Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Oleh :

WAYAN USIANA

(209012434)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
Kasus 7 :
Laki-laki berusia 45 tahun di rawat di ruang cempaka RSJ dengan kondisi lusuh dan bau pesing.
Pasien tidak suka bicara, kontak mata kurang, menunduk dan lebih suka menyendiri. Adiknya
mengatakan pasien kembali kambuh karena diejek orang lain kemudian pasien tidak mau minum
obat dan mulai bicara sendiri.
Analisis Kasus
Isolasi sosial merupakan kondisi dimana pasien selalu merasa sendiri dengan merasa kehadiran
orang lain sebagai ancaman (Kirana, 2018). Isolasi sosial merupakan keadaan dimana
seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya (Karundeng, 2016).
Tanda dan Gejala isolasi social
1. Kurang spontan, apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2. Menghindar dari orang lain
3. Komunikasi kurang atau tidak ada
4. Tidak ada kontak mata
5. Menolak berhubungan
6. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan
orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan
mengisolasi diri tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang
2013, dalam Herman 2016).
Isolasi sosial sebagai salah satu gejala negatif pada skizofrenia digunakan oleh klien
untuk menghindar dari orang lain agar pengalaman yang tidak menyenangkan dalam
berhubungan dengan orang lain tidak terulang lagi (Wakhid et al., 2013).

2. Etiologi
Menurut Stuart dan Sundeen (2010), perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor
predisposisi atau faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa.
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan
Sentuhan, perhatian, kehangatan, dari keluarga yang menyebabkan individu
menyendiri, kemampuan berhubungan dengan klien tidak adekuat yang berakhir
dengan menarik diri.
2) Komunikasi dalam keluarga
Klien sering mengalami kecemasan dalam berhubungan dengan anggota
keluarga : sering menjadi kambing hitam, sikap keluarga yang tidak konsisten
(kadang boleh, kadang tidak boleh). Situasi ini membuat klien enggan
berkomunikasi dengan orang lain.
3) Sosial budaya
Dikota besar, masing-masing individu sibuk memperjuangkan hidup, sehingga
tidak ada waktu bersosialisasi, situasi ini mendukung perilaku menarik diri.
b. Faktor Presipitasi
1) Stressor sosiokultur
Menurunnya stabilitas unit keluarga. Berpisah dengan orang yang berarti dalam
kehidupannya, missal karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasi. Sehingga memunculkan stress.
3. Rentang Respon Sosial

Respon Adaptif Respon Maladaptif

- Solitude - Kesepian - Manipulasi


- Otonomi - Menarik diri - Impulsif
- Kebersamaan - Ketergantungan - Narkisme
- Saling ketergantungan

Gambar 1. Rentang respon sosial

1. Rentang Respon Adaptif


a. Menyendiri (Solitute)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-
ide, pikiran perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling ketergantungan
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
2. Rentang respon antara adaptif dan maladaptif
a. Kesepian
Merupakan kondisi klien yang sendiri tanpa teman.
b. Menarik diri
Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
c. Ketergantungan
Terjadi apabila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
3. Rentang respon maladaftip
a. Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan social yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek, hubungan terpusat pada pengendalian dan
individu berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada
orang lain.
b. Impulsif
Yaitu suatu keadaan dimana klien tidak mampu merencanakan suatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk dan tak dapat diandalkan.
c. Narkisme
Merupakan suatu keadaan dimana harga diri klien rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan pujian, sikap egosentris, pencemburu dan
marah jika orang tidak mendukung.

