdomen harus di eksplorasi
(Sjamsuhidayat, 1997). Atau terjadi karena trauma penetrasi.
b. Trauma pada isi abdomen
Sedangkan trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth
& Brunner (2002) terdiri dari:
1) Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya
cedera pada dinding abdomen.
2) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan
diagnostik ahli bedah.
3) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau
sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
5. Penanganan Kegawat daruratan Trauma Abdomen
a. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi
di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus
segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada
indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan
bersihkan jalan napas.
1. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat
22
mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.
2. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10
detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban
(kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
3. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan
resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan
bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada
dan 2 kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
1. Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda
tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya
tim medis.
2. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan
melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau
untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ
tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam
tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut
dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
4. Imobilisasi pasien.
23
5. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
7. Kirim ke rumah sakit.
b. Hospital
1. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen,
seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa
lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka.
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka
keluar yang berdekatan.
a. Skrinning pemeriksaan rontgen
b. Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk
menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rontgen
abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan
peluru atau adanya udara retroperitoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang
ada.
d. Uretrografi
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada :
- fraktur pelvis
- trauma non-penetrasi
2. Penanganan pada trauma benda tumpul:
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk
24
pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan
darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior
dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada
penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk
mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau
udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum,
kolon ascendens atau decendens dan dubur
C.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegawat daruratan dapat didefinisikan sebagai nsituasi serius dan kadang kala
berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan
segera , guna menyelamatkan jiwa /nyawa penanganan kegawat daruratan obstetrik
ada tidak hanya membutuhkan sebuah tim medis yang menangani kegawat daruratan
tetati lebih pada membutuhkan petugas kesehatan yang terlatih untuk setiap kasus-
kasus kegawat daruratan.
3.2 Saran
Sangat penting bagi kita calon perawat masa depan untuk mengingat bagaimana konsep
dalam pengelolaan pasien dengan trauma thorak.yang terpenting adalah memegang
prinsip kegawata daruratan yaitu primary survey dengan menilai airway, breathing,dan
circulation.
26
DAFTAR PUSTAKA
27