Disusun oleh :
1. Anang Sonia Jaya (P15158)
2. Yayuk Aprilina (P15050)
3. Achmad Rifai (P16001)
4. Ellin Ramadhaning (P16181)
5. Etik Indah Kurniasari (P16021)
4. Komplikasi
Komplikasi Cidera kepala Sedang :
a. Hemorrhagie (Pecahnya / keluarnya darah dari pembuluhnya)
b. Infeksi (invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
terutama yang menyebabkan cedera seluler lokal )
c. Edema ( pengumpulan cairan secara abnormal dalam ruang jaringan
intraseluler tubuh)
d. Herniasi (penonjolan abnormal organ / struktur tubuh lainya melalui
cacat / lubang alamiah dalam selaput pembungkus , membran otot ,
atau tulang) (Arif Mansjoer, 2000 ).
5. Patofisiologi
a. Cidera Kulit Kepala
Karena bagian ini banyak mengandung pembuluh darah, kulit
kepala berdarah bila mengalami cedera dalam. Kulit kepala juga
merupakan tempat masuknya infeksi intrakranial. Trauma dapat
menimbulkan abrasi, kontisio, laserasi atau avulsi.
b. Fraktur tengkorak
Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang
tengkorak disebabkan oleh trauma. Ini dapat terjadi dengan atau tanpa
kerusakan otak. Adanya fraktur tengkorak biasanya dapat
menimbulkan dampak tekanan yang kuat. Fraktur tengkorak
diklasifikasikan terbuka/tertutup. Bila fraktur terbuka maka dura rusak
dan fraktur tertutup dura tidak rusak. Fraktur kubah kranial
menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur dan karena alasan yang
kurang akurat tidak dapat ditetapkan tanpa pemeriksaan dengan sinar
X, fraktur dasar tengkorak cenderung melintas sinus paranasal pada
tulang frontal atau lokasi tengah telinga di tulang temporal, juga sering
menimbulkan hemorragi dari hidung, faring atau telinga dan darah
terlihat di bawah konjungtiva. Fraktur dasar tengkorak dicurigai ketika
CSS keluar dari telinga dan hidung.
c. Cidera otak
Kejadian cedera “ Minor “ dapat menyebabkan kerusakan otak
bermakna. Otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sampai
derajat tertentu yang bermakna sel-sel cerebral membutuhkan supalai
darah terus menerus untuk memperoleh makanan. Kerusakan otak
tidak dapat pulih dan sel-sel mati dapat diakibatkan karena darah yang
mengalir tanpa henti hanya beberapa menit saja dan kerusakan neuron
tidak dapat mengalami regenerasi.
d. Komosio
Komosio cerebral setelah cedera kepala adalah kehilangan fase
neuologik sementara tanpa kerusakan struktur. Jika jaringan otak dan
lobus frontal terkena, pasien dapat menunjukkan perilaku yang aneh
dimana keterlibatan lobus temporal dapat menimbulkan amnesia
disoreantasi.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
a) Airway
Kaji adanya obstruksi jalan antara lain suara stridor, gelisah karena
hipoksia, penggunaan otot bantu pernafasan, sianosis
b) Breathing
Inspeksi frekuensi nafas, apakah terjadi sianosis karena luka
tembus dada, fail chest, gerakan otot pernafasan tambahan. Kaji
adanya suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing.
c) Sirkulasi
Kaji adanya tanda-tanda syok seperti: hipotensi, takikardi, takipnea,
hipotermi,pucat, akral dingin, kapilari refill>2 detik, penurunan
produksi urin.
d) Disability
Kaji tingkat kesadaran pasien serta kondisi secara umum.
e) Eksposure
Buka semua pakaian klien untuk melihat adanya luka.
b. Pengkajian Sekunder
a) Kepala
Kelainan atau luka kulit kepala dan bola mata, telinga bagian luar
dan membrana timpani, cedera jaringan lunak periorbital
b) Leher
Adanya luka tembus leher, vena leher yang mengembang
c) Neurologis
Penilaian fungsi otak dengan GCS
d) Dada
Pemeriksaan klavikula dan semua tulang iga, suara nafas dan
jantung, pemantauan EKG
e) Abdomen
Kaji adanya luka tembus abdomen, pasang NGT dengan trauma
tumpul abdomen
f) Pelvis dan ekstremitas
Kaji adanya fraktur, denyut nadi perifer pada daerah trauma, memar
dan cedera yang lain
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema otak.
b. Potensial tidak efektifnya pola pernapasan berhubungan dengan adanya
obstruksi trakeabronkial.
c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
penurunan ADH.
d. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan kelemahan otot yang diperlukan untuk mengunyah.
e. Gangguan rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan kerusakan
jaringan otak dan perdarahan otak atau peningkatan tekanan
intrakranial.
f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot.
g. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan masuknya kuman
melalui jaringan.
h. Gangguan integriatas kulit berhubungan dengan terjadinya kerusakan
jaringan kulit.
i. Resiko tinggi cedera aspirasi berhubungan dengan kesulitan menelan.
3. Rencana Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema otak
Tujuan :
a. Tingkat kesadaran dalam batas normal
b. Fungsi kognitif dan sensori / motorik normal
Intervensi :
a. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan koma, kesadaran menurun dan
peningkatan TIK.
b. Monitor dan catat status neurologik tentang frekuensi terjadi dan
bandingkan dengan GCS.
Respon mata terhadap rangsangan.
Respon verbal terhadap orang, waktu dan tempat.
Respon motorik (ekstremitas atas, bawah)
c. Evaluasi pupil, besar dan responnya terhadap cahaya.
d. Kurangi stimulus yang tidak berarti.
2. Potensial tidak efektifnya pola pernapasan berhubungan dengan adanya
obstruksi trakeabronkial
Tujuan : Pola napas efektif dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji kecepatan, kedalaman frekuensi dan bunyi napas.
b. Atur posisi pasien dengan posisi semi fowler (150 – 450).
c. Berikan posisi semi prone lateral atau miring.
d. Apabila pasien sudah sadar, anjurkan dan ajak latihan napas dalam.
e. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
oksigen.
f. Lakukan dengan tim analis dalam melaksanakan analisa gas darah.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
penurunan ADH
Tujuan :
a. Cairan elektrolit tubuh seimbang
b. Turgor kulit baik
Intervensi :
a. Monitor asupan haluaran setiap 8 jam sekali.
b. Berikan cairan setiap hari tidak boleh lebih dari 2000 cc.
c. Kolaborasi dengan tim analisis untuk pemeriksaan kadar elektrolit
tubuh.
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lasix.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan kelemahan otot yang diperlukan untuk mengunyah.
Tujuan :
a. Mendemonstrasikan pemeliharaan / kemajuan peningkatan berat
badan sesuai tujuan
b. Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan
mengatasi cebresi.
b. Auskultasi bising usus.
c. Timbang berat badan sesuai indikasi.
d. Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu sering dan
teratur.
e. Kaji feces, cairan lambung, muntah darah dan sebagainya.
5. Gangguan rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan kerusakan
jaringan otak dan perdarahan otak atau peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.
Intevensi :
a. Kaji mengenai lokasi, intensitas, penyebaran, tingkat kegawatan dan
keluhan-keluhan pasien.
b. Ajarkan latihan tehnik relaksasi.
c. Buat posisi kepala lebih tinggi.
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan
analgetika.
Arif Mansjoer dkk, 2000. Trauma Susunan Saraf dalam Kapita Selekta
George Dkk. 2009. Panduan Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Syaraf.
EGC : Jakarta
Erlangga.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperwatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pelita Harapan.
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA NY. S DENGAN CEDERA KEPALA SEDANG DI RUANG IGD
RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI
Disusun Oleh:
Disusun oleh :
6. Anang Sonia Jaya (P15158)
7. Yayuk Aprilina (P15050)
8. Achmad Rifai (P16001)
9. Ellin Ramadhaning (P16181)
10. Etik Indah Kurniasari (P16021)
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. T
b. Umur : 50 th
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Petani
i. No Reg : 53650
j. Dokter : dr. C
a. Nama : Tn. K
b. Umur : 50 th
c. Pendidikan : SD
d. Pekerjaan : Petani
a. Airway (A)
Jalan nafas terdapat sumbatan berupa lendir tidak ada darah, tidak ada
suara nafas seperti gurling, snorling, stridor,
b. Breathing (B)
RR : 26 x/mnt, nafas regular, tidak ada sianosis, ada suara nafas ronchi,
ada nafas cuping hidung.
c. Circulation (C)
Tekanan Darah 140/90, Nadi 86 x/mnt, Suhu, 36,2 0C, capiraly refill
normal kurang dari 2 detik, akral hangat, urine output 300 cc.
d. Disability (D)
e. Kesadaran pasien somnolen, nilai GCS E3M5V2 total GCS :10, pupil
anisokor lebih besar kanan : ka 4 mm ki 3 mm, reaksi pupil terhadap
cahaya positif.
f. Exposure (E)
Suhu pasien 36,20C, terdapat jejas memar kebiruan di kaki, tangan bahu
dan lengan.
C. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keadaan/penampilan umum
Kesadaran : Somnolen
TD : 140/72 mmHg
SpO2 : 96%
Suhu : 36,2ºC
RR : 26x/menit
HR : 86 x/menit
2. History (SAMPLE)
a. Subjektif
b. Alergi
c. Medikasi
e. Last meal
Keluarga mengatakan terakhir makan tadi pagi. Pasien makan nasi dan
sayur
f. Event leading
Pasien masuk tanggal 4 April 2019 jam 17.10 WIB di IGD RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri dengan keluhan post
kecelakaan lalu lintas kurang lebih 30menit, muntah darah, gelisah,
kesadaran menurun.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Rambut : Beruban
7) Diameter ka/ki:4mm/3mm
c. Dada :
Paru – paru
Perkusi : Pekak
Jantung
d. Abdomen
Perkusi : Tympani
e. Genetalia : Terpasang DC
g. Ekstermitas
Atas
Bawah
Genogram :
Keterangan :
Pasien :
Laki-laki :
Perempuan :
Laki – laki meninggal :
Perempuan meninggal :
Tinggal satu rumah :
a. Data Penunjang
HEMATOLOGI
Golongan B
Darah ABO
RDW-CV 13 11.5-14.5 %
KIMIA
F. TERAPI
G. ANALISA DATA
No DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
DS : -
1 Penumpukan Ketidakefektifan
DO :
secret bersihan Jalan
Jalan nafas terdapat sumbatan
nafas tidak efektif
berupa lendir, terdapat gigi
palsu, pasien muntah yang
berupa lendir.
RR: 26/mnt, terdapat suara
wheezing
Ketidakefektifan
DS : -
Adanya hemoragi
perfusi jaringan
2 DO :
intacerebral
cerebral
Kesadaran somnolen, GCS
10, pupil anisokor ka > ki,
verbal klien tanpa arti,
Pemeriksaan CT scan terdapat
perdarahan intracranial,
hematoma di kepala sebelah
kanan
TD : 140/90
N : 86x/mnt
RR : 30x /mnt.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan secret (00031)
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan adanya
hemoragi intacerebral (00201)
I. RENCANA KEPERAWATAN
NO TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
Memantau irama nafas pasien
1 Setelah dilakukan tindakan Memantau jalan nafas pasien
keperawatan 1x2 jam perfusi Membaskan jalan nafas pasien
Mengobservasi adanya sumbatan
bersihan jalan nafas efektif
jalan nafas
dengan Kriteria Hasil : Melakukan penghisapan jalan
Jalan nafas pasien bebas nafas sesuai kebutuhan
Dapat mengeluarkan sekresi
secara efektif Memantau Tanda-tanda Vital
Irama nafas normal 20x/mnt Memantau status neurologis
J. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1 Memantau jalan E
17.10 WIB S:-
nafas pasien
O : Terdapat lendir
dimulut dan pasien
1 Membebaskan jalan Er
17. 20 WIB S: -
nafas pasien
O : Memposisikan
kepala pasien lebih
tinggi daripada kaki
1 Melakukan A
17. 30 WIB S:-
penghisapan lendir
di jalan nafas sesuai O : Pasien dilakukan
suction, lendir dapat
kebutuhan keluar
2 Mengukur Tanda- A
17.40 WIB S:-
tanda Vital
O : TD:140/90
mmHg, N:86 x/mnt,
RR:20x/mnt,
S:36,20C
2 Memantau pupil Y
17.50 WIB S :-
pasien
O : pupil anisokor,
ka>ki, ka 4 mm ki 3
mm
2 Memantau tingkat E
18.30 WIB S:-
kesadaran pasien,
GCS O : kesadaran
somnolen, GCS
E3M6V2
1 Mempertahankan E
18.45 WIB S :-
oksigenasi
O : pasien terpasang
kanul O2 3 l/mnt
2 Memposisikan Er
18.45 WIB S:-
pasien supinasi
O : Pasien dalam
posisi supinasi
2 Memantau tanda S : - E
18.50 WIB O : Pasien muntah
peningkatan TIK berupa lendir
2 Mengobservasi E
19.00 WIB S:-
status cairan
termasuk asupan O : Memasukkan
infus NaCl 20 tpm
2 Memberikan terapi S : E
19.00 WIB
injeksi O : obat masuk per iv
infus
K. EVALUASI KEPERAWATAN
P : intervensi dilanjutkan
2 Y
Kamis, 4 S:-
April 2019 Yayuk
O : TD:140/90 mmHg, N:86 x/mnt, RR:20x/mnt,
21.00 WIB
S:36,20C, pupil anisokor, ka>ki; ka 4 mm ki 3
mm, kesadaran somnolen, GCS E3M6V2,
Pupil anisokor
Pertahankan oksigenasi
Pindakan di ICU