4. Tanda dan Gejala


Tanda-tanda pasien mengalami isolasi sosial, diantaranya :
1. Kurang spontan, apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2. Menghindar dari orang lain
3. Komunikasi kurang atau tidak ada
4. Tidak ada kontak mata
5. Menolak berhubungan
6. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari

Batasan karakteristik lainnya seperti :

1. Menyendiri dalam ruangan


2. Tidak berkomunikasi, menarik diri
3. Tidak melakukan kontak mata
4. Meringkuk ditempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu
5. Menyatakan secara verbal atau memperlihatkan ketidaknyamanan
dalam situasi-situasi sosial
6. Disfungsi interaksi dengan teman sebaya, keluarga, atau orang lain
7. Terkadang mendekati perawat untuk berinteraksi, namun
kemudian menolak untuk berespon terhadap penerimaan perawat terhadap dirinya

5. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Haloperidol (HPD)
a. Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan, menilai realitas dalam fungsi internal serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
b. Mekanisme kerja
Obat anti psikosi dalam memblokade dopamine pada reseptor pasca sinoptik
neuron di otak khususnya system limbik dan system ekstra piramidal.
c. Efek samping
Sedasi gangguan otonomik, gangguan endokrin.
d. Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, dan kelainan jantung.
b. Trihexipenidyl (THP)
1) Indikasi
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca encephalitis dan idiopatik
2) Mekanisme kerja
Sinergis dengan kinidine, obat anti depresi dan anti kolinergik lainnya.
3) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, binggung, takikardi,
retensi urine.
4) Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap trihexipenidyl, psikosis berat, psikoneurosis, dan
obstruksi saluran cerna.
c. Risperidone
1) Indikasi
Untuk skizofreniaakut dan kronik, keadaan psikotik lain dengan gejala
(halusinasi, delusi, curiga, gangguan emosi) atau mengurangi gejala afektif
berhubungan dengan skizofrenia.
2) Efek samping
Insomnia, agitasi, cemas, sakit kepala, somnolen, lelah, takikardi.
3) Kontra indikasi
Hipotensi, penyakit ginjal, lanjut usia, Parkinson, epilepsi.

2. Terapi somatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan
melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberikan
perlakuan fisik adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perlakuan klien. Jenis
terapi somatik adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi, dan fototerapi.
a. Pengikatan
Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera fisik pada
klien sendiri atau orang lain.
b. Terapi Kejang Listrik/Elektro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang (Grandmal)
dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2-3 joule) melalui electrode yang
ditempelkan di bebrapa titik pada pelipis kiri/kanan (lobus  frontalis) klien.
c. Isolasi
Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri di ruangan
tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi klien, orang lain, dan
lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin terjadi.
d. Fototerapi
Fototerapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien pada sinar
terang 5-10 x lebih terang daripada sinar ruangan dengan posisi klien duduk, mata
terbuka, pada jarak 1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi mata.

3. Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Tetapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dari perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku adaptif. Jenis-jenis terapi modalitas antara lain:
a. Aktifitas Kelompok
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) adalah suatu bentuk terapi yang didasarkan
pada pembelajaran hubungan interpersonal. Fokus terapi aktifitas kelompok adalah
membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan hubungan interpersonal,
membuat perubahan, atau ketiganya.
b. Terapi keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan
langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar
mampu melakukan lima tugas kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan,
membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga
yang sehat, menciptakan lingkungan yang sehat, dan menggunakan sumber yang
ada dalam masyarakat.
c. Terapi Rehabilitasi
Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau
berdiri sendiri, seperti Terapi okupasi, rekreasi, gerak, dan musik.
d. Terapi Psikodrama
Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien
dalam suatu drama. Drama ini memberi kesempatan pada klien untuk menyadari
perasaan, pikiran, dan perilakunya yang mempengaruhi orang lain.
e. Terapi Lingkungan
Terapi lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan
gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh
terhadap proses penyembuhan. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik,
dan multidisipliner.

6. Akibat yang di Timbulkan


Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau
isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami pasien
dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan
kecemasan.(Prabowo, 2014: 112).
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam mengembangkan
berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur,
mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan
kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan
tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga
berakibat lanjut halusinasi (Stuart dan Sudden dalam Dalami, dkk 2009).

7. Mekanisme Koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering
digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi (Damaiyanti, 2012:84)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat
diterimasecara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau
bertentangan antara sikap dan perilaku.

Mekanisme koping yang muncul yaitu:


a. Perilaku curiga : regresi, represi
b. Perilaku dependen: regresi
c. Perilaku manipulatif: regresi, represi
d. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa Klien Isolasi Sosial
1. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal
MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.Sering
ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas.

2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat
adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi. Keluhan biasanya berupa
menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam
diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari –
hari, tergantung pada orang lain.

3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi yakni keturunan,
endokrin, metabolisme ,ssp ,dan kelemahan ego. Kehilangan, perpisahan, penolakan
orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan/frustasi berulang, tekanan
dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-tiba
misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah ,PHK, perasaan
malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan, tituduh kkn, dipenjara tiba –
tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri
sendiri yang berlangsung lama.

4. Aspek Fisik/ biologi


Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.

5. Aspek Psikososial
a. Genogram
Orang tua menderita skizofrenia,salah satu kemungkinan anaknya 7-16 %
skizofrenia,bila keduanya menderita 40-68%,saudara tiri kemungkinan 0,9-1,8
%,saudara kembar 2-15 %,dan saudara kandung 7-15 %.
b. Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan
mempengaruhi konsep diri pasien.
1) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.Menolak
penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan
bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.
2) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan.
3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua,
putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya: mengungkapkan keinginan
yang terlalu tinggi.
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang
percaya diri.
c. Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun,dan
berdiam diri.
d. Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran keinginan beraktivitas.
e. Status mental
1) Penampilan diri
Pasien terlihat lesu, tidak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju tidak
tepat, resleting tak terkunci,baju tak dikancing,baju terbalik sebagai manifestasi
kemunduran kemauan pasien .
2) Pembicaraan
Nada suara rendah,lambat,kurang bicara,apatis.
3) Aktivitas motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada
satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia).
4) Emosi
Emosi dangkal
5) Afek
Tumpul, tak ada ekspresi muka
6) Interaksi selama wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan
bicara, diam.
7) Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham
8) Proses berpikir
Gangguan proses berpikir jarang ditemukan
9) Kesadaran
Kesadaran berubah, kemauan mengadakan hubungan serta pembatasan dengan
dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan
kenyataan (secara kualitatif)
10) Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu dan orang.
11) Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan,
selalu memberikan alasan meskipun tidak jelas dan tidak tepat.
12) Tilik diri
Tidak ada yang khas.
f. Kebutuhan sehari-hari
Pada permulaaan, penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya,makin
mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk memenuhi
kebutuhan sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi,
berpakaian, dan istirahat tidur.

2. Pohon Masalah

Akibat
Resiko Perubahan sensori persepsi : Halusinasi

Kerusakan interaksi sosial ; Defisit perawatan


Core Problem
menarik Diri diri

Etiologi Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Kerusakan interaksi social : menarik diri ( core problem )
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah ( etiologi )
c. Perubahan sensori persepsi :halusinasi(akibat)
d. Defisit perawatan diri

4. Rencana Keperawatan

Perencanaan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


M: Setelah …x interaksi klien menunjukkan Bina hubungan saling percaya dengan : 1. Supaya lebih
tanda-tanda percaya pada perawat : 1. Beri salam setiap berinteraksi. 2. Hubungan s
n dapat berinteraksi
 Wajah cerah, tersenyum. 2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, awal untuk
gan orang lain.
 Mau berkenalan. dan tujuan perawat berinteraksi. selanjutnya.
 Ada kontak mata. 3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien. 3. Supaya pasi
 Bersedia menceritakan perasaan. 4. Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati panggila kes
K1:
 Bersedia mengungkapkan janji setiap kali berinteraksi. 4. Supaya pasie
n dapat membina masalahnya. 5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang bicara yang

