Anda di halaman 1dari 90

HEMATOLOGI

Hematologi adalah ilmu


yang mempelajari tentang
darah, baik susunannya
maupun bentuk dan seluk
beluk tentang sel darah.
Susunan darah :
Pada orang dewasa
normal, volume darah
±6-8% dari berat badan
orang tersebut.
Dari jumlah tersebut, tersusun dari :
 45% berupa sel-sel darah :
erythrosit.leukosit, trombosit.
 55% berupa plasma yang tersusun dari :
 90% air
 10% protein, karbohidrat, vitamin,
hormon, enzim, lipid, dan garam.
Fungsi darah :
 Sebagai alat transportasi
 Sebagai alat pertahanan tubuh.
 Mempunyai fungsi sebagai bagian dari proses
pembekuan darah : trombosit dan faktor kosgulasi.
 Mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh.
 Mengatur stabilitas suhu tubuh.
Sebagai alat transportasi :
 Transport O2 dari paru-paru kejaringan tubuh.
 Mengangkut sari makanan yang diabsorbsi oleh
usus kejaringan lain.
 Membawa hasil produk dari satu jaringan ke
jaringan yang lain, mis : hormon.
 Membawa CO2 dari seluruh jaringan ke paru-
paru.
 Mengangkut hasil sisa metabolisme jaringan
ketempat pembuangan, mis : kulit, ginjal, paru-
paru.
Cairan darah :
 Cairan darah : ada 2 istilah yang dipergunakan dalam
pemeriksaan darah yaitu plasma dan serum.
 Plasma : cairan yang keluar apabila darah dibiarkan
cair dengan menambahkan anti koagulan yang cukup,
kemudian darah tersebut dipisahkan antara sel darah
cairannya. Ini disebut serum.
Didalam
Didalam serum tidak
mengandung fibrinogen
karena sudah dipakai
untuk membentuk
bekuan darah.
Pembentukan darah ( Hemopoiesis )
 Hemopoiesis berlangsung seumur hidup,
untuk mengganti sel darah yang mati atau
keluar dari tubuh.
 Dalam keadaan normal, hemopoiesis
berlangsung seimbang antara pembentukan
sel yang baru dengan sel yang mati atau keluar
dari tubuh.
 Dalam keadaan normal, berubah menjadi
lebih aktif atau mundur bahkan aktifitasnya
tidak terkendali.
Jaringan Hemopoiesis :
 1 minggu kehamilan : indung telur tempat utama
hemopoiesis.
 Dalam kandungan : hati, limfa, sum-sum tulang, kelenjar
limfe, dan kelenjar Thimus.
 Janin umur 4-7 bulan : hati, limfa, sampai ± 2 minggu setalah
kelahiran.
 Anak-anak : selain ditulang panjang, juga pada sum-sum
tulang pipih seperti : tengkorak, iga, clavicula,tulang rusuk,
pelvis, dan vertebrae.
 Pada orang dewasa : hanya tulang pipih.
Pembentukan eritrosit ( Eritropoiesis )
– Eritrosit diproduksi dalam sum-sum tulang.
– Pada keadaan abnormal juga diproduksi pada hati dan
ginjal.
– Senyawa ery yang paling mula ( pronormoblas )
mengalami pembelahan dan pematangan bertingkat
menjadi eritrosit dewasa dengan keluarnya inti (
retikulosit ).
– Retikulosit berada pada darah tepi ± 1-2 hari kemudian
menjadi eritrosit dewasa berusia ±120 hari.
– Produksi eritrosit dipengaruhi hormon eritropoitin yang
diproduksi di ginjal.
lanjutan
– Apabila Hb/eritrosit pada darah perifer menurun, ginjal akan
terangsang untuk membentuk eritropoitin, sehingga sum-sum
tulang lebih aktif membentuk eritrosit → kekurangan Hb/ery/O2
teratasi.
– Zat yang dibutuhkan dalam pembentukan eritrosit dan hemoglobin
sum-sum tulang, ialah:
 Logam : Fe, Mg, Cobalt
 Vitamin : B12, Folat, C, E, dll
 Asam amino.
 Hormon : eritropoitin, androgen, tirosin.
 Kekurangan salah satu dari zat tersubut dapat
menyebabkan gangguan pada pembentukan eritrosit.
Sintesa Hemoglobin
Fungsi utama eritrosit adalah
mengangkut O2 kejaringan dan
membawa CO2 dari jaringan
keparu-paru.kedua zat ini
diangkut oleh protein yang
disebut hemoglobin.
lanjutan
– Kadar hemoglobin orang dewasa
tergantung umur dan jenis kelainnya.
 Menurut Barbara A brown :
 Wanita 12-15 gr%
 Laki-laki 14-17 gr%
 Usia lebih lanjut kadar lebih rendah.
lanjutan
Apabila Hb mengalami
perubahan bentuk abnormal
, maka fungsi transport O2
tidak dapat dilakukan lagi.
lanjutan
Ada 3 bentuk Hb abnormal :
– Karboksi Hb : Hb mengikat CO , bentuk ini sifatnya
reversibel dijumpai pada perokok berat ± 2-10%
kadarnya.
– Met. Hb : Hb yang mengandung Fe dalam bentuk Feri
dijumpai dengan kadar 1-2%
– Sulf Hb : terbentuk dari pengaruh obat-obatan atau
bahan kimia seperti sulfonamid,aminoaromatik, sifat
reversibel dan tidak dapat mengangkut O2 kadarnya
±2%.
Katabolisme / pemecahan eritrosit.
–Erotrosit tua (± 120 hari ) akan
dipecah dalam jaringan RES
menjadi Hem dan Globin
Globin akan disimpan dalam
bentuk asam amino dan dipakai
untuk membentuk eritrsit baru.
Hem dipecah menjadi :
 Fe : disimpan dalam depot Fe
untuk membentuk eri baru.
 Protoporfirin : diubah
menjadi biliverdin yang
tereduksi menjadi bilirubin.
lanjutan
Sel darah putih ( leukosit )
Menurut fungsinya dibagi dalam 2
kelompok :
 Kelompok fagosit : terdiri dari
granulosit dan monosit.
 Kelompok imonosit : terdiri dari
limfosit dan plasmasit.
lanjutan
Pembentukan sel leukosit
terjadi dalam sum-sum
tulang , dalam keadaan
normal dalam sel perifer
hanya ada sel tua.
Fungsi sel leukosit :

– Khemotaksis : kemampuan bergerak


kesumber toksin yang dikeluarkan oleh
benda asing atau jaringan rusak.
– Fagositosis : benda asing mis,bakteri,
jamur, atau sel hospes yang mati akan
dimakan oleh leukosit.
– Sel segment disebut mikrofag, sedang
monosit untuk makrofag.
lanjutan
– Membunuh dan mencerna : leukosit membunuh benda
asing dengan menurunkan pH vakuol yang berisi
bekteri, mengeluarkan enzim laktoferin atau dengan
pembentukan zat peroksida.
– Pembentukan zat antibodi : dilakukan oleh sel limfosit
dan plasmasit, untuk membantu pertahanan tubuh
melawan infeksi dan bersifat spesifik terhadap penyakit
atau serangan kuman yang sama.
lanjutan
 Lekopeni : jumlah sel lekosit yang menurun
kurang dari 3x10 /L darah ( biasanya pada
granulosit )
 Lekositosis : meningkatkan jumlah leukosit yang
beredar lebih dari 7,5x10 /L darah.
 Lekositosis relatif adalah keadaan yang
menunjukkan sel netrofil lebih dari 80% pada
hitung jenis.
 Nilai normal : 5000-10000/mm3 darah
Trombosit
– Trombosit dihasilkan oleh sum-sum tulang belakang
dengan induk megakariosit.
– Berukuran 2-4 mikron, diproduksi dibawah pengaruh
trombopoltin.
– Fungsi trombosit : pembentukan sumbatan mekanis
dalam pembentukan darah yang normal terhadap luka
atau kerusakan pembuluh darah.
Kelainan berdasarkan kuantitatif / jumlah :
- Trombositopeni : menurunnya
jumlah trombosit dibawah
normal.
–Trombositosis : meningkatnya
jumlah trombosit diatas
normal.
Dibagi menjadi 2 yaitu :
– Akibat fisiologis : dapat normal
kembali bila penyebab hilang, mis
: pada perdarahan akut, pada
keganasan lekemik.
– Bersifat menetap dan lama, mis :
mielosklerosis atau kelainan
idiopatik.
Kelainan berdasarkan kualitatif
:
– Tromboastenia :merupakan kelainan
bawaan → gangguan dari dinding
trombosit sehingga terjadi gangguan daya
lekat trombosit dan penggumpalannya,
– Trombopati : kelainan pada mekasinme
pelepasan sehingga jumlah trombosit
berkurang terhadap rangsangan.
lanjutan
– Penyakit yang merubah fungsi
trombosit, mis : uremi, penyakit hati
menahun, lupus eritremateus.
– Kelainan akibat obat-obatan mis :
dextran, aspirin, obat anti radang/
inflamasi.
 Nilai normal : 150000-350000 / mm3
darah.
Anti koagulan yang digunakan
pemerikasaan Hematologi.
 Fungsi anti koagulan adalah agar darah tidak
membeku sehinga dapat digunakan untuk
menghitung jumlah sel-sel darah.
 Tidak semua anti koagulan dapat digunakan karena
ada yang berpengaruh terhadap bentuk ertitrosit atau
leukosit yang akan diperiksa morfologinya.
Kalium oxalat dan natrium fluorida tidak digunakan.

 *Anti koagulan yang dapat digunakan antara lain :


– EDTA ( ethylendiamine tetra acetat ), digunakan
garam natrium atau kaliumnya. Garam-garam itu
mengubah ion kalsium dalam darah menjadi
bentuk bukan ion. Tiap 1 mg EDTA menghindari
membekunya 1 ml darah.EDTA yang dipergunakan
dalam bentuk larutan 10% karena dalam bentuk
kering sukar larut.
lanjutan
– Heparin : berfungsi sebagai
antitrombin, tidak berpengaruh
terhadap eritrosit dan leukosit.1 mg
heparin cukup untuk 10 mL darah.
Bisa dipergunakan dalam bentuk
kering atau larutan.
– Natrium citrat : dalam larutan
dipergunakan 3,8%, yaitu larutan
yang isotonik dengan darah.
Campuran Ammonium oxalat
dan Kalium oxalat:
 Menurut Paul dan Heller dipakai dalam
campuran seimbang 3:2 → dipakai dalam
keadaan kering.
 Ammonium oxalat menyebabkan eritrosit
membengkak.
 Kalium oxalat menyebabkan eritrosit mengerut.
Pemeriksaan darah rutin
HEMOGLOBIN ( cara Sahli )
 Prinsip : hemoglobin darah diubah menjadi asam
hematin dengan penambahan larutan HCl, lalu kadar
asam hematin ini diukur dengan membandingkan warna
yang terjadi dengan warna standar..
 Tujuan : menetapkan kadar Hb dalam darah
Alat yang digunakan

HEMOGLOGINOMETER SAHLI:

 Gelas berwarna sebagai warna standar.


 Tabung hemometer dengan pembagian skala putih
2 sampai 22 ( skala merah untuk hematoksit )
 Pengaduk dari gelas.
 Pipet sahli yang merupakan kapiler dan
mempunyai volume 20 mikroliter
 Pipet pasteur
 Kertas saring / tissu / kain kasa kering.H
 Reagent : larutan HCl 0,1N + aquadest
 Cara pemeriksaan :
– Tabung hemometer disi dengan larutan HCl 0,1N sampai
tanda 2
– Hisaplah darah kapiler / vena dengan pipet sahli sampai tepat
pada tanda 20 mikroliter
– Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet
denga tissu secara hati-hati jangan sampai dari dalam pipet
darah berkurang.
– Masukkan darah sebanyak 20 mikroliter ini kedalam tabung
yang berisi HCl tadi tanpa menimbulkan gelembung.
– Bilas pipet bagian dalam dengan menghisap larutan HCl
dan mengeluarkannya berkali-kali sampai pipet bersih.
– Biarkan tunggu ± 5 mnit untuk pembentukan as
hematin.
– Asam hematin yg terjadi diencerkan dg aquadest setetes
demi setetes sambil diaduk dg pengaduk gelas, sampai
didpt warna yg sama dg warna standar
– Miniskus dari larutan dibaca (permukaan terendah dari
larutan)
 Pelaporan :
 Hemoglobin dinyatakan dalam gr/dl
 Catatan :
 Nilai normal :

 Laki-laki 14 – 18 gr/dl
 Wanita 12 – 16 gr/dl
 Kesalahan yg sering terjadi :
 Alat/reagent yg kurang sempurna
 Volume pipet Hb tdk tepat 20 ul
 Warna standar sering sdh pucat
 Kadar lar. HCL sering tdk dikontrol
 Orang yg melakukan pemeriksaan
 Pengambilan darah kurang baik
 Penglihatan pemeriksa tdk normal atau sdh lelah
 Intensitas sinar/penerangan kurang
 Pada waktu membaca hasil permukaan terdapat
gelembung udara
 Pipet tdk dibilas dg HCL
 Pengenceran tdk baik
HITUNG LEUKOSIT
– Prinsip : darah diencerkan, lalu dihitung jumlah
leukosit (sel darah putih) yg ada dalam volume
tertentu
– Tujuan : menghitung jumlah leukosit dalam darah
– Alat yg diperlukan :
 Pipet leukosit (Thoma) dg sebutir kaca putih pd bagian
bola pipet dg skala 0,5 – 11
 Kamar hitung (Improved Neubauer)
 Mikroskop
 Counter tally (bila ada)
– Reagent : larutan Turk
– Cara pemeriksaan :
– Hisaplah darah kapiler/ darah EDTA dg pipet leukosit
sampai tepat pd garis 0,5
– Hapuslah kelebihan darah yg melekat pd ujung luar pipet
dg cara menghapus dari pertengahan pipet kebawah dg
kertas saring/tissue secara cepat
– Masukkan ujung pipet dlm lar. Turk sambil menahan
darah pd garis tsb.
– Pipet dipegang dg sudut 45 º dan lar. Turk dihisap
perlahan-lahan (jangan sampai timbul gelembung udara)
sampai tanda 11
– Angkatlah pipet dari cairan dan tutup ujung-ujungnya dg
ujung jari, lalu lepaskan karet penghisap
– Kocoklah pipet dg menutup ujung-ujung pipet dg ibu jari
dan jari tengah selama 2 – 3 menit
– Bila tdk segera diperiksa letakkan pipet tsb. dalam posisi
horizontal
– Ambillah kamar hitung Improved Neubauer yg bersih,
letakkan kamar hitung ini dg kaca penutup terpasang
mendatar diatasnya
– Kocoklah kembali pipet yg telah diisi tadi, kemudian
buanglah 4 – 5 tetes pertama, dan segera sentuhkan
ujung pipet dg sudut 30 º pd permukaan kamar hitung
serta menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan kamar
hitung terisi secara perlahan dg sendirinya
– Biarkan kamar hitung yg terisi tadi ± 2 menit agar sel
leukosit mengendap
– Hitunglah jumlah sel leukosit dibawah mokroskop dg
pembesaran lensa obyektif 10 x dan hitung pd 4 bidang
besar (N)
– Perhitungan Jumlah Leukosit :
 Pengenceran darah dlm pipet = 20x
 Luas tiap bidang besar : 1mm²
 Tinggi kamar hitung 1/10 mm
 Leukosit dihitung dlm 4 bidang besar sehingga jumlah luasnya 4 x 1
mm²
 Faktor perkalian : 20 : (4 x 1 x 1/10 ) = 50

 Jadi jumlah leukosit = jumlah leukosit dalam 4 bidang besar x 50
– Pelaporan :
 Jumlah leukosit = N x 50 / mm³
– Perhitungan Jumlah Leukosit :
 Pengenceran darah dlm pipet = 20x
 Luas tiap bidang besar : 1mm²
 Tinggi kamar hitung 1/10 mm
 Leukosit dihitung dlm 4 bidang besar sehingga jumlah luasnya 4 x 1
mm²
 Faktor perkalian : 20 : (4 x 1 x 1/10 ) = 50

 Jadi jumlah leukosit = jumlah leukosit dalam 4 bidang besar x 50
– Pelaporan :
 Jumlah leukosit = N x 50 / mm³
– Catatan :
 Nilai normal : 5000 – 10.000/ mm³
 Setiap kali habis dipakai, pipet Thoma atau pipet sahli
harus selalu dicuci, sekali-kali bersihkan dg acetone
untuk menghilangkan kotoran dan zat warna yg melekat
pd diding kapiler
 Bila ada bekuan darah, cucilah dg air saja, jangan dg
alcohol atau didorong benda tajam
 Kesalahan yang mungkin terjadi :
– Jumlah darah/lar.Turk yg dihisap tdk tepat

– Memakai pipet yg basah

– Berkurangnya darah dalam pipet pd waktu penhapusan darah


yg melekat pd ujung pipet
– Terjadinya gelembung udara dlm pipet pd waktu menghisap
darah/lar.pengencer
– Terjadinya bekukan darah karena lambat bekerja
– Pengocokan darah tidak sempurna/tidak homogen
– Cairan terbuang sedikit pada waktu mencabut karet
penghisap.
– Kamar hitung/kaca penutup kotor
– Ada gelembung udara yangmasuk pada waktu pengisian
kamar hitung
– Letak kaca penutup salah
– Meja mikroskop tidak horizontal
– Salah menghitung sel/menyinggung garis batas
– Kaca penutup tergeser karena disentuh lensa mikroskop
– Menghitung leukosit tidak teliti dan larutan Turk kotor
Hitung Eritrosit
– Prinsip : darah diencerkan, kemudian dihitung
jumlah eritrosit ( sel darah merah ) yang dalam
volume pengenceran tertentu.
– Tujuan : menghitung jumlah eritrosit dalam darah.
– Alat yang diperlukan :
 Pipet eritrosit ( dengan sebutir kaca merah pada bagian
bola pipet ) dengan skala 0,5-101
 Kamar hitung improved neubauer
 Mikroskop dengan lensa obyektif 10x dan 40x
 Counter tally ( bila ada )
– Reagent : larutan Hayem
– Cara pemeriksaan :
– Hisaplah darah kapiler/ darah EDTA dengan pipet
eritrosit sampai tepat pada garis 0,5
– Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung luar
pipet dengan cara menghapus dari pertengahan pipet
kebawah dengan kertas saring/tissue secara cepat. Hati-
hati jangan sampai darah terhisap.
– Masukkan ujung pipet kedalam larutan Hayem dan hisap
larutan perlahan-lahan sampai tanda 101 ( hati-hati
jangan sampai timbul gelembung udara )
– Angkat pipet dari cairan dan tutup ujungnya dengan
ujung jari lalu lepaskan karet penghisap.
– Kocoklah pipet dengan menutup ujung dengan ibu jari
dan jario tengah selama 2-3 manit. Bila tidak segera
dihitung letakkan pipet secara horizontal.
– Ambil kamar hitung dan kaca penutupnya terpasang
mendatar diatasnya.
– Kocoklah kembali pipet yang telah diisi, kemudian
buanglah cairan dalam batang kapiler 4-5 tts, kemudian
tetesan berikutnya masukkan keda;lam permukaan
kamar hitung. Biarkan kamar hitung terisi secara
perlahan-lahan.
 Biarkan ± 2 menit agar eritrosit mengendap, lalu
dihitung dengan mikroskop, dengan lensa obyektif
40X dan dihiutng dalam 5 bidang kecil yang terdiri
dari 16 bidang kecil-kecil, jumlah eritrosit dalam 5
bidang kecil disebut N
– Perhiutngan jumlah eritrosit :
 Pengenceran dalam pipet eritrosit : 200x
 Luas bidang kecil 1/400 mm2
 Tinggi kamar hitung dalam 5 x 16 bidang kecil-kecil
sehinga jumlah luasnya 80x 1/400 mm2 = 1/5 mm2
 Faktor perkalian : 5 x 10 x 200 = 10000
 Jadi jumlah eritrosit : jumlah eritrosit dalam 5 bidang
kecil (N) x 10.000
 Eritrosit : N x 10.000
– Pelaporan :
 Jumlah eritrosit = …………./mm3
– Catatan :
 Nilai normal :
– Pria : 4,5 – 5,5 juta / mm2
– Wanita : 4,0 – 5,0 juta / mm2
 Kesalahan yang terjadi sama seperti pada hitung leukosit
Laju endap darah ( Westergren
– Prinsip : darah yang sudah diberi anti koagulan bila
didiamkan dalam waktu tertentu maka sel-sel
darahnya akan mengendap, dalam hal ini yang
dihitung adalah kecepatan waktu pengendapannya.
– Tujuan : untuk mengetahui banyaknya sel-sel darah
yang mengendap dalam waktu tertentu.
– Alat yang diperlukan :
– Tabung westergren dengan skala 0-200 mm, kedua ujung
terbuka.
– Rak westergren
– Penghisap
– Pencatat waktu
– Pipet berskala
– Semprit 5 cc dan jarumnya
– Botol kecil.
– Reagent : larutan Natrium sitrat 3,8 % ( anhidrat )
– Cara pemeriksaan :
– Sediakan botol kecil yangtelah diisi dengan 0,4 ml larutan Na
Sitrat 3,8%
– Hisaplah darah vena sebanyak 1,6 mL dan masukkan kedalam
botol yang berisi larutan Na sitrat tadi.
– Campur baik-baik dengan gerakan melingkar perlahan-lahan.
– Hisaplah campuran darah ini kedalam pipet Westergren dengan
bantuan keret penghisap sampai garis bertanda 0
– Birakan pipet tersebut tegak lurus pada rak westergren selama
60 menit ( pasang pencatat waktu )
– Bacalah tingginya lapisan plasma pada jam pertama dan kedua
dari 0 sampai batas plasma dengan endapan darah.
– Pelaporan :
 Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam milimeter
perjam dan 2 jam
– Catatan :
 Nilai normal :
 Pria 0 – 10 mm/jam
 Wanita 0 – 20 mm/jam
 Kesalahan umum yang sering terjadi :
– Antikoagulan dan darah tidak tercamour dng baik

– Terjadi hemolisa

– Pipet yang dipakai tidak bersih dan kering

– Keadaan pipet pada rak miring sehingga menyebabkan


kesalahan pembacaan sebesar ± 30%
– Kolom darah mengandung gelembung udara

– Penentuan laju pengendapan darah dilakukan lebih dari 2 jam


sesudah pengambilan darah
– Suhu ruangan tinggi (sebaiknya pada suhu kamar 18 º - 25 ºC)

– Pencatatan waktu yg tdk tepat


DIFERENSIAL (HITUNG JENIS LEUKOSIT)
– Prinsip : terdapat perbedaan daya serap sel darah
terhadap zat asam
– Tujuan : Menghitung jumlah sel-sel jenis leukosit
dalam darah
– Alat yg diperlukan :
 Mikroskop
 Kaca obyek yg kering, bebas debu & lemak
 Lanset steril
 Pencatat waktu
 Rak pengecatan
 Rak pengering
 Minyak Imersi
 Kaca penggeser (bisa digunakan cover glass)
 Pensil kaca, utk nomerisasi
 Reagent : Larutan Wright/Giemsa
 Larutan buffer penyangga pH 6,4
– Cara Pemeriksaan :
 Pembuatan sediaan apus darah
 Teteskan satu tetes darah pd tepi obyek glass ±2 Cm.
 Letakkan diatas meja dg tetesan darah sebelah kanan
 Dengan tangan kanan letakkan kaca penggeser disebelah kiri
tetesan darah, gerakkan kekanan sehingga menempel pd tetesan
darah dan biarkan darah menyebar rata dipinggir kaca penggeser
 Segera geserkan kaca tsb kekiri dg sudut 45 º
 Biarkan paparan darah tsb kering dari udara, lalu
tulislah no penderita dg pensil kaca
 Ciri sediaan apus yg baik :
– Panjangnya ±1/2 – 2/3 dari panjang obyek glass

– Harus ada bagian yg cukup tipis utk diperiksa

– Pinggir sediaan harus rata tdk berlubang-lubang

– Penyebaran leukosit harus merata & tdk bergerombol

– Eritrosit saling berdekatan tapi tdk bertumpukan

– Fiksasi cukup lama sehingga inti dan kromatin tdk larut

– Tdk boleh ada kotoran endapan zat pewarna


– Pewarnaan sediaan apus
 Letakkan sediaan apus yg akan diwarnai pd rak pewarnaan
dg lapisan darah diatas
 Kemudian teteskan 20 tetes larutan Wright/Giemsa dan
biarkan 2 menit
 Teteskan dg jumlah yg sama lar.buffer penyangga pH 6,4 dan
biarkan 5 menit
 Siramlah sediaan itu dg aquadest, mula-mula perlahan-lahan
kemudian keras-keras utk membersihkan sisa cat dari
sediaan
 Taruhlah sediaan dlm sikap lurus pd rak pengering
 Biarkan kering diudara. Sediaan siap dibaca dibawah
mokroskop dg lensa obyektif 100 x
– Perhitungan :
 Pilihlah darah dimana leukosit bersebar merata dan jelas yaitu pd
bagian hapusan yg tipis dg lensa obyektif 10 x
 Tetesi dg minyak Imersi dan periksa dg lensa obyektif 40
x/ 100 x
 Buat kolom-kolom utk tiap jenis leukosit, tiap jenis ada 10 kolom
 Dengan pengatur mikro pd mikroskop, mulailah menghitung jenis
leukosit yg ditemukan
 Jenis yg dibaca adalah Eosinofil, Basofil, Staff/Batang,
Segmen, Limfosit dan Monosit
 Sepuluh lekosit pertama masukkan pd kolom 1 dst….sehingga
dalam 10 kolom terdapat/terhitung 100 leukosit
– Pelaporan :
 Hendaknya urutan dimulai dari sel Eosinofil, Basofil,
Batang, Segmen, Limfosit dan Monosit
 Jumlah dinyatakan dalam %
– Pelaporan :
 Hendaknya urutan dimulai dari sel Eosinofil, Basofil,
Batang, Segmen, Limfosit dan Monosit
 Jumlah dinyatakan dalam %
Gambar-gambar sel-sel leukosit :
 Basofil : Bentuk bulat
 Inti sukar dilihat sebab tertutup granula
 Granula besar bulat & berwarna ungu tua, banyak tapi
tdk rapat
 Vakuol kadang tampak berwarna pucat dalam
sitoplasma
 Eosinofil : Bentuk bulat
 Sitoplasma/granula besar-besar berbentuk bulat
berwarna jingga, jumlah banyak dan saling berdekatan
 Inti biasanya terdiri dari 2 lobus
 Batang : Bentuk bulat
 Sitoplasma kemerah-merahan
 Granula kecil-kecil halus warna lembayung muda
 Inti berbentuk seperti batang tapal kuda berwarna
ungu tua
 Segment : Bentuk bulat
 Sitoplasma/ granula kemerah-merahan & banyak,
warna lembayung muda
 Inti terdiri dari 2 – 5 lobus dihubungkan dg benang
kromatin, warna ungu tua dan padat
 Limfosit : Bentuk bulat
 Sitoplasma/granula terlihat sangat sedikit berwarna
biru.
 Inti besar, kromatin warna ungu tua dan padat.
 Monosit : Bentuk tidak teratur, ukuran paling besar .
 Sitoplasma/granula sering kemerahan, vakuola sering
terdapat pada sitoplasma.
 Inti vervariasi biasanya seperti ginjal, kromatin
tersusun dalam untaian dan berwarna lembayung
A. ERITROSIT
B. LIMFOSIT BESAR
C. NETROFIL SEGMEN
D. EOSINOFIL
E. NETROFIL SEGMEN
F. MONOSIT
G. TROMBOSIT
H. LIMFOSIT KECIL
I. NETROFIL BATANG
J. BASOFIL
VARIASI
BENTUK
LIMFOSIT
VARIASI
BENTUK
MONOSIT
EOSINOFILIA
HIPERSEGMENTASI NETROFIL
MIELOBLAS + AUER ROD
LEUKEMIA PROMIELOSITIK AKUT (APL)
LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (ALL)
LEUKEMIA MONOSITIK AKUT (AMoL)
NORMOKROM-NORMOSITIK
Thalassemia

ANISO-POIKILOSITOSIS-HIPOKROM-MIKROSITIK, POLIKROMASI
SEL TARGET, SEL TEAR DROP , FRAGMENTOSIT
PLASMODIUM FALCIPARUM
LE cell + Rosette cell
TROMBOSIT NORMAL TROMBOSITOPENIA
TROMBOSITOSIS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai