Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

I. KONSEP TEORI
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sumber : http://virtualmedicalcentre.com
Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang warnanya
merah. Warna merah ini keadaannya tidak tetap, bergantung pada
banyaknya oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Darah berada dalam
tubuh karena karena adanya kerja pompa jantung. Selama darah berada
dalam pembuluh, darah akan tetap encer. Tetapi bila berada diluar
pembuluh darah akan membeku. Pembekuan ini dapat divegah dengan
mencampurkan sedikit ditras sitras natrikus atau anti pembeku darah.
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan
interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya juga
terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara
keseluruhan kira-kira 1/12 berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55
persennya adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah.
Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang
dipadatkan yang berkisar anatara 40-47. Diwaktu sehat volume darah
adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik
dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
Kandungan yang ada di dalam darah :
1 Air : 91%
2 Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan
fibrinigen)
3 Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat,
garam fosfat, magnesium, kalsium dan zat
besi.
4 Bahan Organik : 0.1% (glukosa, lemakasam urat, keratinin,
kolesterol, dan asam amino)
Fungsi Darah :
1. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
a. Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
b. Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan / alat tubuh.
d. Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
e. Mengedarkan hormon yaitu hormon untuk membantu proses
fisiologis.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam
tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi / zat-zat anti racun.
3. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
4. Menjaga keseimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari
kerusakan.
Karakteristik Darah :
1. Volume darah : 7% - 10% BB (5 Lt pada dewasa normal)
2. Komponen darah : Eritrosit, Leukosit, trombosit 40% - 45% volume
darah; tersuspensi dalam plasma darah
3. PH darah : 7,37 7,45
4. Temp : 38C
5. Viskositas lebih kental dari air dengan BJ 1,041 1,067

Bagian-Bagian Darah
Sel-Sel Darah
1. Eritrosit (Sel darah merah)
Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti, ukurannya
0.007 mm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5 juta/mm,
warnanya kuning kemerah-merahan karena didalamnya mengandung
hemoglobin (hemoglobin adalah protein pigmen yang memberi warna
merah pada darah). Hemoglobin terdiri atas protein yang di sebut
globin dan pigmen non-protein yang disebut heme, setiap eritrosit
mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sifatnya kenyal
sehingga dapat berubah bentuk sesuai dengan pembuluh darah yang
dilalui.
Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya
terbentuk dari asam amino, juga memerlukan zat besi. Wanita
memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa diantaranya
dibuang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam
jumlah yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan
pembuatan susu.
Sel darah merah dibentuk didalam sumsum tulang, terutama
dari tulang pendek, pipih, dan tak beraturan dari jaringan konselus
pada ujung tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari
sternum. Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui
berbagai tahap mula-mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada
hemoglobin, kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan
nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah.
Rata-rata panjang hidup sel darah merah normalnya 120 hari.
Sel menjadi usang dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial,
terutama dalam limpa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah
menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-
jaringan dan zat besi dalam heme dari hemoglobin dikeluarkan untuk
digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa heme dari
hemoglobin diubah lagi menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan
biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada
perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.
Bila terjadi perdarahan maka sel merah dengan
hemoglobinnya sebagai pembawa oksigen, hilang. Pada perdarahan
sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya.
Tetapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40% atau dibawahnya,
maka diperlukan tranfusi darah.
Fungsi sel darah merah yaitu mengikat oksigen dari paru-
paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon
dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru /
melalui jalan pernafasan.
Produksi Eritrosit (Eritropoesis):
a. Terjadi di sumsum tulang dan memerlukan besi, Vit B12, asam
folat, piridoksin (B6)
b. Di pengaruhi oleh O dalam jaringan
c. Masa hidup : 120 hari
d. Eritrosit tua dihancurkan di sistem retikuloendotelial (hati dan
limpa)
e. Pemecahan Hb menghasilkan bilirubin dan besi. Besi berkaitan
dengan protein (transferin) dan diolah kembali menjadi Hb baru.
2. Leukosit (Sel darah putih)
Berbentuk bening, tidak bewarna, memiliki inti, lebih besar
dari sel drah merah (eritrosit), dalam keadaan normalnya terkandung
4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia
dewasa yang sehat, sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap
milimeter kubik darah terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata 8000) sel
darah putih.
Leukosit selain berada di dalam pembuluh darah juga terdapat
di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit di
sebabkan oleh masuknya kuman / infeksi maka jumlah leukosit yang
ada di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini
disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe,
beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan
penyakit tersebut.
Rentang kehidupan leukosit setelah di produksi di sumsum
tulang, leukosit bertahan kurang lebih satu hari di dalam sirkulasi
sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama
beberapa hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan, tergantung jenis
leukositnya.
Fungsi dari leukosit sebagai pertahanan tubuh yaitu
membunuh dan memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk kedalam
jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat pembiakannya didalam
limpa dan kelenjar limfe, sebagai pengangkut yaitu mengangkut
membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke
pembuluh darah.
Macam-Macam Sel Darah Putih (Leukosit), meliputi :
a. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya,
yang terdiri dari :
1) Limfosit, yaitu macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan
RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan kecil,
didalam sitoplasmanya tidak terdapat glandula dan intinya
besar, banyaknya kira-kira 15%-20%. rentang hidupnya dapat
mencapai beberapa tahun. Struktur limfosit mengandung
nukleus bulat berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis
sitoplasma. Ukurannya bervariasi ukuran kecil 5 m 8 m,
ukuran terbesar 15 m. Berfungsi membunuh dan memakan
bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh dan berfungsi juga
dalam reaksi imunologis.
2) Monosit, terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari
limfosit, mencapai 3%-8% jumlah total. Struktur merupakan
sel darah terbesar. Memilik protoplasma yang lebar, berwarna
biru abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan, inti
selnya bulat dan panjang, warnanya lembayung muda.
Berfungsi sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap
bermigrasi melalui pembuluh darah. Jika monosit telah
meninggalkan aliran darah, maka sel ini menjadi hitosit
jaringan (makrofag tetap).
b. Granulosit
Disebut juga leukosit granular yang terdiri dari :
1) Neutrofil, atau disebut juga polimorfonuklear leukosit
banyaknya mencapai 50%-60%. Struktur neutrofil memiliki
granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya dan
banyak bintik-bintik halus / glandula. Nukleusnya memiliki 3-5
lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis.
Diameternya mencapai 9 m 12 m. Berfungsi sebagai
pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses
peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga juga yang
memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri,
aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak
menyebabkan adanya nanah.
2) Eusinofil, mencapai 1%-3% jumlah sel darah putih. Struktur
memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan
pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus
berlobus dua, dan berdiameter 12 m 15 m. Berfungsi
merupakan fagosti lemah, jumlahnya akan mengikat saat terjadi
alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang selama stres
berkepanjangan. Sel ini berfungsi dalam detoksifikasi hestamin
yang di produksi sel mast dan jaringan yang cedera saat
inflamasi berlangsung.
3) Basofil, mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit. Struktur
memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya
tidak beraturan dan akan bewarna keunguan sampai hitam serta
memperlihatkan nukleus berbentuk S. Diameternya 12 m 15
m. Berfungsi bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi
dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang
menyebabkan peradangan.
3) Trombosit (Sel pembeku darah)
Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang
bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong,
warnanya putih, normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm.
Bagian inti yang merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal
dari sumsum tukang. Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel
darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan
mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses
koagulasi darah.
Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit
yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit
memiliki masa hidup dalam drah antara 5-9 hari. Trombosit yang tua
atau mati di ambil dari sistem perdaran darah, terutama oleh makrofag
jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam
limpa, pada waktu darah melewati organ tersebut.
Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu
terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen.
Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Ketika kita
luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan akan mengeluarkan
zat yang di namakan trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu
dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin.
Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang
halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan
sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin ini
dibuat di dalam hati dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K,
dengan demikian vitamin K penting untuk pembekuan darah.
Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah
(hemostatis). Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka
darah tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan yang terus-
menerus.
4) Plasma Darah
Merupakan komponen terbesar dalam darah dan merupakan
bagian darah yang cair, tersusun dari air 91%, protein plasma darah
7%, asam amino, lemak, glukosa, urea, garam sebanyak 0,9%, dan
hormon, antibodi sebanyak 0,1% . Berfungsi mengangkut sari
makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat
pembuangan selain itu plasma darah juga menghasilkan zat kekebalan
tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.
Protein plasma mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-
satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran
kapiler untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein plasma yang utama :
a. Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60% tetapi
ukurannya paling kecil. Albumin di sintesis di dalam hati dan
bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah.
Mempertahankan tekanan osmotik agar normal (25 mmHg).
b. Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta
globulin disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul
pembawa lipid, beberapa hormone, berbagai subtrat, dan zat
penting lainnya. Gamma globulin (immunoglobulin) fungsi utama
berperan sebagai antibody.
c. Fibrinogen membentuk sekitar 4% protein plasma. Disintesis di
hati dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme
pembekuan darah.
Proses Pembentukan Sel Darah
a. Terjadi awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian
kecil pada limpa. Pada minggu ke-20 masa embrional mulai terjadi
pada sumsum tulang.
b. Semakin besar janin peranan pembentukan sel darah terjadi pada
sumsum tulang.
c. Setelah lahir semua sel darah dibuat di sumsum tulang, kecuali
limfosit yang juga di bentuk di kelenjar limfe, thymus dan lien.
d. Setelah usia 20 tahun sumsum tulang panjang tidak memproduksi
lagi drah kecuali bagian proximal, humerus, dan tibia.

B. DEFINISI
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau
hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen oleh darah (Aplikasi Nanda NIC-NOC, 2013)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan
eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia.
Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin
kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu
dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan
jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

C. ETIOLOGI
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease
entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar
(underlying disease). Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena
gangguan pembentukan eritrosit oleh sum-sum tulang, kehilangan darah
keluar tubuh (perdarahan), proses penghancuran eritrosit oleh tubuh
sebelum waktunya (hemolisis). A nemia dibedakan menjadi beberapa
klasifikasi
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah
merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a) Anemia aplastik
Penyebab:
1) agen neoplastik/sitoplastik
2) terapi radiasi
3) antibiotik tertentu
4) obat anti konvulsan, tyroid, fenilbutason
5) benzene
6) infeksi virus (khususnya hepatitis)
7) Morfologis: anemia normositik normokromik
b) Anemia pada penyakit ginjal
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel
darah merah maupun defisiensi eritopoitin
c) Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan
dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah
dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi
artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan
berbagai keganasan
d) Anemia defisiensi besi
1) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama
hamil, menstruasi
2) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
3) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip,
gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.
e) Anemia megaloblastik
1) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
2) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
3) Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
a) Pengaruh obat-obatan tertentu
b) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
c) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d) Proses autoimun
e) Reaksi transfusi
f) Malaria
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer
Institute)
Derajat WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) 11,0 g/dL Perempuan 12,0
16,0 g/dL
Laki-laki 14,0 18,0
g/dL
Derajat 1 (ringan) 9,5 10,9 g/dL 10,0 g/dL nilai
normal
Derajat 2 (sedang) 8,0 9,4 g/dL 8,0 10,0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6,5 7,9 g/dL 6,5 7,9 g/dL
Derajat 4 (mengancam < 6,5 g/dL < 6,5 g/dL
jiwa)

D. TANDA DAN GEJALA


1. Manifestasi klinis yang sering muncul
a. Pusing
b. Mudah berkunang-kunang
c. Lesu
d. Aktivitas kurang
e. Rasa mengantuk
f. Susah konsentrasi
g. Cepat lelah
h. Prestasi kerja fisik / pikiran menurun
2. Gejala khas masing-masing anemia
a. Perdarahan berulang / kronik pada anemia pasca perdarahan,
anemia defisiensi besi.
b. Ikterus, urin berwarna kuning tua / coklat, perut mrongkol/makin
buncit pada anemia hemolitik.
c. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.
E. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia tahun 2010 penderita anemia sekitar 50-70 juta,
anemia defisiensi zat besi mencapai 20% - 33%. Sebesar 40 % dialami
wanita hamil. Anemia terjadi pada 45 % wanita didaerah berkembang, dan
13 % dinegara maju. Anemia sering terjadi pada wanita usia subur, wanita
hamil, dan wanita menyusui, kelompok usia yang juga rentan adalah bayi
dan anak-anak (Sri Rahma Yuli, 2014).
F. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain
yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1.
hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah
merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang
terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
Kekurangan nutrisi Perdarahan hemolisis

(destruksi sel darah merah)


Kegagalan sum-sum
tulang dalam Kehilangan sel darah
produksi merah

Jumlah eritrosit yang


diproduksi turun

Anemia (Hb)

Resistensi aliran darah Pertahanan sekunder


perifer tidak adekuat

Penurunan transport O2 Resiko infeksi


ke daerah perifer

Hipoksia jaringan Lemah lesu

Intoleransi aktivitas Defisit perawatan


diri

Ketidakefektifan Gangguan fungsi otak


perfusi jaringan
perifer

Intake nutrisi turun Sakit kepala

Ketidakseimbangan
Anoreksia Nyeri akut
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Sumber : Aplikasi Nanda NIC-NOC (2013)
G. DIAGNOSTIK MEDIK
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin
B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan
waktu tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

H. PENATALAKSANAAN
1. MEDIS
a. Anemia aplastik:
1) Transplantasi sumsum tulang
2) Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin
antitimosit(ATG)
b. Anemia pada penyakit ginjal
1) Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan
asam folat
2) Ketersediaan eritropoetin rekombinan
c. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan
penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
d. Anemia pada defisiensi besi
1) Dicari penyebab defisiensi besi
2) Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus
dan fumarat ferosus.
e. Anemia megaloblastik
1) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin
B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12
dengan injeksi IM.
2) Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia
pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
3) Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien
dengan gangguan absorbsi.
2. NON MEDIS
a. Menjalani diet dengan gizi seimbang
b. Makan-makanan yang tinggi asam folat dan vitamin B12, seperti
ikan, produk susu, daging, kacang-kacangan, sayuran berwarna
hijau tua, jeruk dan biji-bijian
c. Batasi minum alcohol dan pada ibu hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi suplemen asam folat untuk mencegah terjadinya
anemia defisiensi asam folat
d. Pastikan untuk menggunakan sepatu atau sandal untuk
menghindari resiko cacingan
e. Hindari pemamparan terhadap minyak, insektisida, zat kimia dan
zat toksik lainnya karena jga dapat menyebabkan anemia

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Biasanya keluhan yang paling utama pada penderita anemia adalah
lemah atau pusing.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan pasien pada saat dikaji dan diperiksa
3. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit anemia sebelumnya ?
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pasien memiliki riwayat penyakit keturunan
seperti diabetes militus, penyakit jantung, struk ?
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum. Pucat, keletihan, kelemahan, nyeri kepala, demam,
dispnea, vertigo, sensitif terhadap dingin, berat badan menurun.
2. Kulit. Kulit kering, kuku rapuh.
3. Mata. Penglihatan kabur, perdarahan retina.
4. Telinga. Vertigo, tinitus.
5. Mulut. Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis.
6. Paru paru. Dispneu.
7. Kardiovaskuler. Takikardi, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung.
8. Gastrointestinal. Anoreksia.
9. Muskuloskletal. Nyeri pinggang, nyeri sendi.
10. System persyarafan. Nyeri kepala, bingung, mental depresi, cemas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leukopenia atau
penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /
absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen /nutrisi ke sel.
C. INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leukopenia atau
penurunan granulosit (respon inflamasi tertekan).
a. Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
b. Kriteria hasil : Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah /
menurunkan risiko infeksi dan meningkatkan penyembuhan luka.
c. Intervensi
1) Anjurkan pasien untuk mencuci tangan.
2) Berikan perawatan kulit, perianal dan oral.
d. Rasional
1) Mencegah kontaminasi mikroorganisme.
2) Menurunkan risiko kerusakan kulit, jaringan atau infeksi.
2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen /nutrisi
ke sel.
a. Tujuan : Peningkatan perfusi jaringan.
b. Kriteria Hasil : Penunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital
stabil.
c. Intervensi
1) Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit /membran
mukosa, dasar kuku.
2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
d. Rasional
1) Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
2) Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi
untuk kebutuhan seluler.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /
absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
a. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
b. Kriteria Hasil : Menunujukkan peningkatan / mempertahankan
berat badan dengan nilai laboratorium normal. Tidak mengalami
tanda mal nutrisi. Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup
untuk meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang
sesuai.
c. Intervensi
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
2) Observasi dan catat masukan makanan untuk penderita anemia.
3) Timbang berat badan setiap hari.
4) Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering atau makan
diantara waktu makan.
d. Rasional
1) Mengidentifikasi defisiensi, mengawasi masukkan kalori atau
kualitas kekurangan konsumsi makanan.
2) Memudahkan intervensi.
3) Mengawasi penurunan berat badan.
4) Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukan nutrisi.
D. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan diagnose medis anemia adalah :
1. Infeksi tidak terjadi.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3. Peningkatan perfusi jaringan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall dan Moyet, 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Edisi 13. EGC : Jakarta
Herdman, Heather T dan Kamitsuru, Shigemi, 2017. Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2015 2017. Edisi 10. EGC : Jakarta
http://srirahmayuli.com/epidemiologi-anemia, diakses pada tanggal 10 September
2017
https://www.satujam.com/askep-anemia/, diakses pada tanggal 10 September
2017
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, H, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Edisi revisi, Jilid
1. Media Action : Yogyakarta.
Syaifuddin, 2011. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Edisi 4.
EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai