Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 03-B
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
dalam perkuliahan Keperawatan Maternitas semester keempat. Makalah ini
membahas mengenai Prosedur Tindakan Intrapartum Makalah ini tidak dapat
terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak oleh karena itu, pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Krisnawati, A.Per.Pen., M.MKes. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Maternitas
2. Bapak/Ibu dosen Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi D3 Keperawatan
Sidoarjo.
3. Teman-teman sekelompok atas motivasinya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan
pada makalah ini. Hal ini karena keterbatasan kemampuan dari penulis.
Penulis berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat memberi manfaat
kepada pembaca dan utamanya kepada penulis sendiri. Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
penyempurnaan makalah ini.
Penyusun Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
A. BAB I PENDAHULUAN...............................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................2
1.3. Tujuan.......................................................................................2
1.4. Manfaat.....................................................................................2
B. BAB II PEMBAHASAN................................................................3
2.1. Definisi Persalinan....................................................................3
2.2. Tanda-Tanda Persalinan............................................................3
2.3. Faktor yang Berperan dalam Persalinan...................................4
2.4. Management Nyeri pada Tindakan Intrapartum.......................5
2.5. Observasi Kala I, II, III, IV.......................................................9
2.6. Observasi Pendarahan pada Tindakan Intrapartum...................14
C. BAB III PENUTUP........................................................................19
3.1. Kesimpulan...............................................................................19
3.2. Saran..........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.2.1. Bagaimana management nyeri pada procedure tindakan intrapartum?
1.2.2. Bagaimana observasi kala I,II,III,IV pada prosedur tindakan
intrapartum?
1.2.3. Bagaimana observasi perdarahan pada prosedur tindakan
intrapartum?
1.3. TUJUAN
1.3.1. Mampu mendeskripsikan management nyeri pada procedure
tindakan intrapartum
1.3.2. Mampu mendeskripsikan observasi kala I,II,III,IV pada tindakan
intrapartum
1.3.3. Mampu mendeskripsikan observasi perdarahan pada prosedur
tindakan intrapartum
1.4. MANFAAT
Dalam pembuatan makalah ini diharapkan pembaca dapat menambah
pengetahuan tentang bagaimana proses penyakit pada Prosedur Tindakan
Inpartum dan bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien
yang menderita penyakit Prosedur Tindakan Inpartum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang
menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan membuka. Lendir
inilah yang dimaksud sebagai bloody slim.
4. Pembukaan Serviks
Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-pertama aktivitas
uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan kemudian
akivitas uterus menghasilkan dilaktasi servik yang cepat. Membukanya
lehar rahim sebagai respon terhadap kontraksi yang berkembang. Tanda
ini tidak dirasakan oleh pasien tetapi dapat diketahui dengan
pemeriksaan dalam.
3. Passanger
Passanger utama lewat jalan lahir adalah janin. Ukuran kepala
janin lebih lebar daripada bagian bahu, kurang lebih seperempat dari
panjang ibu. 96% bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama.
Passanger terdiri dari janin, plasenta, dan selaput ketuban.
4
4. Psikis Ibu
Penerimaan klien atas jalannya perawatan antenatal (petunjuk
dan persiapan untuk menghadapi persalinan), kemampuan klien untuk
bekerjasama dengan penolong, dan adaptasi terhadap rasa nyeri
persalinan.
5. Penolong
Meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
kesabaran, pengertiannya dalam menghadapi klien baik primipara dan
multipara
Mengingat dampak nyeri cukup signifikan bagi bayi dan ibu, maka
harus ada upaya mengurangi rasa nyeri tersebut, baik tindakan medis
maupun non medis. Nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan
peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut
jantung, pernafasan dan apabila tidak segera diatasi maka akan
meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stres. Nyeri pada ibu bersalin
5
juga menyebabkan meningkatnya kadar katekolamin atau hormon stres
seperti epinefrin dan kortisol. Peningkatan kadar katekolamin atau hormon
stres dapat mengurangi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.
6
dan mengubah posisinya untuk mencapai rasa nyaman saat bersalin.
Selain itu, posisi tertentu juga dapat memberikan keuntungan pada
pasien bersalin, seperti mempercepat persalinan dan membantu
memperbaiki masalah kegawatdaruratan persalinan. Posisi-posisi,
seperti hand-to-knee dan squatting sudah dinilai dapat mempengaruhi
diameter pelvis sehingga dapat mempercepat persalinan.
Efikasi metode pergerakan dan posisi maternal pada kala satu dan
dua sudah diteliti pada beberapa studi. Beberapa studi menunjukkan
bahwa posisi duduk dan banyak pergerakan saat persalinan kala I
memiliki skor intensitas nyeri yang lebih rendah dibanding posisi
terlentang. Menurut studi lain, posisi terlentang memberikan intensitas
nyeri yang lebih tinggi pada pasien dibandingkan dengan posisi
lainnya. Selain itu, studi Cochrane juga mengatakan bahwa pasien
bersalin yang sering tegak dan banyak bergerak memiliki waktu
persalinan yang lebih cepat dan lebih jarang menjalani operasi sesar.
Keuntungan juga ditemukan pada persalinan kala II, dimana
bantuan pada persalinan, tindakan epistiotomi, gangguan denyut
jantung janin lebih jarang ditemukan pada pasien dengan posisi
persalinan tidak terlentang tanpa anestesi epidural. Namun, pada
pasien persalinan kala II yang menggunakan anestesi epidural tidak
ditemukan adanya perbedaan efek analgesia yang diberikan oleh
pergerakan dan perubahan posisi.
7
dalam menurunkan rasa nyeri. Teknik ini juga dianggap pasien sangat
bermanfaat dalam menurunkan rasa nyeri saat persalinan, namun
berdasarkan review sistematik cochrane, bukti klinis yang ada masih
insufisien dan penelitian lanjutan mengenai korelasi dan kausalitas
masih harus dilakukan
8
menunjukkan bahwa musik dapat menurunkan rasa nyeri persalinan
pada fase laten, namun pada fase aktif tidak ditemukan adanya
manfaat.
2. Peralatan
Peralatan yang diperlukan dalam tindakan asuhan persalinan
normal secara keseluruhan terbagi untuk peralatan untuk persalinan dan
peralatan untuk resusitasi bayi. Secara umum diperlukan sebuah ruang
khusus untuk bersalin yang memiliki tirai pembatas antara pasien dan
meja bersalin yang dapat membantu pasien dalam posisi setengah
duduk dan litotomi. Alat yang perlu disiapkan selama persalinan normal
adalah:
1) Sarung tangan yang terdiri dari sarung tangan bersih, sarung tangan
steril, dan sarung tangan panjang steril untuk manual plasenta
2) Apron panjang dan sepatu boot
3) Kateter urin
4) Spuit, intravenous catheter, benang jahit
9
5) Cairan antiseptik (iodophors atau chlorhexidine)
6) Partus set, terdiri dari klem arteri, gunting, gunting episiotomi,
gunting tali pusat, klem tali pusat, spekulum, forsep
7) Kain bersih untuk bayi
8) Sanitary pads
9) Obat-obatan seperti oxytocin, ergometrin, misoprostol, magnesium
sulfat, tetrasiklin 1% salep mata, cairan normal salin lengkap
dengan infus set
Selain peralatan untuk proses persalinan, juga perlu disiapkan
peralatan untuk resusitasi bayi baru lahir, seperti laringoskop neonatus,
sungkup oksigen neonatus, pipa endotrakeal dengan stylet dan
konektor, epinefrin, spuit 1 cc dan 3 cc, pipa orogastrik, gunting
plester, dan tabung oksigen.
3. Posisi
Pada kala I, kontraksi uterus akan dirasakan semakin sering dan
kuat sehingga ibu hamil dapat dibiarkan di tempat tidur dengan posisi
sesuai keinginan ibu agar merasa nyaman. Namun, dapat disarankan
agar ibu berbaring miring ke kiri bila punggung janin ada di sebelah
kiri. Setelah pembukaan lengkap dan memasuki kala II, ibu sebaiknya
berada di meja bersalin agar dapat diposisikan setengah duduk dan
litotomi. Posisi ini dipertahankan hingga janin dan plasenta dilahirkan.
Memasuki kala IV, ibu dapat berbaring kembali atau duduk untuk
memulai inisiasi menyusu dini (IMD).
4. Prosedur
Prosedur asuhan persalinan normal berbeda pada setiap kala I
hingga kala IV.
1. Prosedur Kala I
Kala I dimulai dengan kontraksi uterus dan dilatasi serviks,
terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten
adalah pembukaan serviks 1–3 cm dan berlangsung sekitar 8 jam,
10
sedangkan fase aktif adalah pembukaan serviks 4–10 cm
berlangsung sekitar 6 jam. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada
kala I adalah:
Pemeriksaan tanda vital ibu, yaitu tekanan darah setiap 4 jam
serta pemeriksaan kecepatan nadi dan suhu setiap 1 jam
Pemeriksaan kontraksi uterus setiap 30 menit
Pemeriksaan denyut jantung janin setiap 1 jam, pemeriksaan
denyut jantung bayi yang dipengaruhi kontraksi uterus dapat
dilakukan dengan prosedur cardiotocography (CTG)
Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam untuk menilai
dilatasi serviks, penurunan kepala janin, dan warna cairan
amnion
Terdapat beberapa tindakan yang dilakukan pada kala I tetapi
kurang memberikan manfaat, sehingga tidak dilakukan secara
rutin, yaitu pemasangan kateter urin dan prosedur enema. Ibu
dilarang mengejan sebelum kala I selesai, karena dapat
menyebabkan kelelahan dan ruptur serviks.
2. Prosedur Kala II
Kala II merupakan fase dari dilatasi serviks lengkap 10 cm
hingga bayi lahir. Pada kala ini pasien dapat mulai mengejan sesuai
instruksi penolong persalinan, yaitu mengejan bersamaan dengan
kontraksi uterus. Proses fase ini normalnya berlangsung maksimal
2 jam pada primipara, dan maksimal 1 jam pada multipara.
Tindakan persalinan normal pada kala II adalah:
Persiapan melahirkan kepala bayi
Jaga perineum dengan cara menekannya menggunakan satu
tangan yang dilapisi dengan kain kering dan bersih
Jaga kepala bayi dengan tangan sebelahnya agar keluar dalam
posisi defleksi, bila perlu dilakukan episiotomy
11
Periksa apakah ada lilitan tali pusat pada leher, jika terdapat
lilitan maka dicoba untuk melepaskannya melalui kepala janin,
jika lilitan terlalu ketat maka klem dan potong tali pusat
Persiapan melahirkan bahu bayi setelah kepala bayi keluar dan
terjadi putaran paksi luar
Posisikan kedua tangan biparietal atau di sisi kanan dan kiri
kepala bayi
Gerakkan kepala secara perlahan ke arah bawah hingga bahu
anterior tampak pada arkus pubis
Gerakkan kepala ke arah atas untuk melahirkan bahu posterior
Pindahkan tangan kanan ke arah perineum untuk menyanggah
bayi bagian kepala, lengan, dan siku sebelah posterior,
sedangkan tangan kiri memegang lengan dan siku sebelah
anterior
Pindahkan tangan kiri menelusuri punggung dan bokong, dan
kedua tungkai kaki saat dilahirkan
Saat proses melahirkan kala II ini, dilarang mendorong
abdomen ibu karena dapat menyebabkan komplikasi ruptur
uteri
12
3. Prosedur Kala III
Kala III adalah setelah bayi lahir hingga plasenta keluar.
Asuhan persalinan yang dilakukan adalah:
Periksa adakah bayi ke-2
Suntikkan oksitosin intramuskular pada lateral paha ibu, atau
intravena bila sudah terpasang infus
Pasang klem tali pusat 3 cm dari umbilikus bayi, lalu tali pusat
ditekan dan didorong ke arah distal atau ke sisi plasenta, dan
pasang klem tali pusat ke-2 sekitar 2 cm dari klem pertama
Gunting tali pusat di antara kedua klem, hati-hati dengan perut
bayi
Lalu bayi diberikan kepada petugas kesehatan lain yang
merawat bayi, atau bayi segera diletakkan di dada ibu untuk
inisiasi menyusu dini (IMD)
Lakukan peregangan tali pusat saat uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan plasenta
Cara peregangan tali pusat adalah satu tangan membawa klem
ke arah bawah, sedangkan tangan lainnya memegang uterus
sambil didorong ke arah dorso kranial
Jika tali pusat bertambah panjang maka pindahkan klem
hingga jarak 5-10 cm dari vulva ibu, lakukan peregangan tali
pusat berulang dengan perlahan hingga plasenta lahir spontan
Jika dalam 30 menit plasenta tidak lahir spontan, atau
terjadi retensio plasenta, maka lakukan manual plasenta
Saat proses melahirkan plasenta, dilarang menarik tali pusat
terlalu keras karena dapat menyebabkan plasenta keluar tidak
utuh. Plasenta yang keluar harus diperiksa apakah keluar utuh.
Jaringan plasenta yang tertinggal di dalam uterus dapat
menyebabkan komplikasi di masa nifas seperti infeksi
postpartum atau perdarahan pervagina.
13
4. Prosedur Kala IV
Kala IV adalah fase setelah plasenta lahir hingga 2 jam
postpartum. Pada kala ini dilakukan penilaian perdarahan
pervaginam, bila ditemukan robekan jalan lahir maka perlu
dilakukan hecting. Setelah itu, tenaga medis harus menilai tanda-
tanda vital ibu, memastikan kontraksi uterus baik, dan memastikan
tidak terjadi perdarahan postpartum. Selain itu, ibu sebaiknya
dimotivasi untuk melakukan IMD dalam waktu minimal 1 jam
setelah melahirkan. Setelah proses IMD selesai atau 1 jam setelah
lahir, bayi akan diberikan suntikan vitamin K intramuskular di
anterolateral paha kiri, dan 1 jam setelahnya diberikan imunisasi
hepatitis B pada anterolateral paha kanan. Memandikan bayi
selama 24 jam pertama sebaiknya dihindari untuk mencegah
hipotermia.
14
2. Tissue yaitu adanya jaringan plasenta yang tertinggal sebagian maupun
seluruhnya (retensio plasenta) di dalam uterus.
3. Trauma, karena adanya perlukaan jalan lahir mulai dari perineum,
vagina, serviks (laserasi) sampai dengan robeknya dinding uterus
(ruptura uteri).
4. Thrombin, yaitu adanya gangguan hemostasis yang dapat terjadi sejak
sebelum persalinan maupun setelahnya.
Atonia uteri dapat bersifat primer, yaitu berdiri sendiri tanpa ada
penyebab PPP lainnya atau bersifat sekunder ketika didapatkan penyebab
lain PPP sehingga terjadi atonia uteri. Pada kasus laserasi jalan lahir yang
tak tertangani dengan baik, atonia uteri sekunder dapat muncul sehingga
pemeriksaan dan evaluasi jalan lahir menjadi suatu pemeriksaan yang wajib
dikerjakan setelah persalinan (Cunningham, 2010).
2. BMI ≥ 30 1,5x
3. Grandemulti 1,6x
4. Postdate 1,37x
15
5. Makrosomia 2,01x
6. Gemelli 4,46x
8. APB 12,6x
Induksi
1. 1,5x
Persalinan
2. Partus lama:
-Kala I 1,6x
-Kala II 1,6x
- Kala II 2,61x
Epidural
3. 1,3x
Analgesia
Vakum /
4. 1,66x
Forsep
5. Episiotomi 2,18x
Induksi
7. 1,6x
Persalinan
Selain itu didapatkan pula hal-hal yang bersifat non klinis yang dapat
mempengaruhi terjadinya PPP. Faktor non klinis tersebut menjadi suatu
16
tantangan yang hanya dapat diselesaikan bersama-sama dengan melibatkan
kerjasama lintas sektor, di antaranya:
1. Sistem rujukan
2. Pendidikan
3. Budaya dan kultur
4. Geografi
5. Status ekonomi
6. Pembiayaan
7. Akses rumah sakit dan lain-lain
Patogenesis
17
yang kurang baik dapat mengakibatkan perdarahan walaupun sistem
pembekuan darahnya normal, sebaliknya walaupun sistem pembekuan darah
abnormal asalkan kontraksi dan retraksi miometrium baik dapat
menghentikan perdarahan.
18
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan adalah rangkaian
proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini
di mulai dengan kontraksi persalinan sejati, dan di akhiri dengan pelahiran
plasenta.
Tanda-tanda persalinan :
1. Adanya kontraksi rahim
2. Keluarnya lendir bercampur darah
3. Keluarnya air-air (ketuban)
4. Pembukaan serviks
Faktor yang berprean dalam persalinan :
1. Power (tenaga yang mendorong bayi keluar)
2. Passager (Faktor jalan lahir)
3. Passanger
4. Psikis ibu
5. Penolong
Metode terapi non-farmakologi yang dapat dipilih,dalam menangani
nyeri diantaranya:
1. Masase dan Sentuhan
2. Pergerakan Dan Posisi Maternal
3. Teknik Bernapas Dengan Relaksasi
4. Aplikasi Dingin Atau Panas
5. Musik Dan Audioanalgesik
3.2. SARAN
Adapun saran-saran dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa
19
Diharapkan dapat memahami dan mengetahui mengenai asuhan
keperawatan pada pasien Prosedur Tindakan Intrapartum
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah buku-
buku di perpustakaan.
Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan kepada semua
pembaca agar dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan
keperawatan pada pasien Prosedur Tindakan Intrapartum serta dapat
memberikan kritik dan saran nya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik
dari sebelumnya. Demikian saran yang dapat penulis sampaikan semoga
dapat membawa manfaat bagi semua pembaca.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/326694371_Perdarahan_Pasca_Persalin
an_-_Bab_16_Buku_Gawat_Darurat_Medis_
21