Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA

I. Anatomi Dan Fisiologi

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah
cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah.
Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/12 berat badan atau kira-kira
5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah.
Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan
yang berkisar anatara 40-47. Diwaktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai
batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.

Kandungan yang ada di dalam darah :

1. Air : 91%
2. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinigen)
3. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium,
kalsium dan zat besi.
4. Bahan Organik : 0.1% (glukosa, lemakasam urat, keratinin, kolesterol, dan asam
amino)

Fungsi Darah :

1. Sebagai alat pengangkut, yaitu :


a. Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
b. Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-
paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
keseluruh jaringan / alat tubuh.
d. Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
e. Mengedarkan hormon yaitu hormon untuk membantu proses fisiologis.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh
dengan perantaraan leukosit dan antibodi / zat-zat anti racun.
a. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
b. Menjaga kesetimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari
kerusakan.

Karakteristik Darah :

1. Volume darah : 7% - 10% BB (5 Lt pada dewasa normal)


2. Komponen darah : Eritrosit, Leukosit, trombosit →40% - 45% volume darah;
tersuspensi dalam plasma darah
3. PH darah : 7,37 – 7,45
4. Temp : 38°C
5. Viskositas lebih kental dari air dengan BJ 1,041 – 1,067

Bagian-Bagian Darah

1. Sel-Sel Darah
a. Eritrosit (Sel darah merah)

Anatomi : Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti, ukurannya


0.007 mm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5 juta/mm³, warnanya
kuning kemerah-merahan karena didalamnya mengandung hemoglobin
(hemoglobin adalah protein pigmen yang meberi warnamerah pada darah.
Hemoglobin terdiri atas protein yang di sebut globin dan pigmen non-protein
yang disebut heme.), setiap eritrosi mengandung sekitar 300 juta molekul
hemoglobin, sifatnya kenyal sehingga dapat berubah bentuk sesuai dengan
pembuluh darah yang dilalui.
Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari
asam amino. Mereka juga memerlukan zat besi wnita memerlukan lebih
banyak zat besi karena beberapa diantaranya dibuang sewaktu menstruasi.
Sewaktu hsmil diperlukan zat besi dalam jumlah yang lebih banyak lagi untuk
perkembangan janin dan pembuatan susu.

Sel darah merah dibentuk didalam sumsum tulang, terutama dari tulang
pendek, pipih, dan tak beraturan dari jaringan konselus pada ujung tulang pipa
dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari sternum.

Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui berbagai tahap


mula-mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada hemoglobin; kemudian
dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan baru diedarkan
ke dalam sirkulasi darah.

Rata-rata panjang hidup sel darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi
usang dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial, terutama dalam
limpa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk
digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem
dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah
merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah lagi menjadi bilirubin (pigmen
kuning) dan biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat
pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.

Bila terjadi perdarahan maka sel merah dengan hemoglobinnya sebagai


pembawa oksigen, hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam
waktu beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobin turun
sampai 40% atau dibawahnya, maka diperlukan tranfusi darah.

Fungsi : Mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh


jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru-paru / melalui jalan pernafasan.

Produksi Eritrosit (Eritropoesis):

1) Terjadi di sumsum tulang dan memerlukan besi, Vit B12, asam folat,
piridoksin (B6)\
2) Di pengaruhi oleh O₂ dalam jaringan
3) Masa hidup : 120 hari
4) Eritrosit tua dihancurkan di sistem retikuloendotelial (hati dan limpa)
5) Pemecahan Hb menghasilkan bilirubin dan besi. Besi berkaitan dengan
protein (transferin) dan diolah kembali menjadi Hb baru.

b. Leukosit (Sel darah putih)

Anatomi : Berbentuk bening, tidak bewarna, memiliki inti, lebih besar dari
sel drah merah (eritrosit), dapat berubah dan bergerak dengan perantaraan kaki
palsu (psedoupodia),dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga
11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat,
sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat
6000 sampai 10000 (rata-rata 8000) sel darah putih.

Leukosit selain berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh


jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit di sebabkan oleh
masuknya kuman / infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan
lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya
tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar dalam darah untuk
mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut.

Rentang kehidupan leukosit setelah di produksi di sumsum tulang,


leukosit bertahan kurang lebih satu hari di dalam sirkulasi sebelum masuk ke
jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama beberapa hari, beberapa minggu,
atau beberapa bulan, tergantung jenis leukositnya.

Fungsi : sebagai pertahan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit


penyakit / bakteri yang masuk kedalam jaringan RES (sistem retikuloendotel),
tempat pembikannya didalam limpa dan kelenjar limfe, sebagai pengangkut
yaitu mengangkut membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus
ke pembuluh darah.

Macam-Macam Sel Darah Putih (Leukosit), meliputi :

1) Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari:
a) Limfosit

Yaitu macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan


kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan kecil, didalam
sitoplasmanya tidak terdapat glandula dan intinya besar, banyaknya
kira-kira 15%-20%. rentang hidupnya dapat mencapai beberapa
tahun.

1. Struktur : Limfosit mengandung nukleus bulat berwarna biru


gelap yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma. Ukurannya
bervariasi ukuran kecil 5 µm – 8 µm, ukuran terbesar 15 µm
2. Fungsi : membunuh dan memakan bakteri yang masuk kedalam
jaringan tubuh dan berfungsi juga dalam reaksi imunologis.
b) Monosit

Terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari limfosit,


mencapai 3%-8% jumlah total.

1. Struktur : merupakan sel darah terbesar. Memilik protoplasma


yang lebar, berwarna biru abu-abu mempunyai bintik-bintik
sedikit kemerahan, inti selnya bulat dan panjang, warnanya
lembayung muda.
2. Fungsi : sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap
bermigrasi melalui pembuluh darah. Jika monosit telah
meninggalkan aliran darah, maka sel ini menjadi hitosit
jaringan (makrofag tetap).
2) Granulosit

Disebut juga leukosit granular yang terdiri dari :

a) Neutrofil

Atau disebut juga polimorfonuklear leukosit banyaknya


mencapai 50%-60%.

Struktur : neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah


muda dalam sitoplasmanya dan banyak bintik-bintik halus /
glandula. Nukleusnya memiliki 3-5 lobus yang terhubungkan
dengan benang kromatin tipis. Diameternya mencapai 9 µm –
12 µm

Fungsi : pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta


proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga juga yang
memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri,
aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak
menyebabkan adanya nanah.

b) Eusinofil

Mencapai 1%-3% jumlah sel darah putih.

Struktur : memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar,


dengan pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus
berlobus dua, dan berdiameter 12 µm – 15 µm.

Fungsi : merupakan fagosti lemah, jumlahnya akan mengikat


saat terjadi alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang
selama stres berkepanjangan. Sel ini berfungsi dalam
detoksifikasi hestamin yang di produksi sel mast dan jaringan
yang cedera saat inflamasi berlangsung.

c) Basofil

Mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit.

Struktur ; memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang


bentuknya tidak beraturan dan akan bewarna keunguan sampai
hitam serta memperlihatkan nukleus berbentuk S. Diameternya
12 µm – 15 µm.

Fungsi : bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan


antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang
menyebabkan peradangan.
b. Trombosit (Sel pembeku darah)

Anatomi : trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk


dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya
putih, normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm³. Bagian inti yang
merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari sumsum tukang.
Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya
terbungkus suatu membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula
yang berhubungan dengan proses koagulasi darah.

Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang


dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit memiliki masa hidup dalam
drah antara 5-9 hari. Trombosit yang tua atau mati di ambil dari sistem
perdaran darah, terutama oleh makrofag jaringan. Lebih dari separuh trombosit
diambil oleh makrofag dalam limpa, pada waktu darah melewati organ
tersebut.

Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya
peristiwa pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai
bekerja apabila tubuh mendapat luka. Ketika kita luka maka darah akan keluar,
trombosit pecah dan akan mengeluarkan zat yang di namakan trombokinase.
Trombokinase ini akan bertemu dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+
akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan
benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan
menahan sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin ini
dibuat di dalam hati dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K, dengan
demikian vitamin K penting untuk pembekuan darah. Fungsi :
memegang peranan penting dalam pembekuan darah (hemostatis). Jika
banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas
membeku sehingga timbul perdarahan yang terus-menerus.

Plasma Darah, anatomi : merupakan komponen terbesar dalam darah dan


merupakan bagian darah yang cair, tersusun dari air 91%, protein plasma darah
7%, asam amino, lemak, glukosa, urea, garam sebanyak 0,9%, dan hormon,
antibodi sebanyak 0,1% .
Protein Plasma : Mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-satunya
unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran kapiler untuk
mencapai sel. Ada 3 jenis protein plasma yang utama :

1) Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60% tetapi ukurannya


paling kecil. Albumin di sintesis di dalam hati dan bertanggung jawab untuk
tekanan osmotik koloid darah. Mempertahankan tekanan osmotik agar
normal (25 mmHg).
2) Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta globulin
disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul pembawa lipid,
beberapa hormone, berbagai subtrat, dan zat penting lainnya. Gamma
globulin (immunoglobulin) fungsi utama berperan sebagai antibody.
3) Fibrinogen membentuk sekitar 4% protein plasma. Disintesis di hati dan
merupakan komponen esensial dalam mekanisme pembekuan darah.
Fungsi : mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa
pembakaran dari sel ke tempat pembuangan selain itu plasma darah juga
menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.

Proses Pembekuan Darah

Pembekuan darah yaitu darah yang mengeras dan menjadi sel yang
bersatu. Hal ini dikarenakan di dalam darah terdapat sel-sel yang dapat
membentuk jaringan secara cepat. Inilah kenapa disebut membeku karena
darah yang cair itu dapat seolah-olah “mengeras” dengan cepat. Namun
proses ini terjadi jika terdapat jaringan tubuh yang rusak, yang
mengakibatkan drah keluar dari pembuluh darah. Bila tidak, darah hanya
akan beredar menyuplai zat-zat yang dibutuhkan oleh organ tubuh. Dalam
proses pembekuan darah ada beberapa zat yang dibutuhkan, yakni
trombosit atau keping darah, fibrinogen, protrombin, kalsium dan vitamin
K.

Ketika luka terjadi yang mengakibatkan rusaknya jaringan tubuh,


merobek pembuluh darah hingga darah keluar, maka hati akan menggenjot
produksi produksi komponen yang ada di trombosit maupun plasma darah
yang bernama fibrinogen. Fibrinogen adalah sebuah glikoprotein yang ada
dalam plasma darah dalam bentuk cairan dan trombosit dalam bentuk
granula yang semuanya dihasilkan oleh hati. Fibrinogen ini yang kemudian
melakukan proses koagulasi darah dan meningkatkan viskositas darah.
Proses ini akan menghasilkan trombin dan protrombin dengan bantuan
Ca2+ dan vitamin K. Trombin yang terbentuk akan memecah fibrinogen
menjadi benang fibrin. Bersamaan dengan proses ini, terjadi pengendapan
LDL yang memacu proses terbentuknya plak dan memicu agregasi
trombosit yang pecah mengeluarkan trombokinase untuk merubah
protrombin menjadi trombin dan proses kembali ini menyebabkan semakin
banyaknya benang fibrin yang terbentuk.

Proses Pembentukan Sel Darah

1) Terjadi awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian
kecil pada limpa. Pada minggu ke-20 masa embrional mulai terjadi
pada sumsum tulang.
2) Semakin besar janin peranan pembentukan sel darah terjadi pada
sumsum tulang.
3) Setelah lahir semua sel darah dibuat di sumsum tulang, kecuali limfosit
yang juga di bentuk di kelenjar limfe, thymus dan lien.
4) Setelah usia 20 tahun sumsum tulang panjang tidak memproduksi lagi
drah kecuali bagian proximal, humerus, dan tibia.
Konsep Dasar Penyakit.
II. Konsep Tumbuh Kembang Anak
1. Pengertian
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangakan
perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap
dan tingkat yang paling rendah dan kompleks melalui proses maurasi dan
pembelajaran (Whalex dan Wone, 2000)
Tumbuh kembang adalah suatu proses, dimana seseorang anak tidak hanya
tumbuh menjadi besar tetapi berkembang menjadi lebih terampil yang
mencakup dua eristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan.
1. Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalalm julmla
besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur
berat, panjang, umur tulang dan keseimbangan elektrolit.
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tibuh yang lebih kompleks, dalam pola teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah lau sebagai hasil dengan
lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung
pada potensi biologis, psikosoisal dan perilaku yang merupakan proses
yang unik dan hasil akhir berbeda- beda yang member cirri tersendiri pada
setiap anak.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


a. Factor keturunan (herediter)
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang anak
melalui instruksi genetic dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan, gangguan pertumbuhan selain disebabkan leh kelainan
kromosom (contoh : syndrome Down, Syndrom Turner) juga disebabkan
oleh factor lingkungan yang kurang memadai.
1) Seks : kecukupan dan perkembangan pada anak lai-laki berbeda
dengan perempuan
2) Ras : ras/suku nbangsa dapat mempengaruhi tumbang anak, beberapa
suku bangsa memiliki karakteristik.
b. Factor lingkungan
1) Lingkungan internal
a) Intelegensi
Pada umumnya intelegensi tinggi, perkembangan lebih baik
dibandingkan jika intelegensi rendah.
b) Hormon
Ada 3 hormon yang mempengaruhi anak yaitu somatotropik untuk
pertumbuhan tinggi badan terutama pada masa kanak-kanak,
hormone tiroid menstimulasi pertumbuhan sel inerstitiil testis,
memproduksi testosterone dan ovarium, memproduksi estrogen
yang mempengaruhi perkembangan alat reproduksi
c) Emosi
Hubungan yang hangat dengan orang tua, saudara, teman sebaya
serta guru berpengaruh terhadap perkembangan emosi, social,
intelektual anak, cara anak berinteraksi dengan keluarga akan
mempengaruhi interaksi anak di luar rumah.

c. Lingkungan eksternal
1) Kebudayaan
Budaya keluarga/masyarakat mempengaruhi bagaimana anak
mempersepsikan dan memahami kesehatan berperilaku hidup sehat.
2) Status social ekonomi
Anak yang berbeda dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
social ekonomi yang rendah serta banyak punya keterbatasan untuk
memenuhi kebutuhan primernya.
3) Nutrisi
Untuk tumbang anak secara optimal memerlukan nutrisi adekuat yang
didapat dari makanan bergizi.
4) Iklim/cuaca
Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak.
5) Olahraga/latihan fisik
Olahraga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
psikososial anak.
6) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, sulung, anak tengah, anak bungsu
akan mempengaruhi pola anak setelah diasuh dan dididik dalam
keluarga.

3. Periode Perkembangan
Menurut Donna, L Wong (2000) perkembangan anak secara umum
terdiri dari :
a) Periode prenatal
Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi
pembetukan organ dan system orga anak, selain itu hubungan antara kondisi
itu member dampak pada pertumbuhannya.
b) Periode bayi
Periode ini terdiri dari neonates (0-28 hari) dan bayi (28-12 hari). Pada
periode ini, pertumbuhan dan perkembangan yang cepata terutama pada
aspek kognitif, motorik dan social.
c) Periode kanak-kanak awal
Terdiri atas usia anak 1-3 tahun yang disebut toddler dan prasekolah (3-6
tahun). Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut
pada usia prasekolah. Perkembangan fisik lebih lambat dan menetap.
d) Periode kanak-kanak pertengahan
Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan pertumbuhan anak laki-laki
sedikit lebih meningkat dari pada perempuan dan perkembangan motorik
lebih sempurna.
e) Periode kanak-kanak akhir
Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada usia 11-
18 tahun. Perkembangannya yang mencolok pada periode ini adalah
kematangan identitas seksual dengan perkembangannya organ reproduksi.

4. Perkembangan Anak Balita


Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita. Perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas, keadaan social emosional dan intelegensi
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa-
masa ini. Sehingga setiap kelainan/penyimpangan seksual apapun, apabila tidak
terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik maka akan mengurangi kualitas
perkembangan.
Krasenburg,dkk (1981) melalui DDST (Denver Development Screening
Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai
perkembangan anak balita yaitu :
1. Personal social (kepribadian/tingkah laku social)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
2. Fine Motor Adaptif (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan
gerakan yang melibatkan bagian tubuh dan dilakukan otot-otot kecil
memerlukan koordinasi yang cermat, missal : keterampilan menggambar.
3. Language (bahasa)
Kemampuan untuk member respon terhadap suara, mengikuti perintah
berbicara spontan.
4. Gross Motor (Motorik Kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Beberapa
“milestone” pokok yang harus diketahui dalam mengikuti taraf
perkembangan secara awal. Milestone adalah tingkat perkembangan yang
harus dicapai anak umur tertentu, misalnya :
a. 4-6 minggu : tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2
minggu kemudian
b. 10-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke
arah suara
c. 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya
d. 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan
lainnya
e. 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda dengan
dengan jari telunjuk dan ibu jari
f. 13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata tunggal
III. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang
berupa gangguan autoimun yang menetap (angka trombosit darah perifer kurang
dari 150.000 / ml) akibat autoantibody yang mengikat antigen trombosit
menyebabkan destruksi premature trombosit dalam system retikuloendotel
terutama limpa (Sudoyo Aru. dkk, 2009)
Idiopatik Trombotopenik Purpura adalah suatu kondisi yang didalamnya
terdapat penurunan hitung trombosit yang bersikulasi dalam keadaan sumsum
normal (Cecily, 2009)
Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang
berupa gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh karena
adanya penghancuran trombosit secara dini dalam sistem retikuloendotel akibat
adanya autoantibody terhadap trombosit yang biasanya berasal dari
Immunoglobulin G. Adanya trombositopenia pada ITP ini akan megakibatkan
gangguan pada sistem hemostasis karena trombosit bersama dengan sistem
vaskular faktor koagulasi darah terlibat secara bersamaan dalam
mempertahankan hemostasis normal.
2. Etiologi
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi
melalui pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel
trombosit mati.(Imran, 2008).

ITP penyebab pasti belum diketahui (idiopatik) tetapi kemungkinan akibat


dari:
1. Hipersplenisme,
2. Infeksi virus,
3. Intoksikasi makanan/obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil
butazon, diamokkina, sedormid).
4. Bahan kimia,
5. Pengaruh fisi (radiasi, panas),
6. Kekurangan factor pematangan (malnutrisi),
7. Koagulasi intra vascular diseminata CKID,
8. Autoimnue.
3. Jenis ITP
A. Akut.

a) Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.

b) Timbulnya penyakit mendadak, riwayat infeksi sering mengalami


perdarahan berulang.

c) Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis


(remisi spontan).

d) Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.

B. Kronik

a) Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis.

b) Awitan tersembunyi dan berbahaya.

c) Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.

d) Sering terjadi perdarahan

e) Bentuk ini terutama pada orang dewasa

Tabel Perbedaan ITP akut dengan ITP kronik (Bakta, 2006; Mehta, et. al, 2006)
ITP akut ITP kronik

Awal penyakit 2-6 tahun 20-40 tahun

Rasio L:P 1:1 1:2-3

Trombosit <20.000/mL 30.000-100.000/mL

Lama penyakit 2-6 minggu Beberapa tahun

Perdarahan Berulang Beberapa hari/minggu


4. Manisfestasi Klinis

Cecily (2009) mengatakan manifestasi klinis pada idiopatik trombositopenia


purpura adalah sebagai berikut :
1. Secara spontan timbul peteki dan ekimosis pada kulit
2. Mudah memar
3. Epistaksis (gejala awal sepertitiga anak)
4. Menoragia
5. Hematuria(jarang terjadi)
6. Perdarahan dari ringga mulut
7. Melena

5. Patofisiologi
Trombositopenia terjadi akibat kerusakan trombosit melalui antibodi. Pada
umumnya, gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1
sampai 6 minggu sebelum timbul awitan gejala. Manifestasi klinisnya sangat
bervariasi. ITP dapat digolongkan menjadi tiga jenis: akut, kronis dan
kambuhan. Pada anak – anak mula – mula terdapat gejala seperti demam,
perdarahan, petekie, purpura dengan trombositopenia, dan anemia. Prognosis
baik, terutama pada anak-anak dengan gangguan akut. (Cecily, 2009)

IgG antitrombosit reaktif dengan glikoprotein permukaan sel telah


diidentifikasi dalam serum kebanyakan kasus ITP. Dengan teknik–teknik
khusus, immunoglobulin juga dapat ditunjukan terikat pada permukaan
trombosit.

Limpa memainkan peran penting dalam patogenesis kelainan ini. Limpa


merupakan tempat utama produksi antibodi antitrombosit dan destruksi
trombosit yang dilapisi IgG. Pada lebih dari dua pertiga penderita, splenektomi
akan dikuti kembalinya hitung trombosit menjadi normal dan remisi lengkap
penyakitnya. Limpa biasanya nampak normal sekali, atau mungkin disertai
sedikit pembesaran saja. Splenomegali demikian yang mungkin terjadi sebagai
akibat bendungan sinusoid dan pembesaran folikel –folikel limfoid, yang
memiliki sentra germina mencolok.
Secara histologi sumsum tampak normal, tetapi biasanya dapat menunjukan
peningkatan jumlah megakariosit, kebanyakan megakariosit hanya berinti satu
dan diduga masih muda. Gambaran sumsum serupa dicatat dalam berbagai
bentuk trombositopeni sebagai akibat perusakan trombosit yang dipercepat.
Kepentingan pemeriksaan susmsum ialah untuk menyimgkirkan trombositopeni
sebagai akibat kegagalan sumsum. Tentu saja temuan penting pada umumnya
terbatas pada perdarahan sekunder. Perdarahan dapat tampak menyebar ke
seluruh tubuh, khususnya dalan lapisan – lapisan serosa dan mukus. (Cecily &
Sowden, 2009).
Patway

Terbentuk antibodi
yang merusak Menyerang platelet
Trombositopenia
trombosit dalam darah

Jumlah platelet menurun

Dihancurkan oleh Molekul Ig G reaktif dalam Platelet mengalami


makrofak dalam jaringan sirkulasi trombosit gangguan agresi

Penghancuran dan
pembuangan trombosit
meningkat

Menyumbat kapiler – Ketidak efektifan perfusi Perdarahan


kapiler darah jaringan perifer

Suplai darah ke perifer


Dinding kapiler rusak
menurun

Penumpukan darah intra Kapiler pecah Kapiler bawah kulit pecah


dermal
Perdarahan intra dermal Tumbuh bintik merah
Menekan saraf nyeri

Kerusakan integritas Gangguan citra tubuh


Merangsang SSP
jaringan
Penurunan transport O2
Muncul sensasi nyeri Penurunan metabolism
dan zat nutrisi lain
anaerob
kejaringan
Nyeri
Kelemahan

Intoleransi aktivitas

(Cecily, 2009 dan Santosa, 2013)


6. Konplikasi

Komplikasi yang dialami penderita idiopatik trombositopenia purpura


menurut Cecily (2009) adalah sebagai berikut :
a. Reaksi transfusi
b. Kekambuhan
c. Perdarahan susunan saraf pusat ( kurang dari 1% individu yang terkena)

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Cecily (2009) untuk menegakkan diagnosa pasti dapat dilakukan


pemeriksaan penunjang seperti dibawah ini :

a. Jumlah trombosit – menurun sampai kurang dari 40.000/ mm3.


b. Hitung darah lengkap (CBC) : anemia karena ketidakmampuan sel darah
merah (SDM) menggunakan zat besi.
c. Aspirasi susmsum tulang : peningkatan megakariosit.
d. Jumlah leukosit-leukosits ringan sampai sedang : eosinofilia ringan.
e. Uji antibodi trombosit : dilakukan bila diagnosis diragukan.
1) Biopsi jaringan pada kulit dan gusi-diagnostik.
2) Uji antibodi antinuklir : untuk menyingkirkan kemungkinan Lupus
Eritematosus Sistemik (SLE).
3) Pemeriksaan dengan slit lamp : untuk melihat adanya uveitis.
4) Biopsi ginjal : untuk mendiagnosis keterlibatan ginjal.
5) Foto toraks dan uji fungsi paru : diagnostik untuk manifestasi paru
(efusi, fibrosis interstitial paru).

8. Collaborative Care Management


b) Medis
Tujuan pengobatan pada ITP adalah mengurangi produksi antibody
dan destruksi trombosit, serta meningkatkan dan mempertahankan hitung
trombosit. Kortikosteroid sering kali digunakan pada awal terapi ITP. Jika
anak tidak berespon terhadap kortikosteroid, diberikan imunoglobulin
secara IV(IVIG). IVIG ini menstimulsi peningkatan hitung trombosit
dengan pesat dalam 24 jam setelah pemberian. (Cecily, 2009)
c) Farmakologi

Terapi awal ITP (standart)

a. Prednison

Terapi awal PTI dengan prednisolon atau prednison dosis 1,0 – 1,5
mg/kgBB/hari selama 2 miggu. Bila dalam 2 minggu respon baik
kortikoteroid dilanjutkan sampai dengan 1 bulan kemudian tapering.
Kriteria respon awal adalah peningkatan trombosit < 30.000/mL

b. Imunoglobulin Intravena

Imunoglobulin Intravena dosis 1 gr/kg elama 2 - 3 harinberturut-turut


digunakan bila terjadi perdarahan internal, saat trombosit < 5.000/mL
meskipun telah mendapat terapi kortikosteroid dalam beberapa hari atau
adanya purpura yang progresif. Mekanisme kerja Imunoglobulin
Intravena pada PTI masih belum banyak diketahui namun meliputi
blockade fc reseptor , anti idiotype antibodies pada Imunoglobulin
Intravena yang menghambat ikatan autoantibody dengan trombosit yang
bersirkulasi dan imunosupresi.

c. Splenektomi

Indikasikasinya:

 Resisten thd pemberian kortikosteroid & imunosupresif selama 2–3


bln.

 Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian


kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.

 Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun


perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa
perdarahan.

Kontra indikasi:

 Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum


dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah
bening dan thymus)

d) Aktivitas/Latihan
Hindari aktivitas yang beresiko terhadap trauma, atau perlukaan
sehingga mengurangi resiko pendarahan. Pemabatasan aktivitas ini bukan
berarti dilarang, namun disesuaikan dengan resiko. Lindungi anggota gerak
pasien dengan pelindung yang aman, sehingga mengurangi resiko
perlukaan.
e) Diet

Pada dasarnya, tidak ada pantangan makan bagi penderita ITP. Namun,
karena penderita ITP rentan mengalami memar atau perdarahan, maka
makanan yang menimbulkan risiko ke arah itu harus dihindari. Sebagai
contoh :

1) makanan dengan zat aditif yang berisiko menimbulkan sariawan, seperti


makanan berbahan pengawet, penyedap rasa/vitsin
2) makanan yang menyebabkan iritasi pada saluran cerna, seperti yang
terlalu pedas, asam, berminyak, juga minuman yang mengandung kafein
(kopi, teh), serta minuman beralkohol
3) makanan yang menimbulkan konstipasi
4) Bila memungkinkan, berikan anak makanan yang lunak dan mudah
dicerna, seperti bubur, sop, nasi lunak, serta pastikan asupan serat yang
dibutuhkan cukup sehingga tidak terjadi konstipasi, misalnya melalui
sayur dan buah-buahan, juga penuhi kecukupan cairan tubuhnya.
f) Penkes
1) Idiopatik Trombositopeni Purpura (ITP) tidak dapat dicegah, tetapi
dapat dicegah komplikasinya.
2) Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat
mempengaruhi platelet dan meningkatkan risiko pendarahan.
3) Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan.
Lakukan terapi yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat
berkembang.
4) Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam.
IV. Rencana Asuhan Keperawatan Anak
1. Pengkajian
a) Riwayat Keperawatan

1) Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat penyakit sekarang pada pasien dengan ITP bervariasi tingkat
keparahannya. Gejala biasanya perlahan – lahan dengan riwayat mudah
berdarah dengan trauma maupun tanpa trauma.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu mencakup penyakit yang
pernah diderita oleh pasien sebelumnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian ini mencakup penyakit keluarga atau penyakit keturunan
yang diderita oleh keluarga pasien.
4) Riwayat Tumbuh Kembang
Setiap usia mengalami tumbuh kembang yang berbeda – beda. Remaja
adalah usia transisi karena meninggalkan usia anak – anak yang lemah
dan penuh ketergantungan akan tetapi belum mampu keusia yang kuat
dan penuh tanggung jawab. Dalam tahap perkembangan remaja ini
mengalami perkembangan fisik seperti pertumbuhan tinggi badan yang
pesat, payudara mulai muncul pada remaja perempuan, tumbuhnya
rambut di badan. Perkembangan pada remaja perempuan juga akan
mengalami menstruasi dan remaja akan mengalami perubahan
emosional.

b) Pemeriksaan Fisik : Data Fokus

1) Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.


2) Tanda-tanda perdarahan.
a. Petekie terjadi spontan.
b. Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
c. Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
d. Hematuria. (seperti kencing darah)
e. Perdarahan gastrointestinal.
3) Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
4) Aktivitas / istirahat.
Gejala : - keletihan, kelemahan, malaise umum, toleransi terhadap
latihan rendah.
Tanda : - takikardia / takipnea (pernapasan yang sangat cepat), dispnea
pada beraktivitas / istirahat.
- kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
5) Sirkulasi.
Gejala : - riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI
kronis, palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : – TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
6) Integritas ego.
Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan:
penolakan transfuse darah.
Tanda : depresi
7) Eliminasi.
Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare,
konstipasi.
Tanda : distensi abdomen.
8) Makanan / cairan.
Gejala : - penurunan masukan diet.
- mual dan muntah.
Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
9) Neurosensori.
Gejala : – sakit kepala, pusing.
- kelemahan, penurunan penglihatan.
Tanda : - epistaksis.
f.mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
10) Nyeri / kenyamanan.
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.
Tanda : takipnea, dispnea.
11) Pernafasan.
Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, dispnea.
12) Keamanan
Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah
sebelumnya.
Tanda : petekie, ekimosis

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia,
fisik).
b. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia yang ditandai dengan kelemahan, berat
badan menurun, intake makanan kurang, kongjungtiva.
c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Anemia.
d. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan
kapasitas pembawa oksigen darah ditandai dengan hypoxia, takikardi.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
imobilisasi
g. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor
imunologis ditandai dengan immobilisasi, kelemahan, hipertermi,
perubahan turgor kulit.
h. Ansietas berhubungan denga perubahan status kesehatan
i. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi ditandai
dengan keterbatasan belajar, tidak familiar dengan sumber informasi.

3. Perencanaan
Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen (biologis, psikologi, kimia,
fisik).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan nyeri yang dirasakan
klien berkurang dengan tujuan :
 Melaporkan nyeri yang dialaminya
 Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
 Mengikuti program pengobatan
 Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui
aktivitas yang mungkin.
Kriteria Hasil :
 Nyeri yang dirasakan dapat berkurang

Intervensi Rasional

1) Tentukan riwayat nyeri, 1) Memberikan informasi


lokasi, durasi dan yang diperlukan untuk
intensitas merencanakan asuhan.
2) Untuk mengetahui
2) Evaluasi therapi: terapi yang dilakukan
pembedahan, radiasi, sesuai atau tidak, atau
khemotherapi, malah menyebabkan
biotherapi, ajarkan klien komplikasi.
dan keluarga tentang cara
menghadapinya. 3) Untuk meningkatkan
3) Berikan pengalihan kenyamanan dengan
seperti reposisi dan mengalihkan perhatian
aktivitas menyenangkan klien dari rasa nyeri.
seperti mendengarkan
musik atau nonton TV 4) Meningkatkan kontrol
4) Menganjurkan tehnik diri atas efek samping
penanganan stress dengan menurunkan
(tehnik relaksasi, stress dan ansietas.
visualisasi, bimbingan),
gembira, dan berikan 5) Untuk mengetahui
sentuhan therapeutik. efektifitas penanganan
5) Evaluasi nyeri, berikan nyeri, tingkat nyeri dan
pengobatan bila perlu. sampai sejauhmana
klien mampu
menahannya serta
untuk mengetahui
kebutuhan klien akan
6) Diskusikan penanganan obat-obatan anti nyeri.
nyeri dengan dokter dan 6) Agar terapi yang
juga dengan klien diberikan tepat
7) Berikan analgetik sesuai sasaran.
indikasi seperti morfin,
methadone, narkotik dll. 7) Untuk mengatasi nyeri.

Dx 2 : Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan pemenuhan nutrisi
klien terpenuhi dengan tujuan: Menghilangkan mual dan muntah
Kriteria hasil:
 Menunjukkan berat badan stabil

Intervensi Rasional

1) Berikan makanan dalam 1) porsi lebih kecil dapat


porsi kecil tapi sering. meningkatkan
masukan yang sesuai
2) Pantau pemasukan dengan kalori.
makanan dan timbang 2) anoreksia dan
berat badan setiap hari. kelemahan dapat
mengakibatkan
3) Lakukan konsultasi penurunan berat badan
dengan ahli diet. dan malnutrisi yang
serius.
3) sangat bermanfaat
4) Libatkan keluarga pasien dalam perhitungan dan
dalam perencanaan penyesuaian diet untuk
makan sesuai dengan memenuhi kebutuhan
indikasi. nutrisi pasien.
4) meningkatkan rasa
keterlibatannya,
memberikan informasi
pada keluarga untuk
memahami kebutuhan
nutrisi pasien.

Dx 3 : Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Anemia


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan kembali kebentuk
normal dengan Tujuan: Tekanan darah normal, Pangisian kapiler baik.
Kriteria hasil:
 Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
Intervensi Rasional

1) Awasi TTV, kaji 1) memberikan informasi


pengisian kapiler. tentang derajat/
keadekuatan perfusi
jaringan dan
membantu
2) Tinggikan kepala tempat menentukan kebutuhan
tidur sesuai toleransi. intervensi.
2) meningkatkan
3) Kaji untuk respon verbal ekspansi paru dan
melambat, mudah memaksimalkan
terangasang. oksigenasi untuk
4) Awasi upaya parnafasan, kebutuhan seluler.
auskultasi bunyi nafas. 3) dapat mengindikasikan
gangguan fungsi
serebral karena
hipoksia.
4) dispne karena
regangan jantung lama
/ peningkatan
kompensasi curah
jantung.
Dx 4 : Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan
penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan tujuan: Mengurangi
distress pernafasan.
Kriteria Hasil :

 Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif

Intervensi Rasional

1) Kaji / awasi frekuensi 1) perubahan (seperti


pernafasan, kedalaman takipnea, dispnea,
dan irama. penggunaan otot
aksesoris) dapat
menindikasikan
berlanjutnya
keterlibatan /
2) Tempatkan pasien pada pengaruh pernafasan
posisi yang nyaman. yang membutuhkan
upaya intervensi.
3) Beri posisi dan Bantu 2) memaksimalkan
ubah posisi secara ekspansi paru,
periodic. menurunkan kerja
pernafasan dan
4) Bantu dengan teknik menurunkan resiko
nafas dalam. aspirasi.
3) meningkatkan areasi
semua segmen paru
5) Pemberian O2 sesuai dan mobilisasikan
indikasi. sekresi.
4) membantu
meningkatkan difusi
gas dan ekspansi
jalan nafas kecil.
5) Pemberian O2 sesuai
indikasi dapat
memenuhi kebutuhan
O2 klien
Dx 5 : Resiko infeksi berhubungan dengan luka.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi.
Kriteria hasil :
 pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya.
 menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
 jumlah leukosit dalam batas normal
 menunjukkan perilaku hidup sehat

Intervensi Rasional

1) Awasi suhu. 1) Demam dapat terjadi


karena infeksi atau
dehidrasi.
2) Dorong keseimbangan 2) menurunkan
antara aktivitas dan konsumsi/kebutuhan
istirahat. keseimbangan
oksigen dan
memperbaiki
3) Diskusikan kebutuhan pertahanan pasien
masukan nutrisi adekuat. terhadap infeksi.
3) Malnutrisi dapat
mempengaruhi
4) Berikan terapi antibiotik kesehatan umum dan
bila perlu. menurunkan tekanan
darah terhadap
infeksi.
4) Dapat diberikan
untuk organisme
khusus yang
teridentifikasi dengan
kultur.

Dx 6 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan klien dapat
melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan dari orang lain dengan tujuan:
Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
Kriteria hasil:
 Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi Rasional

1) Kaji kemampuan pasien 1) mempengaruhi


untuk melakukan aktivitas pilihan intervensi.
normal, catat laporan
kelemahan, keletihan. 2) manifestasi
2) Awasi TD, nadi, kardiopulmonal dari
pernafasan. upaya jantung dan
paru untuk
membawa jumlah
oksigen ke jaringan.
3) Berikan lingkungan 3) meningkatkan
tenang. istirahat untuk
menurunkan
kebutuhan oksigen
4) Ubah posisi pasien dengan tubuh.
perlahan dan pantau 4) hipotensi postural /
terhadap pusing. hipoksin serebral
menyebabkan
pusing, berdenyut
dan peningkatan
resiko cedera.

Dx 7 : Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor


imunologis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan kerusakan bisa
berkurang dengan tujuan :

 Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi


spesifik
 Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan.

Kriteria Hasil :

 Kerusakan Kulit dapat berkurang

Intervensi Rasional

1) Kaji integritas kulit 1) Memberikan


untuk melihat adanya informasi untuk
efek samping therapi perencanaan asuhan
kanker, amati dan
penyembuhan luka. mengembangkan
identifikasi awal
terhadap perubahan
integritas kulit.
2) Anjurkan klien untuk 2) Menghindari
tidak menggaruk perlukaan yang
bagian yang gatal. dapat menimbulkan
3) Ubah posisi klien infeksi.
secara teratur. 3) Menghindari
penekanan yang
terus menerus pada
4) Berikan advise pada suatu daerah
klien untuk tertentu.
menghindari 4) Mencegah trauma
pemakaian cream berlanjut pada kulit
kulit, minyak, bedak dan produk yang
tanpa rekomendasi kontra indikatif
dokter.
Dx 8 : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Ditandai dengan :

 Depresi
Adanya ancaman kematian
Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.

Intervensi Rasional

1) Kaji tingkat 1) Dengan mengetahui tingkat


kecemasan kecemasan klien, sehingga
(ringan, memudahkan tindakan
sedang, berat). selanjutnya.
2) Berikan 2) Dukungan yang baik
dorongan memberikan semangat tinggi
emosional. untuk menerima keadaan
penyakit yang dialami.
3) Beri dorongan 3) Mengungkapkan masalah
mengungkapk yang dirasakan akan
an mengurangi beban pikiran
ketakutan/mas yang dirasakan
alah 4) Penjelasan yang tepat dan
4) Jelaskan jenis memahami penyakitnya
prosedur dari sehingga mau bekerjasama
pengobatan dalam tindakan perawatan
dan pengobatan.
5) Beri dorongan 5) Diharapkan kesabaran yang
spiritual tinggi untuk menjalani
perawatan dan menyerahkan
pada TYME atas
kesembuhannya.
Dx 9 : Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan keluarga mengerti
akan penyakit klien dengan tujuan: Pemahaman dan penerimaan terhadap
program pengobatan yang diresepkan.
Kriteria hasil:
 Menyatakan pemahaman proses penyakit.
 Faham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan.

Intervensi Rasional

1) Berikan 1) memberikan dasar


informasi pengetahuan sehingga
tntang ITP. keluarga / pasien dapat
Diskusikan membuat pilihan yang tepat.
kenyataan
bahwa terapi
tergantung 2) ketidak tahuan meningkatkan
pada tipe dan stress.
beratnya ITP.
2) Tinjau tujuan
dan persiapan 3) merupakan kekwatiran yang
untuk tidak diungkapkan yang dapat
pemeriksaan memperkuat ansietas pasien /
diagnostic. keluarga.
3) Jelaskan
bahwa darah
yang diambil
untuk
pemeriksaan
laboratorium
tidak akan
memperburuk
ITP.

Anda mungkin juga menyukai