Oleh :
WAYAN USIANA
(209012434)
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. G
Umur : 70 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM :-
Tgl. MRS :-
Dx. Medis : Hipertensi
B. KEADAAN UMUM
Keadaan Umum : Baik
TTV TD : 160/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 21 x/menit
S : 36 O C
Kesadaran : Composmentis
GCS : E: 4, M: 6, V: 5
Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri pada kepala dan merasa tegang pada bagian
belakang leher
C. DATA FOKUS
1. Data subyektif pasien :
Pasien mengatakan memiliki riwayat tensi tinggi, pasien mengeluh nyeri pada
bagian kepala dan merasa tegang pada bagian belakang leher, nyeri terasa seperti
tertusuk-tusuk dan kaku, skala nyeri 5 (1-10), dan biasanya sakitnya datang tidak
menentu
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia) ditandai dengan
Klien mengatakan memiliki riwayat tensi tinggi, mengeluh nyeri pada kepala dan merasa
tegang pada bagian belakang leher, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk dan kaku, skala
nyeri 5 (1-10), dan biasanya sakitnya datang kadang-kadang tidak menentu, klien tampak
meringis, memegang daerah nyeri, tekanan darah 160/90 mmHg.
E. RENCANA KEPERAWATAN
Edukasi
5. Jelaskan, penyebab, periode,
dan pemicu nyeri 5. Penge
mema
Kolaborasi orient
6. Kolaborasi pemberian yang l
analgetik, jika perlu 6. Analg
memb
sehing
F. IMPLEMENTASI
Implementasi kunjungan pertama
No Tanggal/jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Nama/TTD
1 16 Februari Nyeri akut berhubungan 1. Mengidentifikasi lokasi, DS: Klien mengeluh nyeri pada Usiana
2021/15.00 wita dengan agen pencedera karakteristik, durasi, kepala dan merasa tegang
fisiologis (iskemia) frekuensi, kualitas, intensitas pada bagian belakang leher,
nyeri nyeri terasa seperti
tertusuk-tusuk dan kaku,
dan biasanya sakitnya
datang kadang-kadang
tidak menentu.
DO: Klien tampak meringis,
memegang daerah nyeri,
G. EVALUASI
A. PENGKAJIAN FUNGSIONAL
1. MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS
Termasuk yang manakah klien?
Item yang
NO Skor Nilai
dinilai
1 Makan 0 = Tidak mampu
(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles mentega,
2
dll
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Tergantung dengan orang lain
1
(Bathing) 1 = Mandiri
3 Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, 1
dan bercukur
4 Berpakaian 0 = Tergantung dengan orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (missal mengancing baju) 2
2 = Mandiri
5 Buang air 0= Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak
kecil terkontrol
2
(Bladder) 1 = Kadang inkotinensia (maks, 1x 24 jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6 Buang air 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
besar (Bowel) 1 = Kadang inkotinensia (sekali seminggu) 2
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang lain
toilet 1= Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
2
beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
3
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Imobilitas (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantan satu orang 3
3= Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu
seperti tongkat)
10 Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 2
2 = Mandiri
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
B. PENGKAJIAN KOGNITIF
1. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status
Questioner (SPMSQ)
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan mnggunakan Mini Mental
Status Exam (MMSE)
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien
Orientasi
5 5 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan apa
sekarang?)
5 5 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah)
(kota) (rumah sakit) (lantai)?
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien
Registrasi
3 3 Sebutkan nama 3 objek: 1 detik untuk
mengtakan masing-masing. Beri 1 poin untuk
setiap jawaban yang benar
Perhatian dan kalkulasi
5 3 Seri 7’s 1 poin untuk setiap kebenaran.
Berhenti setelah 5 jawaban. Berganti eja
“kata” ke belakang
Mengingat
3 3 Meminta untuk mengulang ketiga objek di
atas. Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran
Bahasa
9 7 Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : tidak ada jika, dan
atau tetapi (1 poin)
26 Nilai total
Keterangan
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
Kesimpulan: Klien mendapatkan nilai 26 sehingga tidak ada kerusakan
kognitif
D. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan masih biasa bersosialisasi dengan lingkungan di sekitar
E. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Klien beragama hindu, klien sembahyang setiap sore hari. Menurut klien Kematian sudah
di atur oleh yang di atas kita hanya bisa berpasrah.
F. PENGKAJIAN DEPRESI
Menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS)
NO ITEM PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah Bapak/ Ibu sekarang ini merasa Ya
puas dengan kehidupannya?
2 Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan Tidak
banyak kegiatan atau kesenangan akhir-
akhir ini?
3 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa hampa/ Tidak
kosong di dalam hidup ini?
4 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa bosan? Tidak
5 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai Ya
harapan yang baik di masa depan?
6 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai Tidak
pikiran jelek yang mengganggu terus
menerus?
7 Apakah Bapak/ Ibu memiliki semangat Ya
yang baik setiap saat?
8 Apakah Bapak/ Ibu takut bahwa sesuatu Tidak
yang buruk akan terjadi pada Anda?
9 Apakah Bapak/ Ibu merasa bahagia Ya
sebagian besar waktu?
10 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa tidak Tidak
mampu berbuat apa- apa?
11 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa resah Tidak
dan gelisah?
12 Apakah Bapak/ Ibu lebih senang tinggal Tidak
dirumah daripada keluar dan mengerjakan
sesuatu?
13 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir Tidak
tentang masa depan?
14 Apakah Bapak/ Ibu akhir – akhir ini Ya
sering pelupa? (1)
15 Apakah Bapak/ Ibu pikir bahwa hidup Ya
Bapak/ Ibu sekarang ini menyenangkan?
16 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa sedih Tidak
dan putus asa?
17 Apakah Bapak/ Ibu merasa tidak berharga Tidak
akhir-akhir ini?
18 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa Tidak
khawatir tentang masa lalu?
19 Apakah Bapak/ Ibu merasa hidup ini Ya
mengembirakan?
20 Apakah sulit bagi Bapak/ Ibu untuk Tidak
memulai kegiatan yang baru?
21 Apakah Bapak/ Ibu merasa penuh Ya
semangat?
22 Apakah Bapak/ Ibu merasa situasi Tidak
sekarang ini tidak ada harapan?
23 Apakah Bapak/ Ibu berpikir bahwa orang Tidak
lain lebih baik keadaanya daripada Bapak/
Ibu?
24 Apakah Bapak/ Ibu sering marah karena Tidak
hal- hal yang sepele?
25 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa ingin Tidak (1)
menangis?
26 Apakah Bapak/ Ibu sulit berkonsentrasi? Tidak
27 Apakah Bapak/ Ibu merasa senang waktu Ya
bangun tidur di pagi hari?
28 Apakah Bapak/ Ibu tidak suka berkumpul Tidak
di pertemuan sosial?
29 Apakah mudah bagi Bapak/ Ibu membuat Ya
suatu keputusan?
30 Apakah pikiran Bapak/ Ibu masih tetap Tidak
mudah dalam memikirkan sesuatu seperti
dulu?
Kesimpulan: Klien menjawab sesuai dengan jawaban yang ada pada kuesioner
yaitu 2 jawaban nomor 14 dan 25. Skor klien 2, klien menunjukkan Skor 0-10
Menunjukkan tidak depresi
G. PENGKAJIAN RISIKO JATUH
1. Pengkajian dengan instrumen “THE TIMED UP AND GO” (TUG)
NO LANGKAH
1 Posisi pasien duduk di kursi
2 Minta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah
(3 meter), kembali ke kursi, ukur waktu dalam detik
Keterangan:
Skor:
>12 detik : risiko jatuh tinggi
≤ 12 detik : risiko jatuh rendah
a. Analisis masalah keperawatan dengan konsep Evidance Based Practice dan konsep kasus
terkait
Hipertensi dapat didefinsikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Sekitar 20%
populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka menderita
hipertensi primer atau esensial dimana tidak dapat diidentifikasi penyebabnya sisanya
mengalami hipertensi sekunder atau dengan penyebab tertentu.
Pada tahun 2018 prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan menjadi
sebesar 34,1%. Kalimantan Barat menempati posisi kelima sebesar 38,1%, prevalensi
hipertensi tertinggi terjadi di Kalimantan Selatan sebesar 44,1%, dan terendah terjadi di
Papua sebesar 22,2%. Hal ini terjadi karena beberapa faktor seperti merokok, kurang
konsumsi buah dan sayur, konsumsi garam berlebih, kelebihan berat badan, dan
kurangnya aktivitas fisik (Riskesdas, 2018).
Solusi penanganan hipertensi pada prinsipnya ada dua macam yaitu terapi
farmakologi dengan menggunakan obat-obatan antihipertensi dan terapi non farmakologi
yaitu dengan modifikasi pola hidup sehari-hari dan kembali ke produk alami (back to
nature). Mengacu pada konsep back to nature yaitu dengan menggunakan bahan lokal
yang banyak terdapat dimasyarakat kaya akan antioksidan seperti likopen. Salah satunya
adalah tomat (Nyemas, 2019).
b. Analisis salah satu intervensi dengan konsep Evidance Based Practice
Kandungan dalam buah tomat yang telah diketahui berperan dalam menurunkan
tekanan darah adalah likopen, bioflavonoid dan kalium. Likopen pada tomat berfungsi
sebagai antioksidan sehingga dapat melumpuhkan radikal bebas, menyeimbangkan kadar
kolesterol darah dan tekanan darah. Bioflavonoid mudah larut dalam air sehingga dapat
melancarkan keluarnya air seni sehingga dapat menjadi antihipertensi. Jumlah angiotensin
II berkurang dan menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi aldosterone untuk reabsorbsi
natrium dan air secara otomatis akan menjadi berkurang sehingga tekanan darah akan
menurun. Sedangkan, kandungan kalium bekerja dengan cara menurunkan potensial
membran pada dinding pembuluh darah sehingga terjadi relaksasi pada dinding pembuluh
darah dan akhirnya dapat menurunkan tekanan darah sehingga tomat direkomendasikan
untuk menjadi salah satu pilihan alternatif penanganan non farmakologi pada pasien yang
menderita hipertensi (Mulyati, 2020).
c. Konsep masalah keperawatan dan Intervensi yang dipilih sesuai hasil review Jurnal
Pada jurnal pertama sampel dalam penelitian menggunakan metode incidental
sampling sebanyak 30 orang. Hasil penelitian diketahui rata-rata tekanan darah sebelum
dilakukan intervensi adalah 152,83 dengan standar deviasi 5,279), dan setelah dilakukan
intervensi 133,00 dengan standar deviasi 5,072. Bahwa ada pengaruh jus tomat terhadap
tekanan darah lansia penderita hipertensi di Puskesmas Kotabumi 2 Kecamatan Kotabumi
Selatan Kabupaten Lampung Utara tahun 2019 (t-test > t tabel, 19,833> 4,197 p-value =
0,000 (p-value < α = 0,05). Kesimpulan : Ada pengaruh jus tomat terhadap tekanan darah
lansia penderita hipertensi.
Pada jurnal kedua Sampel penelitian adalah lansia penderita hipertensi yang
berjumlah 34 orang yang terbagi dalam 5 desa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
pengaruh pemberian jus tomat terhadap perubahan tekanan darah sistole dan diastole pada
lansia penderita hipertensi kelompok intervensi di wilayah kerja Puskesmas Jeulingke
dengan hasil statistik p value0,000. Adapun hasil penelitian pada kelompok kontrol
menunjukkan tekanan darah sistole dengan nilai p value = 0,235. Sedangkan pada tekanan
darah diastole dengan diperoleh nilai p value = 0,086. Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat simpulkan bahwa pada kelompok intervensi ada pengaruh pemberian jus tomat
terhadap perubahan tekanan darah systole dan diastole pada lansia penderita hipertensi.
Kemudian pada kelompok kontrol tidak ada perubahan tekanan darah systole dan
diastolepada lansia penderita hipertensi.
Pada jurnal ketiga sampel dalam penelitian ini ialah 38 responden, terdiri dari 19
kelompok kontrol dan 19 kelompok intervensi, penelitian dilakukan selama 7 hari
intervensi diukur tekanan darah menggunakan spigmomanometer air raksa sebelum dan
setelah melakukan intervensi pemberian jus tomat. Hasil uji Wilcoxon sebelum dan
sesudah intervensi tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok intervensi di
dapatkan masing-masing nilai p value < 0,05. Hasil uji Mann Whitney tekanan darah
sistolik dan diastolik sesudah intervensi pada kedua kelompok didapatkan masing-masing
nilai p < 0,05. Ada pengaruh pemberian jus tomat (solanum lycopersicum) terhadap
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja UPK Puskesmas
Kampung Dalam Kecamatan Pontianak Timur, sehingga direkomendasikan untuk
menjadi salah satu pilihan alternatif penanganan non farmakologi pada pasien yang
menderita hipertensi.