Disusun Oleh :
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKOLOSIS (TBC)
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Tuberkolosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ
tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan seluruh
pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui
inhalansi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut (Sylvia A
price, 2009)
Tuberkolosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai
parebkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosi. TB ini
meyebar di setiap bagian tubuh, termasuk menigen, ginjal, tulang, dan nodus limfe
(Smeltzer & Bare, 2015)
Tuberkolosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium, yakni
kuman aerob yang dapat hidup di paru / di berbagai organ tubuh lainnya yang
mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani Rab, 2010)
2. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan
ketika seorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme. Individu
yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi. Bakteria di transmisikan ke
alveoli dan bronkopneumonia, granuloma dan jaringan fibrosa (Smeltzer & bare,
2015)
Ketika seorang penderita TB paru batuk, bersin atau bicara, maka secara tak
sengaja keluarkan droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei tadi
menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan dingin
akan membuat bacteri tuberkolusis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang
ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka itu berpotensi
terkena bakteri TB (Mutaqin Arif, 2012)
Setelah organism terinhalasi dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyerang ke nodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah
ini dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana infeksi laten dapat tertahan
sampai bertahun-tahun (Patrick Davey, 2010)
Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase (Win de jong, 2009) :
a.) Fase 1 ( Tubercolusis primer)
Masuk ke dalam paru dan berkembang baik tanpa menimbulkan reaksi
pertahan tubuh.
b.) Fase 2
c.) Fase 3
Fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun / seumur hidup) dan reaktifitas
jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, dan bisa terdapat di
tulang panjang, vetebra, tuba falopi, otak, kelenjar limfe hilus, leher, dan
ginjal
d.) Fase 4
Dapat sembuh tanpa cacat/ sebaliknya, juga dapat menyebar ke orang yang
lain dan yang kedua ke ginjal setelah paru.
3. Manifestasi Klinik
a. Gejala respiratorik
1.) Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan gangguan yang paling sering
dikeluarkan
2.) Batuk berdarah
Keluhan batuk darah pada klien TB paru selalau menjadi alasan utama
klien untuk meminta pertolongan kesehatan
3.) Sesak napas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan perenkim paru sudah luas /
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorak,
anemia.
4.) Nyeri dada
Termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini timbul apabila sistem
persyarafan pleura terkena TB.
b. Gejala sistematis
1.) Demam 40 – 41 oC
2.) Keluhan sistematis lain
Keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, malaise.
Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa
minggu sampai bulan. Akan tetapi penampilan akut dengan batuk,
panas, sesak napas.
Gejala reaktivasi tuberkolosis berupa demam menetap yang naik dan turun
(hectic fever), berkeringat pada malam hari yang menyebabkan basah kuyup
(dresinching night sweat) keheksia, batuk klinik dan hemoptasis. Pemeriksaan
fisik, terdapat demam, penurunan berat badan, crackle, mengi dari suara broncial
(Darmanto, 2009)
4. Patofisiologi dan pathway
Menurut somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup
mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuji alveoli
lalu berkembang biak dan terlihat menumpuk. Perkembangan mycobacterium
tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas)
selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengna melakukan
reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan
bakteri), sementara limfosit spesifik, tuberkolosis menghancurkan (melisiskan)
basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu
setelah terpapar bakteri. Interaksi antara mycobacterium tubercolusis dan sistem
kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru
disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang
dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk
meliputi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut ghon tubercle.
Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang
selanjutnya membentuk materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa).
Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Menurut widagdo 2011, setelah infeksi awal jika respons sistem umum tidak
adekuat maka penyebaran penyakit akan lrbih parah dapat timbul akibat infeksi
ulang/ bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasus ini
ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrothing caseosa di
bronkus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk
jaringan parasit paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan
timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel dsb. Pneumonia seluler ini
dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit
atau berkembangbiak di dalam sel.
Makrofag yang mengadakan infitrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit
(membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit ( membutuhkan
10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang
dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan memberikan respons berbeda kemudian
pada akhirnya membentuk kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
Pathways
Microbacterium tuberkulosa Droplet infection Masuk lewat jalan napas
Hipertermi
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut somantri (2008), pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkolusis
adalah
a. Sputum Culture
b. Ziehl neelsen: positif untuk BTA
c. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch)
d. Chest X-ray
e. Histologi atau kultur jaringan : positif untuk Mycobacterium tuberculosis
f. Needle biopsi of lung tissue : positif granuloma TB, adanya sel-sel besar yang
mengindikasikan nekrosis
g. Elektrolit
h. Bronkografi
i. Tes fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah
7. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1.) Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif.
2.) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-
kelompok populasi tertentu. Misalnya : karyawan rumah sakit
3.) Vaksinansi BCG
4.) Kemofolaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan
dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang
masih sedikit
5.) Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis kepada
masyarakat.
(Muttaqin, 2008)
b. Pengobatan
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi (agen
antituberkulosis) selama periode 6 samapai 12 bulan. Lima medikasi garis
depan digunakan adalah Isoniasid (INH), Rifampisin (RIF), Streptomisis
(SM), Etambutol (EMB), dan Pirazinamid (PZA), Kapremiosin, kanamisin,
etioamid, natrium para aminosila, amikasin, dan dan siklisin merupakan obat-
obat baris kedua.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d ketidakmampuan untuk
mengeluarkan sekresi pada jalan napas
b. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung
c. Hipertermi b.d reaksi inflamasi
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan napsu makan menurun
e. Resiko infeksi b.d kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari
kuman patogen.
3. Intervensi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d ketidakmampuan untuk
mengeluarkan sekresi pada jalan napas
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan - Buka jalan napas, gunakan
keperawatan selama 3 x 24 jam, teknik chinlift / jawtrust
bersihan jalan napas teratasi dengan - Posisikan pasien untuk
KH : memaksimalkan ventilasi
- Mendemontrasikan batuk - Identifikasi perlunya
efektif dan suara napas bersih, pemasangan alat jalan napas
tidak ada sianosis dan dyspnue. buatan
- Menunjukan jalan napas paten - Lakukan fototerapi dada
- Mampu mengidentifkasikan dan - Keluarkan sekresi dengan
mencegah faktoe yang dapat batuk efektif / suction
menghambat jalan napas - Auskultasi sekret dan suara
napas tambahan
- Monitor respitatori O2
4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien.
5. Evaluasai
Langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk
menenttukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi
klien.
DAFTAR PUSTAKA