ungan saling percaya. dihadapi klien. yang dialami


6. Buat kontrak interaksi yang jelas. 5. Supaya pa
7. Dengarkan dengan penuh perhatian, ekspresi keadaanya.
perasaan klien. 6. Supaya saat
7. Supaya pasie
mengungkap
K2: Setelah …x interaksi klien dapat tanyakan pada klien tentang : 1. Supaya pas
menyebutkan minimal satu penyebab orang terde
n mampu 1. Orang yang tinggal serumah / teman
menarik diri dari : lingkungan
sekamar klien.
yebutkan penyebab 2. Dengan m
a. Diri sendiri. 2. Orang yang paling dekat dengan klien di
arik diri. mengetahui
b. Orang lain. rumah / di ruang perawatan.
3. Supaya kit
c. Lingkungan. 3. Apa yang membuat klien dekat dengan
dengan oran
orang tersebut.
4. Supay kita
4. Orang yang tidak dekat dengan klien
menghindar
dirumah / di ruang perawatan.
5. Supaya kita
5. Apa yang membuat klien tidak dekat
pasien tida
dengan orang tersebut.
tersebut
6. Upaya yang sudah dilakukan agar dekat
6. Untuk me
dengan orang lain.
banyak tem
7. Diskusikan dengan klien penyebab
7. Supaya kit
menarik diri atau tidak mau bergaul
menarik dir
dengan orang lain.
8. Karena
8. Beri pujian terhadap kemampuan klien
meningkatk
mengungkapkan perasaannya.
K3: Setelah …x interaksi dengan klien Tanyakan pada klien tentang : 1. Karena d
dapat menyebutkan keuntungan keuntungan
n mampu 1. Manfaat hubungan sosial.
berhubungan sosial, misalnya : pasien bisa
yebutkan keuntungan 2. Kerugian menarik diri.
berinteriksi
ubungan sosial dan a. Banyak teman. 3. Diskusikan bersama klien tentang
pasien, sup
gian menarik diri. b. Tidak kesepian. manfaat berhubungan sosial dan kerugian
teman.
c. Bisa diskusi. menarik diri.
2. Reinformen
d. Saling menolong. 4. Beri pujian terhadap kemampuan klien
harga diri d
e. Dan kerugian menarik diri, mengungkapkan perasaannya.
misalnya:
 Sendiri.
 Kesepian.
 Tidak bisa diskusi.
K4: Setelah …x interaksi, klien dapat 1. Observasi perilaku klien saat Mengetahui se
melaksanakan hubungan sosial berhubungan sosial. tentang berhubu
n dapat
aksanakan hubungan secara bertahap dengan : 2. Beri motivasi dan bantu klien untuk
al secara bertahap. berkenalan / berkomunikasi dengan :
1. Perawat.
- Perawat lain.
2. Klien lain.
- Klien lain.
3. Kelompok.
- Kelompok.
3. Libatkan klien dalam Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi.
4. Diskusikan jadwal harian yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi.
5. Beri motivasi klien untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat.
6. Beri pujian terhadap kemampuan klien
memperluas pergaulannya melalui
aktivitas yang dilaksanakan.
K5: Setelah …x interaksi klien dapat 1. Diskusikan dengan klien tentang Supaya pasien
menjelaskan perasaannya setelah perasaannya setelah berhubungan sosial berhubungan de
n mampu
berhubungan sosial dengan : dengan : Mengetahui se
jelaskan perasaannya
- Orang lain. tentang kerugia
lah berhubungan 1. Orang lain.
- Kelompok. orang lain
al. 2. Kelompok.
2. Beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya.
K6: Setelah … x pertemuan, keluarga 1. Diskusikan pentingnya peran serta Supaya pasien l
dapat menjelaskan tentang : keluarga sebagai pendukung untuk tidak berhubung
n mendapat
mengatasi perilaku menarik diri.
ungan keluarga  Pengerian menarik diri.
2. Diskusikan potensi keluarga untuk
m memperluas  Tanda dan gejala menarik diri.
membantu klien mengatasi perilaku
ungan sosial.  Penyebab dan akibat menarik
menarik diri.
diri.
3. Jelaskan pada keluarga tentang :
 Cara merawat klien menarik
 Pengerian menarik diri.
diri.
 Tanda dan gejala menarik diri.
Setelah … x pertemuan, keluarga
 Penyebab dan akibat menarik diri.
dapat mempraktekkan cara merawat
 Cara merawat klien menarik diri.
klien menarik diri.
4. Latih keluarga cara merawat klien Mengetahui sej
menarik diri. membina hubun

5. Tanyakan perasaan keluarga setelah


mencoba cara yang dilatihkan.
6. Beri motivasi keluarga agar membantu
klien untuk bersosialisasi.
7. Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien di rumah
sakit.
K7: Setelah … x interaksi, klien 1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat Klien mungkin
menyebutkan : dan kerugian tidak minum obat, nama, nyaman, bimba
n dapat
warna, dosis, cara, efek terapi dan efek dengan orang la
manfaatkan obat  Manfaat minum obat.
samping penggunaan obat.
gan baik.  Kerugian tidak minum obat.
2. Pantau klien saat penggunaan obat.
 Nama, warna, dosis, efek
3. Beri pujian jika klien menggunakan obat
terapi, dan efek samping obat.
dengan benar.
Setelah … x interaksi klien
4. Diskusikan akibat berhenti minum obat
mendemonstrasikan penggunaan
tanpa konsultasi dengan dokter.
obat dengan benar.
5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada
Setelah … x interaksi, klien dokter / perawat jika terjadi hal-hal yang
Reinforceiment
menyebutkan akibat berhenti minum tidak diinginkan.
kepercayaan dir
obat tanpa konsultasi dokter.

Dengan dukung
diperhatikan.
5. Intervensi Berdasarkan SP Pasien dan Keluarga

Isolasi sosial
SP 1 PASIEN SP 1 KELUARGA
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi social 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2. Berdikusi dengan pasien tentang manfaat keluarga dalam merawat pasien.
berinteraksi dengan orang lain 2. Menjelaskan pengertian,tanda dan
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak gejala isolasi sosial yang dialami pasien
berinteraksi dengan orang lain beserta proses terjadinya.
4. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
berinteraksi dengan orang lain dengan isolasi social
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan 4. Melatih cara merawat pasien
latihan berbincang-bincang dengan orang lain 5. RTL Keluarga
dalam kegiatan harian

SP 2 PASIEN SP 2 KELUARGA
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Mengevaluasi SP I
2. Memberikan kesempatan kepada pasien 2. Melatih keluarga mempraktikan cara
mempratikan cara berkenalan dengan satu orang merawat pasien dengan isolasi social.
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan 3. Melatih keluarga melakukan cara
bercakap-cakap dengan orang lain sebagian salah merawat langsung pada pasien isolasi
satu kegiatan harian sosial

SP 3 PASIEN SP 3 KELUARGA
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Membantu keluarga membuat jadwal
2. Memberikan kesempatan kepada pasien aktivitas dirumah termasuk minum obat
berkenalan dengan dua orang atau lebih (perencanaan pulang)
3. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam 2. Menjelaskan tindakan tindak lanjut
jadwal kegiatan harian pasien setelah pulang.
3. RTL Keluarga: follow up dan rujukan

6. Implementasi
Melakukan implementasi sesuai dengan evaluasi

7. Evaluasi Keperawatan
a. Pasien mengungkapkan masalahnya
b. Pasien dapat berkenalan dengan orang lain
c. Kontak mata (+)
d. Pasien mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain
e. Jadwal kegitatan pasien terisi
DAFTAR PUSTAKA

Anna, Budi Keliat. (2015). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri, Jakarta:
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Herman, Ade. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medical Book.

Nurjanah, Intansari. (2014). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:


Momedia.

Perry, Potter. (2015) . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun. (2014). Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta:
CV Sagung Seto.

Stuart, GW. (2015). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai