Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

Oleh :

I Gusti Putu Mahindhu

209012474

PROGRAM PROPESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT PNEUMONIA
1. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA). Dengan gejala
batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru yang
disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis
(NANDA NIC NOC, 2015:65).

2. Etiologi
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh
streptoccus pnemonia melalui selang infus oleh staphylococcus aureus sedangkan
pada pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan enterobacter dan masa kini terjadi
karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis polusi
ligkungan penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk paru-paru organism
bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengahlahkan mekanisme pertahanan paru
terjadi pnemonia. Selain di atas penyebab terjadinya pnemonia sesuai
penggolongannya yaitu:
a. Bacteria: Diplococcus pneumonia, pneumoccus, streptokokus hemolyticus,
streptococcus aureus, hemophilus influenza, mycobacterium tuberkolosis, bacillus
friendlander.
b. Virus: Respiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalitik, V. Influenza
c. Mycoplasma Pneumonia
d. Jamur: Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neuroformans, Blastomyces
dermatitides, Coccidodies immitis, Aspergilus species, Candida albicans.
e. Aspirasi: makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), Cairan amnion, Benda asing
f. Pneumonia Hispostatik
g. Sindrom Loeffer

3. Patofisiologi
Pneumonia merupakan salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA). Dengan
gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti
virus, bakteri, mycoplasma (fungi) yang masuk ke dalam saluran pernafasan
kemudian masuk ke dalam paru – paru, masuk ke dalam bronkus & alveoli
mengganggu kerja makrofag sehingga menimbulkan infeksi muncullah
peradangan/inflamasi menyebabkan terjadinya edema dan menimbulkan terjadinya
hambatan upaya napas (dispnea) sehingga memunculkan masalah keperawatan pola
napas tidak efektif. Dispnea dapat menimbulkan kelemahan sehingga memunculkan
masalah keperawatan Intolerasi Aktivitas. Peradangan/ inflamasi dapat merangsang
hipotalamus terjadi peningkatan suhu tubuh memunculkan masalah keperawatan
Hipertermi, peningkatan suhu tubuh menyebabkan pengeluaran keringat berlebih
sehingga terjadi penurunan intake cairan memunculkan masalah keperawatan Risiko
Hipovolemia. Peradangan dan inflamasi pada saluran pernapasan juga dapat
memungkinkan peningkatan produksi sekret sehingga muncul masalah keperawatan
bersihan jalan napas tidak efektif. Peningkatan produksi sekret mengakibatkan difusi
gas antara O2 dan CO2 di alveoli terganggu sehingga kapasitas transportasi O2
menurun dapat menimbulkan masalah keperawatan Gangguan Pertukaran Gas.
Produksi sekret yang berlebih juga memicu pasien batuk sehingga terjadi penekanan
pada diafragma pada tekanan intra abdomen memicu saraf pusat terjadilah anoreksia
menyebabkan nutrisi menjadi berkurang sehingga terjadi peningkatan metabolisme
sehingga muncul masalah keperawatan Defisit Nutrisi.
Pathway

Virus Bakteri Mycoplasma Jamur


pneumonia

Masuk saluran pernafasan


Paru-paru
Reseptor peradangan

Bronkus & alveoli hipothalamus

Mengganggu kerja makrofag Suhu tubuh


Hipertermi
infeksi
Keringat berlebih Risiko
Peradangan/inflamasi Hipovolemia
Intake cairan
Edema
Produksi sekret Difusi gas antara O2
& CO2 di alveoli
batuk tertganggu
Hambatan upaya napas (dispnea)

Kelelahan Kapasitas transportasi


Pola Nafas Tidak O2 menurun
Efektif
Intoleransi
Gangguan
Aktivitas
Pertukaran Gas
Bersihan Jalan
Nafas Tidak
Efektif
Penekanan diafragma

Tekanan intra abdomen

Anoreksia Saraf pusat

Nutrisi berkurang

Peningkatan
Defisit Nutrisi metabolisme
4. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan antaomi. (IKA FKUI)
a. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau bagian besar dari satau atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral
atau “ganda”.
b. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus
yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia
lobularis.
c. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar (Interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular

Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungannya:


a. Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H.Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada
lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK,
Penyakit penyerta kardiopolmonal/jamak, atau paksa tetapi antibotika
spectrum luas.
b. Pneumonia nosokomial
Tergantung pada 3 karakter yaitu: tingkat berat sakit, adanya resiko untuk
jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia
c. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman,pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan tosik,
akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung edema
paru, danobstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
d. Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi
dapatdisebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya
nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus jamur dan cacing.

5. Manifestasi klinis
a. Demam
Demam sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan-3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-49,5
bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang
euphoria dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang
tidak biasa.
b. Meningismus
Tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan awitan
demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan
pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan
berkurang saat suhu turun.
c. Anoreksia
Anoreksia merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat
yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali
memanjang sampai tahap pemulihan.
d. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi
dapat menetap selama sakit.
e. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
f. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum, kadang tidak bisa dibedakan dari
nyeri apendiksitis.
g. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusu pada bayi
h. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit
(rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
i. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan, dapat menjadi bukti
hanya selama fase akut.
j. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi
k. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih
besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan peroral
l. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusui, makan atau minum, atau
memuntahkan semua, kejang, letorgis atau tidak sadar, sianosis, distress
pernafasan berat.
m. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapa nafas cepat saja:
 Pada anak umur 2 bulan-11 bulan : > 50 kali/menit
 Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : > 40 kali/menit

6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum pada klien dengan pneumonia dapat dilakukan secara selintas
pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai
secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri dari composmentis, apatis,
supor, supor coma, atau koma.
b. Tanda – tanda vital:
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital pada klien dengan pneumonia biasanya di
dapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari 40 oC, frekuensi napas meningkat dari
frekuensi normal, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan
suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan apabila tidak melibatkan infeksi
sistemis yang berpengaruh pada hemodinamika kardiovaskular tekanan darah
biasanya tidak ada masalah.
c. Inspeksi: bentuk dada dan gerakan pernapasan. Gerakan pernapasan simetris. Pada
klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan
dangkal, serta adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Napas cuping
hidung pada sesak berat dialami terutama oleh anak – anak. Batuk dan sputum.
Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien dengan pneumonia, biasanya
didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya peningkatan produksi sekret
dan sekresi sputum yang purulent.
d. Palpasi: Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. Pada palpasi klien
dengan pneumonia gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan seimbang
antara bagian kanan dan kiri. Getaran suara (vocal fremitus). Taktil fremitus pada
klien dengan pneumonia biasanya normal.
e. Perkusi: klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. bunyi redup perkusi pada
klien dengan pneumonia didapatkan apabila bronchopneumonia menjadi suatu
sarang (kunfluens).
f. Auskultasi: pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan
bunyi napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan
adanya ronkhi.
g. Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X: mengidentifikasi distribusi struktual (missal: lobar, bronchial) : dapat
juga menyatakan abses
b. Biopsy Paru: Untuk menetapkan diagnosis
c. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapayt mengidentifikasi
semua organism yang ada
d. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organism khusus
e. Pemeriksaan fungi paru: Untuk mengetahui paru. Paru menetapkan luas, berat dan
membantu diagnosis keadaan
f. Spirometrik static: Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g. Bronkostopi: Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat bneda asing

8. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotic per-oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita
dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, hanya
dirawat dan antibiotic diberikan melalui infuse. Mungkin perlu diberikan oksigen
tambahan, cairan intravena dan atau alat bantu nafa mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat
diberikan antara lain:
- Oksigen 1-2 L/menit
- IVFD dekstrose 10%: Nacl 0.9% = 3:1, +KCI 10 Mea/500ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
- Jika sesak tidak terlalu berat, dapat melalui makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan keeding drip.
- Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic
diberikan sesuai hasil kultur. Untuk kasus pneumonia community based:
- Ampisilin 100mg/kg BB/ hari dalam 4 kali pemberian
- Kloramfenikol 75mg/kg BB/ hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital based:
- Sepatoksim 100mg/kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian
- Amikasin 10-15mg/kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA


1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian (identitas klien dan identitas penanggung jawab)
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk, dan peningkatan
suhu tubuh/demam.
c. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Pada klien dengan
pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang
setelah meminum obat batuk yang biasa ada di pasaran. Pada awalnya keluhan
batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk
produktif dengan mukus purulent kekuning – kuningan, kehijau – hijauan,
kecoklatan atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya
mengeluh mengalami demam tinggi dan mengigil. Adanya keluhan nyeri dada
pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan nyeri
kepala.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian di arahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah
mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) deengan gejala seperti luka
tenggorok, kongesti nasal, bersin, dan demam ringan.
e. Riwayat sosiokultural
f. Pola fungsi kesehatan Gordon
- Pola persepsi dan manajemen kesehatan
- Nutrisi metabolic
- Pola eliminasi
- Pola aktivitas dan latihan
- Pola kognitif dan persepsi
- Pola tidur dan istirahat
- Pola peran dan hubungan
- Pola seksual – reproduksi
- Pola toleransi stress – koping
- Pola nilai kepercayaan
g. Pemeriksaan fisik
h. Data penunjang (pemeriksaan diagnostic)
i. Data tambahan

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret
Gejala Dan Tanda Mayor Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif Subjektif
(tidak tersedia) 1. Dyspnea
Objektif 2. Sulit bicara
1. Batuk tidak efektif 3. Ortopnea
2. Tidak mampu batuk Objektif
3. Sputum berlebih 1. Gelisah
4. Mengi, wheezing dan/atau 2. Sianosis
ronkhi kering 3. Bunyi napas menurun
5. Mekonium di jalan napas 4. Frekuensi napas berubah
(pada neonates) 5. Pola napas berubah

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (dispnea)
Gejala Dan Tanda Mayor Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif Subjektif
1. Dyspnea 1. Ortopnea
Objektif Objektif
1. Penggunaan otot bantu 1. Pernapasan pursed – lip
pernapasan 2. Pernapasan cuping hidung
2. Fase ekspirasi memanjang 3. Diameter thoraks anterior –
3. Pola napas abnormal (mis. posterior meningkat
Takipnea, bradipnea 4. Ventilasi semenit menurun
hiperventilasi, kussmaul, 5. Kapasitas vital menurun
cheyene – stokes) 6. Tekanan ekspirasi menurun

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kapasitas transportasi O2


menurun
Gejala Dan Tanda Mayor Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif Subjektif
1. Dyspnea 1. Pusing
Objektif 2. Penglihatan kabur
1. PCO2 meningkat/menurun Objektif
2. PO2 menurun 1. Sianosis
3. Takikardia 2. Diaforesis
4. PH arteri meningkat/menurun 3. Gelisah
5. Bunyi napas tambahan 4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal
(cepat/lambat,
regular/ireguler,dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal (mis.
Pucat, kebiruan)
7. Kesdaran menurun

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme


Gejala Dan Tanda Mayor Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif Subjektif
(tidak tersedia) 1. Cepat kenyang setelah makan
Objektif 2. Kram/nyeri abdomen
1. Berat badan menurun minimal 3. Nafsu makan menurun
10% dibawah rentang ideal Objektif
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membrane mukosa pusat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare

e. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan


f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Gejala Dan Tanda Mayor Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif Subjektif
1. Mengeluh lelah 1. Dyspnea saat/setelah aktivitas
Objektif 2. Merasa tidak nyaman setelah
1. Frekuensi jantung meningkat beraktivitas
>20% dari kondisi istirahat 3. Merasa lemah
Objektif
1. Tekanan darah berubah >20%
dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan
aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
4. Sianosis

g. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh akibat peradangan


Gejala Dan Tanda Mayor Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif Subjektif
(tidak tersedia) (tidak tersedia)
Objektif Objektif
1. Suhu tubuh diatas nilai normal 1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
1

3. Intervensi Keperawatan

No No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


diagnosa
1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:
selama…x24jam diharapkan bersihan 1. Monitor status pernapasan 1. Mengetahui permsalahan dan
jalan nafas kembali efektif dengan (frekuensi, kedalaman, usaha memantau jalan napas klien
kriteria hasil : napas)
1. Frekuensi pernafasan normal 2. Monitor bunyi napas tambahan 2. Mengetahui ada atau tidaknya
(12-20x/mnt) (wheezing atau ronchi) bunyi napas tambahan
2. Produksi sputum menurun 3. Untuk mengetahui apakah
3. Mampu batuk efektif 3. Monitor sputum (jumlah, warna) produksi sputum meningkat
4. Tidak ada suara nafas tambahan atau tidak dan untuk mengetahui
(wheezing atau ronchi) apakah sputum normal atau
tidak

Terapeutik: 1. Posisi semi fowler dapat


1. Posisikan pasien semi fowler memaksimalkan ekspansi paru
dan menurunkan upaya
pernpasan. Ventilasi maksimal
membuka area atelektasis dan
meningkatan gerakan sputum ke
jalan napas besar untuk
2. Berikan minum hangat dikeluarkan
2. Membantu mengencerkan
dahak sehingga mampu
3. Lakukan fisioterapi dada batuk efektif
3. Fisioterapi dada dapat
membantu memudahkan
4. Lakukan penghisapan lendir peneluaran sputum
4. Untuk memudahkan
mengeluarkan dahak jika
pasien tidak mampu batuk
5. Berikan terapi oksigen efektif
5. Agar pasien dapat bernafas
Edukasi: dengan normal
1. Ajarkan pasien teknik batuk
efektif 1. Edukasi yang diberikan
untuk klien dan keluarga
agar klien dan keluarga
Kolaborasi: memahami pentingnya batuk
1. Kolaborasi pemberian terapi obat efektif
dengan nebulizer atau 1. Pemberian obat untuk
bronkodilator membantu mempercepat
penyembuhan
2 2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:
selama…x24jam diharapkan pola nafas 1. Monitor status pernapasan 1. Mengetahui permasalahan
efektif dengan (frekuensi, kedalaman, usaha pada status pernapasan
kriteria hasil : napas)
1.Frekuensi pernafasan normal (12- 2. Monitor bunyi napas tambahan 2. Mengetahui ada atau
20x/mnt) (wheezing atau ronchi) tidaknya bunyi napas
2.Tidak ada dispnea tambahan
3. Tidak ada penggunaan otot 3. Auskultasi bunyi napas 3. Mengetahui apakah suara
bantu nafas nafas pasien normal atau
4. Pemanjangan fase ekspirasi tidak
menurun Terapeutik:
5. Suara auskultasi nafas normal 1. Posisikan pasien semi fowler 1. Posisi semi fowler dapat
(vesikular)
memaksimalkan ekspansi
paru dan menurunkan upaya
pernpasan. Ventilasi
maksimal membuka area
atelektasis dan meningkatan
gerakan sputum ke jalan
napas besar untuk
dikeluarkan
2. Berikan terapi oksigen
2. O2 dapat memnuhi
kebutuhan oksigen sehingga
frekuensi pernapasan
Edukasi: kembali normal
1. Ajarkan teknik bernapas/relaksasi
1. Relaksasi dapat membuat
Kolaborasi: pasien tenang dan tidak lelah
1. Kolaborasi pemberian terapi
obat dengan nebulizer atau 1. Pemberian obat untuk
bronkodilator membantu mempercepat
penyembuhan
3 3 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:
selama…x24jam diharapkan gangguan 1. Monitor status pernapasan 1. Untuk mengetahui status
pertukaran gas teratasi dengan kriteria (frekuensi, kedalaman, usaha pernapasan klien
hasil : napas)
1. Saturasi oksigen kembali 2. Monitor oksigenasi klien 2. Untuk mengetahui kebutuhan
normal ( 92-100%) oksigenasi klien
2. PaO2 pasien kembali normal 3. Monitor analisa gas darah 3. Untuk mengetahui hasil
(80-100mmHg) saturasi oksigen, PaO2,
3. PaCO2 pasien kembali normal PaCO2)
(35-45mmHg)

Terapeutik:
1. Posisikan pasien semi fowler 1. Posisi semi fowler dapat
memaksimalkan ekspansi
paru dan menurunkan upaya
pernpasan. Ventilasi
maksimal membuka area
atelektasis dan meningkatan
gerakan sputum ke jalan
napas besar untuk
dikeluarkan
2. Berikan terapi oksigen 2. Untuk memenuhi kebutuhan
oksigen pasien
Edukasi:
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara 1. Agar pasien / keluarga pasien
menggunakan oksigen di rumah dapat mengetahui cara
penggunaan oksigen dengan
benar
Kolaborasi:
1. Kolaborasi penentuan dosis 1. Agar pasien mendapatkan
oksigen terapi oksigen yang sesuai
dengan kebutuhannya
2. Kolaborasikan dengan dokter/tim 2. Untuk mengantisipasi status
medis lainnya mengenai pernafasan pasien jika
penggunaan oksigen tambahan memburuk
selama kegiatan
4 4 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:
selama…x24jam diharapkan nutrisi 1. Monitor asupan makan pasien 1. Untuk mengetahui
pasien dapat terpenuhi dengan kriteria perkembangan status nutrisi
hasil : pasien
1. Porsi makan yang dihabiskan 2. Monitor berat badan pasien 2. Untuk mengetahui
meningkat perkembangan berat badan
2. Berat badan pasien kembali pasien
ideal Terapeutik:
1. Sajikan makanan secara menarik 1. Untuk meningkatkan nafsu
dan suhu yang sesuai makan pasien
2. Berikan makanan tinggi kalori 2. Agar nutrisi pasien terpenuhi
dan tinggi protein
3. Berikan suplemen makanan jika 3. Untuk mengantisipasi jika
perlu asupan nutrisi pasien
memburuk
Edukasi:
1. Ajarkan klien dan keluarga 1. Agar kebutuhan nutrisi
mengenai diet yang di pasien dapat terpenuhi
programkan dengan pahamnya klien dan
keluarga akan diet yang
didapatkan oleh pasien
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 1. Agar asupan nutrisi pasien
menentukan jumlah kalori dan terpenuhi sesuai dengan
jenis nutrient yang dibutuhkan kebutuhannya
5 5 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:
selama…x24jam diharapkan masalah 1. Periksa tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui
resiko hipovolemi teratasi dengan hipovolemia (frekuensi nadi perkembangan kondisi
kriteria hasil : meningkat, nadi teraba lemah, pasien
1. Nadi teraba kuat tekanan darah menurun, turgor
2. Frekuensi nadi normal (60- kulit menurun, membrane mukosa
100x/menit) kering, haus, lemah)
3. Tekanan darah normal ( sistol: 2. Monitor intake dan output cairan 2. Untuk mengetahui status
100-130 mmHg) dan (diastol: cairan dan kebutuhan cairan
70-99 mmHg) klien
4. Frekuensi napas normal (12- Terapeutik:
20x/menit) 1. Hitung kebutuhan cairan 1. Untuk mengetahui kebutuhan

5. Pasien tidak pucat cairan klien

6. Turgor kulit elastis 2. Berikan posisi Trendelenburg 2. Untuk memaksimalkan

7. Membran mukosa lembab oksigen ke otak

3. Berikan asupan cairan oral 3. Untuk memenuhi cairan


pasien dan mencegah
hipovolemi yang
berkelanjutan
Observasi:
1. Anjurkan memperbanyak 1. Untuk mencegah hipovolemi
asupan cairan oral berkelanjutan

Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan IV 1. Untuk membantu memenuhi
isotonis (RL, NaCL) cairan tubuh pasien yang
nantinya akan mencegah
terjadinya resiko syok
hipovolemi
6 6 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:
selama …x24jam diharapkan 1. Monitor sistem kardiorespirasi 1. Mengetahui perkembangan
intoleransi aktivitas teratasi dengan pasien selama kegiatan (takikardi, kondisi pasien
kriteria hasil: frekuensi pernapasan, dyspnea,
1. Frekuensi pernapasan saat dan pucat)
sesudah beraktivitas normal Terapeutik:
(12-20x/menit) 1. Berikan kegiatan pengalihan yang 1. Peningkatkan relaksasi pada
2. Frekuensi nadi saat dan sesudah menenangkan untuk pasien asma sangat penting
beraktivitas normal (60- meningkatkan relaksasi agar pasien tidak keletihan
100x/menit) Edukasi:
3. Kemudahan bernapas ketika 1. Anjurkan melakukan aktivitas 1. Dilakukan secara bertahap
beraktivitas secara bertahap agar ketahanan pasien terjaga
2. Ajarkan pasien mengenai 2. Mengajarkan pasien dapat
pengelolaan kegiatan dan teknik memberikan kemandirian
manajemen waktu untuk untuk melakukan tindakan
mencegah kelelahan awal yang harus ia lakukan
Kolaborasi:
1. Delegatif pemberian therapy obat 1. Pemberian obat untuk
membantu mempercepat
penyembuhan
7 7 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:
selama…x24jam diharapkan pasien 1. Monitor suhu tubuh dan tanda- 1. Untuk mengetahui suhu
mampu mempertahankan suhu dalam tanda vital pasien tubuh dan tanda-tanda vital
batas normal dengan kriteria hasil : lain apa sudah normal/belum
1. Suhu tubuh pasien dalam batas Terapeutik:
normal(36-37,5°C) 1. Berikan terapi kompres hangat 1. Dengan kompres akan
2. Tingkat pernafasan pasien pada pasien terjadi perpindahan panas
kembali normal(12-20x/mnt) secara konduksi dan dan
3. Denyut nadi pasien kembali kompres hangat akan
normal(60-100x/mnt) mendilatasi pembuluh darah
4. Pasien tidak menggigil 2. Berikan cairan oral 2. Agar pasien tidak mengalami
dehidrasi saat hipertermi
Edukasi:
1. Anjurkan klien tirah baring 1. Agar kondisi pasien
membaik
2. Ajarkan keluarga pasien tentang 2. Agar keluarga dapat dengan
lokasi kompres yang benar yaitu mandiri memberikan
pada lipatan paha dan ketiak kompres pada pasien
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan dan 1. Untuk membantu
elektrolit intravena, jika perlu penyembuhan pasien
4. Implementasi Keperawatan

Melaksanakan implementasi sesuai dengan apa yang direncanakan di intervensi keperawatan

5. Evaluasi

No Hari/Tgl/Jam No Evaluasi Nama dan TTD


Diagnosa

1 1 S=Data yang disampaikan langsung oleh klien/keluarga

O= Frekuensi pernafasan normal (12-20x/mnt), produksi sputum


menurun, mampu batuk efektif, tidak ada suara nafas tambahan
(wheezing atau ronchi)
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian dan
/atau tidak tercapai

P=Planning/Rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa: pertahankan


kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau modifikasi intervensi

2 2 S=Data yang disampaikan langsung oleh klien/keluarga

O= Frekuensi pernafasan normal (12-20x/mnt), tidak ada dyspnea, tidak


ada penggunaan otot bantu nafas, pemanjangan fase ekspirasi menurun,
suara auskultasi nafas normal (vesikular)
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian dan
/atau tidak tercapai

P=Planning/Rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa: pertahankan


kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau modifikasi intervensi

3 3 S=Data yang disampaikan langsung oleh klien/keluarga

O= Saturasi oksigen kembali normal (92-100%), PaCO2 pasien kembali


normal (80-100 mmHg), PaCO2 pasien kembali normal (35-45 mmHg)

A=Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian dan


/atau tidak tercapai

P=Planning/Rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa: pertahankan


kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau modifikasi intervensi

4 4 S=Data yang disampaikan langsung oleh klien/keluarga

O= Porsi makan yang dihabiskan meningkat, berat badan pasien kembali


ideal
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian dan
/atau tidak tercapai

P=Planning/Rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa: pertahankan


kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau modifikasi intervensi

5 5 S=Data yang disampaikan langsung oleh klien/keluarga


O= Nadi teraba kuat, frekuensi nadi normal (60-100x/menit), tekanan
darah normal ( sistol: 100-130 mmHg) dan (diastol: 70-99 mmHg),
frekuensi napas normal (12-20x/menit), pasien tidak pucat, turgor kulit
elastis, membran mukosa lembab
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian dan
/atau tidak tercapai

P=Planning/Rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa: pertahankan


kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau modifikasi intervensi

6 6 S=Data yang disampaikan langsung oleh klien/keluarga

O= Frekuensi pernapasan saat dan sesudah beraktivitas normal (12-


20x/menit), frekuensi nadi saat dan sesudah beraktivitas normal (60-
100x/menit), kemudahan bernapas ketika beraktivitas
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian dan
/atau tidak tercapai

P=Planning/Rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa: pertahankan


kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau modifikasi intervensi

7 7 S=Data yang disampaikan langsung oleh klien/keluarga

O= Suhu tubuh pasien dalam batas normal(36-37,5°C), tingkat pernafasan


pasien kembali normal(12-20x/mnt), denyut nadi pasien kembali
normal(60-100x/mnt), pasien tidak menggigil
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi tercapai, tercapai sebagian dan
/atau tidak tercapai

P=Planning/Rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa: pertahankan


kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau modifikasi intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif,Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis&NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai