Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

A. Pengertian
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar
Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia
adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002)
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia
bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan
suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
okesigen ke jaringan (Smeltzer & Bare, 2002).
Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi
gangguan perfusi O2 ke jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat
dan nilai Hb di bawah 7 g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya
melalui transfusi. Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai
normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods
cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006).

B. Anatomi Fisiologi
Kandungan yang ada di dalam darah :
1. Air : 91%
2. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinigen)
3. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam
fosfat, magnesium, kalsium dan zat besi.
4. Bahan Organik : 0,1% (glukosa, lemakasam urat, keratinin, kolesterol,
dan asam amino)

Fungsi Darah :
1. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
a. Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
b. Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui
paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan / alat tubuh.
d. Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
e. Mengedarkan hormon yaitu hormon untuk membantu proses
fisiologis.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam
tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi / zat-zat anti racun.
3. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
4. Menjaga kesetimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari
kerusakan.

Komposisi Sel-Sel Darah :


1. Eritrosit (Sel darah merah)
 Anatomi:
Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti, ukurannya 0.007
mm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5 juta/mm³, warnanya
kuning kemerah-merahan karena didalamnya mengandung
hemoglobin (hemoglobin adalah protein pigmen yang meberi
warnamerah pada darah. Hemoglobin terdiri atas protein yang di
sebut globin dan pigmen non-protein yang disebut heme.), setiap
eritrosi mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sifatnya
kenyal sehingga dapat berubah bentuk sesuai dengan pembuluh
darah yang dilalui.
 Fungsi:
Mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan
tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru-paru / melalui jalan pernafasan.
Produksi Eritrosit (Eritropoesis):
a. Terjadi di sumsum tulang dan memerlukan besi, Vit B12, asam folat,
piridoksin (B6)
b. Di pengaruhi oleh O₂ dalam jaringan
c. Masa hidup : 120 hari
d. Eritrosit tua dihancurkan di sistem retikuloendotelial (hati dan limpa)
e. Pemecahan Hb menghasilkan bilirubin dan besi. Besi berkaitan
dengan protein (transferin) dan diolah kembali menjadi Hb baru.
2. Leukosit (Sel darah putih)
 Anatomi :
Berbentuk bening, tidak bewarna, memiliki inti, lebih besar dari sel
drah merah (eritrosit), dapat berubah dan bergerak dengan
perantaraan kaki palsu (psedoupodia),dalam keadaan normalnya
terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter
darah manusia dewasa yang sehat, sekitar 7000-25000 sel per tetes.
Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000
(rata-rata 8000) sel darah putih.
 Fungsi :
Sebagai pertahan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit / bakteri yang masuk kedalam jaringan RES (sistem
retikuloendotel), tempat pembikannya didalam limpa dan kelenjar
limfe, sebagai pengangkut yaitu mengangkut membawa zat lemak
dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.
Macam-Macam Sel Darah Putih (Leukosit), meliputi :
a. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri
dari :
1) Limfosit
yaitu macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan
kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan kecil, didalam
sitoplasmanya tidak terdapat glandula dan intinya besar,
banyaknya kira-kira 15%-20%. rentang hidupnya dapat mencapai
beberapa tahun.
 Struktur :
Limfosit mengandung nukleus bulat berwarna biru gelap
yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma. Ukurannya
bervariasi ukuran kecil 5 µm – 8 µm, ukuran terbesar 15 µm
 Fungsi :
Membunuh dan memakan bakteri yang masuk kedalam
jaringan tubuh dan berfungsi juga dalam reaksi imunologis.
b. Monosit
Terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari limfosit,
mencapai 3%-8%.
 Struktur :
Merupakan sel darah terbesar. Memilik protoplasma yang lebar,
berwarna biru abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit
kemerahan, inti selnya bulat dan panjang, warnanya lembayung
muda.
 Fungsi :
Sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap bermigrasi melalui
pembuluh darah. Jika monosit telah meninggalkan aliran darah,
maka sel ini menjadi hitosit jaringan (makrofag tetap).
c. Granulosit
Disebut juga leukosit granular yang terdiri dari :
1) Neutrofil
atau disebut juga polimorfonuklear leukosit banyaknya mencapai
50%-60%.
 Struktur :
Neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda
dalam sitoplasmanya dan banyak bintik-bintik halus /
glandula. Nukleusnya memiliki 3-5 lobus yang terhubungkan
dengan benang kromatin tipis. Diameternya mencapai 9 µm –
12 µm
 Fungsi :
Pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses
peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga juga yang
memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri,
aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak
menyebabkan adanya nanah.
d. Eusinofil
mencapai 1%-3% jumlah sel darah putih.
 Struktur :
Memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan
pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus
dua, dan berdiameter 12 µm – 15 µm.
 Fungsi :
Merupakan fagosti lemah, jumlahnya akan mengikat saat terjadi
alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang selama stres
berkepanjangan. Sel ini berfungsi dalam detoksifikasi hestamin
yang di produksi sel mast dan jaringan yang cedera saat inflamasi
berlangsung.
e. Basofil
Mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit.
 Struktur :
Memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya
tidak beraturan dan akan bewarna keunguan sampai hitam serta
memperlihatkan nukleus berbentuk S. Diameternya 12 µm – 15
µm.
 Fungsi :
Bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen
dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan
peradangan.
3. Trombosit (Sel pembeku darah)
 Anatomi :
Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan
ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya
putih, normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm³. Bagian inti
yang merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari
sumsum tukang. Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel
darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan
mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan
proses koagulasi darah.
 Fungsi :
Memegang peranan penting dalam pembekuan darah (hemostatis).
Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak
lekas membeku sehingga timbul perdarahan yang terus-menerus.
4. Plasma Darah
 Anatomi :
Merupakan komponen terbesar dalam darah dan merupakan bagian
darah yang cair, tersusun dari air 91%, protein plasma darah 7%,
asam amino, lemak, glukosa, urea, garam sebanyak 0,9%, dan
hormon, antibodi sebanyak 0,1% .
Protein Plasma :
Mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok
plasma yang tidak dapat menembus membran kapiler untuk
mencapai sel.
Ada 3 jenis protein plasma yang utama :
a. Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60% tetapi
ukurannya paling kecil. Albumin di sintesis di dalam hati dan
bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah.
Mempertahankan tekanan osmotik agar normal (25 mmHg).
b. Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta
globulin disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul
pembawa lipid, beberapa hormone, berbagai subtrat, dan zat
penting lainnya. Gamma globulin (immunoglobulin) fungsi
utama berperan sebagai antibody.
c. Fibrinogen membentuk sekitar 4% protein plasma. Disintesis di
hati dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme
pembekuan darah.
 Fungsi :
Mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa
pembakaran dari sel ke tempat pembuangan selain itu plasma darah
juga menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat
antibodi.

C. Penyebab
Penyebab anemia pada dewasa terbagi menjadi dua, yakni :
1. Kehilangan sel darah merah
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diakibatkan berbagai penyebab diantaranya adalah
trauma, ulkus, keganasan, hemoroid, perdarahan pervaginam, dan
lain-lain.
b. Hemolisis yang berlebihan
Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi dikenal sebagai
hemolisis, terjadi jika gangguan pada sel darah merah itu sendiri
memperpendek siklus hidupnya (kelainan intrinsik) atau perubahan
lingkungan yang menyebabkan penghancuran sel darah merah
(kelainan ekstrinsik). Sel darah merah mengalami kelainan pada
keadaan :
1) Hemoglobinopati atau hemoglobin abnormal yang diwariskan,
contohnya adalah pada penderita penyakit sel sabit (sickle cell
anemia)
2) Gangguan sintesis globin, contohnya pada penderita thalasemia
3) Kelainan membrane sel darah merah, contohnya pada sferositosis
herediter dan eliptositosis
4) Difisiensi enzim, seperti defisiensi glukosa 6-fosfat
dehidrogenase (G6PD) dan defisiensi piruvat kinase
2. Kekurangan zat gizi seperti Fe, asam folat, dan vitamin B12.
(Price, 2006).
D. Manifestasi klinik
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah)
Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
E. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum
tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah
yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel
darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system
fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan meningkatkan bilirubin
plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin
akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis., apabila jumlahnya lebih
dari sekitar 100 mg/dL), hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal
dan ke dalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya
hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi
mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien
dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat
hemolitik tersebut. (Sjaifoellah, 1998).
F. Patways
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Guillermo dan Arguelles (Riswan, 2003) pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk memperkuat penegakkan diagnosa anemia antara lain:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu
ukuran kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah
anemia berkembang. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli.
b. Penentuan Indeks Eritrosit Penentuan indeks eritrosit secara tidak
langsung dengan flowcytometri atau menggunakan rumus:
1) Mean Corpusculer Volume (MCV)
MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun
apabila kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia
mulai berkembang. MCV merupakan indikator kekurangan zat
besi yang spesiflk setelah thalasemia dan anemia penyakit kronis
disingkirkan. Dihitung dengan membagi hematokrit dengan
angka sel darah merah. Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl
dan makrositik > 100 fl.
2) Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)
MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah
merah. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel
darah merah. Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27
pg dan makrositik > 31 pg.
3) Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata.
Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai
normal 30-35% dan hipokrom < 30%.
4) Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer
Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual.
Pemeriksaan menggunakan pembesaran 100 kali dengan
memperhatikan ukuran, bentuk inti, sitoplasma sel darah merah.
Dengan menggunakan flowcytometry hapusan darah dapat
dilihat pada kolom morfology flag.
5) Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide =
RDW)
Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah
merah yang masih relatif baru, dipakai secara kombinasi dengan
parameter lainnya untuk membuat klasifikasi anemia. RDW
merupakan variasi dalam ukuran sel merah untuk mendeteksi
tingkat anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan nilai RDW
merupakan manifestasi hematologi paling awal dari kekurangan
zat besi, serta lebih peka dari besi serum, jenuh transferin,
ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan naiknya
RDW adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat besi, dan
apabila disertai dengan eritrosit protoporphirin dianggap menjadi
diagnostik. Nilai normal 15 %.
6) Eritrosit Protoporfirin (EP)
EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya
membutuhkan beberapa tetes darah dan pengalaman tekniknya
tidak terlalu dibutuhkan. EP naik pada tahap lanjut kekurangan
besi eritropoesis, naik secara perlahan setelah serangan
kekurangan besi terjadi. Keuntungan EP adalah stabilitasnya
dalam individu, sedangkan besi serum dan jenuh transferin rentan
terhadap variasi individu yang luas. EP secara luas dipakai dalam
survei populasi walaupun dalam praktik klinis masih jarang.
7) Besi Serum (Serum Iron = SI)
Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta
menurun setelah cadangan besi habis sebelum tingkat
hemoglobin jatuh. Keterbatasan besi serum karena variasi diurnal
yang luas dan spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang
rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun donor, pada
kehamilan, infeksi kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan
malignansi. Besi serum dipakai kombinasi dengan parameter
lain, dan bukan ukuran mutlak status besi yang spesifik.
8) Serum Transferin (Tf)
Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -
sama dengan besi serum. Serum transferin dapat meningkat pada
kekurangan besi dan dapat menurun secara keliru pada
peradangan akut, infeksi kronis, penyakit ginjal dan keganasan.
9) Transferrin Saturation (Jenuh Transferin)
Jenuh transferin adalah rasio besi serum dengan kemampuan
mengikat besi, merupakan indikator yang paling akurat dari
suplai besi ke sumsum tulang. Penurunan jenuh transferin
dibawah 10% merupakan indeks kekurangan suplai besi yang
meyakinkan terhadap perkembangan eritrosit. Jenuh transferin
dapat menurun pada penyakit peradangan. Jenuh transferin
umumnya dipakai pada studi populasi yang disertai dengan
indikator status besi lainnya. Tingkat jenuh transferin yang
menurun dan serum feritin sering dipakai untuk mengartikan
kekurangan zat besi. Jenuh transferin dapat diukur dengan
perhitungan rasio besi serum dengan kemampuan mengikat besi
total (TIBC), yaitu jumlah besi yang bisa diikat secara khusus
oleh plasma.
10) Serum Feritin
Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif
untuk menentukan cadangan besi orang sehat. Serum feritin
secara luas dipakai dalam praktek klinik dan pengamatan
populasi. Serum feritin < 12 ug/l sangat spesifik untuk
kekurangan zat besi, yang berarti kehabisan semua cadangan
besi, sehingga dapat dianggap sebagai diagnostik untuk
kekurangan zat besi. Rendahnya serum feritin menunjukan
serangan awal kekurangan zat besi, tetapi tidak menunjukkan
beratnya kekurangan zat besi karena variabilitasnya sangat tinggi.
Penafsiran yang benar dari serum feritin terletak pada pemakaian
range referensi yang tepat dan spesifik untuk usia dan jenis
kelamin. Konsentrasi serum feritin cenderung lebih rendah pada
wanita dari pria, yang menunjukan cadangan besi lebih rendah
pada wanita. Serum feritin pria meningkat pada dekade kedua,
dan tetap stabil atau naik secara lambat sampai usia 65 tahun.
Pada wanita tetap saja rendah sampai usia 45 tahun, dan mulai
meningkat sampai sama seperti pria yang berusia 60-70 tahun,
keadaan ini mencerminkan penghentian mensturasi dan
melahirkan anak. Pada wanita hamil serum feritin jatuh secara
dramatis dibawah 20 ug/ l selama trimester II dan III bahkan
pada wanita yang mendapatkan suplemen zat besi. Serum feritin
adalah reaktan fase akut, dapat juga meningkat pada inflamasi
kronis, infeksi, keganasan, penyakit hati, alkohol. Serum feritin
diukur dengan mudah memakai Essay immunoradiometris
(IRMA), Radioimmunoassay (RIA), atau Essay immunoabsorben
(Elisa).
2. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Masih dianggap sebagai standar emas untuk penilaian cadangan besi,
walaupun mempunyai beberapa keterbatasan. Pemeriksaan histologis
sumsum tulang dilakukan untuk menilai jumlah hemosiderin dalam sel-
sel retikulum. Tanda karakteristik dari kekurangan zat besi adalah tidak
ada besi retikuler. Keterbatasan metode ini seperti sifat subjektifnya
sehingga tergantung keahlian pemeriksa, jumlah struma sumsum yang
memadai dan teknik yang dipergunakan. Pengujian sumsum tulang
adalah suatu teknik invasif, sehingga sedikit dipakai untuk mengevaluasi
cadangan besi dalam populasi umum.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronik
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,
bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya
faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa
atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
I. Focus pengkajian keperawatan
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pmeriksaan Fisik
a. Kardiologi
- Kardiomegali , Hepatomegali
- Edema perifer
- Takikardi, palpitasi,
b. Pernafasan
Takipnea, orthopnea, dispnea.
c. Sirkulasi
- TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil & tekanan nadi
melebar, hipotensi postural.
- Bunyi jantung murmur sistolik (DB)
- Ekstremitas: pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane
mukosa,
- Sclera biru atau putih seperti mutiara.
- Pengisisan darah kapiler melambat
- Kuku mudah patah dan berbentuk seperti sendok (koilonika)
(DB)
- Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature
d. Gastrointestinal
- Diare, muntah,
- glositis (peradanagan lidah)
- melena/ hematemesis
e. Neurologi
- Parastesia
- Ataksia
- Koordinasi buruk
- Bingung
f. Integuman
- Mukosa pucat,kering
- Kulit kering

J. Fokus Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation
efektif b/d penurunan keperawatan selama ……… Management (Manajemen
konsentrasi Hb dan jam perfusi jaringan klien sensasi perifer)
darah, suplai oksigen adekuat dengan kriteria : 1. Monitor adanya daerah
berkurang 1. Membran mukosa merah tertentu yang hanya peka
2. Konjungtiva tidak anemis terhadap
3. Akral hangat panas/dingin/tajam/tumpul
4. Tanda-tanda vital dalam 2. Monitor adanya paretese
rentang normal 3. Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada
lesi atau laserasi
4. Gunakan sarun tangan untuk
proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian
analgetik
8. Monitor adanya
tromboplebitis
9. Diskusikan menganai
penyebab perubahan sensasi
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management
nutrisi kurang dari keperawatan selama 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b/d ……….status nutrisi klien 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
intake yang kurang, adekuat dengan kriteria untuk menentukan jumlah
anoreksia 1. Adanya peningkatan berat kalori dan nutrisi yang
Definisi : Intake badan sesuai dengan tujuan dibutuhkan pasien.
nutrisi tidak cukup 2. Beratbadan ideal sesuai 3. Anjurkan pasien untuk
untuk keperluan dengan tinggi badan meningkatkan intake Fe
metabolisme tubuh. 3. Mampumengidentifikasi 4. Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan protein dan
Batasan karakteristik: 4. Tidak ada tanda tanda vitamin C
- Berat badan 20 % malnutrisi 5. Berikan substansi gula
atau lebih di bawah 5. Menunjukkan peningkatan 6. Yakinkan diet yang dimakan
ideal fungsi pengecapan dari mengandung tinggi serat
- Dilaporkan adanya menelan untuk mencegah konstipasi
intake makanan yang 6. Tidak terjadi penurunan 7. Berikan makanan yang
kurang dari RDA berat badan yang berarti terpilih ( sudah
(Recomended Daily 7. Pemasukan yang adekuat dikonsultasikan dengan ahli
Allowance) 8. Tanda-tanda malnutri si gizi)
- Membran mukosa 9. Membran konjungtiva dan 8. Ajarkan pasien bagaimana
dan konjungtiva mukos tidk pucat membuat catatan makanan
pucat 10. Nilai Lab.: harian.
- Kelemahan otot - Protein total: 6-8 gr% 9. Monitor jumlah nutrisi dan
yang digunakan - Albumin: 3.5-5,3 gr % kandungan kalori
untuk - Globulin 1,8-3,6 gr % 10. Berikan informasi tentang
menelan/mengunyah - HB tidak kurang dari 10 kebutuhan nutrisi
- Luka, inflamasi pada gr % 11. Kaji kemampuan pasien untuk
rongga mulut mendapatkan nutrisi yang
- Mudah merasa dibutuhkan
kenyang, sesaat
setelah mengunyah Nutrition Monitoring
makanan 1. BB pasien dalam batas normal
- Dilaporkan atau 2. Monitor adanya penurunan
fakta adanya berat badan
kekurangan makanan 3. Monitor tipe dan jumlah
- Dilaporkan adanya aktivitas yang biasa dilakukan
perubahan sensasi 4. Monitor interaksi anak atau
rasa orangtua selama makan
- Perasaan 5. Monitor lingkungan selama
ketidakmampuan makan
untuk mengunyah 6. Jadwalkan pengobatan dan
makanan tindakan tidak selama jam
- Miskonsepsi makan
- Kehilangan BB 7. Monitor kulit kering dan
dengan makanan perubahan pigmentasi
cukup 8. Monitor turgor kulit
- Keengganan untuk 9. Monitor kekeringan, rambut
makan kusam, dan mudah patah
- Kram pada abdomen 10. Monitor mual dan muntah
- Tonus otot jelek 11. Monitor kadar albumin, total
- Nyeri abdominal protein, Hb, dan kadar Ht
dengan atau tanpa 12. Monitor makanan kesukaan
patologi 13. Monitor pertumbuhan dan
- Kurang berminat perkembangan
terhadap makanan 14. Monitor pucat, kemerahan,
- Pembuluh darah dan kekeringan jaringan
kapiler mulai rapuh konjungtiva
- Diare dan atau 15. Monitor kalori dan intake
steatorrhea nuntrisi
- Kehilangan rambut 16. Catat adanya edema,
yang cukup banyak hiperemik, hipertonik papila
(rontok) lidah dan cavitas oral.
- Suara usus hiperaktif 17. Catat jika lidah berwarna
- Kurangnya magenta, scarlet
informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan
dengan faktor
biologis, psikologis
atau ekonomi.
3 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan Self Care assistane : ADLs
b/d kelemahan fisik keperawatan selama ………. 1. Monitor kemempuan klien
Definisi : jamkebutuhan mandiri klien untuk perawatan diri yang
Gangguan terpenuhidengan kriteria mandiri.
kemampuan untuk 1. Klien terbebas dari bau 2. Monitor kebutuhan klien untuk
melakukan ADL pada badan alat-alat bantu untuk
diri 2. Menyatakan kenyamanan kebersihan diri, berpakaian,
Batasan karakteristik: terhadap kemampuan untuk berhias, toileting dan makan
- ketidakmampuan melakukan ADLs 3. Sediakan bantuan sampai klien
untuk mandi 3. Dapat melakukan ADLS mampu secara utuh untuk
- ketidakmampuan dengan bantuan melakukan self-care.
untuk berpakaian 4. Dorong klien untuk melakukan
- ketidakmampuan aktivitas sehari-hari yang
untuk makan normal sesuai kemampuan
- ketidakmampuan yang dimiliki.
untuk toileting 5. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
Faktor yang bantuan ketika klien tidak
berhubungan : mampu melakukannya.
kelemahan, kerusakan 6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
kognitif atau mendorong kemandirian, untuk
perceptual, kerusakan memberikan bantuan hanya
neuromuskular/ otot- jika pasien tidak mampu untuk
otot saraf melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection Control (Kontrol


Definisi : Peningkatan keperawatan selama ………. infeksi)
resiko masuknya jam status imun klien 1. Bersihkan lingkungan setelah
organisme patogen meningkat dengan kriteria dipakai pasien lain
1. Klien bebas dari tanda dan 2. Pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko : gejala infeksi 3. Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif 2. Menunjukkan kemampuan 4. Instruksikan pada pengunjung
- Ketidakcukupan untuk mencegah timbulnya untuk mencuci tangan saat
pengetahuan untuk infeksi berkunjung dan setelah
menghindari 3. Jumlah leukosit dalam berkunjung meninggalkan
paparan patogen batas normal pasien
- Trauma 4. Menunjukkan perilaku 5. Gunakan sabun antimikrobia
- Kerusakan jaringan hidup sehat untuk cuci tangan
dan peningkatan 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
paparan lingkungan sesudah tindakan kperawtan
- Ruptur membran 7. Gunakan baju, sarung tangan
amnion sebagai alat pelindung
- Agen farmasi 8. Pertahankan lingkungan
(imunosupresan) aseptik selama pemasangan
- Malnutrisi alat
- Peningkatan 9. Ganti letak IV perifer dan line
paparan lingkungan central dan dressing sesuai
patogen dengan petunjuk umum
- Imonusupresi 10. Gunakan kateter intermiten
- Ketidakadekuatan untuk menurunkan infeksi
imum buatan kandung kencing
- Tidak adekuat 11. Tingktkan intake nutrisi
pertahanan 12. Berikan terapi antibiotik bila
sekunder perlu
(penurunan Hb,
Leukopenia, Infection Protection (proteksi
penekanan respon terhadap infeksi)
inflamasi) 1. Monitor tanda dan gejala
- Tidak adekuat infeksi sistemik dan lokal
pertahanan tubuh 2. Monitor hitung granulosit,
primer (kulit tidak WBC
utuh, trauma 3. Monitor kerentanan terhadap
jaringan, penurunan infeksi
kerja silia, cairan 4. Batasi pengunjung
tubuh statis, 5. Saring pengunjung terhadap
perubahan sekresi penyakit menular
pH, perubahan 6. Partahankan teknik aspesis
peristaltik pada pasien yang beresiko
- Penyakit kronik 7. Pertahankan teknik isolasi k/p
8. Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
9. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
11. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif
5 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi
b.d ketidakseimbangan keperawatan selama …….. 1. Menentukan penyebab
suplai dan kebutuhan klien dapat beraktivitas dengan intoleransi
oksigen kriteria aktivitas&menentukan apakah
- Berpartisipasi dalam penyebab dari fisik,
aktivitas fisik dgn TD, HR, psikis/motivasi
RR yang sesuai 2. Observasi adanya pembatasan
- Warna kulit klien dalam beraktifitas.
normal,hangat&kering 3. Kaji kesesuaian
- Memverbalisa-sikan aktivitas&istirahat klien sehari-
pentingnya aktivitasseca-ra hari
bertahap 4. ↑ aktivitas secara bertahap,
- Mengekspresikan pengertian biarkan klien berpartisipasi
pentingnya keseimbangan dapat perubahan posisi,
latihan&istirahat berpindah & perawatan diri
- Peningkatan toleransi 5. Pastikan klien mengubah posisi
aktivitas secara bertahap. Monitor gejala
intoleransi aktivitas
6. Ketika membantu klien berdiri,
observasi gejala intoleransi spt
mual, pucat, pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
7. Lakukan latihan ROM jika
klien tidak dapat menoleransi
aktivitas
8. Bantu klien memilih aktifitas
yang mampu untuk dilakukan
6 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen
gas b.d ventilasi- keperawatan selama 1. Bersihkan mulut, hidung dan
perfusi ……..status respirasi : secret trakea
pertukaran gas membaik 2. Pertahankan jalan nafas yang
dengan kriteria : paten
1. Mendemonstrasikan 3. Atur peralatan oksigenasi
peningkatan ventilasi dan 4. Monitor aliran oksigen
oksigenasi yang adekuat 5. Pertahankan posisi pasien
2. Memelihara kebersihan 6. Onservasi adanya tanda tanda
paru paru dan bebas dari hipoventilasi
tanda tanda distress 7. Monitor adanya kecemasan
pernafasan pasien terhadap oksigenasi
3. Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas Vital sign Monitoring
yang bersih, tidak ada 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
sianosis dan dyspneu RR
(mampu mengeluarkan 2. Catat adanya fluktuasi tekanan
sputum, mampu bernafas darah
dengan mudah, tidak ada 3. Monitor VS saat pasien
pursed lips) berbaring, duduk, atau berdiri
4. Tanda tanda vital dalam 4. Auskultasi TD pada kedua
rentang normal lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
7 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Airway Management
nafas keperawatan selama …….… 1. Buka jalan nafas, guanakan
status respirasi klien membaik teknik chin lift atau jaw thrust
dengan kriteria bila perlu
1. Mendemonstrasikan batuk 2. Posisikan pasien untuk
efektif dan suara nafas memaksimalkan ventilasi
yang bersih, tidak ada 3. Identifikasi pasien perlunya
sianosis dan dyspneu pemasangan alat jalan nafas
(mampu mengeluarkan buatan
sputum, mampu bernafas 4. Pasang mayo bila perlu
dengan mudah, tidak ada 5. Lakukan fisioterapi dada jika
pursed lips) perlu
2. Menunjukkan jalan nafas 6. Keluarkan sekret dengan batuk
yang paten (klien tidak atau suction
merasa tercekik, irama 7. Auskultasi suara nafas, catat
nafas, frekuensi pernafasan adanya suara tambahan
dalam rentang normal, 8. Lakukan suction pada mayo
tidak ada suara nafas 9. Berikan bronkodilator bila
abnormal) perlu
3. Tanda Tanda vital dalam 10. Berikan pelembab udara Kassa
rentang normal (tekanan basah NaCl Lembab
darah, nadi, pernafasan) 11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.

8 Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen


keperawatan selama 1. Monitor respon klien terhadap
…….. .keletihan klien teratasi aktivitas takikardi, disritmia,
dengan kriteria : dispneu, pucat, dan jumlah
1. Kemampuan aktivitas respirasi
adekuat 2. Monitor dan catat jumlah tidur
2. Mempertahankan nutrisi klien
adekuat 3. Monitor ketidaknyamanan
3. Keseimbangan aktivitas dan atauu nyeri selama bergerak
istirahat dan aktivitas
4. Menggunakan teknik energi 4. Monitor intake nutrisi
konservasi 5. Instruksikan klien untuk
5. Mempertahankan interaksi mencatat tanda-tanda dan
sosial gejala kelelahan
6. Mengidentifikasi faktor- 6. Jelakan kepada klien hubungan
faktor fisik dan psikologis kelelahan dengan proses
yang menyebabkan penyakit
kelelahan 7. Catat aktivitas yang dapat
7. Mempertahankan meningkatkan kelelahan
kemampuan untuk 8. Anjurkan klien melakukan
konsentrasi yang meningkatkan relaksasi
9. Tingkatkan pembatasan bedrest
dan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Bullechek, dkk. 2013. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 6. United


States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2013. Nursing Out Comes (NOC),Edition
5. United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.

Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta, EGC

Nanda International. 2009. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-


2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

Price, S. A., & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses


penyakit (6 ed., Vol. II). Jakarta: EGC.

Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai