Anda di halaman 1dari 94

PENERAPAN FISIOTERAPI DADA DALAM MENINGKATKAN

BERSIHAN JALAN NAFAS PADA PASIEN BRONCHOPNEUMONIA DI


RUANG KANAK-KANAK RSUD ABEPURA

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan

Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

NEKAWATI
PO.71.20.1.14.086

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDM


KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA

J U R U S A N K E P E R A W A T A N

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN JAYAPURA

TAHUN 2017

i
PERNYATAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nekawati

NIM : PO.71.20.1.14.086

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis
Ilmiah hasil jiplatan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Jayapura, 13 Juli 2017

Pembuat Pernyataan,

Nekawati

PO. 71.20.1.14.086

Mengetahui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Nasrah, M.Kep Immah Wardhani, S.Kep., Ns

NIP. 19691231 199403 2 003 NIP.

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Nekawati, NIM : PO.71.20.1.14.086 dengan judul


“Penerapan Fisioterapi Dada Dalam Meningkatkan Bersihan Jalan Nafas Pada
Pasien Bronchopneumonia”, telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Jayapura, 13 Juli 2017

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Ns. Nasrah, M.Kep Immah Wardhani, S.Kep.,Ns

NIP. 19691231 199403 2 003 NIP.

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Nekawati, NIM : PO.71.20.1.14.086 dengan judul

“Penerapan Fisioterapi Dada Dalam Meningkatkan Bersihan Jalan Nafas Pada

Pasien Bronchopneumonia”, telah dipertahankan di depan dewan penguji pada

tanggal 18 Juli 2017.

Dewan Penguji

Penguji Ketua

Ns. Nasrah, M.Kep


NIP. 19691231 199403 2 003
Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Dr. Ester Rumaseb, S.Pd., M.Kes Gemi Rahayu, S.Kep., Ns

NIP. 19601221 198001 2 001 NIP.19810903 200604 2 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan

Dr. Ester Rumaseb, S.Pd., M.Kes

NIP. 19601221 198001 2 001

iv
ABSTRAK

PENERAPAN FISIOTERAPI DADA DALAM MENINGKATKAN BERSIHAN


JALAN NAFAS PADA PASIEN BRONCHOPNEUMONIA DI RUANG KANAK-
KANAK RSUD ABEPURA

Nekawati1, Nasrah Ramli2, Immah Wardhani3

Pendahuluan : Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru


meradang. Studi mikrobiologi ditemukan penyebab kematian utama bakteriologik
pneumonia maupun bronchopneumonia anak dan balita adalah streptococcus
pneumonia/pneumococcus (30-50% kasus) dan Hemophilus influenza (10-30% kasus).
(Kartasasmita, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan
fisioterapi dada dalam meningkatan bersihan jalan nafas dan memahani mengenai asuhan
keperawatan pasien dengan Bronchopneumonia di ruang Kanak-kanak RSUD Abepura.
Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi
dan vibrasi, postural drainase, latihan pernafasan atau napas dalam, dan batuk efektif.
(Brunner & Suddarth, 2002:647)

Metode Penulisan : Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif dengan
teknik studi kasus melalui pendekatan Proses Keperawatan.

Hasil : Pengkajian dari kedua pasien didapatkan keluhan batuk berdahak, An. M disertai
sesak nafas dan An. B disertai sesak nafas dan demam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan cepat dan dangkal, suara nafas
ronkhi. Berdasarkan pemeriksaan diagnostik didapatkan simpulan Bronchopneumonia.
Diagnosis keperawatan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret.

Kesimpulan : Bahwa dengan kasus yang sama didapatkan respon yang berbeda dari
pasien An. M dan An. B. Dimana dalam waktu 3 hari An. M sudah mengalami
pemulihan, seperti pasien sudah tidak batuk, RR : 24x/mnt, ronkhi (+), walaupun masih
terdapat sisa-sisa dahak yang masih tertinggal di kerenakan pada anak-anak belum dapat
mengeluarkan dahak secara mandiri namun, secara keseluruhan masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif pada pasien An. M teratasi. Sedangkan pada pasien An. B dalam waktu
3 hari perawatan juga sudah mengalami perubahan seperti batuk berdahak mulai
berkurang, RR dari 43x/mnt menjadi 32x/mnt, ronkhi (+), masih terdapat penumpukan
dahak, secara keseluruhan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien An. B
belum teratasi

Saran : Dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan serta kemandirian orang


tua atau keluarga pasien tentang penerapan fisioterapi dada dalam meningkatkan bersihan
jalan nafas pada pasien Bronchopneumonia.

Kata kunci : Bronchopneumonia, Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif, Penerapan


Fisioterapi Dada.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat RahmatNya, penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul

“Penerapan Fisioterapi Dada Dalam Meningkatkan Bersihan Jalan Nafas Pada

Pasien Bronchopneumonia Di RSUD ABEPURA”.

Dalam penyusunan KTI ini penulis banyak mendapat bimbingan,

pengarahan dan bantuan sehingga dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Isak J.H Tukayo, S.Kp, M.Sc selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Jayapura yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mengikuti

pendidikan di Poltekkes Jayapura.

2. Direktur RSUD Abepura yang telah mengijinkan penulis dalam melakukan

penelitian.

3. Dr. Ester Rumaseb, S.Pd., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan yang

telah banyak memberikan pengarahan.

4. Frengki Apay, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Progam Studi D-III

Keperawatan

5. Ns. Nasrah, M.Kep selaku dosen pembimbing 1 di dalam penyusunan KTI

yang banyak memberikan bimbingan dan arahan selama ini.

vi
6. Immah Wardhani, S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing 2 di dalam penyusunan

KTI yang banyak memberikan bimbingan dan arahan selama ini.

7. Seluruh dosen dan staff Prodi D-III Keperawatan Poltekkes Jayapura atas

segala bantuan yang telah di berikan. Terima kasih atas segala kasih sayang

selama ini, selalu memberikan semangat, doa, pengorbanan, bimbinga serta

bantuan material dan spiritual, sehingga putramu ini mampu menyelesaikan

tugas akhir ini.

8. RSUD Abepura yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan pengolahan

kasus.

9. Kedua orangtua saya dan kakak-kakak saya yang selalu memberikan semangat,

doa, pengorbanan, bimbingan serta bantuan material dan spiritual, sehingga

putrimu ini mampu menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Teman-teman mahasiswa prodi D-III Keperawatan Poltekkes Jayapura dan

semua pihak yang terkait di dalamnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu, yang telah membantu dalam menyusun tugas di kasus ini.

Semoga proposal ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan

dan kesehatan.

Jayapura, 13 Juli 2017

Penulis

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. BIODATA

Nama Lengkap : Nekawati

NIM : PO.71.20.1.14.086

Tempat, Tanggal Lahir : Abepura, 27 November 1995

Agama : Islam

Status : Mahasiswa

Alamat : Jl. Abepantai, Tanah Hitam

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SDN Inpres Kampung Baru Tahun 2002-2008

2. SMP Negeri 4 Jayapura Tahun 2008-2011

3. SMA Negeri 1 Jayapura Tahun 2011-2014

4. Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura

Tahun 2014-2017

viii
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………......……………………………i

Halaman Orisinalitas……….………………………..…………………………….ii

Halaman Persetujuan….……………….…………………………………………iii

Halaman Pengesahan……………………………………………………………..iv

Abstrak……………………………………………………………………………v

Kata Pengantar……………………………………………………………………vi

Riwayat Hidup…………………………………………………………………..viii

Halaman Daftar Isi………………………………………………………………..ix

Halaman Daftar Tabel……………………………………………………..……..xii

Halaman Daftar Gambar………………………………………………………...xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..3
C. Tujuan Studi Kasus……………………………………………………3
D. Manfaat Studi Kasus……………………...…………………………..4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis Bronchopneumonia


1. Definisi……………………………………………………………5
2. Etiologi……………………………………………………………6
3. Patofisiologi………………………………………………………6
4. Manifestasi Klinis…...……………………………………………7
5. Pathway………………………………………...………………...8

ix
6. Pemeriksaan Penunjang………………………...………………...9
7. Penatalaksanaan…………………………………………………..9
8. Komplikasi………………………………………………………10
B. Konsep Dasar Teori Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
1. Definisi…………………………………………...……………..11
2. Etiologi…………………………………………...……………..11
3. Patofisiologi……………………………………………………..11
4. Manifestasi Klinis……………………………………………….12
5. Penatalaksanaan Keperawatan…………………....……………..12
C. Fisioterapi Dada
1. Definisi…………………………………………………………..13
2. Tujuan……………………………………………………………13
3. SOP Fisioterapi Dada…………………………………………....14
D. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Bronchopneumonia
1. Pengkajian……………………………………………………….18
2. Diagnosa Keperawatan.…………………………………………20
3. Intervensi……………………………………………………......22
4. Implementasi.……………………………………………………30
5. Evaluasi………………………………………………………….31

BAB III METODOLOGI PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus……………………………………………...32


B. Subjek Studi Kasus…………………………………………………..32
C. Fokus Studi Kasus…………………………………………………...32
D. Definisi Oprasional…………………………………………………..32
E. Tempat dan Waktu…………………………………………………..33
F. Pengumpulan Data…………………………………………………..33
G. Studi Dokumentasi…………………………………………….……34
H. Penyajian Data………………………………………………………34
I. Etika Studi Kasus…………………………………………………...34

x
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Pengkajian……………………………………………………….36
2. Diagnosa Keperawatan………………………………………….42
3. Perencanaan……………………………………………………..45
4. Pelaksanaan……………………………………………………...48
5. Evaluasi………………………………………………………….55
B. Pembahasan
1. Pengkajian……………………………………………………….58
2. Diagnosa Keperawatan………………………………………….59
3. Perencanaan……………………………………………………..60
4. Pelaksanaan……………………………………………………...61
5. Evaluasi……………………………………………………….....64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan…………………………………………………………..67
B. Saran…………………………………………………………………69

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

01. SOP Fisioterapi dada……………………………………………………..15


02. Rencana tindakan bersihan jalan nafas tidak efektif………………….….23
03. Rencana tindakan intoleransi aktifitas……………………………...……25
04. Rencana tindakan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh…………………26
05. Rencana tindakan gangguan pertukaran gas……………………………..28
06. Rencana tindakan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit………..29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

01. Pengkajian Identitas Pasien Dan Riwayat Kesehatan / Penyakit……….36


02. Observasi Dan Pemeriksaan Fisik………………………………………37
03. Hasil Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik………………………………40
04. Analisa Masalah………………………………………………………...40
05. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………42
06. Perencanaan…………………………………………………………….45
07. Pelaksanaan ……………………………………………………………48
08. Evaluasi………………………………………………………………...55

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

01. Teknik perkusi……………………………………………………………14

02. Teknik vibrasi….…………………………………………………………15

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak-anak sangat rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa disebabkan

oleh kuman, virus, dan mikroorganisme lain. Faktor lingkungan merupakan salah

satu penyebabnya. Anak sangat suka bermain di dalam ataupun di luar rumah,

sehingga perlu memperhatikan lingkungan di sekitar anak. Penyakit yang sering

tejadi pada anak yaitu gangguan bersihan jalan nafas. Salah satu penyakit saluran

pernafasan pada anak adalah bronchopneumonia.

