Oleh :
WAYAN USIANA
(209012434)
2. Etiologi
Menurut Stuart dan Sundeen (2010), perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor
predisposisi atau faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa.
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan
Sentuhan, perhatian, kehangatan, dari keluarga yang menyebabkan individu
menyendiri, kemampuan berhubungan dengan klien tidak adekuat yang berakhir
dengan menarik diri.
2) Komunikasi dalam keluarga
Klien sering mengalami kecemasan dalam berhubungan dengan anggota
keluarga : sering menjadi kambing hitam, sikap keluarga yang tidak konsisten
(kadang boleh, kadang tidak boleh). Situasi ini membuat klien enggan
berkomunikasi dengan orang lain.
3) Sosial budaya
Dikota besar, masing-masing individu sibuk memperjuangkan hidup, sehingga
tidak ada waktu bersosialisasi, situasi ini mendukung perilaku menarik diri.
b. Faktor Presipitasi
1) Stressor sosiokultur
Menurunnya stabilitas unit keluarga. Berpisah dengan orang yang berarti dalam
kehidupannya, missal karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasi. Sehingga memunculkan stress.
3. Rentang Respon Sosial
5. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Haloperidol (HPD)
a. Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan, menilai realitas dalam fungsi internal serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
b. Mekanisme kerja
Obat anti psikosi dalam memblokade dopamine pada reseptor pasca sinoptik
neuron di otak khususnya system limbik dan system ekstra piramidal.
c. Efek samping
Sedasi gangguan otonomik, gangguan endokrin.
d. Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, dan kelainan jantung.
b. Trihexipenidyl (THP)
1) Indikasi
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca encephalitis dan idiopatik
2) Mekanisme kerja
Sinergis dengan kinidine, obat anti depresi dan anti kolinergik lainnya.
3) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, binggung, takikardi,
retensi urine.
4) Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap trihexipenidyl, psikosis berat, psikoneurosis, dan
obstruksi saluran cerna.
c. Risperidone
1) Indikasi
Untuk skizofreniaakut dan kronik, keadaan psikotik lain dengan gejala
(halusinasi, delusi, curiga, gangguan emosi) atau mengurangi gejala afektif
berhubungan dengan skizofrenia.
2) Efek samping
Insomnia, agitasi, cemas, sakit kepala, somnolen, lelah, takikardi.
3) Kontra indikasi
Hipotensi, penyakit ginjal, lanjut usia, Parkinson, epilepsi.
2. Terapi somatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan
melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberikan
perlakuan fisik adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perlakuan klien. Jenis
terapi somatik adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi, dan fototerapi.
a. Pengikatan
Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera fisik pada
klien sendiri atau orang lain.
b. Terapi Kejang Listrik/Elektro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang (Grandmal)
dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2-3 joule) melalui electrode yang
ditempelkan di bebrapa titik pada pelipis kiri/kanan (lobus frontalis) klien.
c. Isolasi
Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri di ruangan
tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi klien, orang lain, dan
lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin terjadi.
d. Fototerapi
Fototerapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien pada sinar
terang 5-10 x lebih terang daripada sinar ruangan dengan posisi klien duduk, mata
terbuka, pada jarak 1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi mata.
3. Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Tetapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dari perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku adaptif. Jenis-jenis terapi modalitas antara lain:
a. Aktifitas Kelompok
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) adalah suatu bentuk terapi yang didasarkan
pada pembelajaran hubungan interpersonal. Fokus terapi aktifitas kelompok adalah
membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan hubungan interpersonal,
membuat perubahan, atau ketiganya.
b. Terapi keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan
langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar
mampu melakukan lima tugas kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan,
membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga
yang sehat, menciptakan lingkungan yang sehat, dan menggunakan sumber yang
ada dalam masyarakat.
c. Terapi Rehabilitasi
Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau
berdiri sendiri, seperti Terapi okupasi, rekreasi, gerak, dan musik.
d. Terapi Psikodrama
Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien
dalam suatu drama. Drama ini memberi kesempatan pada klien untuk menyadari
perasaan, pikiran, dan perilakunya yang mempengaruhi orang lain.
e. Terapi Lingkungan
Terapi lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan
gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh
terhadap proses penyembuhan. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik,
dan multidisipliner.
7. Mekanisme Koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering
digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi (Damaiyanti, 2012:84)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat
diterimasecara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau
bertentangan antara sikap dan perilaku.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat
adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi. Keluhan biasanya berupa
menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam
diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari –
hari, tergantung pada orang lain.
3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi yakni keturunan,
endokrin, metabolisme ,ssp ,dan kelemahan ego. Kehilangan, perpisahan, penolakan
orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan/frustasi berulang, tekanan
dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-tiba
misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah ,PHK, perasaan
malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan, tituduh kkn, dipenjara tiba –
tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri
sendiri yang berlangsung lama.
5. Aspek Psikososial
a. Genogram
Orang tua menderita skizofrenia,salah satu kemungkinan anaknya 7-16 %
skizofrenia,bila keduanya menderita 40-68%,saudara tiri kemungkinan 0,9-1,8
%,saudara kembar 2-15 %,dan saudara kandung 7-15 %.
b. Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan
mempengaruhi konsep diri pasien.
1) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.Menolak
penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan
bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.
2) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan.
3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua,
putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya: mengungkapkan keinginan
yang terlalu tinggi.
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang
percaya diri.
c. Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun,dan
berdiam diri.
d. Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran keinginan beraktivitas.
e. Status mental
1) Penampilan diri
Pasien terlihat lesu, tidak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju tidak
tepat, resleting tak terkunci,baju tak dikancing,baju terbalik sebagai manifestasi
kemunduran kemauan pasien .
2) Pembicaraan
Nada suara rendah,lambat,kurang bicara,apatis.
3) Aktivitas motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada
satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia).
4) Emosi
Emosi dangkal
5) Afek
Tumpul, tak ada ekspresi muka
6) Interaksi selama wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan
bicara, diam.
7) Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham
8) Proses berpikir
Gangguan proses berpikir jarang ditemukan
9) Kesadaran
Kesadaran berubah, kemauan mengadakan hubungan serta pembatasan dengan
dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan
kenyataan (secara kualitatif)
10) Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu dan orang.
11) Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan,
selalu memberikan alasan meskipun tidak jelas dan tidak tepat.
12) Tilik diri
Tidak ada yang khas.
f. Kebutuhan sehari-hari
Pada permulaaan, penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya,makin
mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk memenuhi
kebutuhan sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi,
berpakaian, dan istirahat tidur.
2. Pohon Masalah
Akibat
Resiko Perubahan sensori persepsi : Halusinasi
4. Rencana Keperawatan
Perencanaan
Dengan dukung
diperhatikan.
5. Intervensi Berdasarkan SP Pasien dan Keluarga
Isolasi sosial
SP 1 PASIEN SP 1 KELUARGA
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi social 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2. Berdikusi dengan pasien tentang manfaat keluarga dalam merawat pasien.
berinteraksi dengan orang lain 2. Menjelaskan pengertian,tanda dan
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak gejala isolasi sosial yang dialami pasien
berinteraksi dengan orang lain beserta proses terjadinya.
4. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
berinteraksi dengan orang lain dengan isolasi social
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan 4. Melatih cara merawat pasien
latihan berbincang-bincang dengan orang lain 5. RTL Keluarga
dalam kegiatan harian
SP 2 PASIEN SP 2 KELUARGA
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Mengevaluasi SP I
2. Memberikan kesempatan kepada pasien 2. Melatih keluarga mempraktikan cara
mempratikan cara berkenalan dengan satu orang merawat pasien dengan isolasi social.
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan 3. Melatih keluarga melakukan cara
bercakap-cakap dengan orang lain sebagian salah merawat langsung pada pasien isolasi
satu kegiatan harian sosial
SP 3 PASIEN SP 3 KELUARGA
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Membantu keluarga membuat jadwal
2. Memberikan kesempatan kepada pasien aktivitas dirumah termasuk minum obat
berkenalan dengan dua orang atau lebih (perencanaan pulang)
3. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam 2. Menjelaskan tindakan tindak lanjut
jadwal kegiatan harian pasien setelah pulang.
3. RTL Keluarga: follow up dan rujukan
6. Implementasi
Melakukan implementasi sesuai dengan evaluasi
7. Evaluasi Keperawatan
a. Pasien mengungkapkan masalahnya
b. Pasien dapat berkenalan dengan orang lain
c. Kontak mata (+)
d. Pasien mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain
e. Jadwal kegitatan pasien terisi
DAFTAR PUSTAKA
Anna, Budi Keliat. (2015). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri, Jakarta:
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Herman, Ade. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medical Book.
Rasmun. (2014). Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta:
CV Sagung Seto.
Stuart, GW. (2015). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.