Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kardiovaskuler


Makalah Ini Disususn Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah I
(Gagal Jantung Kongesif)
Dosen Pengampu : Ns.La RakhmatWabula,S.Kep.,M.Kep

Oleh
Kelompok 7

Kelas/semester : Ambon (siang) / III

1. Nur Hayati
2. Sarni
3. Rosna walli

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANMALUKU HUSADA

AMBON

2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas Rahmat dan
Karunia-Nyalah, kami selaku penulis makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN KARDIOVASKULER : GAGAL JANTUNG KONGESTIF ”.
Tak lupa kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.


Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan di waktu
mendatang dan atas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Ambon,10 November 2019

Penulis

2
KATA PENGANTAR

CAVER……………………...................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang…………………………………………………………………...4


1.2. Rumusan masalah……………………………………………………………….5
1.3. Tujuan penulisan…………………………………………………………………5
1.4. Manfaat penulisan………………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep penyakit…………………………………………………………………..6


2.1.1 Defenisi gagal jantung kongestif…………………………………………6
2.1.2 Klasifikasi gagal jantung kongesif………………………………………..7
2.1.3 Etiologi gagal jantung kongestif…………………………………………..7
2.1.4 Manifestasi klinik gagal jantung kongestif………………………………8
2.1.5 Patofisiologi bagan Web of coution (WOC)……………………………..9
2.1.6 Pemeriksaan diagnostic gagal jantung kongestif………………….....….10
2.1.7 Penatalaksanaan gagal jantung kongestif………………………......……12
2.2 Konsep asuhan keperawatan………………......……………………………..14
2.2.1 Pengkajian……………………………………………………………….14
2.2.2 Diagnosa keperawatan……………………………..……………………17
2.2.3 Intervensi keperawatan…………………………………………………18

BAB III ANALISIS JURNAL……………………………………………………..24

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………29

4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..29
4.2 Saran………………………………………………………………………….29

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal jantung kongestif disebabkan oleh kelainan otot jantung,
arterosklerosis coroner, hipertensi sistemik atau [ulmonal, peradangan,
penyakit jantung lain seperti gangguan aliran darah, ketidakmampuan jantung
untuk mengisi darah atau pengosongan jantung abnormal (Brunner &
suddarth, 2013). Rampengan (2014) menyebutkan gagal jantung kongestif
didsebabkan oleh anemia, diet natrium, gaya hidup, dan kelelahan fisik.

Gagal jantung kongestif merupakan penyebab kematian nomor satu di


dunia (PUSDATIN,2013). Negara Indonesia menduduki peringkatkeempat
gagal jantung kongestif terbanyak di Asia tenggara setelah negara Filipina.
Myanmar dan laos (Lam,2015)Prevelansi penyakit gagal jantung di Indonesia
tahun 2013 sebesar 229.696 orang, sedangkan berdasarkan gejala yang
didiagnosis oleh dokter yaitu sebesar 530.068 orang. Provinsi Maluku
Diagnosis Dokter 0,09 , Diagnosis/ Gejala (D/G) 0,4 , Estimasi Jumlah
Absolut (D) 956, Estimasi jumlah Absolut (D/G) 4.247.

Faktor resiko yang memicu terjadinya penyebab gagal jantung


diantaranya adalah merokok, hipertensi, hyperlipidemia, obesitas, kurang
aktivitas fisik, diabetes mellitus, dan stres emosi (Aspiani, 2015). Faktor
psikologis dapat memicu peningkatan stress dan emosi negative seperti
depresi, marah, rasa permusushan dan ansietas yang berdampak pada persepsi
gejala, perilaku, kualitas hidup, dan penggunaaan perawatan kesehatan yang
dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien (Kovach & Moons, 2014)

Pencegahan gagal jantung adalah menjalani gaya hidup sehat.


Tindakan ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang, membatasi konsumsi garam dan gula, menjaga berat badan ideal,
berolahraga secara rutin, berhenti merokok, dan membatasi konsumsi
minuman beralkohol. Selain itu, pemeriksaan kesehatan secara rutin,
terutama tekanan darah, gula darah, dan kolestrol, juga perlu dilakukan untuk
mendeteksi gangguan kesehatan yang dapaat menyebabkan gagal jantung.

4
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan dengan gangguan sistem
kardiovaskuler (gagal jantung kongesif) ?
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan gangguan sistem
kardiovaskulergagal jantung kongestif
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui konsep penyakit gagal jantung kongestif
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan system kardiovaskuler
gagaljantung kongestif
1.4 Manfaat penulisan
1.4.1 Manfaat teoritis
Untuk mengembangkan pengetahuan tentang penyakit gagal jantung
kongestif
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi klien dan keluarga
Untuk memandirikan pasien dengan kelurga dalam perawatan dirumah
2. Bagi institusi rumah sakit
Untuk pengembangan SOP dirumah sakit serta mutu pelayanan bagi
kebutuhan pasien
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat dijadikian sebagai referensi bagi institusi pendidikkan dalam
mengembangkan ilmu tentang asuhan keperawatan secara komperenshif
terutama pada Asuahan Keperawatan Pada Pasien Gagal Jantung
Kongestif

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep penyakit


2.2.1 Defenisi

Gagal jantung kongesif adalah ketidakmampuan jantung untuk


memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebuituhna
jaringan terhadap oksigen dan nutrisi (muttakin,2011)

Gagal jantung kongestif aadalah keadaan dimana jantung tidak mampu


lagi memompakan darah secukupnya dalam mememnuhi kebutuhan sirkulasi
badan untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu,
sedangkan tekanan pengisisan kedalam jantung masih cukup tinggi (Hudak
dan Gallo, 2010)

Gambar 2.1 jantung normal dan gagal jantung kongesif

http://image.app.goo.gl/

2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi yang terjadi pada penderita penyakit Gagal Jantung
Kongestif (Wijaya Saferi A dkk, 2013) yaitu:
1. Klasifikasi I
a. Gejala

6
1) Aktivitas biasa tidak menimbulkan kelelahan,
dyspnea. Palpitasi, tidak ada kongesti pulmonal
atau hipotensi perifer.
2) Asimptomatik.
3) Kegiatan sehari-hari tidak terbatas.
b. Prognosa : baik
2. Klasifikasi II
a. Gejala
1) Kegiatan sehari-hari sedikit terbatas.
2) Gejala tidak ada saat istirahat.
3) Ada bailer (krekels dan S3 murmur).
b. Prognosa : baik
3. Klasifikasi III
a. Gejala
1) Kegiatan sehari-hari terbatas.
2) Klien merasa nyaman saat istirahat.
b. Prognosa : baik
4. Klasifikasi IV
a. Gejala
1) Gejala insufisiensi jantung ada saat istirahat.
b. Prognosa : buruk
2.1.3 Etiologi
Padagagal jantung kongestif, jantung tidak mampu memompa
darah dalam jumlah cukup untuk menjaga lancarnya sirkulasi.
Akibatnya terjadi penumpukan darah dan tekanaan extra dapat
menyebabkan akumulasi cairan kedalam paru-paru. Gagal jantung
terutama berkaitan dengan masalah-masalah pemompaan otot jantung
dibilik jantung, yang mungkin disebabkan oleh penyakit-penyakit
seperti ini infraktus otot jantung ( seranga jantung), endocarditis (
infeksi pada jantung), Hipertensi (Tekanan darah tinggi) atau Valvular
insufficiency.
Jika penyakit memengaruhi jantung sebelah kiri, darah akan kembali
ke paru-paru jika penyakit memengaruhi jantung sebelah kanan
sirkulasi sistemik dapat kelebihan beban. Ketika gagal jantung
menjadi signifikan, system sirkulasi keseluruhan dapat terpengaruhi.
(buku ajar keperawatan medikal bedah)

7
2.1.4 Manifestasi klinik
1. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada
mekanisme kontrol pernafasan.
a. Gejala :
1) Dipsnea
2) Orthopnes.
3) Paroksimal nocturnal dyspnea.
4) Batuk.
5) Mudah lelah.
6) Ronchi.
7) Gelisah.
8) Cemas.
2. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik
a. Gejala :
1) Odem perifer.
2) Peningkatan BB.
3) Distensi vena jugularis.
4) Hepatomegaly.
5) Asitesis.
6) Pitting edema.
7) Anorexia.
8) Mual.
b. Secara luas peningkatan Cardiac Out Put (COP) dapat
menyebabkan perfusi oksigen kejaringan rendah, sehingga
menimbulkan gejala :
1) Pusing.
2) Kelelahan.
3) Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas.
4) Ekstremitas dingin.
c. Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin
serta sekresi aldosterone dan retensi cairan dan antrium
yang menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
(Wijaya Saferi A dkk, 2013).

8
2.1.5 Patofisiologi bagan Web of caution (woc)

CHF

Kegagalan ventrikel kiri

Peningkatan cairan/afterload dan


Pemeriksaan penunjang:
Preload
1. Foto thoraks
2. Pemeriksaan
laboratorium
EDEMA PARU

Blood(B2)
Bran(B3) Bowel(B5)
Breadring (B1) Bladder(B4) Bone(B6

Peningkatan Perfusi
Penurunan Cardia Output Suplai o2
afterload dan jaringan
injeksi ventrikel menurun menurun Edema
preload
kiri paru
Perfusi Defesiensi Penurunan suplai
Suplai o2 ke jaringan nutrisi o2 keseluruh
otak
peningkatan Penurunan tubuh
menurun
tekanan atrium stoke volume
Aktivasi RAA
kiri nausea
kelemahan
Peningkatan volume
Cardiac output Hipoksia jaringan Peningkatan
dan tekanan vena
pulmonalis menurun adnergic simpatis
anoreksi Intoleransi
Vasokontriksi a aktivitas
Penurunan pusing sistemis
Sesak nafas curah jantung
Kurang nutrisi
Vasokontriksi dari kebutuhan
Gangguan pola Ginjal tubuh
Ketidakefektifan
pola nafas tidur
Retensi
9
Urin Kelebihan
volume
cairan
2.1.6 Pemeriksaan diagnostic
1. Foto Torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, odema atau
efusi pleura yang menegaskan diagnostic CHF

Gambar 2.2 foto thorax gaggal jantung kongesif


Sumber gambar http://images.app.goo.gl

Gambar 2.3 foto thorax jantung normal

Sumber gambar http://WWW.google.com/imgres?imgurl

2. EKG dapat mengungkapkan adanya Tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan


iskemik (jika disebabkan AMI), ekokardiogram.

10
Gambar 2.4 hasil pemeriksaan EKG pada gagal jantung kongesif
Sumber gambar Buku; Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 8

3. Pemeriksaan Laboratorium meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan


kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya
kelebihan retensi air, K,Na,Cl,Ureum,Gula darah.

Table 2.1 hasil pemeriksaan laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL UNIT NILAI NORMAL


Darah rutin
Hemoglobin 14,9 g/dl 12-18
Leukosit 6,1 Ribu/mm3 5-10
Trombosit 177 Ribu/mm3 150-450
Hematocrit 42 % 38-47

PEMERIKSAAN HASIL UNIT NILAI NORMAL


Kimia darah
SGOT 1.186 U/L <35
SGPT 517 U/L <40
Bilirubin Total 2,2 Mg/dl 0-1,5
Bilirubin direct 1.39 Mg/dl 0-0,25
Bilirubin indirect 0,81 Mg/dl 0-0,75
Fungsi jantung
Elektrolit
Natrium 127 MEQ/L 135-146

11
Kalium 3,4 MEQ/L 3,5-5
Chloride 96 MEQ/L 98-107
Ureum 84 Mg/dl 10-50
Kreatinin 1,8 Mg/dl 0,5-1,5
Sumber www.slideshare.2014.net

2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan berdasarkan kelas New York Heart Association (NYHA)
menurut kasron (2012), adalah sebagai berikut :

1. Medis Terapi Farmakologi :


a. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilakan: peningkatan
curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah,
peningkatan diuresis, dan mengurangi edema.
b. Terapi diuretik
Diberikan untuk memacu sekresi natrium dan air melalui ginjal
penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia.

c. Terapi vasodilator
Obat-obatan fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan
terhadap penyembuhan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga
tekanan pengisian ventrkel kiri dapat diturunkan.
d. Penggunaan Pacemaker
Sebuah alat kecil yang digunakan untuk membantu jantung berdetak
lebih teratur dan normal, tidak terlalu lambat atau cepat.
Alat ini dipasang untuk membantu memperbaiki irama detak jantung
agar jantung dapat memompa darah keseluruh tubuh dengan baik.

12
Gambar 2.5 jantung dengan alat pacemaker
Sumber gambar http://radarbojonegoro.jawapos.com

2. Keperawatan
Terapi Nonfarmakologis:
a. Diet rendah garam beryodium
Garam rendah, 2-3 g per hari, jika disertai hipertensi dan edema.
b. Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol, atau
menghilangkan edema.
c. Membatasi cairan
Diet cair sejumlah 1-1/2 liter per hari sesuai daya terima penderita.
Diet ini sangat rendah energy, sehingga sebaiknya hanya diberikan
selama 1-2 hari saja. Jika tidak memungkinkan untuk ditingkatkan,
pemberian gizi enteral perlu dipertimbangkan.
d. Mengurangi beban jantung dan menghindari kelebihan volume cairan
dalam tubuh.
e. Menghindari alkohol
f. Manajemen stres Respon psikologi dapat mempengaruhi peningkatan
kerja jantung.
g. Mengurangi aktifitas fisik Kelebihan aktifitas fisik mengakibatkan
peningkatan kerja jantung sehingga perlu dibatasi.

13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk memint
pertolongan padaa tenaga kesehatan adalah dyspnea (sesak napas).
a. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dilakukan
dengan memberikan serangkaian pertanyaan tentang
kronologis keluhan utama.pengkajian yang di dapat dengan
adanya gejala-gejala kongestif vascular pulmonar,yakni
muncul dyspnea (yang ditandai oleh
pernafasaancepat,dangkal,dan sensasi sulit dalam mendapatkan
udara yang cukup menekan pasien),tanyakan apakah gejala-
gejala itu mengganggu aktivitas penderita.tanyakan juga jika
sekiranya muncul keluhan-keluhan lain, seperti
insomnia,gelisah,atau kelemahan yang disebabkan oleh
dyspnea
b. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu,tanyakan
apakah sebelumnya pasien pernah menderita nyeri dada khas
infark miokardium,hipertensi,DM,atau
hyperlipidemia.tanyakan juga mengenai obat-obatan apa yang
biasa diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin
masih relevan.catat jika ada efek samping yang terjadi di masa
lalu selain itu,tanyakan pula sekiranya ada alergi suatu jenis
obat dan tanyakan reaksi alergi apa yang mungkin timbul.
2. Pengkajian persistem/range of system
a. B1 (Breathing)
Pengkajian yang didapat dengan adanya tanda kongesti
vaskular pulmonal adalah dispnea, ortopnea, dispnea nokturnal
paroksimal, batuk, dan edema pulmonal akut.Crackles atau
ronki basah halus secara umum terdengar pada dasar posterior
paru.Hal ini dikenali sebagai bukti gagal ventrikel kiri.
b. B2 (Bleeding)
Berikut ini adalah pengkajian yang dilakukan pada
pemeriksaan jantung dan pembuluh darah.

14
1) Inspeksi : Lihat adanya dampak penurunan curah
jantung seperti dispnea, ortopnea. Selain gejala-gejala
yang diakibatkan dari penurunan curah jantung dan
kongesti vaskular pulmonal, klien dapat mengeluh
lemah, mudah lelah, kesulitan berkonsentrasi dan
penurunan toleransi latihan.
a) Distensi Vena Jugularis
Bila ventrikel kanan tidak mampu berkompensasi,
maka akan terjadi dilatasi ruang, peningkatan
volume dan tekanan pada diastolik akhir ventrikel
kanan. Peningkatan tekanan ini sebaliknya
memantulkan ke hulu vena kava dan dapat
diketahui dengan peningkatan pada tekanan vena
jugularis.Distensi vena jugularis dapat dievaluasi
dengan melihat pada vena-vena di leher dengan
posisi klien 30º dan 60º.
b) Edema
Edema yang berhubungan dengan kegagalan di
ventrikel kanan, bergantung pada lokasinya.Bila
klien berdiri atau bangun, perhatikan pergelangan
kakinya dan tinggikan kakinya bila kegagalan
makin buruk. Bila klien berbaring di tempat tidur,
bagian yang bergesekan dengan tempat tidur adalah
dibagian area sakrum. Manifestasi klinis yang
tampak meliputi edema ekstremitas bawah, yang
biasanya merupakan edema pitting. Edema pitting
adalah edema yang akan tetap cekung bahkan
setelah penekanan ringan dengan ujung jari.
Penilaian pitting edema :
Derajat I : kedalamannya 1-3 mm dengan waktu
kembali 3 detik.
Derajat II : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu
kembali 5 detik.
Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu
kembali 7 detik.
Derajat IV : kedalamannya 7 mm dengan waktu
kembali 7 detik.

15
2) Palpasi
Irama lain yang berhubungan dengan kegagalan pompa
meliputi : kontraksi atrium prematur, takikardia atrium
paroksimal dan denyut ventrikel premature, perubahan
nadi, pemeriksaan denyut arteri selama gagal jantung
menunjukkan denyut yang cepat dan lemah. Denyut
jantung yang cepat atau takikardia, mencerminkan
respon terhadap perangsangan saraf simpatis.
3) Auskultasi
Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel
kiri dapat dikenali dengan mudah di bagian yang
meliputi: bunyi jantung ketiga dan ke empat (S3,S4)
atau gallop atrium serta crackles pada paru-paru. S3
atau gallop ventrikel adalah tanda penting dari gagal
ventrikel kiri dan diindikasikan terhadap gagal
kongestif. Murmur jantung juga kadang terjadi.
4) Perkusi
Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya
hipertrofi jantung (kardiomegali).
c. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis, didapatkan sianosis
perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian
objektif klien : wajah meringis, merintih, meregang, dan
menggeliat.
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan
asupan cairan, karena itu diperlukan pemantauan adanya
oiguria karena merupakan tanda awal dari syok kardiogenik.
Adanya edema ekstremitas menandakan adanya retensi cairan
yang parah.
e. B5 (Bowel)
Biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu
makan akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam
rongga abdomen, serta penurunan berat badan.

16
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar merupakan
manifestasi dari kegagalan jantung. Bila proses ini berkembang
maka tekanan dalam pembuluh portal akan meningkat,
sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, yaitu suatu
kondisi yang dinamakan asites.
f. B6 (Bone)
Hal – hal yang biasanya terjadi dan ditemukan pada pengkajian
B6 adalah sebagai berikut :
1) Kulit Dingin
Kulit yang pucat dan dingin diakibatkan oleh
vasokontriksi perifer, penurunan lebih lanjut dari curah
jantung dan meningkatnya kadar hemoglobin tereduksi
mengakibatkan sianosis. Vasokontriksi kulit
menghambat kemampuan tubuh untuk melepaskan
panas. Oleh karena itu, demam ringan dan keringat
yang berlebihan dapat ditemukan.
2) Mudah Lelah
3) Terjadi akibat curah jantung yang kurang, sehingga
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen
serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.
Perfusi yang kurang pada otot – otot rangka
menyebabkan kelemahan dan keletihan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
dan preload
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
4. Kelebihan volume cairan berhungan dengan gangguan kelebihan
asupan cairan
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

17
2.2.3 Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Interverensi Rasional


Keperawatan
1 Pola napas tidak Setelah dilkukan tindakan Manajemen jalan napas 1. Untuk memonitor
efektif keperawatan kurang lebih 1. Monitor pola napas pola napas
berhubungan selama 2x24 jam, masalah (frekuensi, (frekuensi,
dengan gangguan pola napas tidak kedalaman, usaha kedalaman, dan
hambatan upaya efektif dapat teratasi napas) usaha napas)
napas dengan 2. Untuk memberikan
Kriteria hasil: 2. Posisikan semi posisi yang nyaman
a. Sesak napas hilang fowler atau fowler 3. Membantu dalam
3. Berikan oksigen, pemenuhan oksigen.
jika perlu 4. Untuk membantu
4. Kolaborasi dalam proses
pemberian penyembuhan
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu

18
2 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung 1. Untuk mengetahui
jantung keperawatan kurang lebih 1. Identifikasi Identifikasi
berhubungan selama 2x24 jam, masalah tanda/gejala tanda/gejala
dengan penurunan curah jantung Primer penurunan Primer penurunan
perubahan dapat teratasi. Dengan curah jantung curah jantung
afterload dan kriteria hasil : (meliputi dyspnea, (meliputi dyspnea,
preload a. Tanda vital dalam kelelahan, edema, kelelahan, edema,
rentang normal ortopnea, ortopnea,
(tekanan paroxysmal paroxysmal
darah,nadi,respirasi) noctumal, noctumal,
b. Dapat mentoleransi peningkatan CVP) peningkatan CVP)
aktivitas, tidak ada
kelelahan 2. Identifikasi 2. Untuk mengetahui
c. Tidak ada edema tanda/gejala Identifikasi
paru,perifer,dan sekunder tanda/gejala
tidak ada asites penurunan curah sekunder penurunan
d. Tidak ada penurunan jantung(meliputi curah
kesadaran peningkatan berat jantung(meliputi
badan,hepatomegali peningkatan berat
, distensi vena badan,hepatomegali,
jugularis, palpitasi, distensi vena
rnkhi basah, jugularis, palpitasi,
oliguria, batuk, rnkhi basah,
kulit pucat) oliguria, batuk, kulit
3. Monitor tekanan pucat)
darah (termasuk 3. Untuk memonitor
tekanan darah tekanan darah
artostatik, 4. Untuk memonitor
jikaperlu) intake dan output
4. Monitor intake dan cairan
output cairan 5. Untuk memonitor
5. Monitor saturasi cairan oksigen
oksigen 6. Untuk memonitor
6. Monitor EKG 12 EKG12 sendapan
sendapan 7. Untuk Memonitor
7. Monitor aritmia aritmia (kelainan
(kelainan irama dan irama dan frekuensi)
frekuensi) 8. Untuk memonitor
8. Monitor nilai nilai laboratorium
laboratorium jantung (mis,
jantung(mis, elektrolit,enzim
elektrolit, enzim jantung, BNP,

19
jantung, BNP, NTpro_BNP)
NTpro_BNP) 9. Untuk memonitor
9. Monitor fungsi alat fungsi alat pacu
pacu jantung jantung
10. Psisikan semi- 10. Untuk memberikan
fowler atau fowler posissi nyaman
dengan kaki 11. Untuk membantu
kebawah atau memberikan asupan
posisi nyaman. diet jantung yang
11. Berikan diet sesuai
jantung yang sesuai 12. Untuk membantu
(mis.batasi asupan proses
kafein, natrium, penyembuhan
kolestrol, dan 13. Untuk membantu
makanan tinggi proses
lemak. penyembuhan
12. Anjurkan berhenti
merokok
13. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu

20
3. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Dukungann tidur 1. Untuk mengetahui
tidur keperawatan kurang lebih 1. Identifikasi pola pola aktifitas tidur
berhubungan selama 2x24 jam, masalah aktivitas dan tidur yang baik untuk
dengan gangguan pola tidur dapat 2. Modifikasi pasien
hambatan teratasi, dengan kriteria lingkungan (mis, 2. Untuk memodifikasi
lingkungan hasil : pencahayaan, lingkungan (mis,
1. Pola istirahat dan kebisingan, suhu, pencahayaan,
tidur pasien dapaat matras, dan tempat kebisingan, suhu,
terpenuhi tidur matras, dan tempat
2. Pasien dapat tidur 3. Jelaskan tidur
dengan frekuensi pentingnya tidur 3. Untuk mengetahui
tidur kurang lebih 8 cukup selama sakit pentingnya tidur
jam/ hari. cukup selama sakit.

21
4. Kelebihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen 1. Untuk mengetahui
volume cairan keperawatan kurang lebih hypervolemia tanda dan gejala
(hypervolemia) selama 2x24 jam, masalah 1. Periksa tanda dan hypovolemia (mis,
berhubungan gangguan kelebihan volume gejala hypovolemia frekuensi nadi
dengan cairan dapat teratasi, (mis, frekuensi nadi meningkat, nadi
kurangnya Kriteria hasil: meningkat, nadi teraba lemah,
asupan makanan a. Mempertahankan teraba lemah, tekanan darah
keseimbangan input tekanan darah menurun, tekanan
dan output menurun, tekanan nadi menyempit,
b. Tidak ada tanda- nadi menyempit, turgor kulit
tanda dehidrasi turgor kulit menurun, membrane
c. Elastisitas tugor kulit menurun, mukosa kering,
baik dan membrane membrane mukosa volume urin
mukosa lembab kering, volume urin menurun,
menurun, hematocrit
hematocrit meningkat, haus,
meningkat, haus, lemah)
lemah) 2. Untuk memonitor
2. Monitor intake dan intake dan output
output cairan cairan
3. Berikan posisi 3. Untuk membantu
modifled melancarkan
Trendelembung peredaran darah
4. Kolaborasi keotak
pemberian cairan 4. Untuk membantu
IV isotonis (mis. memenuhi
NaCL, RL) kebutuhan cairan

5. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi 1. Untuk mengetahui


berhubungan keperawatan kurang lebih 1. Identifikasi status status nutrisi pada
dengan selama 2x24 jam, masalah nutrisi pasien
kurangnya gangguan defisit nutrisi 2. Monitor asupan 2. Untuk memonitor
asupan makanan dapat teratasi.dengan makanan asupan makanan
kriteria hasil : 3. Minotor hasil 3. Untuk memonitor
a. Mampu laboratorium hasil laboratorium
mengidentifikasi 4. Fasilitasi 4. Untuk memfasilitasi
kebutuhan nutrisi menentukan menentukan
b. Tidak ada tanda – pedoman diet (mis, pedoman diet (mis,

22
tanda mal nutrisi piramida makanan) piramida makanan
c. Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti

6. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan manajemen energi 1. Untuk


aktivitas keperawatan kurang lebih 1. Identifikasi mengidentifikasi
berhubungan selama 2x24 jam, masalah gangguan fungsi gangguan fungsi
dengan gangguan intoleransi tubuh yang tubuh yang
kelemahan aktifitas dapat teratasi. mengakibatkan mengakibatkan
Denga kriteria hasil kelelahan kelelahan
1. Mampu melakukan 2. Lakukan latihan 2. Untuk memberikan
aktivitas sehari-hari rentang gerak pasif aktifitas latihan
secara mandiri dan/atau aktif gerak pasif dan/
3. Ajarkan strategi atau aktif
koping untuk 3. Untuk mengajarkan
mengurangi strategi koping
kelelahan untuk mengurangi
kelelahan

23
BAB III

ANALISA JURNAL

Tabel 3.1 : jurnal “Implementasi High Availability Web Server Pada Cloud
Computing Menggunakan Pacemaker”.

Judul,penulis(tahun) Implementasi High Availability Web Server Pada Cloud Computing


Menggunakan Pacemaker
Nurul Diana S,Dkk (2018)
Desain High Availability
Sample 1 Orang
Variabel Implementasi hight availability web server
Cloud Computing
Interverensi Melakukan pemasangan pacemaker menggunakan tools pacemaker
yang menyediakan ketersediaan tinggi baginserver sehingga jika salah
satu server mati maka ada server lain yang mengambil ahli fungsi dari
ahli server tersebut
Analisis Analisis high availability,analisis performance
Hasil Ketika terjadi failover,membutuhkan waktu 3,8 detik bagi node 2
untuk mengambil ahli node 1. Dan saat terjadi failback,membutuhkan
waktu 2,8 detik bagi node 1.mengambil ahli fungsi node 2.

Tabel 3.2 : jurnal “aktivitas listrik pada otot jantung”.

Judul,penulis(tahun) aktivitas listrik pada otot jantung


lili irawati(2014)
Desain Meta-analisis design
Sample 1 orang
Variabel Aktivitas listrik
Otot jantung
Interverensi Melakukan pemasangan pacemaker untuk
mengetahui kontraksi sel otot janttung yang terjadi
karena adanya potensial aksi
Analisis Analisis non statistic(kualitatif)

24
Hasil Potensi aksi pada membrane saraf dan otot rangka
dapat terjadi bila ada rangsangan dari
luar,sedangkan pada membrane sel otot jantung
potensial aksi dapat terjadi tanpa adanya
rangsangan.kontraksi sel otot jantung trjadi oleh
adanya potensial aksi yang dihantarkan sepanjang
membrane sel otot jantung

Tabel 3.3 : jurnal “factor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada
pasien congestive heart failure”.

Judul,penulis(tahun) “factor-faktor yang berhubungan dengan kualitas


tidur pada pasien congestive heart failure”. Sofiana
Nurchayat,dkk (2015)
Desain deskriptif korelasi
Sample 32 orang
Variabel -Faktor-faktor yang berhubungan
-kualitas tidur pasien CHF
Interverensi Melakukan observasi untuk melihat kelebihan cairan
responden
Analisis Bivoviat menggunakan uji chi-square dan
kolmogorov-smirnov.
Hasil pada faktor tingkat nyeri diperoleh ρvalue 0,925 > α
(0,05), sehingga didapatkan kesimpulan tidak ada
hubungan antara tingkat nyeri dengan kualitas tidur
responden

25
Tabel 3.4 : jurnal “Hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping
pada pasien gagal jantung kongestif”.

Judul,penulis(tahun) “Hubungan tingkat kecemasan dengan


mekanisme koping pada pasien gagal
jantung kongestif”. Gresty N. Massi,dkk
(2015)
Desain cross sectional
Sample 33 orang
Variabel -hubungan tingkat kecemasan
-mekanisme koping pasien gagal jantung
kongestif
Interverensi untuk mengetahui hubungan tingkat
kecemasan dengan mekanisme koping
pada pasien gagal jantung kongestif
Analisis menggunakan uji alternatifnya, yaitu uji
Fisher’ exact
Hasil hipotesis dengan uji Fisher’s exact
menunjukan bahwa nilai
p=0,003(p<0,05)lebih kecil dari α(0,05)

Tabel 3.5 : jurnal “Hubungan kepatuhan minum obat dengan kejadian rawat
inap ulang pada pasien CHF”.

Judul,penulis(tahun) “ Hubungan kepatuhan minum obat


dengan kejadian rawat inap ulang pada
pasien CHF”
Anisa ufara, dkk (2016)
Desain Korelasional
Sample 28 orang
Variabel - Hubungan kepatuhan minum obat
- Kejadian rawat inap ulan pada
pasien CHf

26
Interverensi Mengetahui hubungan kepatuhan minum
obat dengan kejadian rawat inap ulang
pada pasien chf
Analisis Kuesioner MMAS-8 yang berisi
pertanyaan kepatuhan minum obat dan
melihat rekam medis (RM) atau lembar
observasi untuk kejadian rawat inap
ulang , data diolah menggunakan aplikasi
(SPSS 16)
Hasil Hasil penelitian mayoritas responden
berusia 56-60 sebanyak 9 responden
(32,2%). Mayoritas responden berjenis
kelamin perempuan sebanyak 16
responden (57,1). Mayoritas responden
berpendidikan SMP sebanyak 12
responden (42,9%). Mayoritas responden
tidak bekerja sebanyak 24 responden
(85,7%). Mayoritas responden
mengkonsumsi obat ACE Inhibitor
sebanyak 14 responden (50,0%).
Berdasarkan kepatuhan minum obat
mayoritas responden tidak patuh
mengkonsumsi obat sebanyak 21
responden (75,0%). Berdasarkan kejadian
rawat inap ulang mayoritas responden
mengalami rawat inap tinggi sebanyak 27
responden (96,4%). Hasil uji statistik
menggunakan Chi-Square diperoleh p =
0,557 (p value > 0,05) maka Ho diterima
artinya tidak ada hubungan antara
kepatuhan minum obat dengan kejadian
rawat inap ulang pada pasien gagal
jantung kongestif di RSU Kabupaten
Tangerang. Diharapkan untuk dapat
meningkatkan pengawasan terhadap
pasien pada saat minum obat,
memberikan konseling secara bertahap,
serta mengobservasi pasien minum obat
di depan perawat.

27
Tabel 3.6 : jurnal “Gambaran tingkt depresi pada penderita CHF”)

Judul,penulis(tahun) “Gambaran tingkt depresi pada penderita


CHF”)
Wanudya Suci pertiwi (2016
Desain Kuantitatif
Sample 70 penderita
Variabel Gambaran tingkat depresi pada penderita
chf
Interverensi Menggambarkan tingkat depresi dan
karakteristik (jenis kelamin, umur,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, lama
sakit dan stadium) pada penderita gagal
jantung.
Analisis Purposive sampling, Uji Validitas dan
reliabilitas Pada skala depresi BDI-II ini
sudah teruji denan baik
Hasil Dari hasil analisis univariat diperoleh
data responden yang tidak mengalami
depresi atau depresi normal 20 responden
(29%), depresi ringan 38 responden
(54%), depresi sedang 10 responden
(14%), dan depresi berat 2 responden
(3%). Sedangkan karakteristik responden
menunjukkan sebagian besar responden
berjenis kelamin laki-laki yaitu 52
responden (74%), umur 61 - 69 tahun 35
responden (50%), tidak bekerja 32
responden (46%), berpendidikan SMP 30
responden (43%), berpenghasilan kurang
dari Rp 1.000.000 29 responden (41%),
lama diagnosa terkena gagal jantung
adalah satu tahun 49 responden (70%),
dan stadium penyakit terbanyak adalah
stadium III 30 responden (43%)

28
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Gagal jantung kongestif adalah sindrom klinis progresif yang
disebabkan oleh ketidakmampuan jantung dalam memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, tanda dan gejala yang terjaddi pada
gagal jantung kiri yaitu dyspnea batuk, mudah lelah, insomnia, kegelisahan
dan kecemasan tanda dan gejala pada gagal jantung kanan, edema, ektremitas
bawah, distensi vena leher dan escites setelah itu anoreksia dan mual dan
kelemahan
Pencegahan gagal jantung adalah menjalani gaya hidup sehat.
Tindakan ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang, membatasi konsumsi garam dan gula, menjaga berat badan ideal,
berolahraga secara rutin, berhenti merokok, dan membatasi konsumsi
minuman beralkohol. Selain itu, pemeriksaan kesehatan secara rutin,
terutama tekanan darah, gula darah, dan kolestrol, juga perlu dilakukan untuk
mendeteksi gangguan kesehatan yang dapaat menyebabkan gagal jantung.

5.2 Saran

Diharapkan untuk penderita gagal jantung kongestif agar melakukan


pengobatan sedini mungkin dan menerapkan pola hidup yang lebih sehat selain
itu diharapkan bagi keluarga untuk memberikan dukungan bagi penderita dan
perawat dapat meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik lagi.

29
DAFTAR PUSTAKA
PPNI.2017.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:Defenisi dan Indikator
Diagnosik,Edisi.Jakarta:DPP PPNI

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Defenisi dan Tindakan


Keperawaan,Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI

Amin,Hardhi.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


Nanda Nic-Noc,Jilid 1.Yogyakarta:Mediaction

KemenkesRI.2014.Situasikesehatan jantung : Diagnosis dokter, (Pdf)

A.Alfia.2017.Asuhan keperawatan pasien yang mengalami gagal jantung kongestif


dengan ketidakefektifan pola napas di ruang aster 5 RSUD Dr.mowewardi. STIkes
Kusuma Husada Surakarta. Program studi D3 Keperawatan.

30

Anda mungkin juga menyukai