Kelas : 2A
NIM : P27820419048
Matkul : Keperawatan Jiwa
f. Halusinasi somatik
4. Faktor atau kondisi apa saja yang dapat memicu terjadinya halusinasi pada
seorang klien
a. Faktor predisposisi : adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress.
b. Faktor Perkembangan : jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan
hubungan interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress
dan kecemasan
c. Faktor Sosiokultural : berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan
seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat
klien dibesarkan.
d. Faktor Biokimia : mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
5. Halusinasi secara umum dipahami dengan 4 fase. sebutkan apa saja fase itu
dan ciri ciri apa yang nampak pada klien di setiap fase itu
a. Comforting. Penderita tidak merasa terganggu dengan adanya
halusinasi itu dan biasanya muncul saat sedang sendiri/ melamun/
menyendiri. Tanda-tandanya: Menyeringai atau tertawa yang tidak
sesuai. Menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara. Gerakan mata
yang cepat. Bicara yang lamban. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang
mengasyikkan.
b. Condemning. Penderita mulai merasa terganggu dan kehilangan
kendali serta mungkin berusaha menghilangkan halusinasinya itu.
Misal mendengar suara-suara yang mengejek. Tanda-tandanya: Nadi
meningkat, pernafasan, tekanan darah meningkat, Konsentrasi
berkurang. Individu merasa malu dan menarik diri dari orang lain.
c. Controling. Penderita meyakini, mengikuti dan melakukan isi dari
halusinasinya. Misalnya mendengar suara yang menyuruh membanting
piring, maka penderita mengikutinya dengan benar-benar membanting
piring. Tanda-tandanya: Mengikuti petunjuk dari halusinasi daripada
menolaknya. Kesulitan berhubungan dengan orang lain. Rentang
perhatian hanya dalam beberapa menit bahkan detik. Gejala fisik
kecemasan berat seperti keringat banyak, tremor, ketidakmampuan
mengiktui petunjuk.
d. Consquering. Penderita jadi panik, cemas berat, takut jika tidak
mengikuti halusinasinya. Dapat terjadi beberapa jam atau hari jika
tidak ditangani dengan baik. Tanda-tandanya: Perilaku menyerang,
teror, panik. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau melukai
orang lain. Amuk, agresi, menarik diri. Komunikasi menurun.
Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk,
agitasi,menarik diri atau katatonik, Tidak mampu berespon terhadap
petunjuk yang kompleksdan Tidak mampu berespon terhadap lebih
dari satu orang
6. Dalam rencana askep klien dengan halusinasi, ada berapa tujuan yang akan
dicapai
Ada 5 tujuan yang akan dicapai
8. Cari di google “PANSS (positif and negatif sains and simtom skosizofrenia)”
disana ada salah satu kriteria penilaian tentang halusinasi ada skor 0-7
tugasnya identifkasi kriteria klien dari skor 0-7
PANSS-EC atau PANSS komponen gaduh gelisah merupakan sub skala yang
telah divalidasi
dari PANSS yang digunakan untuk mengukur gejala-gejala agitasi, dan
menilai 5 (lima) gejala, yaitu : buruknya kontrol terhadap impuls, ketegangan,
permusuhan, ketidakkooperatifan dan gaduh
gelisah. Masing-masing gejala dinilai oleh dokter pada skala 1-7 (Kay SR,
1986., dalam Khalimah, 2009). Dari perspektif klinis, PANSS-EC adalah salah
satu skala yang paling sederhana tetapi paling intuitif yang digunakan untuk
menilai pasien gaduh gelisah (Lindenmayer, et al, 2008, dalam Montoya, et
al ., 2011). Skala penilaian PANSS-EC yang dinilai ialah dari 1 (tidak ada)
sampai dengan 7 (sangat parah) dan skor berkisar antara 5-35. Adapun nilai
rata-rata ≥ 20 klinis menunjukkan adanya agitasi akut (Baker RW, et al., 2003
dalam Montoya, et al. 2011)(13.2). Apabila ditemukan hasil total skor 25-35
pada pengukuran PANSS gaduh gelisah pasien, maka pasien tersebut dapat
dikategorikan dalam indikasi untuk dilakukan perawatan di rumah sakit (Kay
SR, 1986., dalam Khalimah 2009)(12.3).
B. ISOLASI SOSIAL
1. Apa yang dimaksud dengan isolasi sosial?
Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami seseorang secara individual
akibat persepsi individu terhadap lingkungan yang dirasakan mengancam
keamanan dirinya secara fisik dan psikologis. Terjadi penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
3. Apa yang dapat diobservasi atau manifestasi klinis dari klien yang mengalami
isolasi sosial?
a. Tidak memiliki orang – orang yang dekat dan mendukung (keluarga,
teman, )
b. Menarik diri/menyendiri/menghindari kontak dengan orang lain
c. Menarik diri dan asyik dengan dirinya sendiri
d. Merasa hubungan dengan orang lain tidak berarti
e. Merasa ditolak/kesepian
f. Nada suara dan perilaku yang diperlihatkan menunjukkan permusuhan
g. Kesulitan melakukan interaksi di lingkungan/tidakmampu terlibat dalam
hubungan interpersonal
h. Tidak ada kontak mata
i. Tidak berkomunikasi
j. Memperlihatkan perilaku yang tidak diterima orang kebanyakan
k. Melakukan tindakan yang tidak berguna berulang kali
4. Ada berapa tujuan yang ingin dicapai didalam pembuatan rencana askep klien
isolasi sosial?
Terdapat 7 tujuan yang akan dicapai
2. Fase Kerja
Dengan siapa iu tinggal dirumah?
Siapa yang paling dekat dengan ibu?
Apa yang membuat ibu dekat dengan orang tersebut?
Siapa anggota keluarga ibu dan teman ibu yang tidak dekat dengan
ibu?
Orang yang tidak dekat dengan ibu berada dirumah atau di ruang
perawatan?
Apa yang membuat ibu tidak dekat dengan orang lain?
Upaya apa yang bisa dilakukan agar ibu dapat dekat dengan orang
lain?
Apa yang membuat ibu menarik diri dari orang lain?
Apakah ibu ada alasan sehingga ibu menarik diri dari orang lain?
Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul
dengan orang lain?
Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap dengan
orang lain?
Menurut ibu, apa keuntungan mempunyai teman?
Wah benar sekali, kita mempunyai teman untuk bisa diajak berbicara,
apalagi ibu?
Baik bu, untuk kerugian kita tidak mempunyai teman apa ibu?
Kalau begitu ibu ingin belajar berteman dengan orang lain?
Nah untuk memulainya ibu bisa latihan berkenalan dengan saya, untuk
berkenalan dengan orang lain kita sebut dahulu nama kita dan nama
panggilan kita, selanjutnya ibu bisa menanyakan nama orang yang
diajak berkenalan, ibu bisa mempraktekkannya.
Bagus sekali ibu, coba ulang sekali lagi ya bu
Nah bagus, bagaimana sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan
teman ibu
3. Terminasi
A. Evaluasi subyektif dan obyektif : Bagaimana perasaan ibu setelah kita
latihan berkenalan? ; Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali
cara berkenalan dengan orang lain?
B. Kontak yang akan datang : Baik, ibu sudah memperagakan dengan
sangat baik, ibu dapat mengulanginya untuk dapat berkenalan dengan
teman ibu. Baiklah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-
bincang tentang pengalaman ibu dengan teman baru ibu dan latihan
bercakap-cakap dengan topik tertentu. Apakah ibu bersedia? ; Ibu ingin
jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? ; Ibu ingin berbincang
diamna? Bagaimana kalau di taman lagi, tampaknya sangat sejuk bu? ;
Baiklag bu besok saya akan kembali pada pukul 10.00 sampai jumpa
besok ya bu, saya permisi, Assalamualaikum.
C. PERILAKU KEKERASAN
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku kekerasan?
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.
Perilaku kekerasan adalah suatu kondisi maladaktif seseorang dalam berespon
terhadap marah. Tindakan kekerasan / perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana individu melakukan atau menyerang orang lain / lingkungan. Tindak
kekerasan merupakan suatu agresi fisik dari seorang terhadap lainnya
2. Kondisi apa saja yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan atau perilaku agresi
atau marah pda klien gangguan jiwa?
Faktor Predisposisi
Faktor psikologis
a. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan
akan timbul dorongan agresif yang memotifasi PK.
b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak
menyenangkan
c. Frustasi.
d. Kekerasan dalam rumah atau keluarga.
Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury
secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut.
a. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam, baik internal dari perusahaan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lingkungan.
c. Lingkungan : panas, padat, dan bising.
3. Apa tanda atau manifestasi klinis perilaku yg dpt diamati pada klien gangguan jiwa yg
mengalami perilaku kekerasan?
Tanda dan gejala Perilaku Kekerasan:
a. Fisik
Mata melotot
Pandangan tajam
Tangan mengepal
Rahang mengatup
Wajah memerah
Postur tubuh kaku
b. Verbal
Mengancam
Mengumpat dengan kata-kata kotor
Suara keras
Bicara kasar, ketus
Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
c. Perilaku
Memperlihatkan permusuhan
Mendekati orang lain dengan ancaman
Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
Mempunyai rencana untuk melukai
Menyerang orang
Melukai diri sendiri/orang lain
Merusak lingkungan
Amuk/agresif
4. Ada berapa tujuan yang ingin dicapai didalam pemberian askep pada klien yang
mengalami perilaku kekerasan?
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
4. Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan
7. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
8. Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan
9. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan
5. Sebutkan cara-cara yang bisa diberikan kepada klien untuk membuat perilaku
kekerasan menjadi perilaku yang asertif
1. Membina hubungan saling percaya (BHSP),
2. Membantu klien mengenal penyebab perilaku kekerasan
3. Membantu klien mengenal kerugian dan keuntungan perilaku kekerasan
4. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik yaitu : tarik nafas dalam
dan pukul bantal, masukkan ke jadwal harian klien
5. Mengajarkan klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal, ada 3
cara yaitu : mengungkapkan, meminta dan menolak dengan benar
6. Mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual, ada 2
kegiatan yaitu dengan sholat dan berdoa.
2. Fase Kerja :
“ apa yang menyebabkan ibu R marah?
Apakah sebelumnya ibu R pernah marah?
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang
tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang ibu R
rasakan?“
Apakah ibu R merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu lakukan selanjutnya”
“ Apakah dengan ibu R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“ Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?
” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu
cara dulu,
“ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu tarik nafas dari
hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut seperti
mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali ibu
R sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini ibu R lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul ibu R sudah terbiasa melakukannya”.