Bronchopneumonia maupun pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan

paru-paru meradang. Selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita bisa

meninggal. Studi mikrobiologi ditemukan penyebab kematian utama bakteriologik

pneumonia maupun bronchopneumonia anak dan balita adalah streptococcus

pneumonia/pneumococcus (30-50% kasus) dan Hemophilus influenza (10-30%

kasus), diikuti Staphylococcus aureus dan Klebsiela pneumonia pada kasus berat.

Bakteri lain seperti Mycoplasma pneumonia, Chlamydia, Pseudomonas,

Escherichia coli (E coli) juga menyebabkan pneumonia (Kartasasmita, 2010).

Setidaknya satu juta anak-anak menjadi sakit akibat Bronchopneumonia

tiap tahunnya. Lebih dari 800.000 orang meninggal dunia tiap tahun akibat

Bronchopneumonia. Bronchopneumonia merupakan penyebab kematian balita

tertinggi didunia (WHO, 2014).

1
Penyakit bronchopneumonia di Indonesia berada di posisi kedelapan dari

sepuluh penyakit yang dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia setelah diare,

demam berdarah dengue, tipoid, demam peyebabnya tidak diketahui, dsypepsia,

hipertensi, ISPA.

Hasil penelitian yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Depkes tahun 2007 melalui Riskesdas Indonesia, melaporkan bahwa

prevalensi pneumonia menurut diagnosa dan gelaja adalah rentang 0,8-5,6%. Data

menurut provinsi menunjukkan bahwa provinsi dengan prevalensi pneumonia

tinggi (diatas angka nasional yaitu 3%), terdapat di Papua Barat, Papua,

Gorontalo, NTT, Aceh, NTB, Sumatra Barat, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, dll.

Provinsi-provinsi tersebut merupakan provinsi yang sedang berkermbang,

sehingga beberapa sarana dan prasarana pendukung kesehatan masih minim

termasuk sulit air bersih dan ada kemungkinan perilaku hidup penduduknya

(Maria, 2009).

Laporan Riskesdas Provinsi Papua tahun 2007, prevelensi penyakit

pneumonia berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Papua, masih menjadi

prioritas utama setelah ISPA pada program pengendalian penyakit. Prevelensi

penyakit pneumonia menurut DG (Diagnosis dan Gejala) tertinggi ditemukan di

pegunungan Bintang (17,3%) dan terendah di Jayapura (0,9%) sedangkan

prevelensi penyakit pneumonia menurut hasil diagnosa Nakes tertinggi tertinggi

ditemukan di Jayawijaya (11,1%) dan terendah di Paniai (0,4%).

2
Pelayanan keperawatan pada pasien Bronchopneumonia di tatanan klinik

(Rumah Sakit) telah dilakukan secara komprehensif meliputi upaya kuratif

(pengobatan), rehabilitative (pemulihan kesehatan), preventif (pencegahan), dan

promotif (peningkatan kesehatan) yang semuanya terinclude dalam asuhan

keperawatan pada pasien dengan Bronchopneumonia.

Pada beberapa rumah sakit, fisioterapi dada rutin dilakukan pada pasien

rawat inap yang berhubungan dengan terganggunya bersihan jalan nafas.

Pemberian fisioterapi dada sebagai bentuk terapi untuk membebaskan jalan nafas

dan mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melaksanakan

“Penerapan Fisioterapi Dada dalam meningkatkan Bersihan Jalan Nafas pada

pasien Bronchopneumonia”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pasien Bronchopneumonia

dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas ?

2. Bagaimana fisioterapi dada pada pasien Bronchopneumonia dalam

meningkatkan bersihan jalan nafas ?

C. Tujuan Prosedur Tindakan Keperawatan

1. Menggambarkan asuhan keperawatan pasien Bronchopneumonia dengan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas

2. Menggambarkan fisioterapi dada pada pasien Bronchopneumonia dalam

meningkatkan bersihan jalan nafas

3
D. Manfaat Prosedur Tindakan Keperawatan

1. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplemantasikan penerapan

fisioterapi dada dalam meningkatkan bersihan jalan nafas pada pasien

Bronchopneumonia.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi tentang penerapan fisioterapi dada dalam

meningkatkan bersihan jalan nafas pada pasien Bronchopneumonia untuk

penulisan lebih lanjut bagi mahasiswa dalam pembuatan Karya Tulis

Ilmiah (KTI) dan menambah referensi di perpustakaan.

3. Bagi instansi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi tenanga kesehatan khususnya bagi perawat yang

ada di rumah sakit dalam mengambil langkah-langkah kebijaksanaan

dalam rangka meningkatkan pelayanan penerapan fisioterapi dada dalam

meningkatkan bersihan jalan nafas pada pasien Bronchopneumonia.

4. Bagi pasien

Dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan serta

kemandirian orang tua atau keluarga pasien tentang penerapan fisioterapi

dada dalam meningkatkan bersihan jalan nafas pada pasien

Bronchopneumonia.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis Bronchopneumonia

1. Definisi

Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai

pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di

dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya.

(Smeltzer & Suzanne C, 2002)

Bronchopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya

disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang

mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi

dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).

Dapat disimpulkan bahwa Bronchopneumonia adalah radang paru-paru

yang mengenai pada bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat

yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing sehingga kemampuan

menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh

tidak bisa bekerja dan bisa mengakibatkan kematian.

5
2. Etiologi

Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme

pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan sehat

mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri

atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia yang

menggerakkan kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,

mikobakteri, mikoplasma dan riketsia. (Sandra M. Nettiria) antara lain :

a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

b. Virus : Legionella Pneumoniae.

c. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans.

d. Aspirasi makanan, sekresi orofaring atau isi lambung kedalam paru-

paru.

3. Patofisiologi

Bronchopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan

oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk kesaluran pernafasan

sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus biasanya

ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif,

ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka

komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.

6
Kolaps alveoli akan menyakibatkan penyempitan jalan nafas, sesak nafas

dan nafas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan

penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk

melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam

rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasi mengakibatkan

frekuensi nafas, hipoksemia, asidosis respiratori, pada pasien terjadi sianosis,

dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal nafas.

4. Manifestasi Klinis

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran

pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita

bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil,

demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas

menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.

7
5. Pathway

Virus , Bakteri, Jamur

Invasi saluran nafas atas

Kuman berlebih dibronkus kuman terbawa ke infeksi saluran nafas bawah


saluran cerna

Proses peradangan infeksi saluran cerna peradangan

Akumulasi sekret dibonkus ↑ flora normal diusus ↑ suhu tubuh

Paristaltik usus ↑ Hipertermi


Bersihan Jalan
Nafas Tidak
Efektif Malabsorps

Mucus dibronkus ↑ Frek. BAB >3x/hari Dilatasi pembulu darah

Bau mulut tak sedap Gangguan Eksudat masuk alveoli


Keseimbangan
Anoreksia Cairan Tubuh Gangguan difusi gas

Intake ↓

Gangguan Pertukaran Suplai O2 dalam darah↓


Nutrisi Kurang Dari Gas
Kebutuhan Tubuh
Hipoksia

Fatique

Intoleransi Aktivitas

8
6. Pemeriksaan Penunjang

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :

a. Pengambilan secret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk

preparasi langsung, biakan dan tes resistensi dapat menemukan atau

mencari etiologinya.

b. Secara laboratotik ditemukan leukositosis biasanya 15.000-40.000

sel/mm3 dengan pergeseran LED meninggi ( nilai normal: 4500-

13.500 )

c. Pemeriksaan darah : Hb dibawah 11gram/dL ( nilai normal: 11-16

gram/dL )

d. Foto thorax bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada

satu atau beberapa lobus.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dapat yang dapat diberikan antara lain :

a. Menjaga kelancaran pernafasan

Pasien bronchopneumonia sering merasa terganggu pada jalan nafas,

untuk membantu hal tersebut melakukan fisioterapi dada dapat

dilakukan untuk mencegah penumpukan sekret.

b. Kebutuhan istirahat

Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat,

semua kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur

9
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan

Pasien bronchopneumonia hampir selalu mengalami makanan yang

kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan

yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi

dan kekurangan kalori dipasang infuse dengan cairan glukosa 5% dan

NaCl 0,9%

d. Mengontrol suhu tubuh

e. Pengobatan

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan

tetapi, kerena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya

maka biasanya diberikan penisilin ditambah dengan cloramfenikol

atau diberikan anti biotik yang mempunyai spectrum luas seperti

Ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.

8. Komplikasi

Komplikasi dari bronchopneumonia adalah sebagai berikut :

a. Atelaktasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau

kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflex batuk

hilang.

b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam

rongga pleura terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.

c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang

meradang.

d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

10
B. Konsep Dasar Teori Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

1. Definisi

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan suatu keadaan ketika

seseorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada

status pernafasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.

(Lynda Juall, Carpenito 2006)

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk

mempertahankan bersihan jalan nafas. (Aplikasi NANDA, 2015)

2. Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain :

a. Peningkatan Produksi Sputum

b. Alergi pada saluran pernafasan

c. Kondisi yang mempegaruhi pergerakan dinding dada

d. Faktor perilaku

e. Faktor lingkungan

3. Patofisiologi

Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal

akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi atau

berlebih akibat penyakit infeksi. Hipersekresi mukosa saluran pernafaan yang

menghasilkan lendir sehingga partikel-pertikel kecil yang masuk besama udara

akan mudah menenpel di dinding saluran pernafasan. Hal ini lama-lama akan

mengakibatkan terjadi sumbatan sehingga ada udara yang terjebak di bagian

11
saluran nafas, maka individu akan berusaha lebih keras untuk mengeluarkan udara

tersebut. itulah sehingga pada fase ekspirasi yang panjang akan muncul bunyi-

bunyi yang abnormal seperti mengi, ronchi.

4. Manifestasi Klinis

a. Batuk tidak efektif

b. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi dalam nafas

c. Terdapat suara nafas tambahan yang menunjukkan adanya sumbatan

ronchi

d. Frekuensi, irama, kedalam pernafasaan abnormal

5. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Latihan nafas

Latihan nafas merupakan cara bernafas untuk memperbaiki ventilasi

alveoli atau memelihara pertukaran gas, meningkatkan efisiensi, batuk

dan stress.

b. Latihan batuk efektif

Merupakan cara memelihara pasien yang tidak memiliki kemampuan

batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea

dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan nafas.

c. Pemberian oksigen

Pemberian oksigen pada pasien merupakan tindakan keperawatan

dengan cara memberikan oksigen kedalam paru, melalui saluran

pernafasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.

12
d. Fisioterapi dada merupakan tindakan yang dilakukan dengan cara

postural drainase (clapping) dan vibrating pada pasien dengan

gangguan system pernafasan.

C. Fisioterapi Dada

1. Definisi Fisioterapi Dada

Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri

atas perkusi dan vibrasi, postural drainase, latihan pernafasan atau napas dalam,

dan batuk efektif. (Brunner & Suddarth, 2002:647)

2. Tujuan Fisioterapi Dada

Tujuan pokok fisioterapi dada, antara lain :

a. Meningkatkan efisiensi pernafasan dan ekspansi paru.

b. Memperkuat otot pernafasan.

c. Mengeluarkan sekret dari saluran pernafasan.

d. Pasien dapat bernafas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang

cukup.

Dalam menberikan fisioterpi pada anak harus diingat keadaan anatomi dan

fisiologi anak, seperti pada bayi yang belum memiliki mekanisme batuk yang baik

sehingga mereka tidak dapat membersihan jalan nafas secara sempurna. Sebagai

tambahan dalam memberikan fisioterapi harus dapat kepercayaan dari anak karena

anak-anak sering tidak kooperatif. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian :

postural drainage, perkusi dan vibrasi.

13
3. Teknik Fisioterapi Dada

Teknik fisioterapi dada pada anak-anak

a. Postural Drainage (Clapping)

Dilakukan dengan cara kedua telapak tangan membentuk ”setengah

bulan” dengan jari-jari tangan saling merapat. Secara bergantian

melakukan tepukan dengan telapak tangan dipunggung pasien, sampai

pasien merasakan adanya rangsangan batuk. Posisi berbaring pasien

diatur secara spesifik untuk memudahkan drainase mukus dan sekresi

dari bidang paru.

Gambar 01. Teknik perkusi

14
b. Vibrasi Dada

Dilakukan dengan meletakkan telapak tangan dengan posisi rata

didada pasien dan menggetarkannya.

Gambar 02. Teknik vibrasi

Tabel 01. SOP Tindakan Fisioterapi Dada

No Tindakan

I. Persiapan Alat

1. Pot sputum berisi desifektan

2. Tissue

3. Bantal

4. Stetoskop

5. Bengkok

6. Handuk

15
II. Tahap Preinteraksi

1. Lakukan verfikasi order sebelum tindakan

2. Cuci tangan

3. Siapkan alat

III. Tahap Orientasi

1. Memberi salam, panggil pasien dengan panggilan yang disenangi

2. Memperkenalkan nama perawat

3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga pasien

IV. Tahap Kerja

1. Postural Drainage (Clapping)

a. Membantu pasien untuk posisi duduk atau posisi tidur miring

kiri atau kanan.

b. Memberikan tissue dan pot suptum kepada pasien.

c. Melakukan clapping dengan cara kedua tangan menepuk

punggung pasien secara bergantian sampai ada rangsangan

untuk batuk.

d. Menganjurkan pasien untuk batuk dan mengeluarkan sekret atau

sputum pada pot sputum.

2. Vibrasi

a. Menganjurkan pasien untuk nafas dalam dan lambat melalui

hidung dan menghembuskannya melalui mulut.

b. Meletakkan telapak tangan secara datar diatas dada yang akan

divibrasi.

16
c. Meminta pasien untuk nafas dalam dan ketika pasien

menghembuskan nafas getarkan telapak tangan secara perlahan

diatas dada pasien.

d. Menganjurkan pasien untuk batuk untuk mengeluarkan sputum

dan membuangnya pada pot sputum.

3. Mengulangi teknik fisioterapi dada untuk setiap segmen paru.

4. Dengan perlahan mengembalikan posisi pasien pada posisi semula.

5. Merapihkan pasien dan peralatan.

6. Mencuci tangan.

V. Tahap Terminasi

1. Menanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan

2. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien

3. Mengakhiri kegiatan dengan memberi salam

VI. Dokumentasi

Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

(Sumber : Buku Panduan Laboratorium Jurusan Keperawatan, 2016)

17
D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Bronchopneumonia

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

yang mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam,

2001).

Pengkajian keperawatan lebih jauh mengidentifikasi manifestasi klinis

bronchopneumonia, nyeri dada pleuritis, takipnea, penggunaan otot-otot aksesori

pernafasan untuk bernafas, nadi capat, bradikardia, batuk produktif. Segala

perubahan dalam suhu dan nadi, jumlah, bau dan warna sekresi, frekuensi dan

keparahan batuk dan tingkat sesak nafas juga dipantau. Konsolidasi pada paru-

paru dikaji dengan mengevaluasi bunya nafas.

Untuk sampai pada hal ini profesi keperawatan telah mengidentifikasi

proses pemecahan masalah yang menggabungkan elemen yang paling diinginkan

dari seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori,

dengan menggunakan metode ilmiah. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).

Data dasar pengkajian pasien Bronchopneumonia

a. B1 (Breathing)

- Inspeksi : bentuk dada dan gerakan pernafasan

- Palpasi : gerakan dinding toraks anterior / ekskrusi pernafasan

- Perkusi : pasien dengan pneumonia disertai komplikasi,

biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh

18
lapang paru. Bunyi redup perkusi pada pasien dengan

pneumonia didapatkan apabila bronchopneumonia menjadi

suatu sarang (konfluens).

- Auskultasi : didapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi nafas

tambahan ronkhi. Penting bagi perawat untuk

mendokumentasikan hasil auskultasi didaerah mana

didapatkan adanya ronkhi.

b. B2 (Blood)

- Inspeksi : didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum.

- Palpasi : denyut nadi perifer melemah.

- Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran.

- Auskultasi : tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung

tambahan biasanya tidak didapatkan.

c. B3 (Brain)

Pasien dengan pneumonia berat sering terjadi penurunan

kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi

jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah pasien tampak

meringis,menangis dan merintih.

d. B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan.

Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya penurunan

produksi urin karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.

19
e. B5 (Bowel)

Pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan,

dan penurunan berat badan.

f. B6 (Bone)

Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan

ketergantungan pasien terhadap bantuan orang lain dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. (Muttaqin, 2008)

2. Diagnosa Keperawatan

Pada tahap akhir dari pengkajian adalah merumuskan diagnosa

keperawatan, diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status

kesehatan atas masalah aktual atau potensial.

Proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mengatasi data klinis dan

memutuskan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau

mencegah klien. Diagnosa keperawatan dibagi sesuai dengan masalah kesehatan

klien :

a. Aktual, diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa masalah nyata

saat ini sesuai dengan data pasien yang ditentukan.

b. Potensial, diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa masalah

kesehatan yang nyata terjadi jika tidak dilakukan intervesi

keperawatan.

c. Kemungkinan, diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa perlu

data tambahan untuk memastikan prioritas masalah.

20
Menurut Donna L. Wong (2008), diagnosa keperawatan pada pasien

Bronchopneumonia secara teoritis adalah sebagai berikut :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan :

- Obstruksi mekanisme

- Inflamasi

- Peningkatan sekret

b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan :

- Proses inflamasi

- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan :

- Peningkatan kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan

proses infeksi

- Anoreksia

d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :

- Perubahan membran alveolus kapiler

- Gangguan kapasitas pembawa oksigen darah

- Gangguan pengiriman oksigen

e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan :

- Kehilangan cairan berlebih

- Penurunan masukan oral

21
3. Intervensi

Perencanaan adalah pedoman untuk membuat rencana keperawatan dan

menentukan atau yang akan digunakan untuk memecahkan masalah pasien atau

mengurangi masalahnya.

Adapun yang menjadi intervensi perawatan yang diberikan secara teoritis

pada klien dengan Bronchopneumonia menurut (Dona L. Wong, 2008) dan

(Doegoes, 2000), adalah sebagai berikut :

Rencana tindakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan :

- Obstruksi mekanisme

- Inflamasi

- Peningkatan sekret

Hasil yang diharapkan :

- Pernafasan dalam batas normal (20-30x/mnt)

- Batuk berkurang atau hilang.

- Suara napas kembali normal.

- Tidak ada penumpukan sekret.

22
Tabel. 02 Rencana Tindakan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Rencana tindakan/intervensi Rasional

Kaji frekuensi pernafasan dengan Takipnea, pernafasan dengkal dan

gerakan dada gerakan dada tidak seimbang, tidak

simetris, sering terjadi karena

ketidaknyamanan gerakan dinding dada

atau cairan paru. Penurunan aliran

udara terjadi pada area konsilidasi

dengan cairan

Auskultasi area paru, catat area Bunyi nafas Brochial (normal pada

penurunan/ada tidak aliran udara dan bronkus) dapat juga terjadi pada area

bunyi nafas tambahan konsolidasi, krekels, ronki dan mengi

terdengar inspirasi dan atau ekspirasi

pada respon terhadap pengumpulan

cairan, secret kental dan spasme jalan

nafas/obstruksi

Bantu pasien latihan nafas sering. Nafas dalam memudahkan espansi

Tnjukan atau bantu pasien batuk maksimum paru-paru/ jalan nafas

efektif, misalnya menekan dada batuk alami, membantu silia untuk

efektif sementara posisi lebih tinggi mempertahankan jalan nafas pasien

Penghisap sesuai indikasi Penekanan menurukan

ketidaknyamanan dada dan posisi

23
duduk memungkinkan upaya nafas

lebih dalam dan lebih kuat

Lakukan perkusi, vibrasi dan drainase Merangsang batuk atau membersihkan

postural jalan nafas secara mekanis pada pasien

yang tidak mampu melakukan karena

batuk tidak efektif atau penurunan

tingkat kesadaran

Berikan cairan sedikitnya 2500ml/hari Untuk mempermudah drainase sekresi

(kecuali kontra indikasi) berikan air cairan (khusus yang hangat)

hangat, dan pada dingin memobilisasi dan mengeluarkan secret

b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan :

- Proses inflamasi

- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Hasil yang diharapkan :

- Anak bermain dan istirahat dengan tenang serta melakukan

aktivitas yang sesuai dengan usia dan kemampuan

- Anak tidak menunjukkan bukti-bukti peningkatan stress pernafasan

- Anak menoleransi peningkatan aktivitas

- Anak tetap tenang, diam dan rileks

- Anak beristirahat dengan tenang

24
Tabel. 03 Rencana Tindakan Intoleransi Aktivitas

Rencana tindakan / intervensi Rasional

Evaluasi respon anak terhadap aktivitas. Menetapkan kemampuan / kebutuhan

Catat laporan dispne, peningkatan anak dan memudahkan pilihan

kelemahan, kelelahan dan perubahan intervensi

tanda-tanda vital selama dan setelah

aktivitas

Berikan lingkungan tentang dan batasi Menurunkan stress dan rangsangan

pengunjung selama fase akut sesuai berlebihan, meningkatkan istirahat

Jelaskan pada keluarga pentingnya Tirah baring dipertahankan selama fase

istirahat dalam rencana pengobatan dan akut untuk menurunkan kebutuhan

perlunya keseimbangan aktivitas dan metabolik, menghemat energi untuk

istirahat penyembuhan pembatasan aktivitas

ditentukan dengan respon indivisual

pasien terhadap aktivitas dan perbaikan

kegagalan pernapasan

Memberi bantuan anak untuk posisi Pasien mungkin nyaman dengan posisi

nyaman untuk istirahat atau tidur kepala lebih tinggi

Bantu akan aktivitas hidup sehari-hari Meminimalkan kelelahan dan

yang mungkin melebihi toleransi membantu keseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen

25
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

- Peningkatan kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan

proses infeksi

- Anoreksia

Hasil yang diharapkan :

- Menunjukkan peningkatan nafsu makan

- Meningkatkan berat badan

Tabel. 04 Rencana Tindakan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Rencana tindakan/ intervensi Rasional

Kaji status nutrisi secara berkelanjutan Memberikan kesempatan untuk

selama perawatan setiap hari, mengobservasi penyimpanan dan

perhatikan tingkat energi : kondisi kulit, normal/dasar pasien dan

kuku, rambut, rongga mulut, keinginan memperbaharui pilihan intervensi

untuk makan/anoreksia

Timbang berat badan tiap hari dan Menbuat data dasar, membantu dalam

bandingkan dengsn berat badan saat memantau keefektifan aturan

penerimaan terapeutik, dan menyadarkan perawat

terhadap ketidaktepatan kecenderungan

dalam penurunan atau penambahan

berat badan

Dokumentasi masukan oral selama 24 Mengidentifikasi ketidakseimbangan

26
jam, riwayat makanan, jumlah kalori antara pikiran kebutuhan masukan

dengan tepat aktual

Berikan larutan nutrisi pada kecepatan Tentukan dukungan ketidakseimbangan

yang dianjurkan melalui alat kontrol antara perkiraan kebutuhan masukan

infus sesuai kebutuhan, atur kecepatan aktual

pemberian per jam sesuai anjuran

Pemeriksaan residu gaster bila Perlambatan pengosongan lambung

pemberian makanan bolus dilakukan disebabkan oleh proses penyakit

dan bila diindikasikan khusus, misalnya incleus paralitik/

pembedahan syok, oleh terapi obat

(khususnya narkotik) atau kandungan

protein lemak dan formula individu.

Catatan penggantian aspirat lambung

menurunkan kehilangan asam/eletrolit

gaster.

Ciptakan lingkungan optimal misalnya Mendorong upaya pasien untuk makan,

hilangkan rangsangan kebisingan dan menurunkan anoreksia dan

linen yang basah memperkenalkan kesenangan social

biasanya berkenan dengan waktu

makan

27
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :

- Perubahan membran alveolus kapiler

- Gangguan kapasitas pembawa oksigen darah

- Gangguan pengiriman oksigen

Hasil yang diharapkan :

- Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringa

- Berpartisipasi dalam tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi

Tabel. 05 Rencana Tindakan Gangguan Pertukaran Gas

Intervensi Rasional

Kaji frekuensi, kedalaman dan Manifestasi distress pernafasan

kemudahan bernafas tergantung pada derajat keterlibatan

paru dan status kesehatan umum

Observasi warna kulit, membrane Sianosis menunjukan vasokontriksi atau

mukosa dan kuku. Catat adanya respon tubuh terhadap demam atau

sianosis menggigil dan terjadi hipoksemia

Kaji status mental Gelisah, bingung dapat menunjukkan

hipoksemia

Awasi frekuensi jantung atau irama Takikardi biasanya ada karena akibat

adanya demam atau dehidrasi

Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan Demam tinggi sangat meningkatkan

kenyamanan untuk mengurangi demam kebutuhan metabolik dan kebutuhan

28
dan menggigil oksigen dan mengganggu oksigenasi

seluler

Tinggikan kepal, nafas dalam dan batuk Tindakan ini meningkatkan inspirasi

efektif maksimal, meningkatkan pengeluaran

sekret untuk memperbaiki ventilasi

e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan :

- Kehilangan cairan berlebih

- Penurunan masukan oral

Hasil yang diharapakan :

- Intake dan output yang adekuat

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

- Turgor kulit baik

Tabel. 06 Rencana Tindakan Gangguan Keseimbangan Cairan Dan

Elektrolit

Intervensi Rasional

Kaji perubahan tanda-tanda vital, Untuk menunjukan adanya kekurangan

contoh : peningkatan suhu, takikardi, cairan sistemik

hipotensi

Kaji turgor kulit, kelembaban Indikator langsung keadekuatan

membrane mukosa (bibir, lidah ) masukan cairan

29
Catat laporan mual dan muntah Adanya gejala ini menurunkan

masukan oral

Pantau masukan dan keluaran urin Memberikan informasi tentang

keadekuatan volume cairan dan

kebutuhan pengganti

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri

independent dan tindakan kolaborasi.

a. Tindakan mandiri (independent) adalah aktifitas perawat yang didasarkan

pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk

atau perintah dari petugas kesehatan lain.

b. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan

bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain. (Tarwoto, Wartonah

2006)

Setelah selesai implementasi dilakukan dokumentasi yang meliputi

intervensi yang sudah dilakukan. Dokumentasi dilakukan secara tertulis untuk

kelanjutan asuhan keperawatan.

30
5. Evaluasi

Evaluasi adalah bagian akhir dari suatu pelaksanaan asuhan keperawatan

dengan melihat apakah terpenuhi, masalah keperawatan, perkembangan pasien

selama perawatan diruang kanak-kanak dan sekian intervensi yang dilakukan

belum semua tujuan tercapai dengan baik, hal ini disebabkan memerlukan waktu

panjang untuk menilai sesuai indikator atau kriteria keberhasilan.

31
BAB III

METODOLOGI PENULISAN

A. Rancangan Studi

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

adalah metode Deskriptif yaitu metode yang berusaha mendeskripsikan suatu

gejala, peristiwa yang terjadi dan secara menyeluruh dengan rancangan studi

kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan secara komprehensif melalui

pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus dalam penelitian ini adalah dua pasien dengan

gangguan bersihan nafas pada kasus Bronchopneumoni.

C. Fokus Studi Kasus

Kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik acuan studi kasus ini

yaitu Penerapan Prosedur Fisioterapi Dada dalam meningkatkan Bersihan Jalan

Nafas pada pasien Bronchopneumonia.

D. Definisi Oprasional

Studi Kasus Penerapan Prosedur Oprasional Keperawatan :

1. Bronchopneumonia adalah peradangan paru-paru yang ditandai dengan

pola penyebaran berbercak yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.

32
2. Gangguan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk

mengeluarkan sekresi atau sumbatan yang ada pada saluran nafas agar

jalan nafas tetap paten.

3. Prosedur Fisioterapi Dada adalah suatu tindakan keperawatan dengan

melakukan drainase postural dan calpping vibrating untuk membebaskan

jalan nafas, mengurangi sesak nafas akibat akumulasi secret.

E. Tempat dan Waktu

Pada RSUD Abepura, Tanggal 12 Juni sampai 17 Juni 2017.

F. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini dengan cara :

1. Wawancara

Pola komunikasi yang dilakukan untuk tujuan spesifik dan difokuskan

dengan hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang - dahulu – keluarga dll. Sumber data diperoleh

dari pasien, keluarga dan perawat lainnya.

2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang

masalah dan kondisi pasien sebagai objek pelayanan kesehatan.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pendekatan (IPPA) :

a. Inspeksi : proses observasi dengan menggunakan mata. Dilakukan

untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status

pasien.

33
b. Palpasi : pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan sentuhan

atau rabaan.

c. Perkusi : pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengetuk.

d. Auskultasi : metode pengkajian yang menggunakan stetoskop untuk

memperjelas pendengaran.

G. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mempelajari status pasien dan catatan

perkembangan yang berhubungan dengan Asuhan Keperawatan.

H. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks

naratif. Keberhasilan dari responden dijamin dengan jalan menguburkan identitas

dari responden.

I. Etika Studi Kasus

1. Informed Consent (Persetujuan menjadi responden)

Persetujuan atau ijin oleh pasien atau keluarga yang berhak kepada

dokter untuk melakukan tenaga medis pada pasien, seperti pemerikasaan

fisik dan pemeriksaan lain-lain untuk menegakkan diagnosis, memberi

obat, melakukan suntikan, menolong bersalin, melakukan pembiusan,

melakukan pembedahan, melakukan tindak lanjut jika terjadi kesulitan

dan sebagainya.

2. Anonymity (Tanpa nama)

Cara seseorang menuliskan sesuatu tanpa mencantumkan nama dirinya,

atau inisal sebagai gantinya.

34
3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Pencegahan bagi mereka yang tidak berkepentingan dapat mencapai

informasi, berhubungan dengan data yang diberikan ke pihak lain untuk

keprluan tertentu dan hanya diperbolehkan untuk keperluan tertentu

tersebut.

35
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien dan Riwayat Kesehatan/Penyakit

Tabel. 01

Pengkajian Identitas Pasien Dan Riwayat Kesehatan / Penyakit

Identitas Pasien Kasus 1 Kasus 2

Nama An. M An. B


Umur 7 bulan 1 tahun
Agama Islam Kristen protestan
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Alamat Kotaraja Tanah Hitam
Tanggal MRS 13 Juni 2017 13 Juni 2017
Tanggal pengkajian 13 Juni 2017 13 Juni 2017
Ruangan R. Kanak-kanak R. Kanak-kanak
Rumah Sakit RSUD Abepura RSUD Abepura
Diagnosa medis Bronchopneumonia Bronchopneumonia
Keluhan utama Ibu pasien mengeluh Nenek pasien
anaknya sesak nafas. mengeluh cucunya
sesak.
Riwayat penyakit Pasien rujukan dari Pasien datang dengan
sekarang Puskesmas Kotaraja keluhan sesak sejak 2
datang dengan keluhan hari, batuk berdahak ±2
sesak sejak 2 hari, bulan (hilang timbul),
batuk berdahak 2 hari. juga disertai demam.

36
Riwayat kesehatan Ibu pasien mengatakan Nenek pasien
keluarga dalam keluarganya mengatakan dalam
tidak memiliki riwayat keluarganya tidak
penyakit keturunan atau memiliki riwayat
penyakit menular. penyakit keturunan
atau penyakit menular.

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada kedua pasien hasil yang

didapat yaitu kedua pasien memiliki diagnosa medis yang sama yaitu

Bronchopneumonia, kedua pasien berinisial An. M berusia 6 bulan dan An.

B berusia 1 tahun. Keduanya berjenis kelamin laki-laki.

b. Hasil Observasi, Pemeriksaan Fisik

Tabel. 02

Observasi Dan Pemeriksaan Fisik

Observasi Kasus 1 Kasus 2


Suhu 37,3oC 39oC
Nadi 115x/mnt 125x/mnt
Tekanan darah - -
Respirasi 45x/mnt 43x/mnt
Pemeriksaan Fisik (6B)
B1. Breathing
 Frekwensi pernafasan 45x/mnt 43x/mnt
 Pergerakan dada Simetris Simetris
 Penggunaan otot Tampak penggunaan Tampak penggunaan
bantu pernafasan otot bantu otot bantu pernafasan
pernafasan

37
 Suara nafas Ronkhi +/+ Ronkhi +/+
B2. Bleeding
 Frekwensi nadi 115x/mnt 125x/mnt
 Irama jantung Regular Regular
 Capillary Refill Time < 2 detik < 2 detik
(CRT)
 Edema Tidak ada Tidak ada
B3. Brain
 Tingkat kesadaran
 Kualitatif Compos Mentis Compos Mentis
 Kuantitatif GCS:15 (E4,V5,M6) GCS:15 (E4,V5,M6)
 Pupil Reaksi (+), isokor Reaksi (+), isokor
 Akral Hangat Hangat
B4. Bladder
 Kateter urin Tidak ada Tidak ada
 Kesulitan BAK Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan
B5. Bowel
 Mukosa bibir Lembab Kering
 Lidah Tampak bersih Tampak bersih
 Keadaan gigi - Tampak bersih
 Nyeri menelan Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
menelan menelan
 Abdomen Tidak ada distensi Tidak ada distensi
 Mual Tidak ada Tidak ada
 Muntah Tidak ada Tidak ada
 Kesulitan BAB Tidak ada Tidak ada
B6. Bone
 Perdarahan kulit Tidak ada Tidak ada
 Pergerakan sendi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
 Fraktur Tidak ada Tidak ada

38
Data Psikoo, Sosial,
Spiritual
 Psiko Orang tua pasien Nenek pasien
mengatakan supaya mengatakan supaya
anaknya cepat cucunya cepat
sembuh dan sembuh, bisa bermain
berkumpul bersama dan berkumpul
keluarga bersama anggota
keluarga lainnya.
 Sosial Pasien anak pertama Pasien anak bungsu
dari pasangan Tn. I dari dua bersodara,
dan Ny. A yang berhubungan baik
berhubungan baik dengan anggota
dengan keluarga keluarga lainnya.
lainya.
 Spiritual Orang tua pasien Pasien beragama
beragama Islam. Kristen Protestan,
Orang tua pasien keluarga pasien selalu
berdoa agar anaknya mendoakan agar
cepat sembuh. pasien cepat sembuh
sehingga dapat
kembali seperti sedia
kala.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kedua pasien sama-sama

mengalamin sesak karena terjadi bersihan jalan nafas tidak efektif yang

disebabkan oleh penumpukan sekret dan kedua pasien juga mengalami

batuk berdahak. Pada pemeriksaan fisik (6B) ditemukan hasil yaitu ronkhi

(+). Pada pasien An. M tampak penggunaan otot bantu pernafasan, irama

39
nafas cepat dan dangkal, RR : 45x/mnt, pada pasien An. B irama nafas cepat

dan dangkal, penggunaan otot bantu pernafasan, RR : 43x/mnt.

c. Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Tabel. 03

Hasil Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik

Hari/tanggal Pemeriksaan Kasus 1 Kasus 2

13 Juni 2017 laboratorium  Hb : 11.5 gr/dl  Hb : 10.2 gr/dl


 DDR : Negatif  DDR : Negatif
14 Juni 2017 X-ray  Rontgen skull  Rontgen skull
AP, lateral AP, lateral
13-15 Juni 2017 Terapi  Nebulizer  Nebulizer

d. Analisis Masalah

Tabel. 04 Analisa Masalah

Kasus / Data Penyebab Masalah

Kasus 1 Invasi saluran nafas Bersihan jalan nafas


Data subjektif : atas tidak efektif
- Ibu pasien ↓
mengatakan Kuman berlebih
anaknya batuk dibronkus
disertai dahak ↓
Data objektif : Proses peradangan
- Pasien tampak ↓
batuk berdahak Akumulasi sekret
+
- Ronkhi /+ dibronkus
- Tampak

40
penggunaan otot ↓
bantu pernafasan Bersihan jalan nafas
- Tampak irama tidak efektif
nafas cepat dan
dangkal
- Pasien tampak
sulit bernafas dan
gelisah
- RR : 45x/mnt
Kasus 2 Invasi saluran nafas Bersihan jalan nafas
Data subjektif : atas tidak efektif
- Nenek pasien ↓
mengatakan Kuman berlebih
cucunya batuk dibronkus
disertai dahak ↓
Data objektif : Proses peradangan
- Pasien tampak ↓
batuk berdahak Akumulasi sekret
+
- Ronkhi /+ dibronkus
- Tampak ↓
penggunaan otot Bersihan jalan nafas
bantu pernafasan tidak efektif
- Tampak irama
nafas cepat dan
dangkal
- Pasien tampak
sulit bernafas dan
gelisah
- RR : 43x/mnt

41
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa data

yang sama dengan tanda dan gejala bersihan jalan nafas tidak efektif, hal

tersebut dikaitkan dengan akumulasi sekret yang berlebihan yang ditandai

dengan adanya suara nafas ronkhi dan batuk berdahak pada pasien An. M

dan An. B

2. Diagnosa Keperawatan

Tabel. 05 Diagnosa Keperawatan

Data Penyebab Masalah

Kasus 1
Data subjektif :
Akumulasi sekret Bersihan jalan nafas
- Ibu pasien
tidak efektif b.d
mengatakan
anaknya batuk akumulasi sekret
disertai dahak
Data objektif :
- Pasien tampak
batuk berdahak
- Ronkhi +/+
- Pasien tampak
sulit bernafas dan
gelisah.
- Tampak
penggunaan otot
bantu pernafasan
- Tampak irama
nafas cepat dan
dangkal

42
- RR : 45x/mnt
Kasus 2
Data subjektif :
Akumulasi sekret Bersihan jalan nafas
- Nenek pasien
tidak efektif b.d
mengatakan
cucunya batuk akumulasi secret
disertai dahak
Data objektif :
- Pasien tampak
batuk berdahak
- Ronkhi +/+
- Pasien tampak
sulit bernafas dan
gelisah.
- Tampak
penggunaan otot
bantu pernafasan
- Tampak irama
nafas cepat dan
dangkal
- RR : 43x/mnt

Berdasarkan pegkajian dan analisa data pada pasien An. M dan An. B

ditemukan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan akumulasi sekret.

43
3. Perencanaan

Tabel. 06 Perencanaan

Dx Keperawatan Kriteria Hasil Perencanaan & Rasional


Kasus 1
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif - Batuk berkurang atau hilang. - Kaji frekuensi atau kedalaman
b.d akumulasi sekret. - Suara napas kembali normal. pernapasan dan gerakan dada.
- Respirasi dalam batas normal (20- R/ Semakin sempit dan tinggi bronkus
30x/mnt). semakin meningkat frekuensi
- Tidak ada penumpukan sekret. pernapasan.
- Auskultasi adanya suara napas
tambahan.
R/ Suara napas yang disebabkan oleh
sputum dapat menyebabkan obstruksi.
- Lakukan fisioterapi dada
R/ Sputum yang keluar dapat membantu
jalan napas kembali normal.
- Anjurkan orang tua atau keluarga pasien
memberikan minum hangat.
R/ Air hangat mengurangi tingkat

44
kekentalan dahak sehingga mudah
dikeluarkan.
Kasus 2
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif - Batuk berkurang atau hilang. - Kaji frekuensi atau kedalaman
b.d akumulasi sekret. - Suara napas kembali normal. pernapasan dan gerakan dada.
- Respirasi dalam batas normal (20-30x/mnt) R/ Semakin sempit dan tinggi bronkus
- Tidak ada penumpukan sekret. semakin meningkat frekuensi
pernapasan.
- Auskultasi adanya suara napas
tambahan.
R/ Suara napas yang disebabkan oleh
sputum dapat menyebabkan obstruksi.
- Lakukan fisioterapi dada
R/ Sputum yang keluar dapat membantu
jalan napas kembali normal.
- Anjurkan orang tua atau keluarga pasien
memberikan minum hangat.
R/ Air hangat mengurangi tingkat
kekentalan dahak sehingga mudah
dikeluarkan.

45
4. Pelaksanaan
Tabel. 07 Pelaksanaan

No Hari / Tanggal Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan

1 Hari ke 1 Kasus 1 Jam : 14:15 WIT


Selasa, 13 juni Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d 1. Mengkaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerak dada.
2017 akumulasi sekret. Hasil :
- RR : 45x/mnt
- Tampak irama nafas cepat dan dangkal
- Tampak penggunaan otot bantu pernafasan
Jam : 14:20 WIT
2. Mengauskultasi suara nafas tambahan
Hasil : ronkhi (+)
Jam : 14:25 WIT
3. Melakukan fisioterapi dada, Postural Drainage (Clapping) dan
Vibrasi
Persiapan Alat
1. Tissue
2. Stetoskop

46
Tahap Preinteraksi
1. Lakukan verfikasi order sebelum tindakan
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil pasien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga pasien
Tahap Kerja
1. Postural Drainage (Clapping)
a. Mengatur posisi yang nyaman, posisi pasien di gendong
oleh ibunya
b. Melakukan clapping dengan cara kedua tangan menepuk
punggung pasien secara bergantian sampai ada rangsangan
untuk batuk.
2. Vibrasi
a. Meletakkan telapak tangan secara datar diatas dada yang
akan divibrasi.

47
b. Mengulangi teknik fisioterapi dada untuk setiap segmen
paru (1-2 menit).
c. Dengan perlahan mengembalikan posisi pasien pada posisi
yang diinginkan
d. Merapihkan pasien dan peralatan.
e. Mencuci tangan.
Tahap Terminasi
1. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
2. Mengakhiri kegiatan dengan memberi salam
Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Respon Pasien :
- Pasien hanya ingin berada dalam gendongan ibunya
- Tindakan fisioterapi dada dilakukan dengan posisi pasien di
gendong oleh ibunya
- Pasien tampak batuk berdahak
- Ronkhi (+)
- Tampak penggunaan otot bantu pernafasan
- Tampak irama nafas cepat dan dangkal
- RR: 43x/mnt

48
Jam : 14:35 WIT
4. Menganjurkan orang tua atau keluarga pasien memberikan
minum hangat
Hasil : pasien tampak batuk berdahak
Hari ke 2 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Jam : 08:25 WIT
Rabu, 14 juni akumulasi sekret. 1. Mengkaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerak dada.
2017 Hasil : penggunaan otot pernafasan, RR : 38x/mnt.
Jam : 08:30 WIT
2. Mengauskultasi suara nafas tambahan
Hasil : ronkhi (+)
Jam : 08:35 WIT
3. Melakukan fisioterapi dada, Postural Drainage (Clapping) dan
Vibrasi
Persiapan Alat
1. Tissue
2. Stetoskop
Tahap Preinteraksi
1. Lakukan verfikasi order sebelum tindakan
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat

49
Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil pasien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga pasien
Tahap Kerja
1. Postural Drainage (Clapping)
a. Mengatur posisi yang nyaman, pasien dipangku dengan
posisi tengkurap
b. Melakukan clapping dengan cara kedua tangan menepuk
punggung pasien secara bergantian sampai ada rangsangan
untuk batuk.
2. Vibrasi
a. Meletakkan telapak tangan secara datar diatas dada yang
akan divibrasi.
3. Mengulangi teknik fisioterapi dada untuk setiap segmen paru
(1-2 menit).
4. Dengan perlahan mengembalikan posisi pasien pada posisi
yang diinginkan.
5. Merapihkan pasien dan peralatan.

50
6. Mencuci tangan.
Tahap Terminasi
1. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
2. Mengakhiri kegiatan dengan memberi salam
Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Respon Pasien :
- Tindakan fisioterapi dada dilakukan dengan pasien
dipangku dengan posisi tengkurap
- Pasien mulai tenang dan bisa diposisikan
- Pasien tampak batuk berdahak (dahak mulai encer)
- Ronkhi (+)
- Tampak irama nafas cepat dan dangkal
- RR: 36x/mnt
Jam : 08:45 WIT
4. Menganjurkan orang tua atau keluarga pasien memberikan
minum hangat.
Hasil : pasien tampak batuk berdahak, adanya suara nafas ronkhi

51
Hari ke 3 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Jam : 08:30 WIT
Kamis, 15 juni akumulasi sekret. 1. Mengkaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan
2017 dada.
Hasil : frekuensi pernafasan 34x/mnt.
Jam : 08:35WIT
2. Mengauskultasi suara nafas tambahan
Hasil : ronkhi (+)
Jam : 08:40 WIT
3. Melakukan fisioterapi dada, Postural Drainage (Clapping) dan
Vibrasi
Persiapan Alat
1. Tissue
2. Stetoskop
Tahap Preinteraksi
1. Lakukan verfikasi order sebelum tindakan
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil pasien dengan panggilan yang
disenangi

52
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga pasien
Tahap Kerja
1. Postural Drainage (Clapping)
a. Mengatur posisi yang nyaman, posisi pasien digendong
oleh ibunya
b. Melakukan clapping dengan cara kedua tangan menepuk
punggung pasien secara bergantian sampai ada rangsangan
untuk batuk.
2. Vibrasi
a. Meletakkan telapak tangan secara datar diatas dada yang
akan divibrasi.
3. Mengulangi teknik fisioterapi dada untuk setiap segmen paru
(1-2 menit).
4. Dengan perlahan mengembalikan posisi pasien pada posisi
yang diinginkan pasien
5. Merapihkan pasien dan peralatan.
6. Mencuci tangan.

53
Tahap Terminasi
1. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
2. Mengakhiri kegiatan dengan memberi salam
Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Respon Pasien :
- Tindakan fisioterapi dada dilakukan dengan posisi pasien
digendong oleh ibunya
- Pasien sudah tidak tampak batuk, namun masih ada
sedikit dahak
- Ronkhi (+)
- RR: 28x/mnt
Jam : 08:50 WIT
4. Menganjurkan orang tua atau keluarga memberikan minum
hangat
Hasil : masih ada sedikit dahak

54
2 Hari ke 1 Kasus 2 Jam 15:30 WIT
Selasa, 13 juni Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d 1. Mengkaji frekuensi atau kedealaman pernafasan dan gerak dada
2017 akumulasi sekret. Hasil : irama nafas cepat dan dangkal, penggunaan otot
pernafasan, RR : 43x/mnt.
Jam : 15:35 WIT
2. Mengauskultasi suara nafas tambahan.
Hasil : ronkhi (+)
Jam : 15:40 WIT
3. Melakukan fisioterapi dada, Postural Drainage (Clapping) dan
Vibrasi
Persiapan Alat
1. Tissue
2. Stetoskop
Tahap Preinteraksi
1. Lakukan verfikasi order sebelum tindakan
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil pasien dengan panggilan yang
disenangi

55
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga pasiens
Tahap Kerja
1. Postural Drainage (Clapping)
a. Mengatur posisi yang nyaman, pasien berada dalam
gendongan neneknya
b. Melakukan clapping dengan cara kedua tangan menepuk
punggung pasien secara bergantian sampai ada rangsangan
untuk batuk.
2. Vibrasi
a. Meletakkan telapak tangan secara datar diatas dada yang
akan divibrasi.
3. Mengulangi teknik fisioterapi dada untuk setiap segmen paru
(1-2 menit).
4. Dengan perlahan mengembalikan posisi pasien pada posisi
yang diinginkan.
5. Merapihkan pasien dan peralatan.
6. Mencuci tangan.

56
Tahap Terminasi
1. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
2. Mengakhiri kegiatan dengan memberi salam
Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Respon Pasien :
- Pasien hanya ingin digendong neneknya
- Pasien tampak rewel
- Pasien susah untuk berhubungan dengan perawat karena
sudah bisa membedakan mana orang terdekat
- Tindakan fisioterapi dada dilakukan dalam gendongan
neneknya
- Pasien tampak batuk berdahak
- Ronkhi (+)
- Tampak penggunaan otot bantu pernafasan
- Tampak irama nafas cepat dan dangkal
- Pasien tampak gelisah
- RR: 40x/mnt

57
Jam : 15:50 WIT
4. Menganjurkan orang tua atau keluarga pasien memberikan
minum hangat
Hasil : pasien tampak batuk berdahak
Hari ke 2 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Jam 09:20 WIT
Rabu, 14 juni akumulasi sekret. 1. Mengkaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan
2017 dada.
Hasil : penggunaan otot pernafasan, RR : 36x/mnt.
Jam 09:25
2. Mengauskultasi suara nafas tambahan
Hasil : ronkhi (+)
Jam : 09:30 WIT
3. Melakukan fisioterapi dada, Postural Drainage (Clapping) dan
Vibrasi
Persiapan Alat
1. Tissue
2. Stetoskop
Tahap Preinteraksi
1. Lakukan verfikasi order sebelum tindakan
2. Cuci tangan

58
3. Siapkan alat
Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil pasien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga pasien
Tahap Kerja
1. Postural Drainage (Clapping)
a. Mengatur posisi yang nyaman, pasien digendong neneknya
b. Melakukan clapping dengan cara kedua tangan menepuk
punggung pasien secara bergantian sampai ada rangsangan
untuk batuk.
2. Vibrasi
a. Meletakkan telapak tangan secara datar diatas dada yang
akan divibrasi.
3. Mengulangi teknik fisioterapi dada untuk setiap segmen paru
(1-2 menit).
4. Dengan perlahan mengembalikan posisi pasien pada posisi
yang diinginkan.
5. Merapihkan pasien dan peralatan.

59
6. Mencuci tangan.
Tahap Terminasi
1. Menanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
2. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
3. Mengakhiri kegiatan dengan memberi salam
Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Respon Pasien :
- Pasien hanya ingin digendong neneknya
- Pasien tampak rewel
- Pasien masih susah berhubungan dengan perawat
- Tindakan fisioterapi dada dilakukan dalam gendongan
neneknya
- Pasien tampak batuk berdahak
- Ronkhi (+)
- Tampak penggunaan otot bantu pernafasan
- Tampak irama nafas cepat dan dangkal
- RR: 35x/mnt

60
Jam : 09:40WIT
4. Mengajarkan orang tua atau keluarga pasien memberikan minum
hangat
Hasil : pasien tampak batuk berdahak
Hari ke 3 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Jam : 09:20 WIT
Kamis, 15 juni akumulasi sekret. 1. Mengkaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan
2017 dada.
Hasil : frekuensi pernafasan 36x/mnt.
Jam : 09:25 WIT
2. Mengauskultasi suara nafas tambahan
Hasil : ronki (+)
Jam : 09:30 WIT
3. Melakukan fisioterapi dada, Postural Drainage (Clapping) dan
Vibrasi
Persiapan Alat
1. Tissue
2. Stetoskop
Tahap Preinteraksi
1. Lakukan verfikasi order sebelum tindakan
2. Cuci tangan

61
3. Siapkan alat
Tahap Orientasi
1. Memberi salam, panggil pasien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga pasien
Tahap Kerja
1. Postural Drainage (Clapping)
a. Mengatur posisi yang nyaman, posisi pasien tidur miring
ke arah kanan

b. Melakukan clapping dengan cara kedua tangan menepuk


punggung pasien secara bergantian sampai ada rangsangan
untuk batuk.
2. Vibrasi
a. Meletakkan telapak tangan secara datar diatas dada yang
akan divibrasi.
3. Mengulangi teknik fisioterapi dada untuk setiap segmen paru
(1-2 menit).
4. Dengan perlahan mengembalikan posisi pasien pada posisi

62
yang diinginkan.
5. Merapihkan pasien dan peralatan.
6. Mencuci tangan.
Tahap Terminasi
1. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
2. Mengakhiri kegiatan dengan memberi salam
Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Respon Pasien :
- Pasien tidak ingin jauh dari neneknya
- Tindakan fisioterapi dada dilakukan dengan posisi pasien
tidur miring ke arah kanan
- Pasien tampak batuk berdahak (dahak mulai encer)
- Ronkhi (+)
- RR : 34x/mnt
Jam 09:40
4. Menganjurkan orang tua atau keluarga pasien memberikan
minum air hangat
Hasil : Pasien tampak batuk berdahak (dahak mulai encer)

63
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan penerapan fisioterapi dada pada pasien An. M dan An. B

selama 3 hari perawatan, dapat di simpulkan sebelum dilakukan fisioterapi dada pasien tampak batuk berdahak, setelah dilakukan

penerapan fisioterapi dada perlahan tamapak batuk berkurang dengan dahak yang mulai encer. Begitu juga suara ronkhi mulai

berkurang pada kedua pasien, serta terus terjadi penurunan frekuensi pernafasan. Selain itu, dalam pemberian fisioterapi dada pada

pasien An. M dan An. B tidak terlalu berpaku pada SOP Fisioterapi Dada yang telah dibuat di karenakan ada hal-hal yang belum bisa

dikondisikan oleh pasien seperti batuk dan mengeluarkan seckret, nafas dalam serta posisi yang harus mengikuti maunya pasien.

Sehingga persiapan alat dalam melakukan fisioterapi dada juga di sesuaikan. Selain mendapat fisioterapi dada pada pasien An. M dan

An. B juga mendapat terapi lain yaitu terapi nebulizer.

64
5. Evaluasi
Tabel. 08 Evaluasi

Evaluasi Hari 1 Hari 2 Hari 3


Kasus 1 Jam : 19.30 WIT Jam : 14.00 WIT Jam : 14.00 WIT
Bersihan jalan nafas tidak S: S: S:
efektif b.d akumulasi sekret. - Ibu pasien mengatakan anaknya - Ibu pasien mengatakan batuk - Ibu pasien mengatakan
batuk disertai dahak. anaknya mulai berkurang anaknya sudah tidak batuk,
O: O: namun masih ada sedikit dahak
- Pasien tampak batuk berdahak - Pasien tampak batuk pada leher
- Ronkhi (+) berdahak (dahak mulai
- Irama nafas cepat dan encer) O:
dangkal, menggunakan otot - Ronkhi (+) - Pasien tampak tenang
pernafasa, RR : 40x/mnt - RR : 32x/mnt - Ronkhi (+)
A: A: - Terdengar sisa-sisa dahak yang
- Masalah belum teratasi - Masalah belum teratasi belum keluar pada leher pasien
P: P: - RR : 24x/mnt
- Lanjutkan intervensi - Lanjutkan intervensi A:
1. Kaji frekuensi atau 1. Kaji frekuensi atau - Masalah teratasi
kedalaman pernafasan dan kedalaman pernafasan P :
gerakan dada dan gerakan dada - Intervensi dihentikan

65
2. Auskultasi adanya suara 2. Auskultasi adanya suara
nafas tambahan nafas tambahan
3. Lakukan fisioterapi dada 3. Lakukan fisioterapi dada
4. Anjurkan orang tua atau 4. Anjurkan orang tua atau
keluarga pasien pemberian keluarga pasien
minum hangat. pemberian minum hangat.
Kasus 2 Jam 19.50 WIT Jam : 14.20 WIT Jam : 14.15 WIT
Bersihan jalan nafas tidak S: S: S:
efektif b.d akumulasi sekret. - Nenek pasien mengatakan - Nenek pasien mengatakan - Nenek pasien mengatakan
cucunya batuk berdahak cucunya masih batuk cucunya sudah tidak batuk
O: O: - Nenek pasien mengatakan
- Pasien tampak batuk berdahak - Pasien tampak batuk masih terdengar sisa-sisa lendir
- Ronkhi (+) berdahak pada leher pasien
- Irama nafas cepat dan - Ronkhi (+) O:
dangkal, menggunakan otot - RR : 32x/mnt - Pasien tampak tenang
pernafasa, RR : 38x/mnt A: - Ronkhi (+)
A: - Masalah belum teratasi - RR : 32x/mnt
- Masalah belum teratasi P: A:
P: - Lanjutkan intervensi - Masalah belum teratasi
- Lanjutkan intervensi 1. Kaji frekuensi atau P :

66
1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan - Lanjutkan intervensi
kedalaman pernafasan dan dan gerakan dada 1. Kaji frekuensi atau
gerakan dada 2. Auskultasi adanya suara kedalaman pernafasan dan
2. Auskultasi adanya suara nafas tambahan gerakan dada
nafas tambahan 3. Lakukan fisioterapi dada 2. Auskultasi adanya suara
3. Lakukan fisioterapi dada 4. Anjurkan orang tua atau nafas tambahan
4. Anjurkan orang tua atau keluarga pasien 3. Lakukan fisioterapi dada
keluarga pasien pemberian pemberian minum hangat. 4. Anjurkan orang tua atau
minum hangat. keluarga pasien pemberian
minum hangat.

Setelah penulis melakukan penerapan fisioterapi dada pada 13-15 Juni 2017 pada An. M dan An. B, maka pada hari ketiga didapatkan penurunan
frekuensi pernafasan pada An. M dari 45x/mnt menjadi 24x/mnt, ronkhi (+), pasien tampak tidak batuk namun masih terdapat sisa-sisa sekret
yang masih tertinggal, sedangkan penurunan frekuensi pernafasan pada An. B juga mengalamin penurunan dari 43x/mnt menjadi 32x/mnt
frekuensi tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan penulis yaitu frekuensi pernafasan normal (20-30x/mnt). Pasien juga tampak batuk
berdahak dengan dahak yang mulai encer, ronkhi (+).

67
68
B. Pembahasan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An. M dan An. B dengan

Bronchopneumonia di Ruang Kanak-kanak RSUD Abepura mulai tanggal 12-17

Juni 2017. Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai dari tahap

pengkajian sampai dengan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

yang mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam,

2001).

Pengumpulan data dasar An. M dan anak An. B dengan

Bronchopneumonia di Ruang Kanak-kanak RSUD Abepura, data tersebut

dikumpulkan dari pasien, keluarga dan data medis. Metode pengumpulan data

yang digunakan adalah wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan

observasi. Dalam pengkajian An. M dan An. B tidak jauh berbeda antara teori dan

kenyataan yang ada di lapangan.

Berdasarkan hasil pengkajian kepada kedua pasien didapatkan laporan

bahwa tidak ditemukan kesenjangan yang berarti antara konsep teori dengan

kenyataan dilapangan. Dilihat dari pengumpulan data melalui wawancara,

pemeriksaan fisik, observasi dan menelaah laporan diagnostik.

69
Manifestasi klinis dari Bronchopneumonia adalah megalami gangguan

bersihan jalan nafas. Kuman berlebih dibronkus menyebabkan peradangan yang

menyebabkan produksi sekret berlebih sehingga akan menyebabkan bersihan jalan

nafas menjadi tidak efektif. Batuk produktif merupakan gejala awal yang timbul

dan gangguan yang paling sering dikeluhkan oleh pasien dengan

Bronchopneumonia.

Kasus 1

Identitas pasien An. M yang berumur 6 bulan, berjenis kelamin laki-laki,

alamat pasien Kotaraja, pasien rujukan dari Puskesmas Kotaraja datang dengan

denga keluhan sesak nafas sejak 2 hari, batuk berdahak 2 hari. Hasil pengkajian

yang dilakukan di Ruang Kanak-kanak RSUD Abepura pada tanggal 13 Juni 2017

adalah adanya batuk berdahak, sesak nafas, ronkhi (+), penggunaan otot bantu

pernafasan, irama nafas cepat dan dangkal, RR : 45x/mnt.

Kasus 2

Identitas pasien An. B yang berumur 1 tahun, berjenis kelamin laki-laki,

alamat Tanah hitam datang dengan keluhan sesak nafas 2 hari, batuk berdahak ±2

bulan (hilang timbul), juga disertai demam. Hasil pengkajian yang dilakukan di

Ruang Kanak-kanak RSUD Abepura pada tanggal 13 Juni 2017 adalah adalah

adanya batuk berdahak, sesak nafas, ronkhi (+), penggunaan otot bantu

pernafasan, irama nafas cepat dan dangkal, RR : 43x/mnt.

70
2. Diagnosa Keperawatan

Pada tahap akhir dari pengkajian adalah merumuskan diagnosa

keperawatan, diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status

kesehatan atas masalah aktual atau potensial.

Kasus 1

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa data pada An. M di dapat

masalah keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

akumulasi sekret.

Kasus 2

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa data pada An. M di dapat

masalah keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

akumulasi sekret.

3. Perencanaan

Merupakan lanjutan dari diagnosa keperawatan dalam rangka mengatasi

permasalahan yang timbul, penulis menyusun perencanaan tindakan keperawatan

agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat dilakasanakan pada pasien An. M

dan An. B lebih rasional dan benar-benar berkualitas sehingga kebutuhan kedua

pasien dapat terpenuhi dengan optimal.

71
Adapun yang menjadi intervensi perawatan yang diberikan secara teoritis

pada klien dengan Bronchopneumonia menurut (Dona L. Wong, 2008) dan

(Doegoes, 2000), adalah sebagai berikut :

- Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

R/ Semakin sempit dan tinggi bronkus semakin meningkat frekuensi

pernapasan.

- Auskultasi adanya suara napas tambahan.

R/ Suara napas yang disebabkan oleh sputum dapat menyebabkan

obstruksi.

- Beri fisioterapi dada

R/ Sputum yang keluar dapat membantu jalan napas kembali normal.

- Anjurkan orang tua atau keluarga pasien memberikan minum hangat.

R/ Air hangat mengurangi tingkat kekentalan dahak sehingga mudah

dikeluarkan.

Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri

atas perkusi dan vibrasi, postural drainase, latihan pernafasan atau napas dalam,

dan batuk efektif. (Brunner & Suddarth, 2002:647)

72
4. Pelaksanaan

Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada

perencanaan yang disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat

dilaksanakan dengan baik tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal

ini dapat terlaksana dengan baik berkat adanya kerja sama yang baik antara

penulis dengan keluarga pasien dan tim medis juga tersedianya fasilitas yang

memadai.

Kasus 1

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa

keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi

sekret. Dimulai pada hari selasa, tanggal 13 Juni 2017 dengan masalah

keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi

sekret adalah jam 14:15 WIT mengkaji frekuensi pernafasan dan mengauskultasi

suara nafas, dari hasil observasi didapatkan hasil irama nafas cepat dan dangkal,

penggunaan otot bantu pernafasan, RR : 45x/mnt. Pada jam 14:20 mengauskultasi

suara nafas tambahan dengan hasil ronkhi (+). Pada jam 14:25 memberikan

fisioterapi dada dengan hasil : pasien tampak batuk berdahak, irama nafas cepat

dan dangkal, penggunaan otot bantu pernafasan, ronkhi (+), RR : 43x/mnt. Pada

jam 14:35 menganjurkan orang tua atau keluarga memberi minum hangat dengan

hasil : pasien tampak batuk berdahak. Hari kedua, rabu 14 Juni 2017, jam 08:25

WIT mengkaji frekuensi pernafasan dan mengauskultasi suara nafas, dari hasil

observasi didapatkan hasil penggunaan otot pernafasan, RR : 38x/mnt. Jam 08:30

WIT mengauskultasi suara nafas tambahan dengan hasil ronkhi (+). Pada jam

73
08:35 WIT memberikan fisioterapi dada dengan hasil : pasien tampak batuk

berdahak (dahak mulai encer), ronkhi (+), tampak irama nafas cepat dan dangkal,

RR: 36x/mnt. Jam 08:45 WIT menganjurkan orang tua atau keluarga pasien

memberikan minum hangat hasil : pasien tampak batuk berdahak, adanya suara

nafas ronkhi. Pada hari ketiga, kamis 15 Juni 2017, jam 08:30 WIT mengkaji

frekuensi pernafasan dan mengauskultasi suara nafas, dari hasil observasi

didapatkan hasil RR : 34x/mnt. Pada jam 08:35 WIT mengauskultasi suara nafas

tambahan hasil : ronkhi (+). Pada jam 08:40 memberikan fisioterapi dada dengan

hasil : pasien sudah tidak tampak batuk, namun masih ada sedikit dahak, ronkhi

(+), RR : 28x/mnt. Pada jam : 08:50 WIT menganjurkan orang tua atau keluarga

memberikan minum hangat hasil: masih ada sedikit dahak

Kasus 2

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa

keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi

sekret. Dimulai pada hari selasa, tanggal 13 Juni 2017 dengan masalah

keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi

sekret adalah jam 15:30 WIT mengkaji frekuensi pernafasan dan mengauskultasi

suara nafas, dari hasil observasi didapatkan hasil : irama nafas cepat dan dangkal,

penggunaan otot pernafasan, RR : 43x/mnt. Pada jam 15:35 WIT mengauskultasi

suara nafas tambahan hasil : ronkhi (+). Pada jam 15:40 memberikan fisioterapi

dada dengan hasil : pasien tampak batuk berdahak, ronkhi (+), tampak

penggunaan otot bantu pernafasan, tampak irama nafas cepat dan dangkal, pasien

74
tampak gelisah, RR: 40x/mnt. Jam : 15:50 WIT menganjurkan orang tua atau

keluarga pasien memberikan minum hangat hasil : pasien tampak batuk berdahak.

Penatalaksanaan hari kedua, rabu 14 Juni 2017, jam 09:20 WIT mengkaji

frekuensi pernafasan dan mengauskultasi suara nafas, dari hasil observasi

didapatkan hasil penggunaan otot pernafasan, RR : 36x/mnt. Jam 09:25

mengauskultasi suara nafas tambahan, hasil : ronkhi (+). Pada jam 09:30

memberikan fisioterapi dada dengan hasil : pasien tampak batuk berdahak, ronkhi

(+), tampak penggunaan otot bantu pernafasan, tampak irama nafas cepat dan

dangkal, RR: 35x/mnt. Pada jam 09:40WIT mengajarkan orang tua atau keluarga

pasien memberikan minum hangat, hasil : pasien tampak batuk berdahak.

Pada hari ketiga, kamis 15 Juni 2017, jam 09:20 WIT mengkaji frekuensi

pernafasan dan mengauskultasi suara nafas, dari hasil observasi didapatkan hasil

frekuensi pernafasan 36x/mnt. Jam 09:25 WIT mengauskultasi suara nafas

tambahan hasil : ronkhi (+). Pada jam 09:30 memberikan fisioterapi dada dengan

hasil : pasien tampak batuk berdahak (dahak mulai encer), ronkhi (+), tampak

irama nafas cepat dan dangkal, RR : 34x/mnt. Jam 09:40 menganjurkan orang tua

atau keluarga pasien memberikan minum air hangat hasil : pasien tampak batuk

berdahak (dahak mulai encer).

Berdasarkan pelaksanaan penerapan fisioterapi dada pada pasien An. M dan

An. B selama 3 hari perawatan, dapat di simpulkan sebelum dilakukan fisioterapi

dada pasien tampak batuk berdahak, setelah dilakukan penerapan fisioterapi dada

perlahan tamapak batuk berkurang dengan dahak yang mulai encer. Begitu juga

suara ronkhi mulai berkurang pada kedua pasien, serta terus terjadi penurunan

75
frekuensi pernafasan. Selain mendapat fisioterapi dada pada pasien An. M dan

An. B juga mendapat terapi lain yaitu terapi nebulizer.

5. Evaluasi

Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan

keluarga pasien, dokter dan perawat ruangan, sehingga hasil yang ditetapkan

dapat diamati dengan jelas, disamping itu kedua pasien memberikan respon yang

positif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.

Kasus 1

Evaluasi pada hari selasa, tanggal 13 Juni 2017 jam 19:30 WIT, masalah

keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi

sekret, dengan hasil data subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya batuk disertai

dahak, data objektif : pasien tampak batuk berdahak, ronkhi (+), irama nafas cepat

dan dangkal, menggunakan otot pernafasa, RR : 40x/mnt. Evaluasi pada hari rabu,

tanggal 14 Juni 2017 jam 14:00 WIT, masalah keperawatan bersihan jalan nafas

tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, dengan hasil data subjektif :

ibu pasien mengatakan batuk anaknya mulai berkurang, data objektif : Pasien

tampak batuk berdahak (dahak mulai encer), ronkhi (+), RR : 32x/mnt. Evaluasi

pada hari kamis, tanggal 15 Juni 2017 jam 14:00 WIT, masalah keperawatan

bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, dengan

hasil data subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak batuk, namun

masih ada sedikit dahak pada leher, data objektif : pasien tampak tenang, ronkhi

76
(+), terdengar sisa-sisa dahak yang belum keluar pada leher pasien, RR :

24x/mnt

Kasus 2

Evaluasi pada hari selasa, tanggal 13 Juni 2017 jam 19:50 WIT, masalah

keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi

sekret, dengan hasil data subjektif : nenek pasien mengatakan cucunya batuk

berdahak, data objektif : pasien tampak batuk berdahak, ronkhi (+), irama nafas

cepat dan dangkal, menggunakan otot pernafasa, RR : 38x/mnt. Evaluasi pada hari

rabu, tanggal 14 Juni 2017 jam 14:20 WIT, masalah keperawatan bersihan jalan

nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, dengan hasil data

subjektif : Nenek pasien mengatakan cucunya masih batuk, data objektif : pasien

tampak batuk berdahak, ronkhi (+), RR : 32x/mnt. Evaluasi pada hari kamis,

tanggal 15 Juni 2017 jam 14:00 WIT, masalah keperawatan bersihan jalan nafas

tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, dengan hasil data subjektif :

nenek pasien mengatakan cucunya sudah tidak batuk, nenek pasien mengatakan

masih terdengar sisa-sisa lendir pada leher pasien, data objektif : ronkhi (+), RR

: 34x/mnt.

Setelah penulis melakukan penerapan fisioterapi dada pada 13-15 Juni

2017 pada An. M dan An. B, maka pada hari ketiga didapatkan penurunan

frekuensi pernafasan pada An. M dari 45x/mnt menjadi 24x/mnt, ronkhi (+),

pasien tampak tidak batuk namun masih terdapat sisa-sisa sekret yang masih

tertinggal, sedangkan penurunan frekuensi pernafasan pada An. B juga

77
mengalamin penurunan dari 43x/mnt menjadi 34x/mnt frekuensi tersebut tidak

sesuai dengan yang diharapkan penulis yaitu frekuensi pernafasan normal (20-

30x/mnt). Pasien juga tampak batuk berdahak dengan dahak yang mulai encer,

suara nafas ronkhi masih terdengar. Namun untuk proses pengeluaran sekret pada

anak-anak membutuhkan waktu, dikarenakan kedua pasien tersebut belum dapat

mengeluarkan sekret secara mandiri. Oleh kerena itu, perawatan lanjut pada

pasien An. M dan An. B adalah dengan edukasi kepada orang tua pasien untuk

tetap memberikan fisioterapi dada saat dirumah, juga tetap menganjurkan

pemberian air minum hangat pada pasien.

78
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian penerapan fisioterapi dada dalam meningkatkan

bersihan jalan nafas pada pasien Bronchopneumonia di ruang Kanak-kanak RSUD

Abepura, dapat disimpulkan bahwa dengan kasus yang sama didapatkan respon

yang berbeda dari pasien An. M dan An. B. Dimana dalam waktu 3 hari An. M

sudah mengalami pemulihan, seperti pasien sudah tidak batuk, RR : 24x/mnt,

ronkhi (+), walaupun masih terdapat sisa-sisa dahak yang masih tertinggal di

kerenakan pada anak-anak belum dapat mengeluarkan dahak secara mandiri.

Namun, secara keseluruhan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien

An. M teratasi. Sedangkan pada pasien An. B dalam waktu 3 hari perawatan juga

sudah mengalami perubahan seperti batuk berdahak mulai berkurang, RR dari

43x/mnt menjadi 32x/mnt, ronkhi (+), masih terdapat penumpukan dahak, secara

keseluruhan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien An. B belum

teratasi

Perbedaan hasil yang didapatkan pada kedua kasus diatas dikarenakan

adanya perbedaan usia, perbedaan pemberian terapi nebulizer dimana kasus 1

nebulizer diberikan dari hari pertama perawatan sedangkan kasus 2 diberikan

setelah hari kedua perawatan, keluhan lain seperti demam yang dialami kasus 2

dan tidak dialami oleh kasus 1 juga mempengaruhi adanya perbedaan respon

penyembuhan.

79
B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi tenanga kesehatan khususnya bagi perawat yang

ada di rumah sakit dalam mengambil langkah-langkah kebijaksanaan dalam

rangka meningkatkan pelayanan penerapan fisioterapi dada dalam meningkatkan

bersihan jalan nafas pada pasien Bronchopneumonia.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi tentang penerapan fisioterapi dada dalam meningkatkan

bersihan jalan nafas pada pasien Bronchopneumonia untuk penulisan lebih lanjut

bagi mahasiswa dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan menambah

referensi di perpustakaan.

3. Bagi Pasien / Keluarga

Dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan serta kemandirian

orang tua atau keluarga pasien tentang penerapan fisioterapi dada dalam

meningkatkan bersihan jalan nafas pada pasien Bronchopneumonia.

80
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Sudarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.


Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J.2006. Buku Diagnosa Keperawatan Pasien (Terjemahan). Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan R.I. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS).Provinsi Papua.
Doengoes, M. E. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: buku
kedokteran EGC
Donna, W. L. (2008). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, EGC: Jakarta.
Kartasasmita B. 2010. Pneumonia pada Balita. Jakarta.
Margareta, Maria. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Klinik. Jakarta: Binarupa
Aksara Publisher.
Nanda NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawaan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : EGC
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Nursalam. 2001. Prosedur dan Dokumentsi Keperawatan, Konsep dan Praktek.
Jakarta: Salemba Medika
Panduan Laboratorium. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Jayapura
Smeltzer, Suzana C, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
Suddart edisi 8 volume 1. EGC, Jakarta.
Sujono, dkk 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenasi dalam Suatu Asuhan
Keperawatan, Penerbit Bahtera Buku, Jogjakarta
Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
WHO. 2014. “Pneumonia: The Forgotte Killer of Children”. Geneva.
Switzerland

81

Anda mungkin juga menyukai